Disusun oleh :
Kelas : RK-B
PRODI S1 FARMASI
Dengan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “TEKNOLOGI
SEDIAAN STERIL ; SEDIAAN TETES MATA IRITASI”.
Penyusun telah berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan agar
penyusunan makalah ini tersaji dengan sebaik-baiknya, baik bentuk maupun isinya.
Penyusun menyadari bahwa keinginan tersebut tidak akan terwujud tanpa bantuan
dan kerjasama dari semua pihak serta semua pihak yang telah membantu melancarkan
makalah ini.Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini kurang dan belum
sempurna, untuk itu penyusun mohon saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah. Selanjutnya semoga penulisan makalah ini
bermanfaat bagi pembaca dan penyusun.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Maksud dan tujuan .......................................................................................... 1
1.3 Prinsip Percobaan ............................................................................................ 1
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Cara Pembuatan .............................................................................................. 18
4.2 Sterilisasi Alat ................................................................................................. 18
4.3 Evaluasi Akhir ................................................................................................. 19
4.4 Hasil Evaluasi ................................................................................................. 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas
dari mikroorganisme hidup, pada prinsipnya ini termasuk sediaan parenteral, mata
dan irigasi. (Lachman1292) Tetes mata merupakan sediaan mata berupa larutan /
suspensi atau larutan berminyak dari alkaloid, garam-garam alkaloid, antibiotik, atau
bahan-bahan lain yang ditujukan untuk penggunaan mata dengan cara meneteskan
obat ke dalam selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata yang
diformulasi dengan pertimbangan tonisitas, ph, viskositas, sterilisasi, bahan
antimikroba dan pengemasan yang baik. (Scov221; FI III10) Air mata kita tidak
seperti darah yang mengandung antibodi ataupun mekanisme untuk memproduksi
antibodi tersebut. Oleh karena itu mekanisme pertahanan utama mata untuk melawan
infeksi mata secara sederhana yaitu dengan pencucian air mata. Pada air mata
ditemukan sebuah enzim, yaitu lisozim yang mempunyai kemampuan untuk
menghidrolisa polisakarida dari beberapa mikroorganisme. Namun ada beberapa
mikroorganisme yang tidak terpengaruh oleh adanya enzim lisozim yaitu
Pseudomomas aeruginosa. (Pres181) Berdasarkan tempat kerjanya, tetes mata bekerja
pada konjungtiva, kornea dan iris. Penggunaan tetes mata akan menghasilkan efek
yang bervariasi dari obat pada bagian konjungtiva, kornea dan iris. (RPS 18 th 1587)
Pembuatan tetes mata steril Zink Sulfat dengan menggunakan alat dan bahan
yang telah disterilkan dengan cara yang sesuai dan dilakukan sterilisasi akhir pada
sediaan.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III ; halaman 10. Tetes mata adalah sediaan
steril berupa larutan atau suspensi digunakan pada mata dengan cara meneteskan obat
pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata atau bola mata.
Menurut Sciville S; 221. Larutan mata merupakan cairan steril atau larutan
berminyak dari alkaloid, garam-garam alkaloid, antibiotik atau bahan-bahan lain yang
ditujukan untuk dimasukkan kedalam mata. Ketika cairan, larutan harus isotonis
larutan mata digunakan untuk antibakterial, anestetik, midriatik, miotik atau maksud
diagnosa larutan ini disebut juga tetes mata dan collyria (singular collyrium).
Menurut Text book of pharmaceutics ; 358. Tetes mata adalah cairan steril atau
larutan berminyak atau suspensi yang ditujukan untuk dimasukkan kedalam succos
konjungtival. Dapat mengandung bahan-bahan antimikroba seperti antibiotik, bahan
anti inflamasi seperti kortikosteroid, obat miotik seperti fisostigmin sulfat atau obat
midriasis seperti atropin sulfat.
Menurut Parrot ; 290. Bahan obat diteteskan kedalam mata harus diformulasi
dengan tepat dan disiapkan dengan pemberian pertimbangan antara lain tonisitas, ph,
kestabilan, kekentalan dan sterilitas.
Menurut DOM Martin ; 880. Tetes mata sering diteteskan ke dalam mata yang
terluka akibat kecelakaan atau operasi dan tetes mata kemudian secara potensial lebih
berbahaya dibandingkan injeksi intravena.
Menurut Ansel 541. Dengan definisi resmi larutan untuk mata adalah larutan
steril yang dicampur dan dikemas untuk dimasukkan dalam mata. Selain steril,
preparat tersebut memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap faktorfaktor
farmasi seperti kebutuhan bahan antimikroba, isotonisitas, dapar, viskositas dan
pengemasan yang cocok.
Kesimpulan Tetes mata adalah sediaan mata berupa larutan atau suspensi atau
larutan berminyak dari alkaloid, garam-garam alkaloid, antibiotik atau bahanbahan
yang ditujukan untuk penggunaan mata dengan cara meneteskan obat ke dalam
selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata yang diformulasi dengan
2
3
Scoville s 221 Faktor-faktor dibawah ini sangat penting dalam sediaan larutan
mata Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan; Sterilitas akhir dari
collyrium dan kehadiran bahan antimikroba yang efektif untuk menghambat
pertumbuhan dari banyak mikroorganisme selama penggunaan dari sediaan;
Isotonisitas dari larutan; ph yang pantas dalam pembawa untuk menghasilkan
stabilitas yang optimum.
DOP Cooper Tetes mata adalah larutan berair atau larutan berminyak yang
idealnya harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut Ia seharusnya steril ketika
dihasilkan Ia seharusnya bebas dari partikel-partikel asing Ia seharusnya bebas dari
efek mengiritasi Ia seharusnya mengandung pengawet yang cocok untuk mencegah
pertumbuhan dari mikroorganisme yang dapat berbahaya yang dihasilkan selama
penggunaan. Jika dimungkinkan larutan berair seharusnya isotonis dengan sekresi
lakrimal konsentrasi ion hidrogen sebaliknya cocok untuk obat khusus, dan idelanya
tidak terlalu jauh dari netral Ia seharusnya stabil secara kimia
SDF 357 Sediaan untuk mata terdiri dari bermacam-macam tipe produk yang
berbeda. Sediaan ini bisa berupa larutan (tetes mata/pencuci mata), suspensi/salep.
Kadang-kadang injeksi mata digunakan dalam kasus khusus. Sediaan mata sama
dengan sediaan steril lainnya yaitu harus steril dan bebas dari bahan partikulat.
Dengan pengecualian jumlah tertentu dari injeksi mata, sediaan untuk mata adalah
bentuk sediaan topikal yang digunakan untuk efek lokal dan karena itu tidak perlu
untuk bebas pirogen.
Scoville s 247 Farmasis seharusnya menyiapkan larutan mata yang Steril; Dalam
pembawa yang mengandung bahan-bahan germisidal untuk meningkatkan sterilitas;
Bebas dari partikel yang tersuspensi; Bahan-bahan yang akurat; Isotonik atau sangat
mendekati isotonik; Dibuffer sebagaimana mestinya; Dimasukkan dalam wadah yang
steril; Dimasukkan dalam wadah yang kecil dan praktis.
Prescription 181 Secara umum disetujui sediaan mata harus steril, menggunakan
pengawet, harus memiliki tekanan osmotik yang sama dengan cairan lakrimal normal.
dan sterilisasi. Sayang sekali, yang paling penting dari itu dalah sterilitas yang telah
menerima sifat/perhatian dan farmasis dan ahli mata. Ini diinginkan bahwa larutan
mata stabil, isotonis, dan sifat ph, dan tidak ada pernah telah kehilangan mata karena
larutan sebagian terurai atau mengiritasi. Penggunaan larutan tidak steril ke dalam
mata yang terluka, di lain hal sering menyebabkan kecelakaan.
Parrot 29 Obat yang dimasukkan ke dalam mata harus diformulasi dan disiapkan
dengan pertimbangan yang diberikan terhadap tonisitas, ph, stabilitas, viskositas dan
sterilisasi. Sterilisasi diinginkan karena kornea dan jaringan lining ruang anterior
adalah media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme daan masuknya cairan
mata yang terkontaminasi dalam mata yang trauma oleh kecelakaan atau pembedahan
dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.
DOM King 145 Mata manusia adalah organ yang paling sensitif. Maka bereaksi
dengan cepat. Sampai mendekati perubahan apapun dalam lingkungannya. Untuk
alasan ini larutan yang digunakan pada mata sebaik suspensi dan salep harus dibuat
dengan perhatian yang sangat teliti. Syarat-syarat harus dipertimbangkan dalam
perbuatan dan kontrol terhadap produk optalmik untuk Sterilitas Kejernihan Buffer
ph Pengawet Bahan aktif Viskositas Stabilitas Isotonisitas Banyak dari syarat ini
saling berkaitan dan tidak dapat dipandang sebagai faktor terisolasi yang
dipertimbangkan secara individual. Sterilisasi misalnya, dapat dihubungkan dengan
ph, buffer, dan pengemasan. sistem buffer harus dipertimbangkan dengan pemikiran
tonisitas dan dengan pemikiran kenyamanan produk.
Kesimpulan Syarat syarat tetes mata Harus steril Isotonis dengan cairan mata
Bebas dari partikel asing, Tidak mengiritasi, Kejernihan, Buffer, ph, viskositas,
Stabilitas.
AMA Drugs 1624 Secara umum larutan berair lebih stabil daripada salep,
meskipun salep dengan obat yang larut dalam lemak diabsorpsi lebih baik dari
larutan/salep yang obat-obatnya larut dalam air.
Kesimpulan Keuntungan tetes mata antara lain Larutan berair lebih stabil
daripada salep Tidak mengganggu penglihatan ketika digunakan.
RPS 18th ; 1585 Kerugian yang prinsip dari larutan mata adalah waktu kontak
yang relatif singkat antara obat dan permukaan yang terabsobsi. Hanya bekerja pada
bagian kornea, iris, dan konjungtiva.
Waktu kontak relatif singkat antara obat dan permukaan yang terabsorbsi;
Hanya dapat diberikan pada volume yang kecil karena kapasitas mata yang
terbatas dalam menyimpan cairan obat.
6. Jika penetesnya terpisah, tempatkan kembali pada botol dan tutup rapat
6
b) Stabilitas
7
Stabilitas obat dalam larutan seperti produk mata tergantung sifat kimia
bahan obat, pH produk, metode penyiapan (khususnya penggunaan suhu) zat
tambahan larutan tipe pengemasan. Obat seperti pilokarpin dan fisostigmin
aktif dan cocok pada mata pH 6,8. Namun demikian pH stabilitas kimia
(ketidakstabilan) dapat diukur dalam beberapa hari atau bulan. Dengan obat
ini, bahan kehilangan stabilitas kimia kurang dari 1 tahun. Sebaliknya pada pH 5
kedua obat stabil dalam beberapa tahun.
c) Buffer dan pH
Idealnya sediaan mata sebaiknya diformulasi pada pH yang ekuivalen
dengan cairan mata yaitu 7,4 tapi dalam prakteknya jarang dicapai. Mayoritas
bahan aktif dalam opthalmologii adalah garam basa lemah dan stabil pada pH
asam. Ini umumnya dapat dibuat dalam suspense kortikosteroid tidak larut.
Suspensi biasanya paling stabil pada pH asam. pH optimum umumnya
menginginka kompromi pada formulator. pH diseleksi jadi optimum untuk
kestabilan. Sistem buffer diseleksi agar mempunyai kapasitas akurat untuk
memperoleh pH dengan range stabilitas untuk durasi umur produk. Kapasitas
buffer adalah kunci utama situasi ini.
d) Tonisitas
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam
larutan berair, larutan mata adalah isotonic dengan larutan lain ketika magnet
udosifat koligatif larutan adalah sama. Larutan mata dipertimbangkan isotonis
ketika tonisitasnya sama dengan 0,9% larutan NaCl. Sebenarnya mata lebih
toleran terhadap variasi tonisitas dari pada suatu waktu yang diusulkan. Biasanya
dapat ditoleransi larutan dengan range 0,5 –1,8 % NaCl. Memberi pilihan,
isotonisitas selalu dikehendaki dan penting dalam larutan intraokuler.Namun hal
ini tidak dibutuhkan ketika total stabilitas produk dipertimbangkan.
e) Viskositas
USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untuk
memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk absorbs obat dan
aktivitasnya.Bahan-bahan seperti metil selulosa, polivinil alkohol dan hidroksi
metil selulosa ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan viskositas.Para
peneliti telah mempelajari peningkatan viskositas dalam waktu kontak dalam mata.
Umumnya viskositas meningkat 25-50 cps range yang signifikan meningkatkan
lama kontak dalammata.
8
f) Additives / Tambahan
Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata diperbolehkan namun
demikian pemilihan dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya natrium
bisulfate atau metabisulfat, digunakan dengan konsentrasi sampai 0,3%
khususnya dalam larutan yang mengandung garam epinefrin. Antioksidan lain
seperti asam askorbat atau asetilsistei juga digunakan. Antioksidan berefek
sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi epinefrin.Penggunaan surfaktan
delam sediaan mata dibatasi hal yang sama. Surfaktan nonionik, kelas toksis
kecil seperti bahan campuran digunakan dalam konsentrasi rendah khususnya
seperti suspensidan berhubungan dengan kejernihan larutan. Penggunaan
surfaktan, khususny beberapa konsentrasi signifikan sebaiknya dengan
karakteristik bahan-bahan surfaktan nonionik, khususnya dapat bereaksi dengan
adsorpsi dan komponen pengawet antimikroba dan inaktif sistem pengawet.
Surfaktan kationik digunakan secara bertahap dalam larutan mata tetapi hamper
invariabelsebagai pengawe antimikroba. Benzalkonium dalam range 0,01 –0,02
% dengan toksisitas faktor pembatas konsentrasi. Benzalkonium klorida sebagai
pengawet digunakan dalam jumlah besar dalam larutan dan suspensimata
komersial.
b. Pengisotonis
Pengisotonis yang dapat digunakan adalah NaCl, KCl, glukosa, gliserol dan dapar
(Codex, 161-165). Rentang tonisitas yang masih dapat diterima oleh mata :
FI IV : 0,6 – 2,0% RPS dan RPP : 0,5 – 1,8%
AOC : 0,9 – 1,4% Codex dan Husa : 0,7 – 1,5%
Tapi usahakan berada pada rentang 0,6 – 1,5%
Hati-hati kalau bentuk garam zat aktif adalah garam klorida (Cl) karena jka
pengisotonis yang digunakan adalah NaCl dapat terjadi kompetisi dan salting out.
c. Pendapar
Secara ideal, larutan obat mata mempunyai pH dan isotonisitas yang sama dengan
air mata. Hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena pada pH 7,4 banyak obat yang
tidak cukup larut dalam air. sebagian besar garam alkaloid mengendap sebagai
alkaloid bebas pada pH ini. Selain itu banyak obat tidak stabil secara kimia pada pH
mendekati 7,4 (FI III, 13). Tetapi larutan tanpa dapar antara pH 3,5 – 10,5 masih
dapat ditoleransi walaupun terasa kurang nyaman. Di luar rentang pH ini dapat terjadi
iritasi sehingga mengakibatkan peningkatan lakrimasi (Codex, 161-165). Rentang pH
11
yang masih dapat ditoleransi oleh mata menurut beberapa pustaka : 4,5 – 9,0
menurut AOC; 3,5 – 8,5 menurut FI IV. Syarat dapar (Codex, 161-165) :
1. Dapat menstabilkan pH selama penyimpanan
2. Konsentrasinya tidak cukup tinggi karena konsentrasi yang tinggi dapat
mengubah pH air mata.
Menurut Codex, dapar yang dapat dipakai adalah dapar borat, fosfat dan sitrat.
Tapi berdasarkan Suarat Edaran Dirjen POM tgl 12 Oktober 1999, asam borat tidak
boleh digunakan untuk pemakaian topikal/lokal karena resiko toksisitasnya lebih
besar dibandingkan khasiatnya untuk penggunaan topikal. Jadi, dapar yang boleh
digunakan untuk sediaan optalmik hanya dapar fosfat dan sitrat. Dapar yang
digunakan sebaiknya adalah dapar yang telah dimodifikasi dengan penambahan NaCl
yang berfungsi untuk menurunkan kapasitas daparnya.
d. Peningkat Viskositas
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemilihan bahan peningkat viskositas
untuk sediaan optalmik adalah ( Codex, 161-165)
1. Sifat bahan peningkat viskositas itu sendiri. Mis. Polimer mukoadhesif ( asam
hyaluronat dan turunannya; carbomer) secara signifikan lebih efektif daripada
polimer non mukoadhesif pada konsentrasi equiviscous.
2. Perubahan pH dapat mempengaruhi aktivitas bahan peningkat viskositas.
3. Penggunaan produk dengan viskositas tinggi kadang tidak ditoleransi baik oleh
mata dan menyebabkan terbentuknya deposit pada kelopak mata; sulit bercampur
dengan air mata; atau mengganggu difusi obat.
Penggunaan peningkat viskositas dimaksudkan untuk memperpanjang waktu
kontak antara sediaan dengan kornea sehingga jumlah bahan aktif yang berpenetrasi
dalam mata akan semakin tinggi sehingga menambah efektivitas terapinya ( Diktat
kuliah teknologi steril, 303).
Viskositas untuk larutan obat mata dipandang optimal jika berkisar antara 15-25
centipoise (cps). Peningkat viskositas yang biasa dipakai adalah metilselulosa 4000
cps sebanyak 0,25% atau 25 cps sebanyak 1%, HPMC, atau polivinil alkohol (Ansel,
548-552). Menurut Codex, dapat digunakan turunan metil selulosa, polivinil alkohol,
PVP, dekstran and makrogol.
Na CMC jarang digunakan karena tidak tahan terhadap elektrolit sehingga
kekentalan menurun; kadang tidak tercampurkan dengan zat aktif (Diktat kuliah
teknologi steril, 303).
Pada umumnya penggunaan senyawa selulosa dapat meningkatkan penetrasi obat
dalam tetes mata, demikian juga dengan PVP dan dekstran. Jadi, pemilihan bahan
12
pengental dalam obat tetes mata didasarkan pada ( Diktat kuliah teknologi steril,
304):
Ketahanan pada saat sterilisasi,
Kemungkinan dapat disaring,
Stabilitas, dan
Ketidak bercampuran dengan bahan-bahan lain; Pangental yang sering dipakai
adalah Metilselulosa, HPMC dan PVP.
e. Antioksidan
Zat aktif untuk sediaan mata ada yang dapat teroksidasi oleh udara. Untuk itu
kadang dibutuhkan antioksidan. Antioksidan yang sering digunakan adalah Na
metabisulfit atau Na sulfit dengan konsentrasi sampai 0,3%. Vitamin C (asam
askorbat) dan asetilsistein pun dapat dipakai terutama untuk sediaan fenilefrin.
Degradasi oksidatif seringkali dikatalisa oleh adanya logam berat, maka dapat
ditambahkan pengkelat seperti EDTA. Penggunaan wadah plastik yang permeabel
terhadap gas dapat meningkatkan proses oksidatif selama penyimpanan (Codex,
161-165; RPS, 1590).
f. Surfaktan
Pemakaian surfaktan dalam obat tetes mata harus memenuhui berbagai aspek
(Diktat kuliah teknologi steril, 304) :
1. Sebagai antimikroba (Surfaktan golongan kationik seperti benzalkonium
klorida, setil piridinium klorida, dll).
2. Menurunkan tegangan permukaan antara obat mata dan kornea sehingga
meningkatkan akti terapeutik zat aktif.
3. Meningkatkan ketercampuran antara obat tetes mata dengan cairan lakrimal,
meningkatkan kontak zat aktif dengan kornea dan konjungtiva sehingga
meningkatkan penembusan dan penyerapan obat.
4. Tidak boleh meningkatkan pengeluaran air mata, tidak boleh iritan dan
merusak kormea. Surfaktan golongan non ionik lebih dapat diterima
dibandingkan dengan surfaktan golongan lainnya.
Penggunaan surfaktan dalam sediaan optalmik terbatas karena bisa melarutkan
bagian lipofil dari mata. Surfaktan non ionik, yang paling tidak toksik dibandingkan
golongan lain, digunakan dalam konsentrasi yang rendah dalam suspensi steroid dan
sebagai pembantu untuk membentuk larutan yang jernih.
13
3.1 Preformulasi
a. Zinci Sulfas (Zink Sulfate)
Rumus Molekul : ZnSO4.7H2O
BM : 278,54
Kandungan : Seng sulfat mengandung tidak kurang dari 55,6% dan tidak
lebih dari 61,0% ZnSO4, sesuai dengan tidak kurang dari 99,0%
dan tidak lebih dari 108,7% ZnSO4.7H2O.
Pemerian : Hablur transparan atau serbuk hablur; tidak berwarna; tidak
berbau; rasa sepat dan mirip logam. Sedikit merapuh.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam
etanol (95%)P; mudah larut dalam gliserol P
Identifikasi : Menunjukkan reaksi Seng dan Sulfat yang tertera pada Reaksi
Identifikasi
Keasaman- : Larutan 5% b/v dengan larutan biru bromtiol P dan larutan
basaan jingga metil P, berwarna kuning.
Arsen Tidak lebih dari 8bpj ; pengujian dilakukan menggunakan
larutan 500 ng dalam 35 ml air.
Alkali dan alkali tanah Tidak lebih dari 0,5 % : Pengujian
dilakukan sebagai berikut : larutkan 2 g dalam lebih kurang 150
ml air yang terdapat dalam labu terrukur -200 ml.
Tambahkan larutan amonium sulfida P secukupnya hingga
terbentuk endapam sempurna, encerkan dengan air secukupnya
hingga 200,0 ml.
Campur dan saring melalui kertas saring kering, buang sebagian
filtrat pertama. Pada 10,0 ml filtrat, tambahkan beberapa
tetes asam sulfat P, uapkan dalam cawan yang ditera hingga
kering, Pijarkan : bobot sisa tidak lebih dari 5 mg.
Pemerian : Serbuk kristal putih, rasa agak pahit dan lama kelamaan rasa
manis, berbau lemah.
Kelarutan : 1 bagian larut dalam 20 bagian air, 16 bagian alkohol, 4 bagian
gliserol, sedikit larutan dalam minyak, praktis tidak larut dalam
eter.
14
15
pH : 3,8 – 4,8
OTT : Polivinil alkohol dan tanin.
Sterilisasi : Otoklaf atau Filtrasi.
Konsentrasi : 1% (Steril Dossage form hal. 359)
Khasiat : Fungistatik, bakteriostatik lemah, mata merah berair, bengkak,
gatal pada kelopak mata
ENaCl : 0,50 ( Sprowls hal. 187 )
Stabilitas : Pada suhu 100ºC akan kehilangan air dan pada suhu 140ºC akan
berubah menjadi asam metabolik.
e. Gliserol
Nama resmi : Glycerolum
Nama lain : Gliserol, Gliserin
16
Pemerian : Cairan seperti sirop; jernih; tidak berwarna; tidak berbau; manis
diikuti rasa hangat; higroskopik. Jika disimpan beberapa lama
pada suhu rendah dapat mamadat membentuk massa hablutr tidak
berwarna yang tidak melebur hingga mencapai suhu lebih kurang
20°.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol (95%)P, praktis
tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak
lemak
Rumus Molekul : CH2OH-CHOH-CH2OH
f. Nafazoline Hidroklorida
Rumus Molekul : C14H14N2HCl
BM : 246,74
Pemerian : Serbuk hablur,putih,tidak berbau,rasa pahit. Melebur pada suhu
lebih kurang 255 derajat disertai penguraian
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol, sangat sukar larut
dalam kloroform, praktis tidak larut dalam eter
PH : Antara 5,0 dan 6,6. Lakukan penetapan menggunakan larutan (1
dalam 100) dalam air bebas karbon dioksida.p, larutan jernih
dan tidak berwarna
Khasiat : Dekongestan
3.2 Formulasi
Kandungan formulasi per botol (sediaan 5 ml) :
Zink sulfat 0,25% ( PTB = 0,086 )
Nafazoline hcl 0,1% ( PTB = 0,156 )
Asam Borat 2% ( PTB = 0,288 )
Natrium borax 1,5% ( PTB = 0,241)
Fenil merkuri nitrat 0,002%
Gliserin 1%
17
B=
B= = - 0,827 (Hipertonis)
BAB IV
PEMBAHASAN
2. Dilakukan sterilisasi alat – alat, botol tetes mata dan bahan obat Ditimbang
bahan – bahan ygdiperlukan
Tabel Sterilisasi
18
19
Di uji dengan membalikan wadah yang telah terisi sediaan, dilihat apakah ada
cairan yang menetes keluar. Bisa juga diuji dengan cara mencelupkan botol
dalam larutan metilen blue dalam keadaan terbalik, bila botol mengalami
kebocoran, larutan di dalam botol akan berubah warna menjadi biru.
2. Uji PH
3. Uji Kejernihan
Dilakukan secara visual dengan dilihat secara memutar. Warna harus sesuai
dengan pelarutnya yaitu air. Dan harus benar-benar bebas dari partikel kecil yang
dapat dilihat oleh mata, baik yang mengendap maupun yang melayang.
20
Dilakukan dengan menggunakan gelas ukur 500 ml. Tuangkan sediaan yang
telah dibuat, apakah benar volumenya 500 ml
21
22
Anief, Moh., 2002, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
153 – 157
Turco, S., dkk., (1970), Sterile Dosage Forms, Lea and Febiger, Philadelphia.
Anonim, 2012, Cara Pembuatan Obat yang Baik dan Benar (CPOB), BPOM, Jakarta
Agoes. Goeswin., 2009, sediaan farmasi steril, penerbit ITB, bandung hal 253
iii