Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH FITOKIMIA

FLAVONOID GOSSYPETINE PADA


TANAMAN ROSELLA
(Hibiscus sabdariffa L)

OLEH :

NAMA : HARDIETA CITRA SARI

NO.BP : 1701038

LOKAL : VI A

DOSEN : HUSNUNNISA, M.Farm, Apt

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI


(STIFARM)
PADANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit merupakan keadaan yang tidak normal dialami oleh tubuh, karena

berhubungan dengan organ penting lain seperti jantung, paru serta otak. Banyak

cara yang digunakan untuk mencegah dan mengobati terjadinya penyakit baik

secara alami maupun kimiawi. Tanaman di Indonesia memiliki peran penting

dalam mengobati berbagai penyakit mulai dari akar, batang, daun, kelopak bunga

hingga biji dari tanaman. Berbagai tanaman tradisonal di Indonesia yang tersebar,

banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional (Anonim, 2005).

Rosella telah lama dijadikan minuman kesehatan yang dikonsumsi oleh

masyarakat.Umumnya bagian kaliks rosella dijadikan minuman dalam bentuk teh.

Teh rosella diyakini dapat meningkatkan kemampuansik, seperti yang telah

dimanfaatkan di beberapa negara sebagai tonikum bertahun-tahun yang lalu

(Maryani dan Kristiana, 2008).

Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) merupakan tanaman yang sangat mudah

dijumpai di Indonesia karena termasuk dalam golongan tanaman rumahan.

Kandungan senyawa aktif rosella berfungsi sebagai antioksidan yang baik dan

dapat meredam radikal bebas (Ojeda et al., 2010).

Terdapat beberapa golongan senyawa aktif dalam rosella diantaranya asam

organik, antosianin yang tercermin dalam warna kelopak rosella, serta flavonoid.
Antosianin merupakan golongan flavonoid dengan derivatnya adalah gossypetin-

8-glucoside serta gossypetin-7-glucoside yang menghasilkan pigmen warna alami

pada rosella (Da-Costa-Rocha et al., 2014).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa L).

2. Morfologi Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa L).

3. Kandungan Kimia Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa L).

4. Kegunaan tanaman rosella secara tradisional (Hibiscus sabdariffa L).

5. Efek farmakologi tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L).

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa itu tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L).

2. Untuk mengetahui morfologi tanaman rosela (Hibiscus sabdariffa L).

3. Untuk mengetahui kandungan kimia tanaman rosela (Hibiscus

sabdariffa L).

4. mengetahui manfaat tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) secara

tradisional

5. Mengetahui efek farmakologi tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TANAMAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L).

2.1.1 Definisi Tanaman Rosella

Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa) adalah sejenis semak (perdu) yang

ada di seluruh wilayah tropis dunia. Asal rosella Florida Cranberry adalah

dari Afrika Barat. Masyarakat pada umumnya telah mengenal kenaf atau

rosella (Hibiscus cannabinus) sebagai tanaman penghasil serat karung dan

kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis). Sedangkan bunga rosella merah

(Hibiscus sabdariffa Lynn), belum begitu dikenal. Bunga rosella merah

(Hibiscus sabdariffa Lynn), dikenal di berbagai negara dengan nama yang

berbeda-beda, diantaranya ialah, India Barat (Jamaican Sorrel ), Perancis

(Oseille Rouge), Spanyol (Quimbombo Chino), Afrika Utara (Carcade), dan

Senegal (Bisap), Indonesia (Vinagreira, Zuring, Carcade, atau asam Citrun).

Dalam bahasa Melayu, tanaman ini dikenal dengan nama asam paya, Asam

kumbang atau asam susur (Mulyamin, 2009).

Tanaman rosella memiliki dua varietas dengan budidaya dan manfaat yang

berbeda, yaitu:

a. Hibiscus sabdariffa var. Altisima, rosella berkelopak bunga kuning.

b. Hibiscus sabdariffa var. Sabdariffa, rosella berkelopak bunga merah yang

kini mulai diminati petani dan dikembangkan untuk diambil bunga dan
bijinya sebagai tanaman herbal dan bahan baku minuman kesehatan (Comojime,

2008).

Di Indonesia nama rosella sudah dikenal sejak tahun 1922, tanaman

rosella tumbuh subur, terutama di musim hujan. Tanaman rosella biasanya

dipakai sebagai tanaman hias dan pagar. Setelah bertahun-tahun dikenal

sebagai tanaman hias dan pagar yang tidak dihiraukan, sekarang tanaman ini

dikenal dengan banyak khasiat yang bermanfaat bagi manusia (Daryanto-

Agrina, 2006).

Tanaman rosella berkembang biak dengan biji, tanaman ini tumbuh di

daerah yang beriklim tropis dan sub tropis. Tanaman ini dapat tumbuh di

semua jenis tanah, tetapi paling cocok pada tanah yang subur dan gembur.

Tumbuhan ini dapat tumbuh di daerah pantai sampai daerah dengan

ketinggian 900 m di atas permukaan laut. Rosella mulai berbunga pada umur

2-3 bulan, dan dapat dipanen setelah berumur 5-6 bulan. Setelah bunga

dipetik kemudian dikeluarkan bijinya, lalu bunga itu dijemur dibawah sinar

matahari. Satu batang rosella bisa menghasilkan 2-3 kg bunga rosella basah,

dalam 100 kg bunga rosella basah bisa menghasilkan 5-6 kg rosella kering

(Andiex, 2009).

2.1.2 Klasifikasi tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L).

Tanaman rosella dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)


Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)

Divisio : Magnoliophyta (berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub-kelas : Dilleniidae

Ordo : Malvales

Familia : Malvaceae (suku kapas-kapasan)

Genus : Hibiscus

Spesies : Hibiscus sabdariffa L (Comojime, 2008).

2.1.3 Nama Lain

Oseille rouge : Perancis

Quimbombo Chino : Spanyol

Karkadeh : Afrika Utara, Sudan, Mesir, Arab

Bisap : Senegal Ekstrak kelopak rosella, Gigitiruan, Candida albicans

Abuya : Congo

Roselle : Egypt, India, Iraq, Japan, Mexico, Senegal

Susur : Indonesia

Asam susur : Melayu

Asam jarot : Minang

Gamet walanda : Sunda

Kasturi roriha : Ternate. (Wijayakusuma , 2008.)

2.2 Morfologi tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L).


Tanaman rosella merupakan tanaman semak tegak tinggi berakar

tunggang yang mampu tumbuh mencapai 3-5 m baik di daerah tropis maupun

subtropis. Rosella memiliki batang berkayu bulat dan tegak dengan

percabangan simpodial dan berwarna kemerahan. Daunnya tunggal berseling

berbentuk bulat telur dengan ujung yang runcing, tepi beringgit, pangkal

berlekuk dengan pertulangan daun menjari. Daun rosella memiliki lebar 5-8

cm, panjang 5-15 cm dengan tangkai berukuran 4-7 cm, penampang bulat dan

berwarna hijau (Bakti Husada, 2001).

Bagian dari tanaman rosella yang paling sering dimanfaatkan adalah

bunganya. Tanaman rosella menghasilkan bunga sepanjang tahun (Bakti

Husada, 2001).Bunganya berwarna merah terletak di ketiak daun dan tunggal,

dengan kelopak terdiri dari 8-11 daun kelopak berukuran 1 cm, berbulu, dan

pangkal berlekatan. Mahkota bunga rosella berbentuk corong dengan 5 daun

mahkota berukuran 3-5 cm. Tangkai sari pendek dan tebal yang panjangnya ±

5 mm, sedangkan putik berbentuk tabung dengan warna merah atau kuning

(Devi, 2009)

Bunga rosella mengandung banyak zat yang berguna bagi manusia.

Selain itu, bunga rosella juga identik dengan rasa asam sehingga memberikan

sensasi segar. Rasa asam pada bunga rosella dikarenakan adanya kandungan

vitamin C (0,002-0,005 %), asam sitrat dan asam malat dengan total 13 %,

dan asam glikolik (Maryani dan Kristiana, 2005).


Gambar 1.1 gambar 1.2

Sumber : https://bit.ly/2JSEeeX sumber : https://bit.ly/2JQOR21

a. Batang

Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai batang bulat, tegak,

berkayu dan berwarna merah.tumbuh dari biji dengan ketinggian bisa mencapai 3-

5 meter (seperti gambar 1.3).

Gambar 1.3

Sumber : https://bit.ly/3e91VgZ
b. Akar

Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai akar tunggal (lihat

gambar 1.4).

Gambar 1.4

Sumber : https://bit.ly/2VgFoq2

c. Daun

Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai daun tunggal berbentuk

bulat telur, bertulang menjari, ujung tumpul, tepi bergerigi dan pangkal berlekuk,

Panjang daun 6-15 cm dan lebar 5- 8 cm. Tangkai daun bulat berwarna hijau

dengan panjang 4-7 cm (seperti gambar 1.5).

Gambar 1.5

Sumber : https://bit.ly/2VgFoq2
d. Bunga

Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai bunga berwarna cerah,

Kelopak bunga atau kaliksnya berwarna merah gelap dan lebih tebal jika

dibandingkan dengan bunga raya/sepatu. Bunganya keluar dari ketiak daun dan

merupakan bunga tunggal, yang berarti pada setiap tangkai hanya terdapat 1 (satu)

bunga. Bunga ini mempunyai 8-11 helai kelopak yang berbulu, panjangnya 1 cm,

yang pangkalnya saling berlekatan dan berwarna merah. Kelopak bunga ini sering

dianggap sebagai bunga oleh masyarakat. Bagian inilah yang sering dimanfaatkan

sebagai bahan makanan dan minuman.(Seperti pada gambar 1.6).

Gambar 1.6

Sumber : https://bit.ly/3e91VgZ

e. Biji

Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai biji berbentuk seperti

ginjal hingga triangular dengan sudut runcing, berbulu, panjang 5 mm dan lebar

4 mm.
Gambar 1.7

Sumber : https://bit.ly/2JQOR21

2.3 Kandungan tanaman rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn)

Ahli gizi menemukan kelopak segar rosella yang dijual di pasar Amerika

tengah tinggi kalsium, riboflavin, niasin, dan zat besi. Kandungan vitamin C yang

terdapat dalam bunga rosella lebih banyak dibandingkan dengan buah-buahan

lainnya. Sebagai contoh, setiap 100 gr kelopak bunga rosella mengandung 244,4

mg vitamin C, dengan berat yang sama, jeruk hanya mengandung 48 mg,

belimbing hanya 25,8 mg sedangkan papaya mengandung 71 mg. Selain

kandungan vitamin C yang sangat tinggi, rosella juga kaya akan mineral seperti

kalsium, phosphor, potassium dan zat besi yang sangat penting untuk tubuh.

( Daryato-agrina, 2006)

Gosipetin adalah flavonoid yang terkandung dalam bunga rosella. Aktivitas

antibakteri dari gosipetin yang diisolasi dari bunga rosella diduga dikarenakan

aktivitas polyphenolic nature dari flavonoid gosipetin. Gosipetin membuat

peningkatan permeabilitas membran plasma sehingga adanya kebocoran ion pada


dinding bakteri (Mahadevan, et al, 2007). Saponin menstimulasi terjadinya

apoptosis awal pada dinding sel dengan cara membentuk kolesterol–saponin

kompleks sehingga terjadi lisis sel. Saponin diduga menggangu permeabilitas dari

membran luar bakteri (Arabski, et al 2012). Asam-asam organik seperti asam

sitrat, asam malat, asat tartat dan asam laktat memiliki mekanisme kerja yang

membuat senyawa antibakteri mudah masuk ke dalam sel (Strarford, 2000).

Rosella juga mengandung vitamin B1, B2, niasin dan vitamin D. Tubuh

manusia membutuhkan 22 asam amino. Dari 22 ini, 18 diantaranya terpenuhi dari

bunga rosella. Bunga rosella banyak digunakan untuk mengurangi nafsu makan,

gangguan pernafasan yang disebabkan flu, da rasa tidak enak di perut. Rosella

digunakan untuk mengatasi bisul dan radang pada kulit, luka bakar, sariawan, dan

infeksi herpes zoster. Kandungan kimia tanaman ini adalah alohidroksi asam sitrat

lakton, asam malat dan asam tartar.(BPOM RI , 2010)

Antosian yang menyebabkan warna merah pada tanaman ini mengandung

delfinidin-3-siloglukosida, delfinidin-3-glukosida, sianidin-3-siloglukosida,

sedangkan flavonoidnya mengandung gosipetin dan mucilago

(rhamnogalakturonan, arabinogalaktan, arabinan). Sterol minyak biji rosella

terdiri atas 61,3% β-sitosterol, 16,5% kampasterol, 5,1% kolesterol, dan

3,2%ergosterol. Karkadeh (bunga kering tanpa ovari) mengandung 13% campuran

asam sitrat dan asam malat, dua antosianin; gosipetin (hidrosilflavon) dan

hibiskin, asam askorbat 0,004-0,005%. Mahkota bunga mengandung

glikosidaflavon hibiskritin, yang mengandung aglikon hibisketin. Bunga rosella


juga mengandung fitosterol. Bunga kering mengandung 15,3% asam hibiskat.

Akar rosella mengandung saponin dan asam tartrat. (BPOM RI, 2010)

Bunga rosella memiliki beberapa kandungan zat seperti gossypetin,

glukosida, hibiscin, flavonoid, theflavin, katekin dan antosianin (Widyanto dan

Nelistya, 2008). Antosianin pada bunga rosella mampu memberikan efek

perlindungan terhadap penyakit kardiovaskuler, termasuk penyakit hipertensi

(Mardiah, 2010). Setiap 100 g bunga rosella mengandung 96 mg antosianin

(Hermawan dkk., 2011). Theaflavin dan katekin mampu membatasi penyerapan

kolesterol dan meningkatkan pembuangan kolesterol dari hati sehingga kadar

kolesterol terjaga (Lawren, 2014).

Struktur kimia gosipentine

Sumber : https://bit.ly/2XqXyrC

2.4 Kegunaan tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) secara tradisional.

 Bunga rosella bisa dimanfaatkan sebagai bahan untuk seduhan, seperti teh.

Bahkan, kini sudah dapat diolah dalam bentuk sirup, selai, dan minuman lain.

Seduhan rosella terbuat dari kelopak kering rosela, berwarna merah dan rasanya
seperti berry. Seduhan rosella mengandung antioksidan, seperti flavonoid yang

baik untuk jantung dan tubuh. Untuk membuat seduhan digunakan 2 gr kelopak

kering rosela yang diseduh dengan air panas. (Chan, 2006).

 Sebagai masker wajah

Bunga rosella juga memiliki berbagai kandungan vitamin dan mineral yang sangat

bermanfaat bagi kesehatan dan kecantikan kulit. Kandungan vitamin A dan

Vitamin C rosella cukup tinggi dibandingkan buah-buahan seperti jeruk, apel,

papaya dan jambu biji.Vitamin C merupakan antioksidan yang larut dalam air.

Vitamin C sangat esensial dalam biosintesis kolagen dan mampu menurunkan

sintesis pigmen dengan menghambat enzim tirosinase dan dianggap mampu

menurunkan keluhan kelopak mata yang gelap. Vitamin C juga merupakan

senyawa reduktor terbanyak di tubuh dan merupakan antioksidan yang paling

dominan dikulit (Ardhie, 2011)

Cara pembuatan masker rosella : tambahkan madu murni secukupnya kedalam

tepung rosella aduk hingga rata dan amplikasikan kewajah, dan diam kan 10 – 20

menit. Kemudian bilas wajah dengan air biasa dengan bersih. Tepung Rosela

dapat disimpan sekitar 3 bulanan dengan kadar airnya dibawah 10 % (Ir.Mardiah,

Msi 2009).

2.5 Aktivitas farmakologi tanman rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn)

a. Antioksidan
Rosella merupakan salah satu tanaman yang berfungsi sebagai antioksidan

karena mengandung asam askorbat dan beberapa golongan flavonoid seperti

flavonol dan pigmen antosianin. Antosianin merupakan pigmen warna merah

yang terdapat pada rosella dan berbentuk rantai glikosida yang terdiri dari

cyaniding-3-sambubroside, delphinidin-3- glucoside dan delphinidin-3-

sambubroside. Kemudian terdapat gossypetin, hibiscetin dan quercetin yang

merupakan senyawa golongan flavonol (Mardiah et al, 2009).

b. Antibakteri

Ekstrak methanol Hibiscus sabdariffa diketahui memiliki efek antibakteri

yang efektif. Ekstrak methanol Hibiscus sabdariffa dengan dosis 10 mg/cawan

petri memiliki efek yang lebih baik dari penisilin yang dan memiliki efek yang

mirip dengan gentamisin terhadap gram negatif dan gram positif (Abdallah,

2016).

Ekstrak Hibiscus sabdariffa yang diketahui mengandung alkaloid dapat

melawan bakteri E. coli, E. cloacae, P. aeruginosa dan S. aureus (Djeussi et al.

2013).

c. Anti hipertensi

Rosella (Hibiscus sabdariffa) merupakan salah satu tanaman yang telah

digunakan turun-temurun sebagai antihipertensi di Afrika Barat. Antosianin

merupakan salah satu senyawa yang banyak terdapat dalam ekstrak air Hibiscus
sabdariffa dan antosianin dapat menjadi senyawa bioaktif sebagai antihipertensi

dengan mekanisme menghambat enzim yang akan merubah angiotensin I menjadi

angiotensin II (Meunier et al., 1987).

Selain itu, penggunaan ekstrak air Hibiscus sabdariffa dalam jangka waktu

yang panjang tidak akan memberikan efek samping pada penderita hipertensi

(Herrera-Arellanoa, 2004).

d. Anti Hiperlipidemia

Ekstrak etanol Hibiscus sabdariffa telah diuji pada tikus yang terkena

hiperlipidemia. Hasil yang didapatkan ekstrak etanol Hibiscus sabdariffa 5%,

10% dan 15% menunjukkan penurunan nilai LDL pada tikus masing-masing

sebesar 40%, 42% dan 44%. Penurunan LDL dapat disebabkan dkarena adanya

penghambatan sintesis triasilgliserol yang merupakan salah satu precursor

pembentukan LDL. Selain itu, ekstrak etanol Hibiscus sabdariffa dapat mencegah

proses oksidasi LDL sehingga dapat mencegah terjadinya arterosklerosis.

(Zarrabal et a,. 2005).

e. Anti diabetes

Hibiscus sabdariffa polyphenolic extract (HPE) diketahui dapat menghambat

perubahan sel yang disebabkan karena kadar glukosa yang tinggi. Aktivitas HPE

telah diuji pada tikus yang terkena diabetes tipe 2. Pada dosis 200 mg/kg berat

badan HPE dapat mengurangi hiperglikemia dan hiperinsulinemia. HPE dapat

menghambat pembentukan advanced glycation end product (AGE) plasma dan


peroksidasi lipid yang distimulasi oleh keadaan diabetes. Selain itu HPE dapat

menghambat ekspresi connective tissue growth factor (CTGF) dan receptor of

AGE (RAGE) pada aorta. Selain itu, HPE dapat menurukan berat badan tikus

yang terkena diabetes tipe 2 sehingga HPE dapat dijadikan sebuah terapi adjuvant

untuk penyakit diabetes (Peng eta, 2011).

f. Antiinflamasi

Ekstrak air Hibiscus sabdariffa diketahui tidak memiliki efek terhadap edema

pada kaki tikus tetapi dapat menjadi inhibitor pada tikus yang diinduksi penyebab

penyakit pireksia. Selain itu, ekstrak air Hibiscus sabdariffa memberikan efek

yang signifikan pada tikus yang diinduksi rasa panas. Aktivitas farmakologi yang

ditimbulkan ekstrak air Hibiscus sabdariffa disebabkan karena adanya kandungan

flavonoid, polisakarida dan asam organik (Dafallah and AlMusafa, 1996).

2.6. Cara isolasi golongan flavanoid gossypetin pada tanaman rosella

(Hibiscus sabdariffa L).

Ekstraksi kandungan senyawa flavonoid dari kelopak bunga rosella

Kelopak bunga rosella diekstraksi secara maserasi bertingkat selama 24

jam. Hasil optimasi pelarut yang diperoleh untuk mengekstraksi kandungan

senyawa flavonoid yang berefek antioksidan pada kelopak bunga rosella

dilakukan dengan enam larutan pengekstrak, yaitu : etanol (100%) (v/v);

metanol (100%) (v/v) ; metanol (50%):etanol (50%) (v/v); metanol (75%):


etanol (25%) (v/v); metanol (25%):etanol (75%) (v/v); akuades. Pembuatan

ekstrak kental rosella dilakukan dengan metode maserasi bertingkat dengan

penambahan asam format 3%. Sebanyak lebih kurang 25 gram kelopak

bunga rosella yang sudah dikeringkan dipersiapkan, emudian dimaserasi

dengan 250,0 mL enyari dalam Erlenmeyer yang tertutup aluminium foil

seluruhnya minimal selama 24 jam,disimpan dalam lemari pendingin.

Skrining golongan senyawa flavonoid dengan cara 0,5 mg sampel

ditambahkan dengan serbuk Mg 2 mg, kemudian ditambahkan 3 tetes HCl pekat.

Hasil positif akan menunjukkan warna orange jika terdapat kandungan flavonoid

(Handarini, 2016).

Skrining golongan senyawa antosianin dengan cara 0,5 mg sampel

ditambahkan HCl sebanyak 5 ml, kemudian dipanaskan pada suhu 100 º C selama

5 menit. Hasil positif jika terdapat kandungan antosianin akan menunjukkan

warna merah (Handarini, 2016).

Deteksi Kandungan Flavonoid

Deteksi kandungan flavonoid dalam sampel menggunakan Kromatografi

Lapis Tipis (KLT) dengan fase diam silika gel 60F 254 dan fase gerak

menggunakan n-butanol : asam asetat : air (6:6:1). Ekstrak kental dan quersetin

ditotolkan pada silika gel 60F 254. Pengamatan dilakukan pada sinar tampak UV-
Vis 254 nm dan 366 nm. Tujuan dilakukan identifikasi flavonoid menggunakan

KLT adalah untuk mengetahui profil kromatografi senyawa flavonoid dalam

ekstrak terpurifikasi dan menentukan baku standar dengan membandingkan

bercak antara ekstrak dan pembanding (Sari, 2015).

2.7. Cara analisis kualitatif dan kuantitatif

A. Ujia kualitatif

Uji Flavonoid. Sebanyak 1 g daun ge- ranium ditambahkan dengan 5 mL

metanol 30 %, kemudian dipanaskan pada suhu 50 derajat celcius selama 5 menit.

Filtrat yang terbentuk ditambahkan dengan 3 tetes H2SO4 pekat. Adanya

flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan warna merah.

( Harbone JB. 1987 )

B. Uji kuantitatif

Kadar metabolit sekunder yang terdapat dalam simplisia geranium sebanyak

≥ 0,4% untuk flavonoid ≥ 1,0 %.


BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) merupakan tanaman yang memiliki banyak

aktivitas farmakologi seperti antioksidan, antibakteri,

antihipertensi,antihiperlipidemia, antidiabetes, antinociceptive dan antiinflamasi

yang dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk meningkatkan

kesehatan dan kualitas hidup masyarakat. Bunga rosella merupakan flavonoid.

Zat flavanoid yang paling berperan dalam kelopak bunga rosella meliputi

antosianin, gassypetin, dan glucoside hibiscin. Zat ini berfungsi sebagai diuretik,

menurunkan kekentalan darah, menurunkan tekanan darah, dan menstimulus

gerakan usus. Sehingga senyawa antosianin yang banyak terdapat pada seduhan

kelopak kering bunga rosella mempunyai efek sebagai antihipertensi.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2001, Guidelines for testing of chemicals, No. 404: Skin allergy

andirritation test guideline, OECD, Paris.

Direktorat OAI BPOM RI.2010. Serial data ilmiah terkini tanaman obat rosella

(Hibiscus sabdiffa L). Jakarta: Badan POM RI; Hal.1-4,10

Da-Costa-Rocha, I., Bonnlaender, B., Sievers, H., Pischel, I., Heinrich, M., 2014.

Hibiscus sabdariffa L. - A Phytochemical And Pharmacological Review. Food

Chem. 165, 424–443. doi:10.1016/j.foodchem.2014.05.002.

Maryani H, Kristiani L. Khasiat dan manfaat rosella. Jakarta: Agromedia

Pustaka;2008.p.6-8.

Mardiah, Ir. M.Si, dkk .2009.Budi Daya & Pengolahan Rosela. Agro

Media.Bogor

Mulyani, E. 2009. Konsumsi kalsium dan faktor – faktor yang berhubungan

dengan konsumsi kalsium pada remaja di SMP negeri 201 Jakarta Barat tahun

2009. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.


Ojeda, D., Enrique Jiménez-Ferrer, E., Enrique, A., Herrera-Arellano, A.,

Tortoriello, J., & Alvarez, L. (2010). Inhibition Of Angiotensin Convertin

Enzyme (Ace) Activity By The Anthocyanins Delphinidin-And Cyanidin- 3-O-

Sambubiosides From Hibiscus sabdariffa. Journal of Ethnopharmacology.

Retrieved October 2, 2015.

Peng, C.H. et al. 2011. Hibiscus sabdariffa Polyphenolic Extract Inhibits

Hyperglycemia, Hyperlipidemia, and Glycation-Oxidative Stress while Improving

Insulin Resistance. Journal of Agricultural and Food Chemistry. 59: 9901–9909

Wijayakusuma MH. Ramuan herbal penurun kolestrol. Jakarta: Pustaka Bunda;

2008.p.73.

Anda mungkin juga menyukai