Anda di halaman 1dari 86

STUDI ETNOFARMAKOLOGI TUMBUHAN OBAT PENYAKIT

SALURAN PERNAPASAN PADA SUKU KAILI KECAMATAN


BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

SKRIPSI

SRI DEVI
G 701 15 221

PROGRAM STUDI FARMASIJURUSAN FARMASIFAKULTAS


MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

DESEMBER 2020

i
STUDI ETNOFARMAKOLOGI OBAT TRADISIONAL
PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN PADA SUKU KAILI
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN
DONGGALA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah Satu persyaratan dalam menyelesaikan


Program Studi Strata Satu (S1) Program Studi Farmasi FMIPA Universitas
Tadulako

SRI DEVI S

G 701 15 221

PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU


PENGETAHUANALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

vi
ABSTRAK

Suku Kaili di Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala masih


melestarikan adat istiadat, diantaranya dalam hal pengobatan menggunakan obat
tradisional. Salah satu penyakit yang dapat diobati dengan obat tradisional
tersebut adalah penyakit saluran pernafasan, gejala yang timbul pada penyakit
saluran pernafasan batuk pada malam hari, sesak nafas, pada saat bernafas
berbunyi, demam ringan, batuk lebih dari 2-3 minggu. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui jenis, bagian, pengolahan, penggunaan, takaran tumbuhan sebagai
obat saluran pernafasan oleh suku Kaili Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten
Donggala. Jenis penelitian ini adalah deskriptif menggunakan metode kualitatif
dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling malalui wawancana open-
ended interviwe dan menggunakan metode kuisioner. Hasil penelitian ini
ditemukan 11 jenis tumbuhan, bagian yang digunakan (daun), (rimpang), (umbi)
dan (buah). Presentasi bagian tumbuhan yang digunakan daun (58,3%), rimpang
(25%), umbi (8,3%), buah (8,3%) Kandungan kimia yang bermanfaat untuk
pengobatan penyakit saluran pernafasan yaitu flavonoid dan alkaloid. Cara
pengolahan tumbuhan (direbus), (ditumbuk), (diparut) serta cara penggunaannya
1-3 kali sehari. Takaran yang digunakan 1-2 gelas dan lama waktu yang
digunakan mulai dari timbulnya gejala sampai berkurang serta hilangnya gejala 3
hari sampai 1 bulan..

Kata kunci : Penyakit saluran pernafasan, etnofarmakologi, Suku Kaili, tumbuhan


obat

vii
ABSTRACT

The Kaili Tribe in South Banawa District, Donggala Regency, still preserves
customs, including in terms of treatment using traditional medicine. One of the
diseases that can be treated with traditional medicine is respiratory disease,
symptoms that arise in respiratory disease coughing at night, shortness of breath,
having sound while breathing, low grade fever, cough for more than 2-3 weeks.
The purpose of this study was to determine the type, part, processing, use, and
dosage of plants as respiratory drugs by the Kaili Tribe, South Banawa District,
Donggala Regency. This type of research is descriptive using qualitative methods
with purposive sampling technique through open-ended interviews and
questionnaire method. The results of this study found 11 types of plants, the parts
used (leaves), (rhizomes), (tubers) and (fruit). The percentage of plant parts used
is leaves (58.3%), rhizomes (25%), tubers (8.3%), fruit (8.3%). Chemical content
that is useful for the treatment of respiratory diseases, namely flavonoids and
alkaloids. How to process plants (boiled), (pounded), (grated) and how to use
them 1-3 times a day. The dose used is 1-2 glasses and the length of time used is
from the onset of symptoms to relief and the disappearance of symptoms from 3
days to 1 month.

Key words: Respiratory disease, ethnopharmacology, Kaili Tribe, medicinal


plants

viii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam menyeselasaikan tugas akhir ini tidak
ada karya yang pernah kerjakan atau teliti untuk memperoleh gelar kerjasanaan
disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang perjalanan menyelesai tugas akhir ini
tidak terdapat karya kutipan selain karya sendiri , kecuali dalam bentuk tertulis
mengacu pada naskah lain telah terdaftar dalam pustaka.

Palu,16 Maret 2021


Penulis,

Sri Devi S
G 701 15 221

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat
beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarganya, parasahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir
zaman, amin.

Penulis skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana pada Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Tadulako. Judul penulis ajukan adalah “STUDI
ETNOFARMAKOLOGI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN PADA
SUKU KAILI KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN
DONGGALA”

Dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak hambatan yang penulis hadapi,
namun berkat bantuan, bimbingan, motivasi, dan dukungan dari berbagai pihak
sehingga akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati dan segala hormat penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada segala pihak yang berperan penting
dalam penyelesaian skripsi ini. Teristimewa dengan rasa bangga penulis
persembahkan sebagai tanda terima kasih kepada yang telah membesarkan,
memberikan kehidupan yang baik, serta membimbing dan mendidik penulis,
yakni kedua orang tua ayahanda Sappe Wali dan Ibunda saya Masdallia yang
sangat sabar menjaga penulis dari kecil hingga sekarang dan memberikan banyak
bantuan baik berupa doa maupun dukungan hingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dan pendidikan strata satu dijenjang perguruan tinggi.

Selain itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-


tulusnya kepada Ibu apt. Dra. Hj. Nurlina Ibrahim,S.Si.,M.Si. selaku dosen
pembimbing yang selalu memberi wawasan, arahan dan meluangkan waktunya

x
untuk mendengarkan keluhan penulis. Selain itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Mahfudz MP. selaku rektor Universitas Tadulako
yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menempuh
pendidikan di Universitas Tadulako.
2. Ibu Darmawati Darwis, S.Si., M.Si., Ph.D. selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako beserta
jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan di prodi Farmasi FMIPA UNTAD.
3. Bapak Apt. Syariful Anam, M.Si., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Farmasi.
Serta Ibu Apt. selaku Sekertaris Jurusan Farmasi FMIPA UNTAD.
4. Bapak/Ibu dosen Program Studi Farmasi FMIPA UNTAD yang telah banyak
membantu dan membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan selama
perkuliahan.
5. Seluruh staf akademik FMIPA UNTAD yang telah memberikan pelayanan
yang baik kepada penulis selama kuliah.
6. Semua laboran Jurusan Farmasi FMIPA UNTAD atas segala bantuannya
kepada penulis selama kuliah
7. Terima kasih Untuk teman-teman saya yang telah mendukung dan membantu
saya selama pekulihaan geng CILXI Meylan Stefani darungo, sri wahyuni,
Sri Wahyuni bagenda S.farm,Cindiyah Anastasia clarita, Atika,Sitti jumriah
S.farm, dan yang lain yg tidak bisa sy sebutkan semua namanya, dan Sahra
sari S.farm, Risma mufa S.farm, Alma pratama S.farm yang juga banyak
membantu selama perkulihaan dam banyak menyemangati.
8. Terima kasih untuk pacar saya Asri Nurdin yang tanpa henti selalu memberi
dukungan dan semangat. Nasehat dan saran yang diberikan adalah hal yang
menolong dan membuat saya lebih kerja keras dan menyelesaikan tugas akhir
ini.
9. Terimakasih untuk sister saya di kos terutama Sri wahyuni lamakku
A.Md.keb dan adik adik sy Nurfaida, fitrayani ilham yang selama ini
menemani saya dalam suka dan duka dalam mengurus tugas akhir sampai

xi
dimana saya berada pada tahap in yang selalu memberikan bantuan,
dukungan dan semangat.
10. Terimakasih untuk teman saya Rahmada S.farm dan sitti muclifah utami
ningsi S.farm, yang membantu saya pada menyelesaikan tugas akhir ini
memberikan nasehat dan membuat saya tersadar lebih baik dan bekerja keras
11. Teman-teman kelas D angkatan 2015 yang telah memberikan bantuan,
dukungan dan semangat dalam menyusun skripsi ini.
11. Teman-teman Emulgator 2015 yang selalu memberikan dukungan dan
motivasi.
12. Kakak-kakak dan adik-adik angkatan 2009 (Injeksi), 2010 (Pot10), 2011
(Plasebo), 2012 (Formulasi), 2013 (Kapsul), 2014 (Farmakope), 2015
(Emulgator), 2016 (Pulvis), 2017 (Elixir), 2018 (Riboflavin) dan 2019 yang
telah membantu baik yang tidak ingin disebutkan namanya disini maupun
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu disini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan
sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan
kedepannya. Akhirnya dengan segala kerendahan hati dan semoga apa yang
tersirat dalam tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Palu, 16 Maret 2021

Penulis

xii
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL ......................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ........................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
ABSTRACT..................................................................................................../. vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
1.5 Batasan Masalah .............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 5


2.1 Etnofarmakologi ............................................................................ 5
2.2 Obat Tradisional ............................................................................ 5
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Obat Tradisional ............................... 6
2.4 Penyakit Saluran Pernafasan ......................................................... 6
2.4.1 Defenisi ................................................................................ 6
2.4.2 Gangguan Pada Sisten Pernafasan ....................................... 7
2.5 Etiologi .......................................................................................... 8
2.6 Patofisiologi .................................................................................. 9

xii
2.7 Identisikasi Tanaman .................................................................... 10
2.8 Bagian-Bagian Tumbuhan ............................................................ 12
2.9 Kecamatan Banawa Selatan (Kabupaten Donggala) ..................... 12
2.10 Suku Kaili ..................................................................................... 12

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 14


3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................... 14
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................ 14
3.3 Jenis Penelitian ............................................................................... 14
3.4 Populasi dan Sampel ....................................................................... 14
3.4.1 Populasi .................................................................................. 14
3.4.2 Sampel ................................................................................... 14
3.5 Menentukan Sampel ........................................................................ 15
3.6 Pengumpulan Data .......................................................................... 15
3.7 Defenisi Oprasion ............................................................................ 16
3.8 Analisis Data ................................................................................... 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 18


4.1 Karakteristik Sampel ....................................................................... 18
4.2 Jenis Tumbuhan yang Digunakan Untuk Mengobati Penyakit
Saluran Pernafasan Oleh Suku Kaili di Kecamatan Banawa
Selatan Kabupaten Donggala .......................................................... 19
4.3 Bagian Tumbuhan yang Digunakan Untuk Mengobati
Penyakit Saluran Pernafasan Oleh Suku Kaili di Kecamatan
Banawa Selatan .............................................................................. 21
4.4 Cara Pengolahan dan Penggunaan, Serta Takaran Bagian
Tumbuhan Obat yang Digunakan Sebagai Obat Penyakit
Saluran Pernafasan Oleh Suku Kaili di Kecamatan Banawa
Selatan Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah ............................. 24

xiii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 31
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 31
5.2 Saran ................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 32
LAMPIRAN ..................................................................................................... 33
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 33
SURAT KETERANGAN PUBLIKASI .......................................................... 33
NASKAH JURNAL ......................................................................................... 33
SURAT KEPUTUSAN (SK) PEMBIMBING SKRIPSI ................................ 33

xiv
DAFTAR TABEL

TABEL Halaman
4.1.1 Karakteristik Sandro/Penyehat Suku Kaili di Kecamatan Banawa
Selatan Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah ..................................... 18
4.2.1 Inventarisasi Tumbuhan yang Dimanfaatkan Sebagai Obat
Tradisional Untuk Mengobati Penyakit Saluran Pernafasan Oleh
Masyarakat Suku Kaili Kecamatan Banawa Selatan ............................. 20
4.3.1 Bagian yang Digunakan Untuk Mengobati Penyakit Saluran
Pernafasan Oleh Suku Kaili di Kecamatan Banawa Selatan ................. 21
4.4.1 Cara Pengolahan dan Lama Penggunaan Untuk Mengobati
Penyakit Saluran Pernafasan di Kecamatan Banawa Selatan
Kabupaten Donggala .............................................................................. 24

xv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.9 Peta Wilayah Kecamatan Banawa Selatan ............................................. 12
4.3.1 Persentase Organ Tumbuhan Obat yang Digunakan Sebagai Obat
Penyakit Saluran Pernafasan Kecamatan Banawa Selatan .................... 22

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Skema Penelitian ......................................................................................... 33
2. Dokumentasi Tumbuhan Obat yang Digunakan Sebagai Obat
Saluran Pernafasan Oleh Masyarakat Suku Kaili Kecamatan Banawa
Selatan Kabupaten Donggala ...................................................................... 35
3. Dokumentasi Foto Sandro/Penyembuh Suku Kaili Kecamatan
Banawa Selatan Kabupaten Donggala ........................................................ 37
4. Surat Pemberitahuan Hasil Identifikasi Tumbuhan Dari UPT Sumber
Daya Hayati (HERBARIUM SELEBNSE) Universitas Tadulako ............. 53
5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Dari Pemerintah Suku
Kaili di Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala ....................... 55
6. Daftar Kuisioner .......................................................................................... 57

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Studi etnofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kegunaan


tumbuhan yang memiliki efek farmakologi dalam hubungannya dengan
pengobatan dan pemeliharaan kesehatan dari suku bangsa (Ristoja
2017).Etnofarmasi meliputi studi tentang etnobotani, etnozoologi.Kajian
etnofarmakologi, etnofarmasetik, membahas tentang senyawa metabolit
sekunder yang terkandung dalam suatu bahan (Hartanto, 2014).

Tumbuhan obat dan senyawa kimia untuk mengobati saluran pernapasan


contohnya daun kemangi dan daun siri merah. Daun kemangimengandung
senyawa tannin, flavonoid, steroid/triterpenoid dan minyak atsiri, sedangkan
tanaman siri merah mengandung senyawa polifenol, flavonoid, tannin,
alkaloid, dan minyak atsiri (Erviana et, al., 2011). Penelitian lain menyatakan
bahwa senyawa kimia yang diduga memiliki aktivitas mukolotik adalah
saponin, tannin, alkaloid, dan flavonoid (Gairola et al., 2010). Kandungan
yang terdapat pada daun kemangi dan daun sirih merah diduga memiliki
aktivitas mukolitik dengan mekanisme pengenceran dahak.

Obat tradisional merupakan warisan leluhur bangsa yang telah dimanfaatkan


secara turun temurun untuk pengobatan dan pemeliharaan kesehatan.
Indonesia terdiri dari berbagai macam etnis yang memiliki keanekaragaman
tumbuhan obat dengan ciri khas masing-masing. Penggunaan tumbuhan obat
sebagai obat telah dilakukan dari generasi kegenerasi dan diwariskan dan satu
generasi kegenerasi berikutnya. Hal tersebut berdasarkan pengalaman
masyarakat yang hidup didaerah tersebut (Nisa, 2018).

Sebagai salah satu masyarakat yang masih menggunakan tanaman sebagai


obat tradisional suku kaili di Kecamatan Banawa selatan Sulawesi Tengah,

1
masih memelihara tradisi leluhur dan mengandalkan alam untuk
kehidupannya, sehingga mereka memiliki pengetahuan tentang tumbuhan
obat. Masyarakat suku kaili khususya di Kecamatan Banawa selatan memiliki
berbagai jenis tumbuhan yang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari,
baik sebagai bahan pangan contohnya jahe dapat mengobati penyakit asma
jahe ini juga bermanfaat dapat mengurangi peradangan pada saluran
pernapasan dan bawang putih pada umumnya di manfaatkan sebagai salah
bumbu penyedap makanan , bawag putih juga dapat mengatasi penyakit asma
dan sesak nafas cara membuat ramuan alami untuk mengatasi penyakit asma
atau sesak nafas.

Namun penggunaan obat tradisional tidak dicatat atau diarsipkan dengan baik
dikarenakan teknik pengobatan yang diperoleh diajarkan secara lisan,
sehingga dalam perkembangannya banyak teknik pengobatan lama yang
hilang atau terlupakan (Rosita dkk, 2007). Hal tersebut mendorong untuk
dilakukannya upaya pelestarian pengetahuan masyarakat atau suku tentang
pengobatan tradisional yang telah dilakukan secara empiris. Upaya tersebut
meliputi inventarisasi, pemanfaatan, budidaya dan penggalian kembali
pengetahuan suku lokal tentang obat tradisional.

Penyakit saluran pernapasan merupakan penyakit yang tingkat kejadiaannya


cukup luas dan dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia dan suku
bangsa. Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menjumpai penyakit seperti
asma, TBC, batuk dalam masyarakat. Sekalipun beberapa penyakit saluran
pernapasan yang tidak membahayakan jiwa, namun tetap tidak boleh
dianggap sepele, seperti batuk berdahak maupun tidak berdahak yang
berlangsung selama beberapa hari hingga menahun, baik yang disebabkan
alergi maupun infeksi.Flu peradangan pada saluran pernapasan yang ditandai
dengan gejala hidung tersumbat, keluar ingus, TBC batuk berdahak lebih dari
2 minggu terkadang disertai darah, penutrunan nafsu makan, dan berat badan.
(Ristoja 2017).

2
Kecamatan BanawaSelatan Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah pada
tahun 2018 merupakan daerah yang menempati urutan pertama dari 10 data
penyakit saluran pernapasan terbanyak pertahunnya. Berdasarkan uraian
tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai studi etnofarmakologi
tumbuhan obat saluran pernapasan pada suku kaili di Kecamatan Banawa
Selatan Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah, hal ini bertujuan untuk
mengetahui jenis tumbuhanapa saja yang digunakan untuk pengobatan
penyakit saluran pernapasan dan pengolahan setra penggunaan oleh
masyarakat suku kaili Kecamatan Banawa selatan Kabupaten Donggala
Sulawesi Tengah

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat di rumuskan


masalah sebagai berikut :
1. Jenis dan bagian tumbuhan apa saja yang digunakan untuk pengobatan
penyakit saluran pernapasan oleh masyarakat suku kaili Kecamatan
Banawa selatan?
2. Bagaimanakah pengolahan dan penggunaan untuk pengobatan penyakit
saluran pernapasan oleh masyarakat suku kaili Kecamatan Banawa
Selatan?
3. Berapakah takaran dan lama waktu yang digunakan untuk mengobati
penyakit saluran pernapasan oleh masyarakat suku kaili Kecamatan
Banawa Selatan?

1.3 Tujuan Penelitian

Melihat uraian permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk :
1. Mengetahui jenis dan tumbuhan apa saja yang digunakan untuk
pengobatan penyakit saluran pernapasan oleh masyarakat suku kaili
Kecamatan Banawa selatan?

3
2. Mengetahui bagaimana pengolahan dan penggunaan untuk pengobatan
penyakit saluran pernapasan oleh masyarakat suku kaili Kecamatan
Banawa selatan ?
3. Mengetahui takaran dan lama waktu yang digunakan untuk mengobati
penyakit saluran pernapasan oleh masyarakat suku kaili Kecamatan
Banawa selatan?

1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk Pemerintah Daerah


Memperoleh data tentang tumbuhan (ilmiah/Indonesia/lokal), pengobatan,
dan jenis tumbuhan obat yang dapat mengobati penyakit saluran
pernapasan digunakan masyarakat Suku kaili Kecamatan Banawa Selatan.
2. Untuk Masyarakat
Memberikan pengetahuan lokal bagi masyarakat tentang cara pengobatan
penyakit saluran pernapasan.
3. Untuk Penelitian
Menghasilkan sebuah pedoman pengobatan tradisional, nama tumbuhan
(ilmiah/Indonesia/lokal) dan jenis tumbuhan obat yang digunakan
masyarakat Suku kaili Kecamatan Banawa Selatan.

1.5 Batasan Masalah

Batasan dalam penelitian ini yaitu hanya sebatas mempelajari tumbuhan yang
digunakan oleh Suku kaili Kecamatan Banawa selatan untuk mengobati
penyakit saluran pernapasan yang meliputi jenis tumbuhan, bagian tumbuhan
yang digunakan, cara pengolahan dan penggunaannya serta komponen kimia
tumbuhan obat tersebut sehingga dapat mengobati penyakit saluran
pernapasan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etnofarmakologi

Etnofarmakologi merupakan ilmu dari etnobotani yang dapat diefenisikan


sebagai studi multidisiplin tentang zat biologis yang digunakan dalam
pengobatan tradisional, Atau studi ilmiah yang menghubungkan suatu
kelompok etnik dengan kesehatan mereka dan bagaimana hubungan antara
kebiasaan dan metode dari etnik tersebut dalam menciptakan dan
menggunakan obat-obatan (Pimental, et al, 2016). Dalam banyak kasus
penelitian etnofarmakologi dilakukan oleh tim individu yang memiliki
keahlian tertentu, yang dimana jika digabungkan akan mencakup lingkup
disiplin. Dalam prakteknya, peneliti etnofarmakologi meliputi wawancara
terhadap penyembuh, penginterpretasikan terminologi tradisional kedalam
pendampingan modern, menguji pasien yang mengkonsumsi herbal
penyembuh, dan mengidentifikasi penyakit dimana herbal penyembuh
tersebut digunakan (Soraya,2011).

2.2 Obat Tradisional

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun


2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional, obat tradisional adalah
bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral,
sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun digunakan untuk pengobatan sesuai dengan norma yang berlaku
dimasyarakat (Peraturan Menteri Kesehatan No.6, 2012).

Pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat terus berkembang dikalangan


masyarakat dan mewariskan kegenerasi selanjutnya. Perkembangan obat
tradisional dimulai dari ramuan-ramuan tradisonal dari kalangan masyarakat,
yang kemudian dikembangkan menjadi ramuan yang diyakini berkhasiat bagi
tubuh manusia. Masyarakat lebih cenderung memilih menggunakan obat

5
tradisional yang memanfaatkan tumbuhan sekitar, karena harga dari obat
sintesis terlalu mahal serta efek samping yang cukup besar. Jika dibandingkan
dengan obat tradisional, obat tradisonal lebih ekonomis serta efek
sampingnya tidak cukup besar bagi tubuh (Wasito, 2011).

2.3 Kelebihan dan Kelemahan Obat Tradsional

a. Kelebihan Obat Tradisional


Dibanding obat-obat modern, tanaman obat dan obat tradisional memiliki
beberapa kelebihan antara lain efek sampingnya relatif kecil jika
digunakan secara tepat, komponen dalam suatu bahan memiliki efek saling
mendukung, pada satu tanaman obat memiliki beberapa efek farmakologi,
lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik degeneratif (Katno, 2008).

b. Kekurangan Obat Tradisional


Disamping berbagai keuntungan, bahan obat alam juga memiliki beberapa
kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat
tradisional (termasuk dalam upaya agar bisa diterima pada pelayanan
kesehatan formal). Adapun beberapa kelemahan tersebut antara lain : efek
farmakologisnya yang lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat
higroskopis serta volumines, belum dilakukan uji klinik dan mudah
tercemar berbagai jenis mikroorganisme (Katno dan Pramono, 2010).

2.4 Penyakit Saluran Pernapasan

2.4.1 Definisi

Penyakit saluran nafas merupakan penyakit yang tingkat kejadiaannya


cukup luas dan dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia dan
suku bangsa. Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menjumpai
penyakit seperti asma, bronchitis, TBC, batuk serta demam dalam
masyarakat. Sekalipun ada beberapa kali penyakit saluran pernapasan
yang tidak membahayakan jiwa, namun tetap tidak boleh dianggap
sepele, mengingat berbagai komplikasi yang dapat ditimbulkan (Fadlil,
2014).

6
Kelainan dan gangguan pada sistem pernafasan dapat disebabkan oleh
dua hal, yaitu terjadi gangguan pada proses pengikatan oksigen dan
kelainan pada saluran pernafasan sehingga mengganggu aliran udara.
Gangguan pada proses pengikatan oksigen terjadi karena adanya
kompetisi antara oksigen dan zat lain yang dapat berikatan dengan
hemoglobin. Beberapa gangguan pada sistem pernafasan yaitu
asbestosis, asma, bronkitis, difteri, emfisema, faringitis, kanker paru-
paru, influenza, pneumonia, rhinitis dan sinusitis (Pradana, 2016).

2.4.2 Gangguan Pada Sistem Pernafasan


Ada beberapa gangguan pasa sistem pernafasan yaitu :
1. Asma
Asma adalah suatu kondisi paru-paru yang kronis, yang di tandai
dengan sulit bernafas. Saluran pernafasan penderita asma sangan
sensitive dan memberi respon yang sangat berlebihan jika
mengalami rangsangan atau gangguan. Saluran pernafasan tersebut
bereaksi dengan cara menyempit dan menghalangi udara yang
masuk. Penyempitan atau hambatan ini bisa mengakibatkan salah
satu atau gabungan dari berbagai gejala mulai dari batuk, sesak,
napas pendek, tersengal-sengal, hingga napas yang berbunyi ngik-
ngik (Vitahealth,2006).

Gejala awal adalah batuk terutama pada malam hari, sesak nafas,
nafas berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien menghembuskan
nafasnya, rasa berat di dada dan dahak sulit keluar.Gejala berat asma
ialah serangan batuk yang hebat, sesak nafas yang yang berat dan
tersengal-sengal sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar
mulut) sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam
keaddan duduk serta kesadaran menurun (Pradana, 2016).

2. Bronkitis
Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke
paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya

7
akan sembuh sempurna. Tetapi, pada penderita yang memiliki
penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-
paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bersifat serius (Suryo, 2010).

Tanda penyakit bronkitis yaitu demam ringan, nyeri dada ringan,


kemacetan sinus, batuk berdahak, ada desahan suara saat bernafas,
ada rasa tidak nyaman di bagian dada, kelelahan dan faringitis
(Pradana, 2016).

3. Tuberkulosis Paru-Paru

Tuberculosis paru-paru merupakan penyakit Infeksi yang menyerang


parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Myobacterium
tuberculosis.Penyakit ini dapat juga menyebar kebagian tubuh lain
seperti meningen, ginjal, tulang dan nodus linfe (Somantri, 2007).
Gejala umum tuberculosis adalah batuk yang terus menerus selama
2-3 minggu atau lebih, batuk berdahak kadang berdarah, nyeri dada,
penurunan berat badan, demam, menggigil, berkeringat malam hari,
kelelahan dan kehilangan selera makan (Cahyono, 2010).

2.5 Etiologi
1. Asma
Asma dapat disebabkan oleh kelainan fungsi reseptor adenilat siklase
adrenergik –β, dengan penurunan respons adrenergik. Laporan penurunan
jumlah reseptor adrenergik-β pada leukosit penderita asma dapat memberi
dasar struktur hiporesponsivitas terhadap agonis-β. Cara lain ,
bertambahnya aktivitas kolinergik pada jalan napas diusulkan sebagai
defek pada asma, kemungkinan diakibatkan oleh beberapa kelainan pada
reseptor iritan, baik intrinsik ataupun didapat, pada penderita asma
agaknya mempunyai nilai ambang yang rendah dalam responnya terhadap
rangsangan, dari pada individu normal (Wahab, 1999).

8
2. Bronkitis
Faktor lingkungan yang menyebabkan bronkitis yaitu merokok merupakan
penyebab utama, disertai resiko tambahan akibat polutan udara ditempat
kerja atau di dalam kota, dan faktor genetik yaitu defisiensi α-antitripsin
merupakan merupakan predisposisi untuk berkembangnya PPOK dini
(Davey, 2005).

3. Tuberkulosis
Sumber penularan adalah TB BTA positif pada waktu batuk dan bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam batuk droplet (percikan
dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada
suhu kamar selama beberapat jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet
tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan (Pharmaceutical, 2005)

2.6 Patofisiologi
1. Asma
Serangan awal asma dapat terjadi pada masa kanak-kanak atau dewasa.
Episode asma akut yang disebut sebagai serangan asma dapat dicetuskan
oleh stress, olahraga berat, infeksi atau pemajanan terhadap alergen atau
iritan lain seperti debu dan sebagainya. Serangan asmati dapat terjadi
akibat beberepa perubahan fisiologi termasuk perubahan dalam respon
imunologi, resistensi jalan udara yang meningkat, komplians paru yang
meningkat, fungsi mukosiliaris yang mengalami kerusakan dan pertukaran
oksigen-carbon dioksida yang berubah (Effendy, 2003)

2. Bronkitis
Bronkitis terjadi karena respiratory Syncytial Virus (RSV), virus influenza,
virus para influenza, asap rokok, polusi udara yang terhirup selama
inkubasi virus kurang lebih 5 sampai 8 hari. Unsur-unsur iritan ini
menimbulkan inflamasi pada percabangan trakeobronkial, yang
menyebabkan peningkatan produksi secret dan penyempitan atau
penyumbatan jalan napas. Seiring berlanjutnya proses inflamasi perubahan

9
pada sel-sel yang membentuk dinding traktus respiratoryus akan
mengakibatkan resistensi jalan napas yang kecil dan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi yang berat sehingga menimbulkan penurunan oksigen
daerah arteri. Efek tambahan lainnya meliputi inflamasi yang menyebar
luas, penyempitan jalan napas dan penumpukan mucus didalam jalan
napas.Dinding bronkus mengalami inflamasi dan penebalan akibat edema
serta penmpukan sel-sel inflamasi. Selanjutnya efek bronkoplasme otot
polos akanmempersempit lumen bronkus (kowalak, 2011)

3. Tuberkulosis
Setelah kuman tb masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan,
kuman tb tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya,
melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas, atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari
seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya, makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin
menular penyakit tersebut. Kemungkinan seseorang terinfeksi tuberkulosis
ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup
udara tersebut. Secara klinis tuberkulosis dapat terjadi melalui infeksi
primer dan paksa primer, infesi primer terjadi saat seseorang terkena
kuman tuberkulosis untuk pertama kalinya.Setelah terjadi infeksi saluran
pernapasan, di dalam alveoli (gelembung paru) terjadi peradangan. Hal ini
disebakan oleh kuman tuberkulosis yang berkembang biak dengan cara
pembelahan diri di paru. Waktu terjadinya infeksi hingga pembentukan
komplek primer adalah sekitar 4-6 minggu. Infeksi paksa primer terjadi
kesalahan beberapa bulan atau atau tahun setelah infeksi primer. Ciri khas
tuberkulosis paksa adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya
kavitas atau efusi pleura (Pharmaceutical, 2005).

2.7 Identifikasi tumbuhan


Famili yang paling banyak digunakan dalam pengobatan saluran
pernafasan yaitu zingiberaceae. Zingiberaceae mempunyai jumlah jenis
terbanyak dibandingkan famili lain dalam ordo yang sama, dan memiliki

10
peran dalam sejumlah pengobatan salah satunya dapat mengobati radang
(Raja 2012). Lamiaceae umumnya berupa herba dan semak, banyak jenis
dari suku yang memiliki keanekaragaman jenis tinggi umumnya berupa
herba dan semak dan juga memiliki peran dalam sejumlah pengobatan
tradisional (Raja 2012). lamiaceae mempunyai kandungan yang bersifat
pereda nyeri,anti radang dan penangkal infeksi (venkateshappa 2013).
Family rubiceae tersebar luas diseluruh dunia, dapat ditemukan dikawasan
tropis dan subtropics, jenis ini juga tumbuh liar di pematang sawag,
tebing –tebing dan salah satu suku tumbuhan yang mengobati radang dan
amandel dengan perasan buah masak yang diparut.

2.8 Bagian-Bagian Tumbuhan


Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan adalah daun. Menurut
Zuhud(2009), Hal ini karena bagian daun merupakan bagian yang sangat
mudah dan sederhana. Selain itu karena khasiat daun diketahui secara turun
temurun lebih banyak dalam segi penyembuhannya dibandingkan dengan
bagian yang lain. Bagian Tumbuhan Obat yang sering digunakan kedua
adalah rimpang karena tanaman obat rimpang-rimpangan adalah jenis
tanaman yang mudah di tanaman dalam kondisi apapun dan dengan lahan
yang terbatas, jenis rimpang-rimpangan seperti jahe, kunyit, lengkuas, kencur
adalah salah satu contoh tanaman obat yang mudah di tanaman dalam segala
kondisi. Jenis tanaman ini juga paling sering digunakan dan di konsumsi oleh
keluarga dalam skala kecil sebagai kebutuhan masak memasak (Paryadi,
2017). Sedangkan buah tidak bisa di ambil setiap waktu karena tumbuh tidak
sepanjang waktu (Setyowati, 2010). Begitupun pada bagian akar cenderung
akan merusak tanaman kelestarian jenis tumbuhan obat tersebut (Noorcahyati,
2012).

2.9 Kecamatan Banawa Selatan (Kabupaten Donggala)

Kecamatana Banawa Selatan memiliki ibu kota Kecamatannya Desa Watatu


dengan jarak 27 km dari ibu kota Kabupaten Donggala terdiri atas 19
(sembilan belas) desa dengan luas wilayah sebesar 430,67 km2 atau 8,16

11
persen dari total luas wilayah dikabupaten Donggala. Lima desa terletak
didaerah pesisir dan 14 (empat belas) desa lainnya merupakan desa non-
pesisir (BPS, 2018).Banawa Selatan terdiri dari 19 Desa:Mbuwu, Surumana,
Lumbu Tarombo, Salumpaku, Watatu, Lalombi, Tanah Mea, Bambarini,
Salongkaenu, Lumbumamara, Tolongano, Tosale, Ongulara, Malino,
Lumbulama, Lembasada, Sarombaya, Salusumpu, Tanampulu (BPS, 2018).

Gambar 2.9.1 : Peta Wilayah Kecamatan Banawa Selatan

2.10 Suku Kaili

Suku Kaili adalah suku bangsa di Indonesia yang mendiami sebagian besar
dari Provinsi Sulawesi Tengah, khususnya wilayah Kabupaten Donggala,
Kabupaten Sigi, dan Kota Palu, di seluruh daerah di lembah antara Gunung
Gawalise, Gunung Nokilalaki, Kulawi, dan Gunung Raranggonau. Mereka
juga menghuni wilayah pantai timur Sulawesi Tengah, meliputi Kabupaten
Parigi-Moutong, Kabupaten Tojo-Una Una dan Kabupaten Poso.
Masyarakat suku Kaili mendiami kampung/desa di Teluk Tomini yaitu
Tinombo, Moutong, Parigi, Sausu, Ampana, Tojo dan Una Una, sedang di
Kabupaten Poso mereka mendiami daerah Mapane, Uekuli dan pesisir
Pantai Poso (RISTOJA, 2017).

12
Untuk menyatakan "orang Kaili" disebut dalam bahasa Kaili dengan
menggunakan awalan "To" yaitu To Kaili. Ada beberapa pendapat yang
mengemukakan etimologi dari kata Kaili, salah satunya menyebutkan
bahwa kata yang menjadi nama suku Kaili ini berasal dari nama pohon dan
buah Kaili yang umumnya tumbuh di hutan-hutan di kawasan daerah ini,
terutama di tepi Sungai Palu dan Teluk Palu. Pada zaman dulu, tepi pantai
Teluk Palu letaknya menjorok l.k. 34 km dari letak pantai sekarang, yaitu di
Kampung Bangga. Sebagai buktinya, di daerah Bobo sampai ke Bangga
banyak ditemukan karang dan rerumputan pantai/laut. Bahkan di sana ada
sebuah sumur yang airnya pasang pada saat air di laut sedang pasang
demikian juga akan surut pada saat air laut surut.

Menurut cerita (tutura), dahulu kala, di tepi pantai dekat Kampung Bangga
tumbuh sebatang pohon kaili yang tumbuh menjulang tinggi. Pohon ini
menjadi arah atau panduan bagi pelaut atau nelayan yang memasuki Teluk
Palu untuk menuju pelabuhan pada saat itu, Bangga.

Suku Kalili atau etnik Kaili, merupakan salah satu etnik dengan yang
memiliki rumpun etnik sendiri. Untuk penyebutannya, suku Kaili disebut
etnik kaili, sementara rumpun suku kaili lebih dari 30 rumpun suku, seperti,
rumpun kaili rai, rumpun kaili ledo, rumpun kaili ija, rumpun kaili moma,
rumpun kaili da'a, rumpun kaili unde, rumpun kaili inde, rumpun kaili tara,
rumpun kaili bare'e, rumpun kaili doi, rumpun kaili torai, dll.

13
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian inidilaksanakan pada bulan Januari – Maret 2020 dan berlokasi di


Kecamatan Banawa Selatan.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, koran,
lembar kuesioner, label, parang, pisau, kamera. Adapun bahan yang
digunakan yaitu alkohol, koran dan tumbuh-tumbuhan yang ditemukan di
lapangan saat melakukan penelitian.

3.3 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan metode


kualitatif yang dilakukan dengan observasi atau wawancara terhadap
pendekatan etnofarmakologi tumbuhan obat/ramuan berkhasiat sebagai obat
penyakit saluran pernapasan melalui analisis atau pendalaman terhadap
kearifan lokal yang dimiliki Suku kaili Kecamatan banawa Selatan.

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi
Seluruh ahli pengobatan tradisional penyehat/sandro pada suku kaili
yang berada di Kecamatan Banawa selatan.

3.4.2 Sampel
Ahli pengobatan penyehat/sandro suku kaili yang berada diwilayah
Kecamatan banawa selatan yang direkomendasikan oleh tokoh
masyarakat (kepala desa dan ketua adat serta tenaga kesehatan

14
setempat) yang mengetahui menggunakan tumbuhan dalam pengobatan
tradisional pada pengobatan penyakit saluran pernapasan.

3.5 Menentukan Sampel

Sampel dipilih berdasarkan teknik pengambilan sampel yakni (purposive


sampling), satuan sampling dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan
tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristikyang
dikehendaki (Setiawan, 2015).
Adapun kriteria penyehat/sandro adalah sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
1.1 Sanro
a. Masyarakat suku Kaili pendatang
b. Melakukan praktek atau pengobatan menggunakan tumbuhan
sebagai obat penyakit saluran pernapasan
c. Berpengalaman dalam menggunakan tumbuhan sebagai obat
d. Pengalaman sebagai sandro > 10 Tahun
1.2 Penderita
a. Pernah/sedang menderita penyakit saluran pernapasan
b. Pernah berobat pada sanro
2. Kriteria Eksklusi
2.1 Sanro
a. Tidak bersedia diwawancarai
b. Tidak menggunakan tumbuhan dalam pengobatan
2.2 Penderita
Tidak bersedia diwawancarai

3.6 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dengan menggunakan


open-ended interview adalah teknik wawancara bebas atau wawancara yang
yang dilakukan secara langsung, untuk mendapatkan dan informasi yang
lebih utuh dan rinci terkait dengan berbagai macam tanaman obat yang
digunakan oleh penyehat tradisional dalam pengobatan dapat dapat terpenuhi.

15
Disamping itu untuk melengkapi data hasil survei naka dilakukan
dokumentasi tanaman obat dalam bentuk gambar.

3.7 Definisi Oprasion

Definisi operasional merupakan salah satu aspek yang ada dalam lingkup
objek penelitian atau objek yang diteliti. Adapun definisi operasional dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Etnofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kegunaan
tumbuhan atau hewan yang memiliki efek farmakologi dalam
hubungannya dengan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan oleh suatu
suku bangsa.
b. Penyakit saluran pernafasan adalah penyakit kelainan dangangguan pada
system pernafasan yang disebabkan oleh dua hal yaitu terjadi gangguan
pada proses peningkatan oksigen dan kelainan pada saluran pernafasan
sehingga menggangu aliran udara.
c. Tumbuhan Obat merupakan ramuan bahan alam dari tumbuhan yang
diolah secara tradisional untuk menyembuhkan suatu penyakit.
d. Suku kaili adalah salah satu suku yang menetap di Pulau Sulawesi Tengah.
Suku ini menetap di wilayah Kecamatan Banawa Selatan.
e. Masyarakat suku Kaili selama ini dikenal sangat kuat dengan budayanya
mereka menjunjung tinggi tradisi, bahasa dan adat istiadatnya.
f. Penderita adalah orang yang pernah mengalami penyakit saluran
pernapasan.
g. Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dan laki-laki secara
biologis sejak seseorang lahir.
Kategori :
a. Laki-laki
b. Perempuan
h. Usia adalah selisih waktu kelahiran dengan waktu saat diwawancara.
Kategori :
a. 18-40 tahun
b. 41-60 tahun

16
c. >60 tahun
i. Tingkat pendidikan adalah pendidikan terakhir yang telah diselesaikan.
a. TIDAK SEKOLAH
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. S1
j. Pekerjaan adalah suatu usaha atau pekerjaan yang dilakukan oleh sampel.
a. IRT
b. Wiraswasta
c. Peta
d. PNS
e. Pensiunan PNS

3.8 Analisis Data

Analisa data di lakukan melalui dua tahap yaitu :


1. Analisa nama ilmiah dan famili tumbuhan obat yang digunakan oleh suku
kaili Kecamatan Banwa selatan Kabupaten Donggala untuk mengobati
penyakit saluran pernapasan yang diidentifikasi di Laboratorium
Biodivesitas Jurusan Biologi Fakultas Mipa Universitas Tadulako.
2. Analisa hasil wawancara dengan penyehat/sandro, mengenai cara
pengolahan tumbuhan obat tersebut untuk mengobati penyakit saluran
pernapasan menurut suku kaili kecamatan Banawa Selatan.

17
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Sampel

Penelitian ini dilakukan pada bulan maret 2020 pada Suku Kaili Di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Di
wilayah Kecamatan Banawa selatan terdapat 7 desa yang mayoritas kaili
yaitu di Desa Lebasada, Desa Lera, Desa lumbu tarombo, Desa Tolongano,
Desa Malino, Desa Mbuwu. Peneliti melakukan penelitian pengobatan obat
tradisional yang dilakukan oleh Suku Kaili pada desa tersebut yang telah
diwawancarai dari 7 desa, 7 sandro/penyehat.

Tabel 4.1.1 Karakteristik Sandro/Penyehat Suku Kaili di Kecamatan


Banawa Selatan Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah

No. Nama Umur Lama Menjadi Alamat


Dukun Dukun
1. Tsh 80 Tahun 10 Tahun DesaLembasada
2. Mma 66Tahun 25 Tahun DesaLera
3. Sra 60 Tahun 15 Tahun Desa Mbuwu
4. Dpa 69 Tahun 30 Tahun DesaLumbuTarabo
5. Rbn 70 Tahun 32 Tahun Desa Pesik
6. Wdg 65 tahun 10 Tahun Desatolongano

7. Skd 55tahun 10 Tahun Desa malino

Etnis Kaili sebagai kelompok etnis yang dominan mendiami sebagian besar
wilayah Sulawesi Tengah, Khususnya di Kecamatan banawa selatan
Kabupaten Donggala masih mempertahankan budaya serta tradisi pengobatan
menggunakan tumbuhan. Penyehat pada suku kaili disebut sanro yang secara
turun temurun melestarikan penggunaan dan pengobatan tradisional
menggunakan bahan alam khususnya tumbuhan. Hal ini masih berkembang
hingga saat ini karena kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan

18
tradisional menggunakan tumbuhan obat untuk menggobati penyakit yang
diderita.

Masyarakat Suku kaili di Kecamatan banawa selatan Kabupaten Donggala


sebagian besar mata pencariannya adalah nelayan, petani/pekebun dan masih
menggunakan tumbuhan segar sebagai obat penyakit saluran pernafasan.
Penyakit saluran pernafasan di Kecamatan banawa selatan Kabupaten
Donggala ada 2 yaitu asma dan tuberkulosis. Masyarakat disana biasa
melakukan pengambilan tumbuhan obat dari kawasan yang mudah dijangkau,
seperti pekarangan, kebun, dan sawah. Sedangkan pengambilan jenis
tumbuhan yang ada di hutan tidak terlalu sering dilakukan. Sebagian besar
masayarakat juga tidak menyimpan tumbuhan obat dalam bentuk simplisia
karena langsung mengambil tumbuhan obat pada saat dibutuhkan.

Masyarakat Suku kaili Kecamatan Banawa selatan Kabupaten kaili yang


paham tentang pengobatan tradisional lebih banyak di usia tua di bandingkan
dengan yang berumur masih muda, hal tersebut ada hubungannya dengan
pengetahuan masyarakat karena semakin tua seseorang semakin banyak
pengalaman yang didapatkan tentang penggunaan obat tradisional selain itu
pada zaman mereka memang belum ada atau masih jarang pengobatan
modern sehingga mereka lebih sering menggunakan obat tradisional sampai
sekarang hal inilah yang mempengaruhi banyaknya umur usia tua yang
menggunakan obat tradisional. Begitupun dengan tingkat pendidikan dilihat
dari responden masyarakat penggunaan obat tradisonal terbanyak adalah
tingkat pendidikan SMP. Berdasarkan hasil penelitian Hal ini
menggambarkan bahwa tidak ada hubungan anatara pendidikan dengan
pengobatan tradisional karena pengetahuan tentang pengobatan tradisional di
masyarakat Suku kaili didapatkan secara turun temurun.

19
Adapun hasil wawancara yang telah dilakukan pada 7 sandro di 7 desa yang
mayoritas suku kaili rata-rata berumur dari 60-80 tahun dan lama menjadi
sanro sekitar 10-30 tahun dan mata pencariannya nelayan,pekebun dan URT.

4.2 Jenis Tumbuhan yang digunakan Untuk Mengobati Penyakit saluran


pernapasan oleh Suku kaili di Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten
Donggala

Adapun hasil wawancara yang telah dilakukan kepada 7 orang sanro suku
kaili diketahui bahwa terdapat 11 jenis tumbuhan yang digunakan oleh suku
kaili untuk mengobati penyakit saluran pernafasan. Jenis-jenis tumbuhan
yang digunakan oleh suku Kaili sebagai obat tradisional untuk mengobati
penyakit saluran pernafasan pada umumnya dibudidayakan sendiri atau
tumbuh liar di sekitar rumah dan sekitar perkebunan. Sanro pada suku kaili di
Kecamatan Banawa Selatan menggunakan tumbuhan sebagai obat tradisional
berdasarkan pengetahuan dari warisan leluhur atau secara turun-temurun dari
orang tua terdahulu sehingga sudah menjadi budaya turun-temurun dari satu
keluarga. Hal ini sudah terjadi di kehidupan masyarakat sebelum masyarakat
mengenal adanya obat-obatan modern atau obat-obatan sintetik.

Berdasarkan hasil identifikasi spesimen yang dilakukan di UPT sumber daya


hayati Sulawesi(HERBARIUM CELEBENSE)Universitas Tadulako didapatkan
7 jenis famili tumbuhan dan 11 jenis spesies yang digunakan sebagai obat
untuk mengobati penyakit saluran pernafasan oleh masyarakat suku Kaili
yang ada di KecamatanBanawa Selatan. Inventaris tumbuhan yang digunakan
untuk mengobati penyakit saluran pernafasan oleh suku Kaili di Kecamatan
Banawa Selatan Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah dapat dilihat pada
tabel 4.2.1.

20
Tabel 4.2.1 Inventarisasi Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai Obat
Tradisional Untuk Mengobati Penyakit Saluran pernafasan oleh
Masyarakat Suku Kaili Kecamatan Banawa Selatan

No. Nama Lokal Nama Spesies Family


Umum
Orthosiphon
Vusungi Kumis Lamiaceae.
1. aristus (blume)
taveve kucing
miq
Morinda Rubiaceae
2. Bangudu Mengkudu
citrifolia L
Tabernaemonta
Lombo - Apocynaceae
3. Kayu lana na pandacaqui
lombo
Lam
Zingiber Zingiberaceae
4. Kula Jahe
officinale roscoe
Kaempferia Zingiberaceae
5. Sikuri Kencur
galangal L
6. Pia mputi Bawang Allium sativum L Amaryllidaceae
putih
7. Ira pepaya Daun Carica papaya L Caricaceae
Pepaya
Annona muricata
8. Ira sakaya Sirsak Annonaceae
L

Daun
9. Putri malu Fabaceae
putrid malu Mimosa pudica L

Alpinia galangal
10. Lingua lingkuas Zingiberacea
L

Daun awar Ficus septic


11. Ira besule Moraceae
awar burm.f.

Tumbuhan Daun pepaya memiliki kandungan kimia alkaloid karpin,


karikaksantin, violaksantin, papain, saponin, flavanoid dan tanin (Milind,
2011). Selain itu senyawa alkaloid bekerja dengan cara menghambat aktivitas
enzim acetylcholinesterase yang mempengaruhi transmisi impuls saraf.
Kondisi ini menyebabkan terjadinya gangguan transmisi yang dapat

21
menyebabkan menurunnya koordinasi otot, konvulsi, gagal nafas dan
kematian (Hadi et al, 2002). Daun Putri malu Senyawa flavanoid yang tinggi
pada putri malu menunjukkan bahwa tanaman tersebut berpotensi sebagai
antioksidan (Zang,et al, 2011). Senyawa flavonoid memiliki aktivitas
antiplasmodium melalui efek penghambatan degradasi hemoglobin,
detoksifikasi heme dalam tubuh parasit dan penghambatan sintesis membran
sel parasit sehingga menyebabkan kematian plasmodium (Relita, dkk. 2013).
Daun sirsak kandungan senyawa dalam daun sirsak antara lain
steroid/terpenoid, flavanoid, kumarin, dan tanin (Robinson, 1995). Bawang
putih mengandung senyawa fenolik yang berguna sebagai antioksidan
(Prasonto et al, 2017). Fenolik yang terkandung pada tumbuhan bawang
putih, kerja fenolik sebagai antimikroba dengan cara merusak lipid pada
membrane plasma, sehingga menyebabkan keluarnya kandunganseluler
mikroba. Pada dinding sel mycrobakteria (penyebab tuberculosis dan lepra)
(Murwani, 2015). Jahe merah senyawa kimia yang terkandung pada rimpang
jahe merah yaitu flavanoid, saponin, tannin/polifenol, dan steroid/tripertenoid.
Selain itu Flavanoid yang terkandung dalam tumbuhan jahe merah untuk
penyakit tuberkulosis memiliki aktivitas anti-TB dengan cara menyerap
radikal hidroksil dan radikal anion superoksida (Mohod, 2011). Kencur
kandungan yang terdapat pada kencur etil p-metoksisinamat mampu
mengobati asma dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri myobakterium
tuberkulosis (Handayani dkk, 2015).

4.3 Bagian Tumbuhan yang digunakan untuk Mengobati Penyakit Saluran


Pernafasan oleh Suku Kaili Kecamatan Banawa Selatan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 7 sanroyang ada di
Kecamatan Banawa Selatan dalam pengobatannya terhadap penyakit saluran
pernafasan biasanya menggunakan tumbuhan tunggal (hanya satu jenis
tumbuhan). Adapun bagian tumbuhan yang digunakan untuk mengobati
penyakit saluran pernafasan oleh Suku Kaili di Kecamatan Banawa Selatan
Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah dapat dilihat pada tabel 4.3.1.

22
Tabel 4.3.1 Bagian yang digunakan untuk Mengobati Penyakit Saluran
Pernafasan oleh Suku Kaili di Kecamatan Banawa Selatan
No. Nama Tumbuhan Bagian Tumbuhan Persentase

1. Sirsak
2. Putri malu
3. Papaya
Daun 58,3 %
4. Awar-awar
5. Mengkudu
6. Kumis kucing
7. Dadap
8. Jahe merah

9. Kencur Rimpang 25,0 %

10. Lengkuas

11. Bawang putih Umbi 8,3 %

Mengkudu Buah 8,3 %


12.

Daun Rimpang Umbi Buah

8.3%
8.3%

25.0% 58.3%

Gambar 4.3.1 Gambar Persentase Organ Tumbuhan Obat Yang Digunakan


Sebagai Obat Penyakit Saluran Pernafasan Kecamatan
Banawa Selatan

23
Berdasarkan Diagram 4.3.1, bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai
obat saluran pernafasan adalah daun dengan persentase 58,3%, umbi 8,3%,
Buah 8,3% dan rimpang25%. Dari tabel diatas menunjukan bahwa bagian
tumbuhan yang paling banyak digunakan adalah daun dan rimpang. Daun
merupakan bagian tumbuhan yang sangat penting dan umumnya setiap
tumbuhan memiliki banyak daun, daun mudah dijumpai dan selalu tersedia
serta pengambilannya yang tergolong lebih mudah. Selain itu karena khasiat
daun diketahui secara turun temurun lebih banyak dalam segi
penyembuhannya dibanding dengan bagian tumbuhan yang lain. Pada daun
terdapat senyawa metabolit sekunder yang berguna sebagai obat, seperti
tanin, alkaloid, minyak atsiri dan senyawa organik lainnya. Selain itu daun
merupakan bagian utama tumbuhan tempat berlangsungnya fotosintesis
(Pertamawati, 2010).

Rimpang adalah batang beserta daun yang terdapat dalam tanah, tumbuh
bercabang-cabang dan tumbuh mendatar (Tjitrosoepomo, 2007). Penggunaan
rimpang dalam pengobatan tradisional suku kaili yakni sebesar25%. Umbi ini
dapat dikatakan sebagian dari batang kar yang membesar dan lunak yang
mengandung cadangan makanan. Tanaman ini secara vegetative dibiakan
dengan umbi , baik dengan cara dipotong-dipotong terlebih dahulu maupun
secara utuh ( Mangoendidjojo,2003).

Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat saluran pernafasan adalah


daun dengan persentase 59%, umbi 8% buah 8% dan rimpang 25%. Dari
gambartersebut menunjukan bahwa bagian tumbuhan yang paling banyak
digunakan adalah daun dan rimpang. Daun merupakan bagian tumbuhan yang
sangat penting dan umumnya setiap tumbuhan memiliki banyak daun, daun
mudah dijumpai dan selalu tersedia serta pengambilannya yang tergolong
lebih mudah. Selain itu karena khasiat daun diketahui secara turun temurun
lebih banyak dalam segi penyembuhannya dibanding dengan bagian
tumbuhan yang lain. Pada daun terdapat senyawa metabolit sekunder yang

24
berguna sebagai obat, seperti tanin, alkaloid, minyak atsiri dan senyawa
organik lainnya. Selain itu daun merupakan bagian utama tumbuhan tempat
berlangsungnya fotosintesis (Pertamawati, 2010). Rimpang adalah batang
beserta daun yang terdapat dalam tanah, tumbuh bercabang-cabang dan
tumbuh mendatar (Tjitrosoepomo, 2007). Penggunaan rimpang dalam
pengobatan tradisional suku Kaili yakni sebesar 30%. Sedangkan umbi ini
dapat dikatakan sebagai bagian dari batang akar yang membesar dan lunak
yang mengandung cadangan makanan. Tanaman ini secara vegetative
dibiakkan dengan umbi, baik dengan cara dipotong-potong terlebih dahulu
maupun secara utuh (Mangoendidjojo, 2003).

4.4 Cara Pengolahan dan Penggunaan, Serta Takaran Bagian Tumbuhan


Obat Yang Digunakan Sebagai Obat Penyakit Saluran Pernafasan Oleh
Suku Kaili Di Kecamatan Banawa selatan Kabupaten Donggala Sulawesi
Tengah

Hasilwawancara yang dilakukan pada 7sanro suku Kaili di Kecamatan


Banawa Selatan Kabupaten Donggala, sebagian besar memanfaatkan
tumbuhan yang masih segar atau belum berbentuk simplisia sebagai obat
penyakit saluran pernafasan dengan menggunakan tumbuhan tunggal dan
kombinasi. Cara pengolahan tanaman yang penggunaan tumbuhan obat dalam
bentuk segar tidak membutuhkan waktu yang lama untuk dapat dikonsumsi
atau dapat langsung digunakan dari beberapa sandro sebagai obat penyakit
salura pernafasan oleh Suku Kaili di Kacamatan Banawa Selatan, sebagai
berikut :
Tabel 4.4.1 Cara Pengolahan Dan Lama Penggunaan Untuk Mengobati Penyakit
Saluran Pernafasan Di Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala
No Nama Nama Cara pengolahan Cara Kandungan kimia
Sanro Tanaman penggunaan

1. Rbn Daun 5 lembar daun pepaya 3x sehari alkaloid karpin,


papaya direbus dengan 3 diminum karikaksantin, ,
gelas hingga menjadi untuk flavanoid dan tanin
1 gelas air penyakit (Milind, 2011).
asma

25
2. Rbn Daun 2 genggam daun putri 3x sehari flavanoid yang
putri malu malu, direbus dengan diminum tinggi pada putri
3 gelas air tunggu untuk malu (Mimosa
mendidih hingga penyakit pudica L.) (Zang,et
menjadi 1 gelas air asma al, 2011)

3. Dpa Daun 5 lembar daun pepaya 3x sehari lainsteroid/terpenoi


sirsak direbus dengan 3 diminum d, flavanoid,
gelas air tunggu untuk kumarin, dan tanin
mendidih hingga penyakit (Robinson, 1995)
menjadi 1 gelas air asma

4. Dpa Ken 3 buah rimpang 3x sehari etil p-


kencur dibersihkan untuk metoksisinamat
dengan air, lalu penyakit (Handayani
direbusdengan 3 asma dkk,2015).
gelas air, tunggu
hingga menjadi 1
gelas

5. Skd Bawang 3 umbi bawang putih 3x sehari di fenolik yang


putih dikupas kulitnya, 1 untuk berguna sebagai
gelas air hangat dan tuberculosis antioksidan
diminum air ramuan (Prasonto et al,
2017).

6. Wdg Jahe 3 rimpang jahe merah 3x sehari di flavanoid,saponint


merah dikupas kulitnya, untuk annin/polifenol,
ditambahkan air 3 penyakit dan
gelas hingga menjadi tuberculosis steroid/tripertenoid
1 . (Mohod, 2011).

7. Tns Daun 3 lembar daun awar 2x sehari di Flavanoid,alkaloid


awar- dihaluskan diperas untuk
awar airnya hinnga ½ tuberculosis ( wu et al.2002)
gelas

8. Tns lingkuas 3 rimpang di 3xsehari Minyak atsiri,


haluskan di peras untuk flavonoid, fenol
hingga mengeluarkan penyakit dan terpenoid
air secukupnya lalu asma (Fatimawali, 2016)
diminum

9. Mrm Kumis Satu genggam daun Untuk saponin dan


kucing Kumis Kucing, penyakit essensial oil (De
direbus 2 gelas air asma, Padua et al 1999).
hingga menjadi 1 diminum 1
gelas air kali sehari
pada pagi hari

26
10. Srn Mengkud Daun dan buah Untuk obat Flavonoid,
u masing-masing 5, tuberkulosis, alkaloid,
dicuci bersih, direbus diminum 1 antrakuinon
dengan 2 gelas air, kali sehari (Kameswari dkk,
disaring pada pagi hari 2013).

11. Srn Daun Daun di ambil 5 Untuk Alkaloid


lombo- lembar dicuci bersih, penyakit ,flavonoid,dan
lombo/da direbus hingga 1 asma tanin
un dadap gelas diminum
2xsehari pagi (Rahman 2018)
dan malam

Flavonoid yang terkandung pada tumbuhan daun sirsak, daun pepaya, daun
putri malu, memiliki aktivitas sebagai obat asma. Senyawa flavonoid
memiliki mampu bertindak sebagai radikal-scavenging antioxidant dan
liphophilic antioxidant, yang mampu menangkap radikal bebas sebelum
radikal bebas menyerang memberan sel yang terdiri dari lipid sehingga
flavonoid memiliki efek proteksi terhadap sel-sel hepar dari radikal bebas
(Yuslianti, 2018). Selain itu Flavanoid yang terkandung dalam tumbuhan
jahe merah untuk penyakit tuberkulosis memiliki aktivitas anti-TB dengan
cara menyerap radikal hidroksil dan radikal anion superoksida (Mohod, 2011)

Fenolik yang terkandung pada tumbuhan bawang putih, kerja fenolik sebagai
antimikroba dengan cara merusak lipid pada membrane plasma, sehingga
menyebabkan keluarnya kandunganseluler mikroba. Pada dinding sel
mycrobakteria (penyebab tuberculosis dan lepra) (Murwani, 2015)

Tumbuhan Daun pepaya memiliki kandungan kimia alkaloid karpin,


karikaksantin, violaksantin, papain, saponin, flavanoid dan tanin (Milind,
2011). Selain itu senyawa alkaloid bekerja dengan cara menghambat aktivitas
enzim acetylcholinesteraseyang mempengaruhi transmisi impuls saraf.

27
Kondisi ini menyebabkan terjadinya gangguan transmisi yang dapat
menyebabkan menurunnya koordinasi otot, konvulsi, gagal nafas dan
kematian (Hadi et al, 2002). Daun Putri malu Senyawa flavanoid yang tinggi
pada putri malu menunjukkan bahwa tanaman tersebut berpotensi sebagai
antioksidan (Zang,et al, 2011). Senyawa flavonoid memiliki aktivitas
antiplasmodium melalui efek penghambatan degradasi hemoglobin,
detoksifikasi heme dalam tubuh parasit dan penghambatan sintesis membran
sel parasit sehingga menyebabkan kematian plasmodium (Relita, dkk. 2013).
Daun sirsak kandungan senyawa dalam daun sirsak antara lain
steroid/terpenoid, flavanoid, kumarin, dan tanin (Robinson, 1995).Bawang
putihmengandung senyawa fenolik yang berguna sebagai antioksidan
(Prasonto et al, 2017). Fenolik yang terkandung pada tumbuhan bawang
putih, kerja fenolik sebagai antimikroba dengan cara merusak lipid pada
membrane plasma, sehingga menyebabkan keluarnya kandunganseluler
mikroba. Pada dinding sel mycrobakteria (penyebab tuberculosis dan lepra)
(Murwani, 2015). Jahe merah senyawa kimia yang terkandung pada rimpang
jahemerah yaitu flavanoid, saponin, tannin/polifenol, dan steroid/tripertenoid.
Selain itu Flavanoid yang terkandung dalam tumbuhan jahe merah untuk
penyakit tuberkulosis memiliki aktivitas anti-TB dengan cara menyerap
radikal hidroksil dan radikal anion superoksida (Mohod, 2011). Kencur
kandungan yang terdapat pada kencur etil p-metoksisinamat mampu
mengobati asma dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri mybakterium
tuberkulosis (Handayani dkk,2015). Tumbuhan kumis kucing mempunyai
senyawa aktif yaitu sebagai anti inflamasi adalah saponin dan lipophilic
flavonoid. Anti inflamasi dapat menghambat proses siklooksigenase dan
lipoxygenase (Van deer veen et al, 1997), Mengkudu memiliki senyawa aktif
yaitu alkaloid, alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri,
mekanismenya yaitu dengan cara mengganggu komponen penyusun
petidokligan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk
secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut (Magfira, 2018). Daun
lombo-lombo/dadap Memiliki senyawa alkaloid, flavonoid dan tanin Secara

28
empiris dadap serep dapat digunakan untuk mengobati radang dan asma
(Rahman,2018)

Famili yang banyak digunakan oleh Suku kaili Kecamatan Banawa selatan
Kabupaten donggala adalah zingiberaceae. Menurut Sofiyanti (2014) kajian
etnomedisin menunjukkan bahwa family ini zingiberaceae lebih cenderung
mengobati penyakit dalam sedangkan dalam kajian etnokologi menunjukkan
bahwa famili ini sudah banyak dibudidayakan dari pada berstatus liar.
Kegiatan mengobati penyakit saluran pernafasan yang di derita oleh
masyarakat di Kecamatan banawa selatan dilakukan oleh sanro diantaranya
pada Sandro Rbn menggunakan daun papaya dalam pengobatan saluran
pernafasan (asma), alasan sanro menggunakan daun papaya karena telah
terbukti khasiatnya secara turun-temurun. Pada sanro Rbn menggunakan 2
genggam daun putri malu untuk mengobati penyakit saluran pernafasan
(asma) dikarenakan pada rebusan daun putri malupada 2 genggam orang
dewasa sudah mampu mengurangi rasa sakit yang dirasakan pasien sehingga
terbukti kegunaannya. Pada sanro Dpa menggunakan daun sirsakuntuk
mengobati penyakit saluran pernafasan (asma) karena mampu mengurangi
rasa nyeri. Pada sanro Dpa menggunakan tanaman rimpang kencur, alasan
penggunaan adalah sudah banyak yang sembuh menggunakan kencur yang di
berikan untuk pengobatan penyakit saluran pernafasan (asma). Pada sanro
Skd menggunakan umbi bawang putih kerenatelah terbukti khasiatnya untuk
pengobatan penyakit saluran pernafasan (tuberkulosis). Pada sanro wdg
menggunakan tumbuhan rimpang jahe merah karena rasa yang ada pada
rimpang jahe memberikan kehangatan yang mampu mengurangi nyeri yang
dirasakan untuk pengobatan (tuberkulosis). Pada sanro Tns Daun
menggunakan tumbuhan awar-awar karena lendir pada daun awar-awar dapat
digunakan penyakit tuberkulosis. Pada sanro Tns menggunakan lingkuas
karena hasil air perasannya dapat digunakan untuk pengobatan asma. Pada
sandro Mrm menggunakan kumis kucing untuk pengobatan Asma. Pada
sndro Srn menggunakan daun dan buah mengkudu sebagai obat tuberkulosis.

29
Pada sandro Srn menggunakan daun lombo-lombo/dadap digunakan sebagai
obat asma.

Lama penggunaan tumbuhan dari jenis penyakit dan seberapa parah penyakit
yang dialami, untuk tumbuhan daun papaya lama waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai perbaikan untuk penyakit asma yaitu selama 4 minggu dan
menurut responden yang menggunakan tumbuhan daun papaya mempunyai
keluhan yaitu nafas terasa sesak. Lama penggunaan tumbuhan daun putri
malu untuk mengobati penyakit asma yaitu selama 4 hari dan keluhan yang
dirasakan sebelum mengkonsumsi tumbuhan daun putri malu yaitu pada saat
menarik nafas terasa sesak. Penggunaan tumbuhan daun sirsak untuk
mengobati penyakit asma yaitu selama keadaan membaik dan sebelum
mengkonsumsi tumbuhan daun sirsak responden merasakan keluhan yaitu
nafas terasa sesak. Lama penggunaan tumbuhan rimpang kencur untuk
mengobati penyakit asma yaitu sampai mencapai perbaikan dan keluhan yang
dirasakan yaitu kesulitan dalam bernafas atau mengi. Lama penggunaan
tumbuhan rimpang jahe merah untuk mengobati penyakit tuberkulosis dengan
keluhan sering batuk selama sebulan adalah selama 3 minggu. Lama
penggunaan umbi bawang putih untuk mengobati penyakit tuberkulosis
hingga mencapai perbaikan yaitu selama 4 minggu tergantung keparahan
penyakit.

Berdasarkan hasil penelitian bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan


adalah daun. Hal ini karena bagian daun merupakan tempat pengolahan
nutrisi tumbuhan, mudah diperoleh dan mudah dibuat atau diramu sebagai
obat dibandingkan dengan batang, buah dan akar. Penggunaan daun sebagai
bagaian untuk pengobatan selain tidak merusak jenis tumbuhan obat, bagian
daun juga mudah dalam hal pengambilan dan peracikan ramuan obat.

Berdasarkan gambar 4.4.1 menunjukan bahwa bagaian tumbuhan yang paling


banyak digunakan adalah daun. Menurut zuhud (2009), Hal ini karena bagian
daun merupakan bagian yang sangat mudah dan sederhana. Selain itu karena
khasiat daun diketahui secara turun temurun lebih banyak dalam segi

30
penyembuhannya dibandingan dengan bagaian yang lain. Bagian tumbuhan
obat yang sering digunakan kedua adalah rimpang karena tanaman obat
rimpang-rimpangan adalah jenis tanaman yang mudah ditanam dalam kondisi
apapun dengan lahan terbatas, jenis rimpan rimpangan seperti jahe, kunyit,
lengkuas, kencur, adalah salah satu contoh tanaman obat yang mudah ditanam
dalam segala kondisi. Jenis tanaman ini juga paling sering digunakan dan
dikomsumsi oleh keluarga dalam skala kecil sebagai kebutuhan masak-
memasak (Paryadi, 2017). Sedangkan buah tidak bisa diambil setiap waktu
karena tumbuh tidak sepanjang waktu (Setyowati, 2010). Begitupun pada
bagian akar cenderung merusak tanaman kelestarian jenis tumbuhan obat
tersebut (Noorcahyati, 2012).

Berdasarkan diagram 4.3.1 menunjukkan cara pengolahan tumbuhan obat


yang paling banyak digunakan oleh masyarakat suku kaili yaitu dengan cara
di rebus hal ini disebabkan karena cara direbus merupakan cara yang paling
praktis dan mudah dilakukan di bandingkan dengan cara pengolahan yang
lain. Pengolahan dengan cara di rebus juga lebih steril karena bisa membunuh
kuman maupun bakteri patogen (Novianti, 2014). sudah dari turun temurun
digunakan masyarakat dalam menggunakan tumbuhan sebagai pengobatan,
selain itu ada hubungannya dengan kandungan kimia yang terdapat pada
tumbuhan. Waktu penggunaan obat boleh 2-3 kali sehari sebelum
makan,untuk mereka yang memili keluhan lambung sebaiknya stelah makan.

31
BAB IV

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa:


1. Tumbuhan yang digunakan sebagai obat penyakit saluran pernafasan yaitu
asma dan tuberkulosis ada 11 jenis tumbuhan yaitu daun pepaya, daun,
sirsak, daun putri malu, kumis kucing, daun dadap, mengkudu daun awar-
awar, lengkuas,jahe, kencur, bawang putih. Serta bagian tumbuhan yang
digunakan yaitu daun 58,3%, rimpang 25,0% dan umbi 8,3%, buah 8,3%
2. Cara pengolahan tumbuhan obat yang digunakan adalah dengan cara
direbus dan diparut, serta cara penggunaannya yaitu diminum.
3. Takaran yang digunakan dalam pengobatan penyakit saluran pernafasan
pada oleh suku kaili di kecamatan banawa selatan kabupaten donggala
yaitu 1-2 gelas rebusan air dan parutan tanaman obat. Dan lama
penggunaan tumbuhan sebagai obat penyakit saluran pernafasan dari
merasakan gejala seperti, terasa sesak didada, sesak napas, badan terasa
sakit ketika sesak napas.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah perlu dilakukan
penelitian lanjutan tumbuhan yang didapatkan kedalam uji farmakologi
terhadap hewan uji serta mekanisme kerja komponen aktif tumbuhan tersebut
sebagai penyakit saluran pernafasan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Soraya. 2011. Persepsi Pegawai Pajak terhadap Pemanfaatan Teknologi


Informasi pada Kinerja Individual (Studi Kasus pada KPP Pratama Tegal).
Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

Arollado, E, C., Bucog, L, P., Richelle, Ann, M., Manalo., Irizh-lyn, R.,
Sampang., dan Janvin J,A.,(2017).selected philiphine plant extracts as
alternative preservatives for a pharmaceutical liqued.

Auliani dkk. (2014). Studi etnobotani famili zingiberaceae dalam kehidupan


masyarakat lokal di kecamatan siak hulu kabupaten kampar. Jom Fmipa.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013. Riset Kesehatan Dasar


(RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional 2013, pp.1-384

[BPS] Badan Pusat Statistik, Kecamatan Banawa Selatan. (2018). Dalam Angka
Kecamatan Banawa Selatan : BPS Kecamatan Banawa Selatan.

ERVIANA, R. (2011). ACTIVE COMPOUNDS ISOLATED FROM RED


BETEL (PIPER CROCATUM RUIZ & PAV) LEAVES ACTIVE
AGAINST STREPTOCOCCUS MUTANS THROUGH ITS INHIBITION
EFFECT ON GLUCOSYLTRANSFERASE ACTIVITY. J Med Sci Volume
43, No. 2, June 2011.

Gairola, S., Gupta, V., Bansal, P., Singh, R., & Maithani, M. (2010). Herbal
antitussives and expectorants - A review. In International Journal of
Pharmaceutical Sciences Review and Research.

Katno, & Pramono, S. (2008). Tingkat Manfaat, Keamanan dan Efektifitas


Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Balai Penelitian Tanaman Obat
Tawangmangu.

33
Katno, & S.Pramono. (2002). Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan
Obat Tradisional. In Trends in Cognitive Sciences.

Kementrian Kesehatan R. (2017). Laporan Eksplorasi Pengetahuan Lokal


Etnomedisin dan Tumbuahn Obat Berbasis Komunitas di Indonesia
Provinsi Sulawesi Tengah, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI : Jakarta.

Mirdeilami, S. Z. et al. 2011. Ethnopharmacological Survey of Medicinal Plants


in Maraveh Tape Region, North of Iran. Iranian Journal of Plant
Physiology. Volume 2(1) : 327-334.

Peraturan Menteri Kesehatan No. 006 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha
Obat Tradisional;

Pimental, R. B., Elliot, R. C., and Holton, R, 2016, Religion, Culture and
Sustainable Development-Volume III. EOLSS Publications.

Saifuddin. 1997. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Setiawan, R. 2015. Buku ajar Kedokteran Keluarga. Universitas


Muhammadiyah Semarang, Semarang.

34
Lampiran 1 :

Skema Penelitian

Mempersiapkan alat dan


Alat tulis, parang, kamera,
bahan penelitian
lembar kuisioner

Menentukan sampel Sampel adalah Sanro dan


penderita penyakit saluran
pernafasan Suku Kaili di
Kecamatan Banawa Selatan

Teknik pengambilan sampel


Teknik pengambilan sampel yaitu dengan cara Purposive
sampling

Wawancara Informan
Teknik wawancara dilakukan
(Sanro) dengan carasemi terstruktur

Diambil dari lokasi tumbuhnya


Pengumpulan spesimen dan dibantu oleh informan

Diidentifikasi di UPT Sumber


Analisis nama ilmiah Daya Hayati Sulawesi

Pembahasan dan kesimpulan 35


(HERBARIUM CELEBENSE)
Universitas Tadulako

Analisa Data

Rumus menghitung persentase bagian tumbuhan :


𝑎
% Bagian = x 100%
𝑏

Keterangan : a = Bagian yang digunakan


b = Jumlah bagian yang digunakan
1. Daun
a
Persen organ Daun = b x 100%
7
= 12 x 100%

= 58.3 %
2. Rimpang
a
Persen organ Rimpang = b x 100%
3
= 13 x 100%

= 25 %
3. Umbi
a
Persen organ Umbi = b x 100%
1
= 12 x 100%

= 8,3%
4. Buah
a
Persen organ Umbi = b x 100%
1
= 12 x 100%

= 8,3%

36
Lampiran 2 :
Gambar Tumbuhan Obat Yang Digunakan Sebagai Obat saluran pernafasan
Oleh Masyarakat Suku Kaili Kecamatan Banawa Selatan
Kabupaten Donggala

Daun Kumis Kucing Daun Dadap (Tabernaemontana


(Orthosiphon aristatus.miq ) pandacuqui.L)

Mengkudu Daun Awar – Awar


(Morinda citrifolia L.) (Ficus septic brum.f)

Lengkuas (Alpania Galanga L) Kencur (Kaempferia galangal L.)

37
Daun Sirsak Putri malu
(Anonna muricarata.L) (mimosa pudica.L )

Bawang putih Daun Pepaya


(allium sativum.L) (Carica papaya L)

38
Lampiran 3 :
Dokumentasi Foto Masyarakat Suku Kaili Di Kecamatan Banawa Selatan
Kabupaten Donggala

Nama : Mrm
Umur : 66 tahun
Alamat : Desa Lera

Nama : Tsh
Umur : 80 tahun
Alamat : Desa Lembasada

39
Nama : Dpa Nama : Wdg
Umur : 69 tahun Umur : 65 tahun
Alamat : Desa Lumbutarombo Alamat : Desa Tolongano

Nama : Skd Nama : Sra


Umur : 65 tahun Umur : 60 tahun
Alamat : Desa Malino Alamat : Desa Mbuwu

40
Lampiran 4 :
Surat Pemberitahuan Hasil Identifikasi Tumbuhan Dari UPT. Sumber Daya
Hayati Sulawesi Universitas Tadulako

41
42
Lampiran 5:
surat keterangan persetujuan penelitian dikecamatan banawa selatan
kabupaten donggala

43
Dafar pertanyaan sandro (penyehat Tradisional)

STUDI ETNOFARMAKOLOGI TUMBUHAN BERKHASIAT SEBAGAI


OBAT PENYAKIT SALURAN PERNAPASAN PADA SUKU KAILI
DI KECAMATAN BANAWA SELATAN
KABUPATEN DONGGALA

NO KUEISIONER :
NAMA RESPONDEN : Tns
JENIS KELAMIN : Perempuan
UMUR : 80 thn
ALAMAT : Desa lembasada
PEKERJAAN : Petani/Pekebun

I. Informasi pengobatan
1. Apakah bapak/ibu merupakan asli suku kaili ?
Jawab:iya
2. Dari mana pengetahuan dan kemampuan melakukan pengobatan?
Jawab:dari orang tua ,apakah hanya dari orang tua saja ? tidak, ada juga
dari penggalaman” yang sudah terbukti dari pengobatan pasien” yang
sudah datang
3. Berapa lama bapa memiliki pengetahuan tentang pengobatan tradisional ?
Jawab: 10 thn lebih

II. Informasi ramuan pengobatan atau obat tradsional


1. Bagaiamana bapak/ibu mengetahui bahwa sedang mengalami peyakit
Asma dan tuberklosis?
Jawab:Asma nafas terasa sesak Batuk , dada terasa berat dan sesak nafas
kalau TB biasanya batuk hingga 1 bulan bahkan lebih dan mengeluarkan
darah
2. Tumbuhan yang digunakan untuk mengobati penyakit Asma?
Jawab : lengkuas dan daun awar awar
3. Tumbuhan yang digunakaan dari mana ?
Jawab: Dari sekitar rumah dan dikebun dan biasa beli di pasar
4. Bagaimana cara pengolahan ?
Jawab: Diambil satu rimpang lenkuas dikupas kemudian dicuci bersih lalu
parut dan ditambahkan ½ gelas air hangat di saring lalu minum
3 batang daun awar awar dikeluarkan lendirnya hingga menjadi ½ gelas
5. Jumlah takaran yang digunakan ?
Jawab : 1 rimpang lengkuas dan 3 batang daun awar awar
6. Bagaimana cara penggunaan/pemakaian ?
Jawab : diparut

44
7. Frekuensi atau waktu penggunaan ?
Jawab : 2xsehari dan 3xsehari
8. Lama waktu yang dibutuhakan untuk mencapai perbaikan ?
Jawab : 1 bulan sudah mulai baikan

III. Kearifan local pengolahan tumbuhan obat


1. Apakah ada tumbuhan obat asma yang sulit diperoleh/jarang ditemukan ?
Jawab : Ada
2. Apakah ada upaya penanganan untuk pelestariannya ?
Jawab : menannam tumbuhan disekiran rumah dan dikebun
3. Apakah ada upaya khusus dalam pengambilan tumbuhan obat , mulai dari
persiapan hingga siap digunakan dalam pengobatan ?
Jawab : membaca bismillah

45
Dafar pertanyaan sandro (penyehat Tradisional)

STUDI ETNOFARMAKOLOGI TUMBUHAN BERKHASIAT SEBAGAI


OBAT PENYAKIT SALURAN PERNAPASAN PADA SUKU KAILI
DI KECAMATAN BANAWA SELATAN
KABUPATEN DONGGALA

NO KUEISIONER :
NAMA RESPONDEN : Mma
JENIS KELAMIN : Perempuan
UMUR : 66 thn
ALAMAT : Desa lera
PEKERJAAN : URT

I. Informasi pengobatan
1. Apakah bapak/ibu merupakan asli suku kaili ?
Jawab:iya
2. Dari mana pengetahuan dan kemampuan melakukan pengobatan
tradisional
Jawab:Dari pengalaman”
3. Berapa lama bapa memiliki pengetahuan tentang pengobatan tradisional ?
Jawab: 25thn

II. Informasi ramuan pengobatan atau obat tradsional


1. Bagaiamana bapak/ibu mengetahui bahwa sedang mengalami peyakit
Asma?
Jawab: Nafas terasa sesak
2. Tumbuhan yang digunakan untuk mengobati penyakit bronchitis ?
Jawab : Kumis Kucing
3. Tumbuhan yang digunakaan dari mana ?
Jawab: Dari sekitar rumah
4. Bagaimana cara pengolahan ?
Jawab: Diambil satu genggam daun kumis kucing. Dicuci bersih kemudian
di rebus dengan 2 gelas air hingga menjadi 1 gelas air kemudian diminum
5. Jumlah takaran yang digunakan ?
Jawab : 2 genggam orang dewasa
6. Bagaimana cara penggunaan/pemakaian ?
Jawab : di rebus
7. Frekuensi atau waktu penggunaan ?
Jawab : 1xsehari pada pagi hari
8. Lama waktu yang dibutuhakan untuk mencapai perbaikan ?
Jawab : 3 hari

46
III. Kearifan local pengolahan tumbuhan obat
1. Apakah ada tumbuhan obat asma yang sulit diperoleh/jarang
ditemukan ?
Jawab : Tidak Ada
2. Apakah ada upaya penanganan untuk pelestariannya ?
Jawab : menannam tumbuhan disekiran rumah tumbuhannya juga mudah
didapat karena tumbuh secara liar
3. Apakah ada upaya khusus dalam pengambilan tumbuhan obat , mulai dari
persiapan hingga siap digunakan dalam pengobatan ?
Jawab : membaca shalawat dan bismillah

47
Dafar pertanyaawabwn sandro (penyehat Tradisional)

STUDI ETNOFARMAKOLOGI TUMBUHAN BERKHASIAT SEBAGAI


OBAT PENYAKIT SALURAN PERNAPASAN PADA SUKU KAILI DI
KECAMATAN BANAWA SELATAN
KABUPATEN DONGGALA

NO KUEISIONER :
NAMA RESPONDEN : Srn
JENIS KELAMIN : Perempuan
UMUR : 60 thn
ALAMAT : Desa lumbutarombo
PEKERJAAN : Petani/Pekebun

I. Informasi pengobatan
1. Apakah bapak/ibu merupakan asli suku kaili ?
Jawab:iya
2. Darimana pengetahuan dan kemampuan malakukan pengobatan
tradisional?
Jawab:Dari keluarga
2. Berapa lama bapa memiliki pengetahuan tentang pengobatan tradisional ?
Jawab: 15 thn

II. Informasi ramuan pengobatan atau obat tradsional


1. Bagaiamana bapak/ibu mengetahui bahwa sedang mengalami peyakit
tuberculosis dan asma ?
Jawab:Kalau asma sesak pada dada,batuk dan napas tuberculosis biasanya
batuk yang lama sampai 1 bulan (untuk memastikan biasanya pergi
kedokter untuk memeriksakan penyakit
2. Tumbuhan yang digunakan untuk mengobati penyakit tuberkulosis ?
Jawab : mengkudu dan daun lombo-lombo/daun dadap
3. Tumbuhan yang digunakaan dari mana ?
Jawab: Dari sekitar rumah
4. Bagaimana cara pengolahan ?
Jawab: Daun dan buah masing masing 5, dicuci bersih direbus dengan 2
gelas air disaring, Daun lombo/daun dadap daun diambil 5 lembar dicuci
bersih direbus hingga 1 gelas
5. Jumlah takaran yang digunakan ?
Jawab : 5 lembar daun dadap
Masing” 5 daun dan buah mengkudu
6. Bagaimana cara penggunaan/pemakaian ?
Jawab : direbus

48
7. Frekuensi atau waktu penggunaan ?
Jawab : 2xsehari
8. Lama waktu yang dibutuhakan untuk mencapai perbaikan ?
Jawab : 1 bulan sudah mulai baikan

III. Kearifan local pengolahan tumbuhan obat


1. Apakah ada tumbuhan obat asma yang sulit diperoleh/jarang
ditemukan ?
Jawab : Ada
2. Apakah ada upaya penanganan untuk pelestariannya ?
Jawab : menannam tumbuhan disekiran rumah dan dikebun
3. Apakah ada upaya khusus dalam pengambilan tumbuhan obat , mulai dari
persiapan hingga siap digunakan dalam pengobatan ?
Jawab : membaca bismillah

49
Dafar pertanyaawabwn sandro (penyehat Tradisional)

STUDI ETNOFARMAKOLOGI TUMBUHAN BERKHASIAT SEBAGAI


OBAT PENYAKIT SALURAN PERNAPASAN PADA SUKU KAILI
DI KECAMATAN BANAWA SELATAN
KABUPATEN DONGGALA
NO KUEISIONER :
NAMA RESPONDEN : Dpa
JENIS KELAMIN : Perempuan
UMUR : 69 thn
ALAMAT : Desa lumbutarombo
PEKERJAAN : Urt

I. Informasi pengobatan
1. Apakah bapak/ibu merupakan asli suku kaili ?
Jawab:iya
2. Darimana pengetahuan dan kemampuan malakukan pengobatan
tradisional?
Jawab:Dari keluarga
2. Berapa lama bapa memiliki pengetahuan tentang pengobatan tradisional ?
Jawab: 30 thn

II. Informasi ramuan pengobatan atau obat tradsional


1. Bagaiamana bapak/ibu mengetahui bahwa sedang mengalami peyakit
asma ?
Jawab: nafas terasa sesak dan berbunyi pada saat menarik nafas
2. Tumbuhan yang digunakan untuk mengobati penyakit Asma?
Jawab : Daun sirsak dan kencur
3. Tumbuhan yang digunakaan dari mana ?
Jawab: dari sekitaran rumah dan kebun
4. Bagaimana cara pengolahan ?
Jawab:5 lembar daun sirsak direbus dengan 3 gelas air tunggu mendidih
hingga menjadi 1 gelas air
3 buah rimpang kencur dibersihkan dengan air, lalu direbus dengan 3 gelas
air tunggu hingga menjadi 1 gelas
5. Jumlah takaran yang digunakan ?
Jawab : 5 lembar daun sirsak, 3 rimpang
6. Bagaimana cara penggunaan/pemakaian ?
Jawab : direbus
7. Frekuensi atau waktu penggunaan ?
Jawab : 2xsehari

50
8. Lama waktu yang dibutuhakan untuk mencapai perbaikan ?
Jawab : 1 bulan sudah mulai baikan

III. Kearifan local pengolahan tumbuhan obat


1. Apakah ada tumbuhan obat asma yang sulit diperoleh/jarang
ditemukan ?
Jawab :Tidak Ada
2. Apakah ada upaya penanganan untuk pelestariannya ?
Jawab : menannam tumbuhan disekitran rumah
3. Apakah ada upaya khusus dalam pengambilan tumbuhan obat , mulai dari
persiapan hingga siap digunakan dalam pengobatan ?
Jawab : membaca bismillah

51
Dafar pertanyaawabwn sandro (penyehat Tradisional)

STUDI ETNOFARMAKOLOGI TUMBUHAN BERKHASIAT SEBAGAI


OBAT PENYAKIT SALURAN PERNAPASAN PADA SUKU KAILI
DI KECAMATAN BANAWA SELATAN
KABUPATEN DONGGALA

NO KUEISIONER :
NAMA RESPONDEN : Rbn
JENIS KELAMIN : Perempuan
UMUR : 70 thn
ALAMAT : Desa persik
PEKERJAAN : Petani/Pekebun

I. Informasi pengobatan
1. Apakah bapak/ibu merupakan asli suku kaili ?
Jawab:iya
2. Darimana pengetahuan dan kemampuan malakukan pengobatan
tradisional?
Jawab:Dari keluarga
2. Berapa lama bapa memiliki pengetahuan tentang pengobatan tradisional ?
Jawab: 32 thn

II. Informasi ramuan pengobatan atau obat tradsional


1. Bagaiamana bapak/ibu mengetahui bahwa sedang mengalami peyakit
asma ?
Jawab:Kalau asma sesak pada dada,batuk dan napas berbunyi dan dada
terasa berat
2. Tumbuhan yang digunakan untuk mengobati penyakit Asma ?
Jawab : Daun papaya dan Daun putri malu
3. Tumbuhan yang digunakaan dari mana ?
Jawab: Dari sekitar rumah krna tumbuhan ini liar sedangkan daun papaya
ditanam dikebun dan sekitar rumah
4. Bagaimana cara pengolahan ?
Jawab: 5 lembar daun papaya direbus dengan 3 gelas air hingga menjadi 1
gelas air.
Daun putri malu diambil 2 genggam direbus dengan 3 gelas air , hingga
menjadi ½ gelas air hingga
5. Jumlah takaran yang digunakan ?
Jawab : 5 lembar daun papaya segenggam putri malu
6. Bagaimana cara penggunaan/pemakaian ?
Jawab : direbus

52
7. Frekuensi atau waktu penggunaan ?
Jawab : 3xsehari
8. Lama waktu yang dibutuhakan untuk mencapai perbaikan ?
Jawab : 2 minggu sudah baikan

III. Kearifan local pengolahan tumbuhan obat


1. Apakah ada tumbuhan obat asma yang sulit diperoleh/jarang
ditemukan ?
Jawab : Ada
2. Apakah ada upaya penanganan untuk pelestariannya ?
Jawab : menannam tumbuhan disekiran rumah dan dikebun
3. Apakah ada upaya khusus dalam pengambilan tumbuhan obat , mulai dari
persiapan hingga siap digunakan dalam pengobatan ?
Jawab : membaca bismillah

53
Dafar pertanyaawabwn sandro (penyehat Tradisional)

STUDI ETNOFARMAKOLOGI TUMBUHAN BERKHASIAT SEBAGAI


OBAT PENYAKIT SALURAN PERNAPASAN PADA SUKU KAILI
DI KECAMATAN BANAWA SELATAN
KABUPATEN DONGGALA

NO KUEISIONER :
NAMA RESPONDEN : Wdg
JENIS KELAMIN : Laki-Laki
UMUR : 65 thn
ALAMAT : Desa Tolongano
PEKERJAAN : Petani/Pekebun

I. Informasi pengobatan
1. Apakah bapak/ibu merupakan asli suku kaili ?
Jawab:iya
2. Darimana pengetahuan dan kemampuan malakukan pengobatan
tradisional?
Jawab:Dari keluarga dan pengalaman pribadi
3. Berapa lama bapa memiliki pengetahuan tentang pengobatan tradisional ?
Jawab: 10 thn

II. Informasi ramuan pengobatan atau obat tradsional


1. Bagaiamana bapak/ibu mengetahui bahwa sedang mengalami peyakit
Tuberklosis?
Jawab: tuberculosis biasanya batuk dan mengeluarkan darah yang lama
sampai 1 bulan (untuk memastikan biasanya pergi kedokter untuk
memeriksakan penyakit
2. Tumbuhan yang digunakan untuk mengobati penyakit tuberkulosis ?
Jawab : jahe merah
3. Tumbuhan yang digunakaan dari mana ?
Jawab: Dari kebun
4. Bagaimana cara pengolahan ?
Jawab: 3 rimpang dihaluskan diperas hingga mengental
5. Jumlah takaran yang digunakan ?
Jawab : 3 rimpang jahe
6. Bagaimana cara penggunaan/pemakaian ?
Jawab : dipaut dan diperas
7. Frekuensi atau waktu penggunaan ?
Jawab : 3xsehari

54
8. Lama waktu yang dibutuhakan untuk mencapai perbaikan ?
Jawab : 1 bulan sudah mulai baikan

III. Kearifan local pengolahan tumbuhan obat


1. Apakah ada tumbuhan obat tuberclosis yang sulit diperoleh/jarang
ditemukan ?
Jawab : Ada
2. Apakah ada upaya penanganan untuk pelestariannya ?
Jawab : menannam tumbuhan disekiran rumah dan dikebun
3. Apakah ada upaya khusus dalam pengambilan tumbuhan obat , mulai dari
persiapan hingga siap digunakan dalam pengobatan ?
Jawab : membaca bismillah dan ditiup

55
Dafar pertanyaawabwn sandro (penyehat Tradisional)

STUDI ETNOFARMAKOLOGI TUMBUHAN BERKHASIAT SEBAGAI


OBAT PENYAKIT SALURAN PERNAPASAN PADA SUKU KAILI
DI KECAMATAN BANAWA SELATAN
KABUPATEN DONGGALA

NO KUEISIONER :
NAMA RESPONDEN : Skd
JENIS KELAMIN : Perempuan
UMUR : 55 thn
ALAMAT : Desa Malino
PEKERJAAN : Urt

I. Informasi pengobatan
1. Apakah bapak/ibu merupakan asli suku kaili ?
Jawab:iya
2. Darimana pengetahuan dan kemampuan malakukan pengobatan
tradisional?
Jawab:Dari keluarga
3. Berapa lama bapa memiliki pengetahuan tentang pengobatan tradisional ?
Jawab: 10 thn

II. Informasi ramuan pengobatan atau obat tradsional


1. Bagaiamana bapak/ibu mengetahui bahwa sedang mengalami peyakit
tuberclosis ?
Jawab:sesak pada dada,batuk hingga sebulan dan mengeluarkan lender
yang berlebihan , mengeluarkan darah
2. Tumbuhan yang digunakan untuk mengobati penyakit Asma ?
Jawab : bawang putih dikupas kulitnya isinya dibersihkan diparut
kemudian disaring dan tambahkan 1 gelas air hangat dan diminum air
ramuan
3. Tumbuhan yang digunakaan dari mana ?
Jawab:Bawang putih
4. Bagaimana cara pengolahan ?
Jawab: Daun dan buah masing masing 5, dicuci bersih direbus dengan 2
gelas air disaring, Daun lombo/daun dadap daun diambil 5 lembar dicuci
bersih direbus hingga 1 gelas
5. Jumlah takaran yang digunakan ?
Jawab : 5 lembar daun dadap
Masing” 5 daun dan buah mengkudu

56
6. Bagaimana cara penggunaan/pemakaian ?
Jawab : diparut
7. Frekuensi atau waktu penggunaan ?
Jawab : 3xsehari
8. Lama waktu yang dibutuhakan untuk mencapai perbaikan ?
Jawab : 1 bulan sudah mulai baikan

III. Kearifan local pengolahan tumbuhan obat


1. Apakah ada tumbuhan obat asma yang sulit diperoleh/jarang
ditemukan ?
Jawab : Ada
2. Apakah ada upaya penanganan untuk pelestariannya ?
Jawab : menannam tumbuhan disekiran rumah dan dikebun
3. Apakah ada upaya khusus dalam pengambilan tumbuhan obat , mulai dari
persiapan hingga siap digunakan dalam pengobatan ?
Jawab : membaca bismillah

57
RIWAYAT HIDUP

Sri Devi S lahir di Donggala, tanggal 17 Desember 19987


Anak kedua dari empat bersaudara. Penulis memulai
pendidikannya di SDN Inpres tanjung Batu dan lulus pada
tahun 2009. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikannya
di SMP NEGERI 1 BANAWA dan lulus pada tahun 2012.
Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas
di SMA N 1 BANAWA dan lulus pada tahun 2015. Pada
tahun 2015, melalui jalur (SMMPTN) penulis melanjutkan studi di Perguruan
Tinggi Negeri Universitas Tadulako Palu dan terdaftar sebagai Mahasiswa
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Jurusan Farmasi.

58
59
STUDI ETNOFARMAKOLOGI TUMBUHAN OBAT PENYAKIT
SALURAN PERNAFASAN PADA SUKU KAILI KECAMATAN BANAWA
SELATAN
KABUPATEN DONGGALA SULAWESI TENGAH

ABSTRAK

Suku Kaili di Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala masih


melestarikan adat istiadat, diantaranya dalam hal pengobatan menggunakan obat
tradisional. Salah satu penyakit yang dapat diobati dengan obat tradisional
tersebut adalah penyakit saluran pernafasan, gejala yang timbul pada penyakit
saluran pernafasan batuk pada malam hari, sesak nafas, pada saat bernafas
berbunyi, demam ringan, batuk lebih dari 2-3 minggu. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui jenis, bagian, pengolahan, penggunaan, takaran tumbuhan sebagai
obat saluran pernafasan oleh suku Kaili Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten
Donggala. Jenis penelitian ini adalah deskriptif menggunakan metode kualitatif
dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling malalui wawancana open-
ended interviwe dan menggunakan metode kuisioner. Hasil penelitian ini
ditemukan 11 jenis tumbuhan, bagian yang digunakan (daun), (rimpang), (umbi)
dan (buah). Presentasi bagian tumbuhan yang digunakan daun (58,3%), rimpang
(25%), umbi (8,3%), buah (8,3%) Kandungan kimia yang bermanfaat untuk
pengobatan penyakit saluran pernafasan yaitu flavonoid dan alkaloid. Cara
pengolahan tumbuhan (direbus), (ditumbuk), (diparut) serta cara penggunaannya
1-3 kali sehari. Takaran yang digunakan 1-2 gelas dan lama waktu yang
digunakan mulai dari timbulnya gejala sampai berkurang serta hilangnya gejala 3
hari sampai 1 bulan..

PENDAHULUAN
Studi etnofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kegunaan tumbuhan yang
memiliki efek farmakologi dalam hubungannya dengan pengobatan dan pemeliharaan
kesehatan dari suku bangsa (Ristoja 2017).Etnofarmasi meliputi studi tentang etnobotani,
etnozoologi. Kajian etnofarmakologi, etnofarmasetik, membahas tentang senyawa
metabolit sekunder yang terkandung dalam suatu bahan (Hartanto, 2014).

Tumbuhan obat dan senyawa kimia untuk mengobati saluran pernapasan contohnya daun
kemangi dan daun siri merah. Daun kemangimengandung senyawa tannin, flavonoid,
steroid/triterpenoid dan minyak atsiri, sedangkan tanaman siri merah mengandung
senyawa polifenol, flavonoid, tannin, alkaloid, dan minyak atsiri (Erviana et, al., 2011).
Penelitian lain menyatakan bahwa senyawa kimia yang diduga memiliki aktivitas
mukolotik adalah saponin, tannin, alkaloid, dan flavonoid (Gairola et al., 2010).
Kandungan yang terdapat pada daun kemangi dan daun sirih merah diduga memiliki
aktivitas mukolitik dengan mekanisme pengenceran dahak.

Obat tradisional merupakan warisan leluhur bangsa yang telah dimanfaatkan secara turun
temurun untuk pengobatan dan pemeliharaan kesehatan. Indonesia terdiri dari berbagai
macam etnis yang memiliki keanekaragaman tumbuhan obat dengan ciri khas masing-
masing. Penggunaan tumbuhan obat sebagai obat telah dilakukan dari generasi kegenerasi
dan diwariskan dan satu generasi kegenerasi berikutnya. Hal tersebut berdasarkan
pengalaman masyarakat yang hidup didaerah tersebut (Nisa, 2018).

60
Sebagai salah satu masyarakat yang masih menggunakan tanaman sebagai obat
tradisional suku kaili di Kecamatan Banawa selatan Sulawesi Tengah, masih memelihara
tradisi leluhur dan mengandalkan alam untuk kehidupannya, sehingga mereka memiliki
pengetahuan tentang tumbuhan obat. Masyarakat suku kaili khususya di Kecamatan
Banawa selatan memiliki berbagai jenis tumbuhan yang dimanfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari, baik sebagai bahan pangan contohnya jahe dapat mengobati penyakit asma
jahe ini juga bermanfaat dapat mengurangi peradangan pada saluran pernapasan dan
bawang putih pada umumnya di manfaatkan sebagai salah bumbu penyedap makanan ,
bawag putih juga dapat mengatasi penyakit asma dan sesak nafas cara membuat ramuan
alami untuk mengatasi penyakit asma atau sesak nafas.

Namun penggunaan obat tradisional tidak dicatat atau diarsipkan dengan baik
dikarenakan teknik pengobatan yang diperoleh diajarkan secara lisan, sehingga dalam
perkembangannya banyak teknik pengobatan lama yang hilang atau terlupakan (Rosita
dkk, 2007). Hal tersebut mendorong untuk dilakukannya upaya pelestarian pengetahuan
masyarakat atau suku tentang pengobatan tradisional yang telah dilakukan secara empiris.
Upaya tersebut meliputi inventarisasi, pemanfaatan, budidaya dan penggalian kembali
pengetahuan suku lokal tentang obat tradisional.

Penyakit saluran pernapasan merupakan penyakit yang tingkat kejadiaannya cukup luas
dan dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia dan suku bangsa. Dalam
kehidupan sehari-hari kita banyak menjumpai penyakit seperti asma, TBC, batuk dalam
masyarakat. Sekalipun beberapa penyakit saluran pernapasan yang tidak membahayakan
jiwa, namun tetap tidak boleh dianggap sepele, seperti batuk berdahak maupun tidak
berdahak yang berlangsung selama beberapa hari hingga menahun, baik yang disebabkan
alergi maupun infeksi.Flu peradangan pada saluran pernapasan yang ditandai dengan
gejala hidung tersumbat, keluar ingus, TBC batuk berdahak lebih dari 2 minggu
terkadang disertai darah, penutrunan nafsu makan, dan berat badan. (Ristoja 2017).

Kecamatan BanawaSelatan Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah pada tahun 2018


merupakan daerah yang menempati urutan pertama dari 10 data penyakit saluran
pernapasan terbanyak pertahunnya. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan
penelitian mengenai studi etnofarmakologi tumbuhan obat saluran pernapasan pada suku
kaili di Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah, hal ini
bertujuan untuk mengetahui jenis tumbuhanapa saja yang digunakan untuk pengobatan
penyakit saluran pernapasan dan pengolahan setra penggunaan oleh masyarakat suku kaili
Kecamatan Banawa selatan Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah

1.6 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat di rumuskan masalah sebagai
berikut :
4. Jenis dan bagian tumbuhan apa saja yang digunakan untuk pengobatan penyakit
saluran pernapasan oleh masyarakat suku kaili Kecamatan Banawa selatan?
5. Bagaimanakah pengolahan dan penggunaan untuk pengobatan penyakit saluran
pernapasan oleh masyarakat suku kaili Kecamatan Banawa Selatan?
6. Berapakah takaran dan lama waktu yang digunakan untuk mengobati penyakit saluran
pernapasan oleh masyarakat suku kaili Kecamatan Banawa Selatan?

1.7 Tujuan Penelitian


Melihat uraian permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
4. Mengetahui jenis dan tumbuhan apa saja yang digunakan untuk pengobatan penyakit
saluran pernapasan oleh masyarakat suku kaili Kecamatan Banawa selatan?

61
5. Mengetahui bagaimana pengolahan dan penggunaan untuk pengobatan penyakit
saluran pernapasan oleh masyarakat suku kaili Kecamatan Banawa selatan ?
6. Mengetahui takaran dan lama waktu yang digunakan untuk mengobati penyakit
saluran pernapasan oleh masyarakat suku kaili Kecamatan Banawa selatan?

1.8 Manfaat Penelitian


4. Untuk Pemerintah Daerah
Memperoleh data tentang tumbuhan (ilmiah/Indonesia/lokal), pengobatan, dan jenis
tumbuhan obat yang dapat mengobati penyakit saluran pernapasan digunakan
masyarakat Suku kaili Kecamatan Banawa Selatan.
5. Untuk Masyarakat
Memberikan pengetahuan lokal bagi masyarakat tentang cara pengobatan penyakit
saluran pernapasan.
6. Untuk Penelitian
Menghasilkan sebuah pedoman pengobatan tradisional, nama tumbuhan
(ilmiah/Indonesia/lokal) dan jenis tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Suku
kaili Kecamatan Banawa Selatan.

1.9 Batasan Masalah


Batasan dalam penelitian ini yaitu hanya sebatas mempelajari tumbuhan yang
digunakan oleh Suku kaili Kecamatan Banawa selatan untuk mengobati penyakit
saluran pernapasan yang meliputi jenis tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan,
cara pengolahan dan penggunaannya serta komponen kimia tumbuhan obat tersebut
sehingga dapat mengobati penyakit saluran pernapasan.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian inidilaksanakan pada bulan Januari – Maret 2020 dan berlokasi di Kecamatan
Banawa Selatan.

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, koran, lembar
kuesioner, label, parang, pisau, kamera. Adapun bahan yang digunakan yaitu alkohol,
koran dan tumbuh-tumbuhan yang ditemukan di lapangan saat melakukan penelitian.

Jenis Penelitian.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan metode kualitatif yang
dilakukan dengan observasi atau wawancara terhadap pendekatan etnofarmakologi
tumbuhan obat/ramuan berkhasiat sebagai obat penyakit saluran pernapasan melalui
analisis atau pendalaman terhadap kearifan lokal yang dimiliki Suku kaili Kecamatan
banawa Selatan.

Populasi dan Sampel


Populasi
Masyarakat pada suku kaili yang berada di Kecamatan banawa selatan Kabupaten
Donggala.

Sampel
Ahli pengobatan penyehat/sandro suku kaili yang berada diwilayah Kecamatan banawa
selatan yang direkomendasikan oleh tokoh masyarakat (kepala desa dan ketua adat serta

62
tenaga kesehatan setempat) yang mengetahui menggunakan tumbuhan dalam pengobatan
tradisional pada pengobatan penyakit saluran pernapasan.

Menentukan Sampel
Sampel dipilih berdasarkan teknik pengambilan sampel yakni (purposive sampling),
satuan sampling dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk
memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristikyang dikehendaki (Setiawan,
2015).
Adapun kriteria sampel adalah sebagai berikut:
1. Inklusi
a. Masyarakat asli suku Kaili
b. Pernah menggunakan tumbuhan untuk mengbati penyakit saluran pernafasan
c. Jenis sampel yang digunakan adalah tumbuhan
2. Ekslusi
Tidak bersedia diwawancarai.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dengan menggunakan open-
ended interview adalah teknik wawancara bebas atau wawancara yang yang dilakukan
secara langsung, untuk mendapatkan dan informasi yang lebih utuh dan rinci terkait
dengan berbagai macam tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat tradisional dalam
pengobatan dapat dapat terpenuhi. Disamping itu untuk melengkapi data hasil survei
maka dilakukan dokumentasi tanaman obat dalam bentuk gambar.

Analisi Data.
3. Analisa nama ilmiah dan famili tumbuhan obat yang digunakan oleh suku kaili
Kecamatan Banwa selatan Kabupaten Donggala untuk mengobati penyakit saluran
pernapasan yang diidentifikasi di Laboratorium Biodivesitas Jurusan Biologi Fakultas
Mipa Universitas Tadulako.
4. Analisa hasil wawancara dengan penyehat/sandro, mengenai cara pengolahan
tumbuhan obat tersebut untuk mengobati penyakit saluran pernapasan menurut suku
kaili kecamatan Banawa Selatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilakukan pada bulan maret 2020 pada Suku Kaili Di Kecamatan Banawa
Selatan Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Di wilayah Kecamatan Banawa selatan
terdapat 7 desa yang mayoritas kaili yaitu di Desa Lebasada, Desa Lera, Desa lumbu
tarombo, Desa Tolongano, Desa Malino, Desa Mbuwu. Peneliti melakukan penelitian
pengobatan obat tradisional yang dilakukan oleh Suku Kaili pada desa tersebut yang telah
diwawancarai dari 7 desa, 7 sandro/penyehat.

Tabel 4.1.1Karakteristik Sandro/Penyehat Suku Kaili di Kecamatan Banawa Selatan


Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah

63
No. Nama Dukun Umur Lama Menjadi Dukun Alamat

1. Tsh 80 Tahun 10 Tahun DesaLembasada

2. Mma 66Tahun 25 Tahun DesaLera

3. Sra 60 Tahun 15 Tahun Desa Mbuwu

4. Dpa 69 Tahun 30 Tahun DesaLumbuTarabo

5. Rbn 70 Tahun 32 Tahun Desa Pesik

6. Wdg 65 tahun 10 Tahun Desatolongano

7. Skd 55tahun 10 Tahun Desa malino

Tabel 4.2 Inventarisasi Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai Obat Tradisional Untuk
Mengobati Penyakit Saluran pernafasan oleh Masyarakat Suku Kaili Kecamatan
Banawa Selatan

No. Nama Lokal Nama Umum Spesies Family

Orthosiphon aristus Lamiaceae.


1. Vusungi taveve Kumis kucing
(blume) miq
Rubiaceae
2. Bangudu Mengkudu Morinda citrifolia L
Tabernaemontana Apocynaceae
3. Lombo - lombo Kayu lana
pandacaqui Lam
Zingiberaceae
4. Kula Jahe Zingiber officinale roscoe
Zingiberaceae
5. Sikuri Kencur Kaempferia galangal L
6. Pia mputi Bawang putih Allium sativum L Amaryllidaceae

7. Ira pepaya Daun Pepaya Carica papaya L Caricaceae

8. Ira sakaya Sirsak Annona muricata L Annonaceae

9. Putri malu Daun putrid malu Mimosa pudica L Fabaceae

10. Lingua lingkuas Alpinia galangal L Zingiberacea

11. Ira besule Daun awar awar Ficus septic burm.f. Moraceae

Berdasarkan hasil identifikasi spesimen yang dilakukan di UPT sumber daya hayati
Sulawesi(HERBARIUM CELEBENSE)Universitas Tadulako didapatkan 7 jenis famili
tumbuhan dan 11 jenis spesies yang digunakan sebagai obat untuk mengobati penyakit
saluran pernafasan oleh masyarakat suku Kaili yang ada di KecamatanBanawa Selatan.
Inventaris tumbuhan yang digunakan untuk mengobati penyakit saluran pernafasan oleh
suku Kaili di Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah dapat
dilihat pada tabel 4.2.

64
Gambar 4.41 Diagram Persentase Organ Tumbuhan Obat Yang Digunakan Sebagai Obat
Penyakit Saluran Pernafasan Kecamatan Selatan Kabupaten Donggala
Daun Rimpang Umbi Buah

8.3%
8.3%

25.0% 58.3%

Berdasarkan Diagram 4.3.1, bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat saluran
pernafasan adalah daun dengan persentase 58,3%, umbi 8,3%, Buah 8,3% dan
rimpang25%. Dari tabel diatas menunjukan bahwa bagian tumbuhan yang paling banyak
digunakan adalah daun dan rimpang. Daun merupakan bagian tumbuhan yang sangat
penting dan umumnya setiap tumbuhan memiliki banyak daun, daun mudah dijumpai dan
selalu tersedia serta pengambilannya yang tergolong lebih mudah. Selain itu karena
khasiat daun diketahui secara turun temurun lebih banyak dalam segi penyembuhannya
dibanding dengan bagian tumbuhan yang lain. Pada daun terdapat senyawa metabolit
sekunder yang berguna sebagai obat, seperti tanin, alkaloid, minyak atsiri dan senyawa
organik lainnya. Selain itu daun merupakan bagian utama tumbuhan tempat
berlangsungnya fotosintesis (Pertamawati, 2010).

Tabel 4.4 Cara Pengolahan Dan Lama Penggunaan Untuk Mengobati Penyakit Saluran
Pernafasan Di Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala
No Nama Nama Cara pengolahan Cara Kandungan kimia
Sanro Tanaman penggunaan

1. Rbn Daun 5 lembar daun pepaya 3x sehari alkaloid karpin,


papaya direbus dengan 3 gelas diminum untuk karikaksantin, ,
hingga menjadi 1 gelas air penyakit asma flavanoid dan tanin
(Milind, 2011).

2. Rbn Daun putri 2 genggam daun putri 3x sehari flavanoid yang tinggi
malu malu, direbus dengan 3 diminum untuk pada putri malu
gelas air tunggu mendidih penyakit asma (Mimosa pudica L.)
hingga menjadi 1 gelas air (Zang,et al, 2011)

3. Dpa Daun sirsak 5 lembar daun pepaya 3x sehari lainsteroid/terpenoid,


direbus dengan 3 gelas air diminum untuk flavanoid, kumarin,
tunggu mendidih hingga penyakit asma dan tanin (Robinson,
menjadi 1 gelas air 1995)

65
4. Dpa Ken 3 buah rimpang kencur 3x sehari untuk etil p-metoksisinamat
dibersihkan dengan air, penyakit asma (Handayani dkk,2015).
lalu direbusdengan 3 gelas
air, tunggu hingga
menjadi 1 gelas

5. Skd Bawang 3 umbi bawang putih 3x sehari di fenolik yang berguna


putih dikupas kulitnya, 1 gelas untuk sebagai antioksidan
air hangat dan diminum tuberculosis (Prasonto et al, 2017).
air ramuan

6. Wdg Jahe merah 3 rimpang jahe merah 3x sehari di flavanoid,saponintanni


dikupas kulitnya, untuk penyakit n/polifenol, dan
ditambahkan air 3 gelas tuberculosis steroid/tripertenoid.
hingga menjadi 1 (Mohod, 2011).

7. Tns Daun awar- 3 lembar daun awar 2x sehari di Flavanoid,alkaloid


awar dihaluskan diperas airnya untuk
hinnga ½ gelas tuberculosis ( wu et al.2002)

8. Tns lingkuas 3 rimpang di haluskan di 3xsehari untuk Minyak atsiri,


peras hingga penyakit asma flavonoid, fenol dan
mengeluarkan air terpenoid (Fatimawali,
secukupnya lalu diminum 2016)

9. Mrm Kumis Satu genggam daun Untuk penyakit saponin dan essensial
kucing Kumis Kucing, direbus 2 asma, diminum 1 oil (De Padua et al
gelas air hingga menjadi 1 kali sehari pada 1999).
gelas air pagi hari

10. Srn Mengkudu Daun dan buah masing- Untuk obat Flavonoid, alkaloid,
masing 5, dicuci bersih, tuberkulosis, antrakuinon
direbus dengan 2 gelas air, diminum 1 kali (Kameswari dkk,
disaring sehari pada pagi 2013).
hari

11. Srn Daun Daun di ambil 5 lembar Untuk penyakit Alkaloid


lombo- dicuci bersih, direbus asma diminum ,flavonoid,dan tanin
lombo/daun hingga 1 gelas 2xsehari pagi
dadap dan malam (Rahman 2018)

Flavonoid yang terkandung pada tumbuhan daun sirsak, daun pepaya, daun putri malu,
memiliki aktivitas sebagai obat asma. Senyawa flavonoid memiliki mampu bertindak
sebagai radikal-scavenging antioxidant dan liphophilic antioxidant, yang mampu
menangkap radikal bebas sebelum radikal bebas menyerang memberan sel yang terdiri
dari lipid sehingga flavonoid memiliki efek proteksi terhadap sel-sel hepar dari radikal
bebas (Yuslianti, 2018). Selain itu Flavanoid yang terkandung dalam tumbuhan jahe
merah untuk penyakit tuberkulosis memiliki aktivitas anti-TB dengan cara menyerap
radikal hidroksil dan radikal anion superoksida (Mohod, 2011)

Fenolik yang terkandung pada tumbuhan bawang putih, kerja fenolik sebagai antimikroba
dengan cara merusak lipid pada membrane plasma, sehingga menyebabkan keluarnya

66
kandunganseluler mikroba. Pada dinding sel mycrobakteria (penyebab tuberculosis dan
lepra) (Murwani, 2015)

Tumbuhan Daun pepaya memiliki kandungan kimia alkaloid karpin, karikaksantin,


violaksantin, papain, saponin, flavanoid dan tanin (Milind, 2011). Selain itu senyawa
alkaloid bekerja dengan cara menghambat aktivitas enzim acetylcholinesteraseyang
mempengaruhi transmisi impuls saraf. Kondisi ini menyebabkan terjadinya gangguan
transmisi yang dapat menyebabkan menurunnya koordinasi otot, konvulsi, gagal nafas
dan kematian (Hadi et al, 2002). Daun Putri malu Senyawa flavanoid yang tinggi pada
putri malu menunjukkan bahwa tanaman tersebut berpotensi sebagai antioksidan (Zang,et
al, 2011). Senyawa flavonoid memiliki aktivitas antiplasmodium melalui efek
penghambatan degradasi hemoglobin, detoksifikasi heme dalam tubuh parasit dan
penghambatan sintesis membran sel parasit sehingga menyebabkan kematian plasmodium
(Relita, dkk. 2013). Daun sirsak kandungan senyawa dalam daun sirsak antara lain
steroid/terpenoid, flavanoid, kumarin, dan tanin (Robinson, 1995).Bawang
putihmengandung senyawa fenolik yang berguna sebagai antioksidan (Prasonto et al,
2017). Fenolik yang terkandung pada tumbuhan bawang putih, kerja fenolik sebagai
antimikroba dengan cara merusak lipid pada membrane plasma, sehingga menyebabkan
keluarnya kandunganseluler mikroba. Pada dinding sel mycrobakteria (penyebab
tuberculosis dan lepra) (Murwani, 2015). Jahe merah senyawa kimia yang terkandung
pada rimpang jahemerah yaitu flavanoid, saponin, tannin/polifenol, dan
steroid/tripertenoid. Selain itu Flavanoid yang terkandung dalam tumbuhan jahe merah
untuk penyakit tuberkulosis memiliki aktivitas anti-TB dengan cara menyerap radikal
hidroksil dan radikal anion superoksida (Mohod, 2011). Kencur kandungan yang terdapat
pada kencur etil p-metoksisinamat mampu mengobati asma dan dapat menghambat
pertumbuhan bakteri mybakterium tuberkulosis (Handayani dkk,2015). Tumbuhan kumis
kucing mempunyai senyawa aktif yaitu sebagai anti inflamasi adalah saponin dan
lipophilic flavonoid. Anti inflamasi dapat menghambat proses siklooksigenase dan
lipoxygenase (Van deer veen et al, 1997), Mengkudu memiliki senyawa aktif yaitu
alkaloid, alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri, mekanismenya yaitu dengan
cara mengganggu komponen penyusun petidokligan pada sel bakteri, sehingga lapisan
dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut (Magfira,
2018). Daun lombo-lombo/dadap Memiliki senyawa alkaloid, flavonoid dan tanin Secara
empiris dadap serep dapat digunakan untuk mengobati radang dan asma (Rahman,2018)

Famili yang banyak digunakan oleh Suku kaili Kecamatan Banawa selatan Kabupaten
donggala adalah zingiberaceae. Menurut Sofiyanti (2014) kajian etnomedisin
menunjukkan bahwa family ini zingiberaceae lebih cenderung mengobati penyakit dalam
sedangkan dalam kajian etnokologi menunjukkan bahwa famili ini sudah banyak
dibudidayakan dari pada berstatus liar.
Kegiatan mengobati penyakit saluran pernafasan yang di derita oleh masyarakat di
Kecamatan banawa selatan dilakukan oleh sanro diantaranya pada Sandro Rbn
menggunakan daun papaya dalam pengobatan saluran pernafasan (asma), alasan sanro
menggunakan daun papaya karena telah terbukti khasiatnya secara turun-temurun. Pada
sanro Rbn menggunakan 2 genggam daun putri malu untuk mengobati penyakit saluran
pernafasan (asma) dikarenakan pada rebusan daun putri malupada 2 genggam orang
dewasa sudah mampu mengurangi rasa sakit yang dirasakan pasien sehingga terbukti
kegunaannya. Pada sanro Dpa menggunakan daun sirsakuntuk mengobati penyakit
saluran pernafasan (asma) karena mampu mengurangi rasa nyeri. Pada sanro Dpa
menggunakan tanaman rimpang kencur, alasan penggunaan adalah sudah banyak yang
sembuh menggunakan kencur yang di berikan untuk pengobatan penyakit saluran
pernafasan (asma). Pada sanro Skd menggunakan umbi bawang putih kerenatelah terbukti
khasiatnya untuk pengobatan penyakit saluran pernafasan (tuberkulosis). Pada sanro wdg

67
menggunakan tumbuhan rimpang jahe merah karena rasa yang ada pada rimpang jahe
memberikan kehangatan yang mampu mengurangi nyeri yang dirasakan untuk
pengobatan (tuberkulosis). Pada sanro Tns Daun menggunakan tumbuhan awar-awar
karena lendir pada daun awar-awar dapat digunakan penyakit tuberkulosis. Pada sanro
Tns menggunakan lingkuas karena hasil air perasannya dapat digunakan untuk
pengobatan asma. Pada sandro Mrm menggunakan kumis kucing untuk pengobatan
Asma. Pada sndro Srn menggunakan daun dan buah mengkudu sebagai obat tuberkulosis.
Pada sandro Srn menggunakan daun lombo-lombo/dadap digunakan sebagai obat asma.

Lama penggunaan tumbuhan dari jenis penyakit dan seberapa parah penyakit yang
dialami, untuk tumbuhan daun papaya lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
perbaikan untuk penyakit asma yaitu selama 4 minggu dan menurut responden yang
menggunakan tumbuhan daun papaya mempunyai keluhan yaitu nafas terasa sesak. Lama
penggunaan tumbuhan daun putri malu untuk mengobati penyakit asma yaitu selama 4
hari dan keluhan yang dirasakan sebelum mengkonsumsi tumbuhan daun putri malu
yaitu pada saat menarik nafas terasa sesak. Penggunaan tumbuhan daun sirsak untuk
mengobati penyakit asma yaitu selama keadaan membaik dan sebelum mengkonsumsi
tumbuhan daun sirsak responden merasakan keluhan yaitu nafas terasa sesak. Lama
penggunaan tumbuhan rimpang kencur untuk mengobati penyakit asma yaitu sampai
mencapai perbaikan dan keluhan yang dirasakan yaitu kesulitan dalam bernafas atau
mengi. Lama penggunaan tumbuhan rimpang jahe merah untuk mengobati penyakit
tuberkulosis dengan keluhan sering batuk selama sebulan adalah selama 3 minggu. Lama
penggunaan umbi bawang putih untuk mengobati penyakit tuberkulosis hingga mencapai
perbaikan yaitu selama 4 minggu tergantung keparahan penyakit.

Berdasarkan hasil penelitian bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan adalah
daun. Hal ini karena bagian daun merupakan tempat pengolahan nutrisi tumbuhan, mudah
diperoleh dan mudah dibuat atau diramu sebagai obat dibandingkan dengan batang, buah
dan akar. Penggunaan daun sebagai bagaian untuk pengobatan selain tidak merusak jenis
tumbuhan obat, bagian daun juga mudah dalam hal pengambilan dan peracikan ramuan
obat.

Berdasarkan gambar 4.4.1 menunjukan bahwa bagaian tumbuhan yang paling banyak
digunakan adalah daun. Menurut zuhud (2009), Hal ini karena bagian daun merupakan
bagian yang sangat mudah dan sederhana. Selain itu karena khasiat daun diketahui secara
turun temurun lebih banyak dalam segi penyembuhannya dibandingan dengan bagaian
yang lain. Bagian tumbuhan obat yang sering digunakan kedua adalah rimpang karena
tanaman obat rimpang-rimpangan adalah jenis tanaman yang mudah ditanam dalam
kondisi apapun dengan lahan terbatas, jenis rimpan rimpangan seperti jahe, kunyit,
lengkuas, kencur, adalah salah satu contoh tanaman obat yang mudah ditanam dalam
segala kondisi. Jenis tanaman ini juga paling sering digunakan dan dikomsumsi oleh
keluarga dalam skala kecil sebagai kebutuhan masak-memasak (Paryadi, 2017).
Sedangkan buah tidak bisa diambil setiap waktu karena tumbuh tidak sepanjang waktu
(Setyowati, 2010). Begitupun pada bagian akar cenderung merusak tanaman kelestarian
jenis tumbuhan obat tersebut (Noorcahyati, 2012).

Berdasarkan diagram 4.3.1 menunjukkan cara pengolahan tumbuhan obat yang paling
banyak digunakan oleh masyarakat suku kaili yaitu dengan cara di rebus hal ini
disebabkan karena cara direbus merupakan cara yang paling praktis dan mudah dilakukan
di bandingkan dengan cara pengolahan yang lain. Pengolahan dengan cara di rebus juga
lebih steril karena bisa membunuh kuman maupun bakteri patogen (Novianti, 2014).
sudah dari turun temurun digunakan masyarakat dalam menggunakan tumbuhan sebagai
pengobatan, selain itu ada hubungannya dengan kandungan kimia yang terdapat pada

68
tumbuhan. Waktu penggunaan obat boleh 2-3 kali sehari sebelum makan,untuk mereka
yang memili keluhan lambung sebaiknya stelah makan.

KESIMPULAN

4. Tumbuhan yang digunakan sebagai obat penyakit saluran pernafasan yaitu asma dan
tuberkulosis ada 11 jenis tumbuhan yaitu daun pepaya, daun, sirsak, daun putri malu,
kumis kucing, daun dadap, mengkudu daun awar-awar, lengkuas,jahe, kencur, bawang
putih. Serta bagian tumbuhan yang digunakan yaitu daun 58,3%, rimpang 25,0% dan
umbi 8,3%, buah 8,3%
5. Cara pengolahan tumbuhan obat yang digunakan adalah dengan cara direbus dan
diparut, serta cara penggunaannya yaitu diminum.
6. Takaran yang digunakan dalam pengobatan penyakit saluran pernafasan pada oleh
suku kaili di kecamatan banawa selatan kabupaten donggala yaitu 1-2 gelas rebusan
air dan parutan tanaman obat. Dan lama penggunaan tumbuhan sebagai obat penyakit
saluran pernafasan dari merasakan gejala seperti, terasa sesak didada, sesak napas,
badan terasa sakit ketika sesak napas.

SARAN
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan
tumbuhan yang didapatkan kedalam uji farmakologi terhadap hewan uji serta mekanisme
kerja komponen aktif tumbuhan tersebut sebagai penyakit saluran pernafasan.

DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Soraya. 2011. Persepsi Pegawai Pajak terhadap Pemanfaatan Teknologi
Informasi pada Kinerja Individual (Studi Kasus pada KPP Pratama Tegal). Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

Arollado, E, C., Bucog, L, P., Richelle, Ann, M., Manalo., Irizh-lyn, R., Sampang., dan
Janvin J,A.,(2017).selected philiphine plant extracts as alternative preservatives for
a pharmaceutical liqued.

Auliani dkk. (2014). Studi etnobotani famili zingiberaceae dalam kehidupan masyarakat
lokal di kecamatan siak hulu kabupaten kampar. Jom Fmipa.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013. Riset Kesehatan Dasar


(RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional 2013, pp.1-384

[BPS] Badan Pusat Statistik, Kecamatan Banawa Selatan. (2018). Dalam Angka
Kecamatan Banawa Selatan : BPS Kecamatan Banawa Selatan.

ERVIANA, R. (2011). ACTIVE COMPOUNDS ISOLATED FROM RED BETEL


(PIPER CROCATUM RUIZ & PAV) LEAVES ACTIVE AGAINST
STREPTOCOCCUS MUTANS THROUGH ITS INHIBITION EFFECT ON
GLUCOSYLTRANSFERASE ACTIVITY. J Med Sci Volume 43, No. 2, June
2011.

69
Gairola, S., Gupta, V., Bansal, P., Singh, R., & Maithani, M. (2010). Herbal antitussives
and expectorants - A review. In International Journal of Pharmaceutical Sciences
Review and Research.

Katno, & Pramono, S. (2008). Tingkat Manfaat, Keamanan dan Efektifitas Tanaman Obat
dan Obat Tradisional. Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu.

Katno, & S.Pramono. (2002). Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional. In Trends in Cognitive Sciences.

Kementrian Kesehatan R. (2017). Laporan Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin


dan Tumbuahn Obat Berbasis Komunitas di Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI :
Jakarta.

Mirdeilami, S. Z. et al. 2011. Ethnopharmacological Survey of Medicinal Plants in


Maraveh Tape Region, North of Iran. Iranian Journal of Plant Physiology.
Volume 2(1) : 327-334.

Peraturan Menteri Kesehatan No. 006 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat
Tradisional;

Pimental, R. B., Elliot, R. C., and Holton, R, 2016, Religion, Culture and Sustainable
Development-Volume III. EOLSS Publications.

Saifuddin. 1997. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Setiawan, R. 2015. Buku ajar Kedokteran Keluarga. Universitas Muhammadiyah


Semarang, Semarang.

70
71
72

Anda mungkin juga menyukai