Anda di halaman 1dari 4

ISSN 2085-0050

AKTIVITAS SITOTOKSIK DARI EKSTRAK DAN FRAKSI DAUN


GAMBIR LIAR (Uncaria Sp)
1
Noveri Rahmawati *, Musyirna Rahmah, Suminiati

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau


Jalan Kamboja Simpang Baru Panam Pekanbaru
email: ira11001@gmail.com

Abstrak
Penelitian mengenai uji aktivitas sitotoksik dari ekstrak dan fraksi daun
gambir liar (Uncaria Sp) telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui akttivitas sitotoksik dengan menggunakan metoda Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT)). Ekstrak etanol yang telah dikeringkan difraksinasi ke
dalam fraksi non polar, semi polar dan polar, masing-masing dengan
menggunakan heksan, etil asetat, dan butanol. Hasil Uji sitotoksik terhadap
ekstrak etanol dan fraksi non polar, semi polar dan polar berturut-turut
adalah 67,60 µg/mL, 177,82 µg/mL, 26,30 µg/mL dan 54,95 µg/mL.
Aktivitas sitotoksik tertinggi diperoleh dari fraksi etil asetat dan dikategorikan
memberikan aktivitas sangat kuat.

Kata kunci : Ekstrak, Gambir liar, Sitotoksik

PENDAHULUAN Uncaria dan teh hijau menunjukkan potensi


sebagai antioksidan dan antikanker (Gumbira
Salah satu tumbuhan yang dimanfaat- dkk, 2009).
kan sebagai obat adalah gambir (Uncaria Sp) Berdasarkan uraian di atas, peneliti
famili Rubiaceae. Gambir memiliki khasiat tertarik untuk menguji aktivitas aktivitas
secara tradisional yang dapat di-gunakan sitotoksik terhadap larva Artemia salina
sebagai pelengkap makan sirih dan obat- Leach dengan menggunakan metoda BSLT
obatan. Khasiat gambir itu di-sebabkan oleh (Brine Shrimp Lethality Test) dari ekstrak dan
sejumLah senyawa aktif yang dikandungnya, fraksi daun gambir (Uncaria Sp) yang
antara lain katekin, tannin, flouresin, terdapat di daerah Bukit Suligi Ujung Batu
kuersetin, lendir, lemak dan lilin (Nazir, Rokan Hulu, dimana peneliti ingin meng-
2000). angkat potensi tumbuhan gambir yang ada di
Tanaman gambir merupakan komodi- hutan Bukit Suligi Ujung Batu Rokan Hulu.
tas unggulan daerah Provinsi Sumatra Barat.
Selain Sumatera Barat, tanaman gambir juga
terdapat di Sumatera Utara dan Riau BAHAN DAN METODA
(Laksmono dkk, 2011). Penelitian tentang
aktivitas tanaman gambir asal Riau belum Alat yang digunakan dalam penelitian
banyak dilakukan terutama gambir yang ini adalah botol berwarna gelap, rotary
®
tumbuh di kawasan Hutan Lindung Bukit evaporator (Cylla ), alat destilasi, corong
Suligi Ujung Batu. Pada kawasan ini, gambir pisah, spatel, timbangan analitik, plat tetes,
tumbuh secara liar berbeda dengan yang Spektrofotometer UV-Vis, wadah aquarium,
terdapat di daerah Sumatera Barat dan aerator (pembentuk gelembung udara), pipet
Sumatera Utara. Mengingat potensi yang luar mikro, dan peralatan gelas lainnya.
biasa ini maka perlu dilakukan peneliti-an Daun segar gambir (Uncaria gambir
untuk mengetahui aktivitas dari tumbuh-an (Hunter) Rox), pelarut etanol, n-heksan, etil
gambir ini. asetat dan butanol, ekstrak etanol, fraksi n-
Beberapa penelitian telah melakukan heksan, etil asetat, butanol, air laut, dimetil-
publikasi terhadap manfaat senyawa poli- sulfoksida, dan larva uji yang digunakan
fenol dari gambir dan diketahui mempunyai adalah Artemia salina
aktivitas antioksidan. Hasil pengujian dengan
menggunakan hewan uji, senyawa polifenol
katekin yang ditemukan dalam genus

32
Ind.Che.Acta Vol. 4 (2) Mei 2014
Aktivitas Sitotoksik dari Ekstrak dan Fraksi Daun Gambir Liar (Uncaria Sp)

Ektraksi sampel untuk pemeriksaan senyawa flavonoid,


Daun gambir dibersihkan dari kotoran fenolik, dan saponin.
yang melekat dengan cara dicuci dengan air
mengalir dan setelah bersih ditimbang 1. Alkaloid
kemudian dikeringkan. Setelah dikering- Lapisan kloroform ditambah kloroform
anginkan baru dirajang dan ditimbang berat amoniak 0,05 N sama banyak, kemudian
kering daun gambir. fraksi kloroform dipisah dan ditambahkan
Sampel direndam atau dimaserasi beberapa tetes H2SO4 2N. Lalu di kocok kuat
dengan pelarut etanol 96% selama ±5 hari dan diamkan sampai terbentuk dua lapisan.
dan diletakkan ditempat sejuk dan terlindung Lapisan asam diambil lalu ditambah
dari cahaya. Lakukan pengadukan secara beberapa tetes pereaksi Meyer atau
berkala selama maserasi kemudian disaring Dragendorff. Terbentuk endapan putih
dan sisa ampasnya direndam lagi dan dengan Meyer dan warna jingga dengan
dilakukan sebanyak 3 kali. Dragendorff menunjukkan adanya alkaloid.
Ekstrak dikentalkan dengan alat rotary
evaporator sehingga diperoleh eks-trak 2. Flavonoid
kental etanol daun gambir. Ekstrak kental Beberapa tetes lapisan air dimasuk-
yang diperoleh masih mengandung kan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambah-
campuran beberapa senyawa sehingga perlu kan beberapa butir logam Mg dan beberapa
dilakukan pemisahan dengan cara fraksinasi. tetes asam klorida pekat, terbentuk warna
kuning sampai merah menunjukkan adanya
Fraksinasi sampel flavonoid.
Hasil ekstrak kental etanol daun
gambir yang diperoleh ditambahkan dengan 3. Pemeriksaan Senyawa Fenolik
akuades dan dihomogenkan, selanjutnya Diambil beberapa tetes lapisan air
difraksinasi dengan menggunakan corong dipindahkan ke dalam plat tetes yang bersih
pisah. Fraksinasi dilakukan terhadap tiga kemudian ditambahkan dua tetes pereaksi
pelarut berdasarkan tingkat kepolaran yang FeCl3. Terbentuk warna biru gelap me-
berbeda. Pertama difraksinasi dengan nunjukkan adanya senyawa fenolik.
pelarut n-heksan kemudian di kocok dan
dibiarkan sehingga terbentuk dua lapisan 4. Pemeriksaan Senyawa Saponin
yang terdiri dari fraksi n-heksan dan fraksi Diambil 2 mL lapisan air dan dimasuk-
air. Hasil fraksi n-heksan diambil dan kan ke dalam tabung reaksi. Tutup mulut
dipekatkan dengan rotary evaporator hingga tabung reaksi dengan penyumbat karet dan
didapatkan fraksi kental n-heksan. di kocok dengan kuat sehingga terbentuk
Fraksi air selanjutnya difraksinasi busa. Terbentuknya busa yang tidak segera
dengan pelarut etil asetat. Hasil fraksi etil hilang apabila didiamkan (15 menit) me-
asetat diambil dan dipekatkan dengan rotary nunjukkan adanya senyawa saponin.
evaporator sehingga didapatkan fraksi kental
etil asetat. 5. Pemeriksaan Senyawa Terpenoid dan
Fraksi air selanjutnya difraksinasi Steroid
dengan pelarut butanol. Hasil fraksi butanol Lapisan kloroform disaring dengan
diambil dan dipekatkan dengan rotary norit yang diletakkan ke dalam pipet tetes
evaporator sehingga didapatkan fraksi kental yang diberi kapas diujungnya, kemudian
butanol. ditampung pada plat tetes, setelah kering
ditambahkan pereaksi Lieberman-Bouchard
Uji fitokimia (Harbone, 1987) (asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat
Pemeriksaan kandungan kimia metabolit sama banyak), bila terbentuk warna merah
sekunder dilakukan terhadap ekstrak kental menunjukkan adanya senyawa terpenoid dan
etanol dan beberapa fraksi daun gambir. warna biru-hijau-ungu menunjukkan adanya
Pengujian dilakukan dengan cara melarut- senyawa steroid.
kan sejumLah kecil ekstrak kental etanol
daun gambir dalam air suling dan pelarut Pemeriksaan aktivitas sitotoksik ekstrak
kloroform masing-masing 5 mL (1:1), kocok dan fraksi
kuat dan biarkan beberapa saat sampai
terbentuk dua lapisan (lapisan air dan lapisan 1. Persiapan Hewan Uji
kloroform). Lapisan kloroform di-gunakan Kista udang Artemia salina Leach
untuk pemeriksaan senyawa alkaloid, ditetaskan dalam wadah pembiakan (aqua-
terpenoid dan steroid. Lapisan air digunakan rium) yang berisi air laut juga dilengkapi

33
Ind.Che.Acta Vol. 4 (2) Mei 2014
ISSN 2085-0050

dengan lampu dan aerator, digunakan b : Slope (kemiringan dari garis regresi
setelah 48 jam setelah membentuk larva. linear)
2. Uji Sitotoksik dengan Metoda Brine
Shrimp Lethality Test (BSLT)
Ekstrak dan fraksi ditimbang se- HASIL DAN PEMBAHASAN
banyak 40 mg kemudian dilarutkan dalam 4
mL etanol maka didapat larutan induk ekstrak Daun gambir (Gambar 1) sebanyak 2
dengan konsentrasi 10.000 µg/mL, dari kg diambil di Bukit Suligi, Ujung Batu, Rokan
larutan induk tersebut dipipet sebanyak 0,5 Hulu. Sampel yang diperoleh dilanjut-kan
mL dan ditambahkan etanol sehingga 5 dengan proses pembuatan simplisia, dimulai
mL, dan didapatlah larutan dengan kon- dengan sortasi basah, pencucian,
sentrasi 1000 µg/mL. Dari larutan konsen- pengeringan, perajangan dan sortasi kering.
trasi 1000 µg/mL, kemudian dipipet lagi
sebanyak 0,5 mL dan ditambahkan etanol
hingga 5 mL maka didapat larutan dengan
konsentrasi 100 µg/mL, dari konsentrasi 100
µg/mL tersebut dipipet lagi sebanyak 0,5 mL
dan ditambahkan etanol hingga 5 mL maka
didapat pula larutan dengan konsentrasi 10
µg/mL (masing-masing dibuat dalam 3 vial).
Masing-masing vial uji dibiarkan
etanolnya menguap, dilarutkan kembali
senyawa uji dengan 50 μl DMSO, selanjut-
nya ditambahkan air laut hampir mencapai
batas kalibrasi. Dimasukkan larva udang
Gambar 1. Daun Gambir Liar
pada masing-masing vial sebanyak 10 ekor.
Kemudian tambahkan air laut beberapa tetes
hingga batas kalibrasi, kematian larva udang Dari 2 kg sampel segar daun gambir
(Uncaria Sp) didapat simplisia kering
diamati setelah 24 jam. Dari data yang
sebanyak 800 g. Dari maserasi diperoleh
dihasilkan dihitung LC50 dengan metode
hasil rendemen ekstrak kental etanol
kurva menggunakan tabel probit.
12,33%. Ekstrak etanol sebanyak 10 gram
Untuk kontrol, 50 μ1 DMSO dipipet
difraksinasi. Dari fraksinasi diperoleh hasil
kedalam vial uji, ditambahkan air laut hampir
rendemen fraksi n-heksan 2,41%, fraksi etil
mencapai batas kalibrasi, dimasukkan larva
Artemia salina 10 ekor. Tambahkan lagi air asetat 24,33%, fraksi butanol 71,64% dan
fraksi sisa 10,24%
laut beberapa tetes hingga mencapai
Setelah diperoleh ekstrak dan fraksi
kalibrasi.
maka dilakukan skrining fitokimia dan
Analisis data diperoleh hasil pada Tabel 1.
Untuk melihat pengaruh pemberian
Tabel I. Skrining Fitokimia Ekstrak dan
ekstrak dan masing-masing fraksi daun
gambir terhadap kematian larva Artemia Fraksi
salina dilakukan perhitungan statistik dengan Metabolit
EE FH FEA FB
analisa probit. Perhitungan dilaku-kan sekunder
dengan membandingkan antara jumLah larva Alkaloid + + + +
yang mati terhadap jumLah larva Fenolik + - + +
keseluruhan sehingga diperoleh persen Flavonoid + - + +
kematian, kemudian dilihat dalam tabel Saponin - - - -
probit. Dari nilai tersebut diketahui nilai probit Steroid + + + -
masukkan dalam persamaan regresi, Terpenoid - - - -
sehingga dapat nilai LC50. Persamaan regresi
Keterangan :
Y = a +bx EE : Ekstrak etanol
LC50 = Antilog x FH : Fraksi n- heksan
FEA : Fraksi etil asetat
FB : Fraksi butanol
Keterangan :
x : Log Konsentrasi Ekstrak etanol dan fraksi dilakukan uji
y : Nilai Probit aktivitas sitotoksik dengan menggunakan
a : Intercept (garis potong) Metoda Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).

34
Ind.Che.Acta Vol. 4 (2) Mei 2014
Aktivitas Sitotoksik dari Ekstrak dan Fraksi Daun Gambir Liar (Uncaria Sp)

Metode ini dipilih karena selain mudah di- menunjukkan efek toksik yang paling tinggi
lakukan, membutuhkan biaya sedikit, teknik- dalam membunuh larva Artemia salina.
nya mudah dikuasai dan hasilnya dapat Dimana pada fraksi etil asetat dengan 3
dipercaya (Meyer et al, 1982). variasi konsentrasi yaitu 1, 10, 100 μg/mL
Berdasarkan hasil penelitian aktivitas dengan 3 kali pengulangan. Pada konsen-
sitotoksik ini, diperoleh hasil uji LC50 ekstrak trasi 1 μg/mL terjadi penurunan kemampuan
etanol dan masing- masing fraksi terhadap toksik mulai dari pengulangan 1 hingga 3
larva Artemia salina yang diolah dengan dengan persentase total kematian udang
metoda analisis probit. Adapun hasil yang 13,3% dengan probit 3,887. Konsentrasi
diperoleh sebagai berikut : kematian 50% diperoleh pada konsentrasi 10
dan 100 μg/mL pada ke 3 pengulangan
Tabel II. Nilai LC50 Ekstrak dan Fraksi dengan nilai probit 5,000 dan 5,253 (Tabel
Sampel LC50 (µg/mL) II).
Ekstrak Etanol 67,60
Fraksi n- heksan 177,82
Fraksi Etil Asetat 26,30 KESIMPULAN
Fraksi Butanol 54,95
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
Dapat disimpulkan dari data yang maka diperoleh kesimpulan bahwa nilai LC50
diperoleh bahwa pada uji sitotoksik daun tertinggi adalah fraksi etil asetat sebesar
gambir terhadap Artemia salina pada fraksi 26,30 µg/mL.
etil asetat dengan LC50 26,30 µg/mL

DAFTAR PUSTAKA

Gumbira, S, E., Syamsu, K., Mardliyati, E., Herryandie, A., Evalia, NA., Rahayu, DL., Puspitarini,
R., Ahyatudin, A., Hadiwijoyo, A. 2009, Agro Industri dan Bisnis Gambir Indonesia. IPB
Press, Bogor

Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan, Edisi II,
terjemahan Kosasih Padmawinata, ITB, Bandung

Laksmono, Syahrul Aimin, Galuh Widiyarti, M., Hanafi, Agus Haryono, 2011, Proses ekstraksi pada
skala pilot dan telaah keekonomian pabrik ekstraksi katekin dari gambir, Disampaikan Pada
Lokakarya Pembangunan Ekonomi Pedesaan Melalui Pengembangan Komoditas Unggulan
Daerah dan Alsintan, Kemenko Bidang Perekonomian dan Pemda Sumbar, Padang, 14-15.

Meyer, B. N., Feerigni, N, R., Putnam, J. E., Jacobson, L, B., Nicholas, D, E., dan McLaughlin, J,
L., 1982, Brine shrimp: a convenient general bioassay for active plant constituens,Plant
Medical, 45, 31-34.

Nazir, M., 2000, Gambir : Budidaya, Pengolahan dan Prospek Diversifikasinya. Yayasan Hutanku,
Padang

35
Ind.Che.Acta Vol. 4 (2) Mei 2014

Anda mungkin juga menyukai