Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

Asam usnat adalah salah satu jenis asam yang diperoleh dari
lumut kerak genus Usnea, juga dapat diperoleh dari lumut kerak lain
dari genus Ramalina (Usneaceae) dan Cladonia (Cladoniaceae). Di
antara flora ulat (lumut-lumutan berkulit keras) yang sangat banyak
jumlahnya, hanya beberapa saja yang digunakan dalam industri jamu
di Indonesia. Semuanya termasuk marga Usnea. Di Indonesia jenisjenis tanaman Usnea hanya diperoleh di daerah pegunungan pada
ketinggian 1000 meter. Usnea tumbuh secara epifit pada cabang
kayu. Berbagai jenis Usnea banyak digunakan sebagai obat untuk
berbagai penyakit di berbagai negara termasuk Indonesia. Asam
usnat ditemukan dalam beberapa produk jamu di Indonesia (1). Asam
usnat mempunyai aktivitas anti bakteri terhadap bakteri Gram Positif
seperti Staphylococcus aureus, tetapi tidak aktif terhadap bakteri
Gram Negatif seperti Salmonella sp. dan Escherichia coli . Pada
konsentrasi rendah asam usnat bersifat bakteriostatik dan pada
konsentrasi tinggi sebagai bakterisid Mekanisme kerja asam usnat
sebagai anti bakteri adalah menghambat sintesis protein dan
menghambat siklus fosforilasi oksidatif. Asam usnat dapat
menghambat pertumbuhan jamur pada konsentrasi yang sangat
tinggi (1,2).
Oleh perusahaan farmasi asam usnat digunakan sebagai obat
luar dalam bentuk krim, contohnya krim Scabicid yang mengandung
asam usnat 1% digunakan sebagai anti skabies dikombinasi dengan
gameksan 1%. Mikroba yang umumnya tumbuh pada kulit adalah S.
epidermidis, S. aureus, Sarcina sp, Micrococcus sp, Bakteri koliform,
Proteus,
Difteroid,
Bacillus
subtilis,
Mycobacterium,
dan
Acinetobacter. Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan bau badan
yaitu S. aureus, S. epidermidis, C. acne (Difteroid), Pseudomonas
aeruginosa, dan Streptococcus pyogenes. Bau badan muncul karena
penguraian lemak sebum pada kulit menjadi asam lemak bebas
(3,4,5,6). Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji aktifitas asam
usnat secara in vitro terhadap bakteri penyebab bau badan yaitu S.
epidermidis, Difteroid, P. aeruginosa, S. pyogenes, Pityrosporum ovale
dan menguji efek anti infeksi secara topikal pada kulit kelinci (7,8).

BAB I
Tinjauan Botani Simpisia
I.1 Klasifikasi Tanaman :
Divisi

: Thalophyta

Sub Divisi

: Usnea thalluses

Kelas

: Aschousnea thalluses

Sub Kelas

: HymenoascoUsnea thalluses

Ordo

: Lecanorineae

Keluarga

: Usneaceae

Genus

: Usnea

Spesies

: Usnea spp

I.2 Budidaya Tanaman


Usnea thallus tidak memerlukan syarat hidup yang tinggi. Tumbuhan ini tahan
terhadap kekurangan air dalam jangka waktu yang lama.Usnea thallus biasanya
ditemukan di sekitar lingkungan dimana organisme lain tidak dapat tumbuh. Hal ini
dikarenakan oleh hubungan mutualisme antara algae dengan jamur.Sebagian besar
tempat hidup Usnea thallus adalah tempat hidup yang kering.Usnea thallus tumbuh
dengan sangat lambat. Pengukuran pertumbuhan Usnea thallus, berkisar antara 1 mm
per tahun tetapi tidak lebih 3 cm/tahun. Hal ini tergantung dari organisme yang
bersimbiosis, banyaknya hujan yang turun, intensitas cahaya matahari yang didapat, dan
cuaca pada umumnya (Oskanen, 2006).

Usnea thallus dapat tumbuh pada kondisi yang tidak menguntungkan. Namun,
Usnea thallus sangat sensitif terhadap pencemaran udara.

Tumbuhan ini dapat

menghilang pada daerah yang mempunyai kadar polusi udara yang berat. Hal ini
dikarenakan Usnea thallus dapat menyerap dan mengendapan mineral dari air hujan dan
udara.Namun, Usnea thallus tidak dapat mengeluarkan air dan mineral tersebut sehingga
konsentrasi senyawa yang mematikan seperti SO2 sangat mudah masuk (.Rancovic,
2007)
I.3 Khasiat Dan Kegunaan
Herba Usnea misaminensis berkhasiat sebagai obat masuk angin, obat
disentri, obat sariawan dan peluruh air seni.

BAB II
Tinjauan Isolat Kimia
II.1 Struktur Asam Usnat

II.2 Data Fisika asam usnat dan Kimia Asam Usnat

Data fisika
- Pemerian : kristal jarum kuning
- Titik leleh : 202 204 0 C
- Titik lebur : 193-194 C
Data kimia
- Rumus molekul
: C18H16O7
- Berat molekul
: 334,31 g/mol
- Panjang gelombang maksimal : Spektrofotometri UV (EtOH) 233,5
dan 283,2nm, IR (Kbr) 3450, 3100, 2940, 1680, 1550, 1460, 1300,
1200, 1150, 1130, 1070, 1040,85.

II.3 Aktivitas Farmakologi Asam Usnat

Antibakteri
Penambahan isomer asam usnat (+) pada pasta gigi mampu
menurunkan jumlah koloni streptochoccus mutans secara signifikan.
Analisis dilakukan dengan engambil sampel bakteri saat sebelum dan
setelah sikat gigi (Grasson,1989)

Antipoliferasi
Isomer asam usnat dg konsentrasi 50mg/ml menunjukan aktivitas
mereduksi jumlah sel leukimia k-562 dan endometrial karsinoma ketika

sel tersebut terpapar selama 21 jam.


Antiinflamasi
100mg/kg asam usnat menunjukan aktivitas antiinflamasi yang
signifikasn dibandingkan dengan pemberian ibuprofen dengan dosis secara
P.O (Vijayakumar,)

II.4 Metode Isolasi Asam Usnat


A. Skrining Fitokimia
Dilakukan dengan Uji fitokimia terhadap kandungan senyawa kimia
metabolit sekunder yang

merupakan langkah awal yang penting dalam

penelitian mengenai tumbuhan obat atau dalam hal pencarian senyawa aktif baru
yang berasal dari bahan alam yang dapat menjadi precursor bagi sintesis obatobat baru atau menjadi prototype senyawa aktif tertentu. Oleh karenanya,
metode uji fitokimia harus merupakan uji sederhana tetapi terandalkan. Metode
uji fitokimia yang banyak digunakan adalah metode reaksi warna dan
pengendapan yang dapat dilakukan di lapangan atau di laboratorium.
B. Ektrasi
Metode yang digunakan untuk mengisolasi asam usnat dari simplisia
usnea thallus adalah dengan metode Sokletasi. Sokletasi adalah suatu metode
pemisahan digunakan untuk komponen dalam sampel padat, dengan cara
penyarian berulang-ulang dengan pelarut yang sama, sehingga semua komponen
yang diinginkan dalam sampel terisolasi dengan sempurna.
Pelarut yang digunakan ada dua jenis, yaitu hekasana (C6H14) untuk
sampel kering, dan metanol (CH3OH) untuk sampel basah. Pelarut yang
digunakan tergantung dari alam yang digunakan.
Prinsip metode sokletasi adalah pelarut dan sampel dipisahkan ditempat
yang berbeda. Sampel adalah bahan alam yang belum mengalami proses apapun

juga. Metoden sokletasi yang digunakan memiliki kelebihan yaitu sampel yang
terekstraksi dengan sempurna, proses ekstraksi lebih ceopat dan pelarut yang
digunakan lebih sedikit. Adapun kelemahanya adalah sampel yang digunakan
harus sampel yang tahan panas atau tidak dapat digunakan pada sampel yang
tidak tahan panas.ena sampel yang tidak tahan panas akan teroksidasi atau
tereduksi ketika proses sokletasi berlangsung.
Syarat-syarat suatu larutan dapat digunakan sebagai pelarut dalam proses
sokletasi adalah pelarut yang digunakan memiliki titik didih yang berbeda atau
lebih kecil daripada titik didih sampel,mudah menguap, pelarut dapat dipisahkan
dengan cepat setelah penyarian, pelarut harus sesuai dengan bahan yang akan di
sokletasi.
Prinsip sokletasi adalah penyarian berulang-ulang sehingga hasil yang
didapatkan sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Jika
penyaringan telah selesai maka pelarut diuapkan kembali. Metode sokletasi
merupakan penggabungan antara metode maserasi dan perlokasi.
Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara
pemanasan sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontinyu akan
membasahai sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali
kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi.
Ekstrasi dilakukan secara berurutan pelarut organik dengan kepolaran
yang semakin meningkat. Dimulai dengan pelarut heksana, eter, petroleum eter
atau kloroform. Untuk memisahkan senyawa-senyawa terpenoid dan lipid-lipid
kemudian dilanjutkan alkohol dan etil asetat untuk memisahkan senyawa yang
lebih polar.
Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan,
sampel yang digunakan dalam sokletasi harus terhindar dari matahari langsung.
Hal tersebut karena sampel akan berfotosintesis sehingga terjadi penguraian dan
akan menimbulkan senyawa baru dan sampel tidak alami lagi

C. Fraksinasi
Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dari
campuran (padat, cair, terlarut, suspensi atau isotop) dibagi dalam beberapa
jumlah kecil (fraksi) komposisi perubahan menurut kelandaian.
Metode yang digunakan : Fraksinasi cair - cair
Fraksinasi bertingkat biasanya menggunakan pelarut organik
seperti eter, aseton, benzena, etanol, diklorometana, atau campuran pelarut
tersebut. Asam lemak, asam resin, lilin, tanin, dan zat warna adalah bahan
yang penting dan dapat diekstraksi dengan pelarut organik (Adijuwana dan
Nur 1989).
Fraksinasi bertingkat umumnya diawali dengan pelarut yang
kurang polar dan dilanjutkan dengan pelarut yang lebih polar. Tingkat
polaritas pelarut dapat ditentukan dari nilai konstanta dielektrik pelarut.
Emapat tahapan fraksinasi bertingkat dengan menggunakan empat macam
pelarut yaitu (1) ekstraksi aseton, (2) fraksinasi n-heksan, (3) fraksinasi etil
eter, dan (4) fraksinasi etil asetat (Lestari dan Pari 1990).
Asam usnat dapat di peroleh dari ekstrak tadi dengan cara
fraksinasi dengan menggunakan pelarut, dan fraksinasi yang dilakukan
adalah fraksinasi secara bertingkat. Dilakukan fraksinasi bertingkat di
karenakan untuk memperoleh senyawa yang lebih murni. Dengan
menggunakan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang berbeda, bisa
lebih melarutkan pengotor yang terdapat pada ekstrak yang di peroleh
sebelumnya.
D. Uji Pemurnian
Teknik TLC/KLT fasa diam (terutama silika, alumina, dan
selulosa) dilapiskan di permukaan sbuah plat pendukung (umumnya dibuat
dari bahan kaca atau lembaran logam Al). Bila noda telah kering plat
diletakkan secara vertikal dalam bejana yang sesuai dengan tepi yang di
bawah dicelupkan dalam fasa bergerak yang terpilih, maka pemisahan
kromatografi penaikan akan diperoleh.
Pada akhir perkembangan, pelarut dibiarkan menguap dari plat
dan noda-noda yang terpisah dilokalisir dan diidentifikasi dengan cara-cara
fisika dan kimia seperti yang digunakan dalam kromatografi kertas.

Dalam tahap ini untuk karakterisasi senyawa asam usnat


dilakukan dengan menggunakan metoda KLT. Dengan hasil rf pembanding
adalah : dengan harga Rf 0,5; 0,75; dan 0,7.
Untuk identifikasi dilakukan dengan menggunakan bantuan
spektro UV pada panjang gelombang 254 nm.

BAB III
Langkah Kerja
III. 1 Pembuatan Simplisia
Bagian yang digunakan
Seluruh bagian talus tumbuhan tanaman usnea misaminencis (vaint) Not
Cara pembuatan
1. Pengumpulan bahan : talus yang menempelkan pada pohon
dikumpulkan. Dicuci, ditiriskan.

2. Pembuatan simplisia : talus yang telah bersih dan bebas dari sisa arir
cucian kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari langsung dengan
alas tikar. Secara berkala dibolak-balik ahgar pengeringan merata.
Setelah kering lalu disimpan.
III.2 Skrining Fitokimia
Alat Dan Bahan

Alat

Bahan

Tabung Reaksi 2 Buah

Simplisia Kayu Angin 1 gram

Gelas Kimia 500 Ml

Aquadest 100 ml

Kompor Listrik

FeCl3 1o %

Cara kerja

Simplisia
- Dicuci
Usnea thallus
- +aquadest 100 ml
-

Ampas

Dipanaskan sampai mendidih


Disaring
Didinginkan
-Dimasukan ke
Filtrat
dalam tabung reaksi

-+FeCl3 10 %
beberapa tetes
Warna
hitam pd
(Sampel positif sanmpel
mengandung asam usnat)

III.3 Ekstrasi

Alat dan Bahan


Alat

Bahan
500 garam sampel
300 mL eter
300 mL methanol 90%
300 mL methanol 50%

Labu soklet
Labu didih
Gelas ukur
Kompor listrik
Oven

Cara Kerja
Ekstrasi

500 gram
- Dicuci
sampel
- Dikeringkan

Sampel -kering
Dipotong kecil-kecil
-

Dibungkus dengan kertas saring


Masukan ke dalam soklet

Serbuk sampel
- Ditambahkan aseton
- Di ekstrasi dengan soklet selama 8 jam
(atau hingga bahan ekstrak terlihat warna bening pada
pelarut)
Ekstrak
-

Disaring
Diuapkan

filtrat

Ekstrak aseton
(5-6 mL)
Pemantauan Ekstrasi

Lempeng
kromatografi
- Ditotolkan ekstrak aseton
pekat 10x20 cm, jarak
penotolan 2cm, jarak rambat
11,5 cm
- Dielusi dengan larutan
pengembang I (asam asetat :
kloroform 1:9)
- dibaca pada lampu UV dengan
panjang gelombang 254 nm dan 365
nm.
pengembang I
-

III.4

diuapi dengan NH3


dihitung harga Rf

Fraksinasi
Ekstrak di saring dari
ampas hasil ekstrasi
- ampas serbuk di keringkan

Disari dengan menggunakan


metanol, sampai pelarut benarpenar bening (fraksi metanol)

III.5 Identifikasi dan karakterisasi


Ekstrak sampel
dilakukan pengembangan eluen heksan : etil asetat
(4:1)
di uji menggunakan Kromatografi Lapis Tipis
(KLT)
Plat KLT

disemprot dengan penampak noda larutan 10%

H2SO4 dalam metanol


Noda yang diperoleh
264 nm (dibawah
sinar UV)

III.6 Karakterisasi
1.
2.

Untuk pengujian titik leleh, dilakukan dengan alat melting block


Sedangkan untuk karakterisasi secara organoleptis dilakukan dengan
pengamatan mengenai bentuk kristal.

Kesimpulan

Daftar Pustaka
- http://ofixspulvis.blogspot.com/2013/07/asam-usnat_3.html
tanggal akses : 11 September 2013 20:15 WIB

- Prosiding Simposium Nasional Tumbuhan Obat dan Aromatik 1996


- Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 3 No. 1 , Januari
2004

- http://bahan-alam.fa.itb.ac.id/detail.php?id=121
tanggal akses : 11 September 2013

Anda mungkin juga menyukai