PENDAHULUAN
Pustaka:
Feldmann, Edward G. Handbook of Nonprescription Drugs 9th edition,
Washington DC: American Pharmaceutical Association, 1990, p. 793-802.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum
orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu
2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih
baik lagi.
4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
5. Adoption, subyek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan
bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dengan sikap yang
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).
Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
2.2 Remaja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, remaja didefinisikan
dengan mulai dewasa, muda, dan pemuda. Sementara itu WHO
menetapkan kriteria usia remaja adalah antara 10-19 tahun. (WHO, 2008)
Remaja berbeda dengan dewasa dalam pandangannya terhadap
kualitas hidup. Orang dewasa menilai kemampuannya dari keadaannya yang
mandiri dalam kehidupan, sedangkan remaja lebih mementingkan
tercapainya fungsi tugas dasar kehidupan. Remaja lebih senang memiliki
banyak teman, berkencan, pergi ke pesta dan pencapaiannya pada tugas
perkembangan lain yang penting untuk pertumbuhan emosi dan fisik.
Masa remaja awal merupakan periode dimana terjadi pertumbuhan
fisik dan perkembangan pubertas yang pesat, sedangkan pada masa remaja
tengah dan akhir lebih dominan terjadi perkembangan kognitif dan
psikososial. Pubertas dan “adolescent growth spurt” menyebabkan berbagai
perubahan metabolik pada tubuh remaja, sebagai contoh meningkatnya
kadar hormon pertumbuhan.
Remaja sangat sadar dengan penampilannya. Pubertas terlambat
atau kecacatan yang tampak akan mengakibatkan rendah diri. Bentuk fisik
yang berbeda dibandingkan dengan remaja sehat juga sering menimbulkan
kecemasan dan depresi, karena remaja sangat memperhatikan penampilan
fisik. Penampilan yang tidak normal, dapat mengakibatkan:
a. Rendah diri
b. Menyendiri dari kelompoknya
c. Sering absen dari sekolah dan aktifitas lainnya
d. Meningkatnya kekhawatiran terhadap fungsi seksual
e. Gangguan makan
f. Depresi, pemarah, atau keduanya (IDAI, 2009)
2.3 Jerawat
2.3.1 Pengertian dan pathogenesis jerawat
Jerawat (acne vulgaris) adalah peradangan kronis dari folikel
pilocebaceous (salah satu kelenjar pada kulit), disertai penyumbatan
dan penimbunan keratin, ditandai dengan adanya komedo, pustula,
nodula, dan kista. Jerawat terbentuk karena terjadinya interaksi
komplek antara sebum, androgen, dan bakteri anaerob
Propionibacterium acnes (P.acnes) dalam folikel pilocebaceous
terutama pada daerah muka, dada, dan punggung.
Umumnya jerawat mulai muncul pada awal masa pubertas.
Hal ini dikarenakan pada masa tersebut terjadi peningkatan
pelepasan androgen adrenal yang menyebabkan produksi sebum
pada folikel pilocebaceous meningkat. Pada saat yang sama,
keratinisasi dari dinding folikel meningkat dan menghambat aliran
sebum sehingga menimbulkan mikrokomedo yang merupakan lesi
mikroskopik berisi lipid, bakteri dan fragmen sel. Ketika sebum
semakin bertambah, mikrokomedo akan membesar dan terlihat
(white head) yang disebut dengan closed comedo.
Secara klinik lesi yang terjadi terdiri dari dua jenis, yaitu lesi
tanpa inflamasi (komedo tertutup dan komedo terbuka) dan lesi
dengan inflamasi yaitu bila P.acnes berproliferasi dan menghasilkan
mediator radang.
b. Gel
Gel, kadang-kadang disebut jeli, merupakan sistem semi
padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang
kecil atau molekul organik yang besar yang terpenetrasi oleh suatu
cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah,
maka gel itu digolongkan sebagai sistem dua fase. Sediaan harus
dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas dan
hal ini tertera pada etiket. Sedangkan gel fase tunggal terdiri dari
makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam suatu cairan,
sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro
yang terdispersi dalam cairan. Gel sendiri dapat digunakan untuk
obat yang diberikan secara topical atau dimasukkan ke dalam lubang
tubuh.(FI IV)
Cara penggunaan:
- Benzolac gel (benzoil peroxide 2.5 % dan 5%) → 1x sehari
oleskan tipis dan merata pada kulit sebelum tidur
- Benzolac CL gel (benzoil peroxide 5%, klindamisin 1.2 %) → 1-2x
sehari oleskan tipis pada tempat jerawat, jangan digunakan
dengan cara mentotolkan
- Clean & Clear active clear acne clearing gel → ???
C. Lotion
Suspensi adalah suatu system dimana partikel padat yang
tidak larut terdispersi dalam fase cair. Dimana lotion merupakan
suspensi topikal yang digunakan untuk pemakaian luar pada kulit.
Cara penggunaan:
- Meco Acne Lotion (Talc, Sulfur, Zinc Oxide, Menthol, Salicyl Acid,
Glycerin Mag, Carbonate Distilled Water, Methyl Propyl,
Parfume) → Bersihkan wajah erlebi dahulu dengan Meco
Cleansing Lotion dan Astrigent sesuai dengan jenis kulit anda.
Oleskan Acne Lotion tipis dan merata pada wajah yang
berjerawat.
- Glytone Acne Lotiom (salicylic acid 1.0 %) → Bersihkan wajah
terlebih dahulu sebelum menggunakan lotion ini. Oleskan 1-3x
sehari, tipis dan merata hingga seluruh bagian kulit yang terkena
sakit.
JF sulfur → Sabun: gunakan setiap mandi, shampoo: oleskan
secukupnya pada rambut yang telah dibasahi, gosokkan hingga
berbusa selama 1-2 mnit, kemudian bilas dengan air. (termasuk bntuk
sediaan apa,,aku gag tahu mas..tlg cariin ya)
Pasien harus mendapat pengertian atau edukasi mengenai
tujuan terapi, harapan yang realistis serta bahaya yang dapat timbul
pada penggunaan berlebih. Regimen terapi untuk kondisi jerawat
sesuai dengan tingkat keparahan dari jerawat itu sendiri. Terapi untuk
jerawat ringan biasanya menggunakan retinoid secara topikal atau
menggunakan antimikroba topikal, asam salisilat atau asam azaleat.
Untuk jerawat dengan derajat keparahan sedang dapat menggunakan
topikal retinoid yang dikombinasi dengan antibiotika oral atau benzoyl
peroxide. Sedangkan untuk jerawat dengan derajat keparahan berat
dapat menggunakan oral isotretionin.
Kombinasi dari terapi topikal dan antibiotik peroral digunakan
untuk memberikan durasi atau jangka pemakaian yang minimum
sehingga dapat mencegah terjadinya resistensi. Bentuk sediaan untuk
topikal adalah krim, lotion, solution, gel dan disposable wipes. Respon
dari tiap-tiap bentuk sediaan berbeda pada setiap orang.
- Untuk kulit berminyak dan normal dapat menggunakan bentuk
sediaan gel, solution dan lotion.
- Untuk kulit normal dapat menggunakan gel, solutions dan krim.
- Sedangkan untuk kulit normal hingga kering dapat menggunakan
bentuk sediaan lotion dan krim
Bentuk sediaan ointment tidak digunakan untuk terapi topikal
untuk jerawat karena sifat dari ointment adalah oklusif dan dapat
menyebabkan terjadinya jerawat yang disebabkan oleh kosmetika.
Sedangkan untuk terapi sistemik digunakan untuk pasien
dengan derajat keparahan jerawat sedang hingga berat. Antibiotika
yang biasa digunakan adalah tetrasiklin dan golongan makrolida.
Isotretionin digunakan untuk pasien dengan dengan derajat
keparahan berat. Terapi hormonal digunakan sebagai alternatif terapi
yang hanya digunakan oleh penderita dengan jenis kelamin wanita.
b. Sulfur
Sulfur biasanya digunakan dalam bentuk endapan atau koloid pada
konsentrasi 2-10 %. Konsentrasi yang lebih tinggi dapat menimbulkan efek
yang lebih terasa.
Meskipun sulfur dapat menghilangkan komedo, tetapi masih
terdapat laporan bahw dapat juga menimbulkan komedo baru. Sulfur
memenuhi criteria dari FDA sebagai produk antibakteri topical OTC. Sulfur
diterima secara umum sebagai obat yang efektif untuk menghilangkan lesi
jerawat. Lotion sulfur digunakan dalam film yang tipis pada daerah yang
terkena 1-2 kali sehari. Tetapi, sulfur mempunyai warna dan bau yang
terlihat, sehingga farmasis harus berhati-hati ketika merekomendasikan
pemilihan dan penggunaan mereka.
Contoh :
- Akne Feldin (Sulfur presipitat 6,6%)
- Mentholatum acnes sealing jell (Sulfur 2,5%)
- Nutrica (Zinc Sulfate)
- Viva Acne Lotion
- Sulfur
c. Asam salisilat
Asam salisilat tersedia sebagai anti jerawat non resep pada
konsentrasi 0.5-2 %. Aksi farmakologinya bergantung pada
konsentrasinya; efek keratolitik dan absorpsi yang bagus menjadi alasan
yang rasional untuk penggunaan topical dari asam salisilat; walaupun
keamanannya dipertanyakan ketika penggunaannya melebihi periode
waktu tertentu.
Contoh:
- Clean&Clear active clear acne clearing gel
d. Resorcinol
Walaupun resorcinol tidak disarankan untuk treatment jerawat, dia
masih disarankan untuk tujuan tersebut pada konsentrasi 1-2%.
Resorsinol tidak seharusnya diberikan pada area tubuh yang luas dalam
jangka waktu pemakaian lama dan onsentrasi tinggi. (Martindale 35)
Contoh:
- Acnomel (Resorsinol 2%, sulfur 8%)
e. Kombinasi
Kombinasi non resep dari benzoil peroxide, sulfur, asam salisilat, dan
resorcinol tersedia untuk mengatasi jerawat.
Contoh:
- Rosal (Asam salisilat 0,2%, resorsinol 0,5%)
- Verile (Asam salisilat 0,5%, asam borak 1%, resorsinol 2%, aloe vera
0,1%, triklosan 0,1%, alkohol 25%)
- Acnomel (Resorsinol 2%, sulfur 8%)
(ISO Indonesia volume 42 – 2007)
f. Tretinoin
Tretinoin merupakan serbuk kuning atau orange terang yang tidak
larut dalam air. Senyawa ini tidak boleh digunakan pada kulit yang
terbakar. Tretinoin terutama digunakan secara topical pada acne vulgaris
khususnya pada komedo. Tretinoin biasa di formulasikan dalam bentuk
cream, gel, atau larutan dalam alcohol dengan kadar 0,01 % - 0,1 %.
Penggunaan harus dihindarkan pada mata, mulut, dan membrane mukosa
lainnya. (Martindale 35)
g. Triclosan
Triclosan adalah antiseptik bisphenol yang terklorinasi, efektif terhadap
bakteri gram-positif dan gram-negatif tetapi kurang efektif dengan aktivitas
yang bervariasi terhadap Pseudomonas sp. Triclosan juga aktif terhadap
jamur, biasa digunakan dalam sabun, krim, dan larutan dengan
konsentrasi hingga 2% untuk desinfeksi tangan dan luka dan untuk
desinfeksi kulit sebelum operasi, suntikan, atau venepuncture. Triclosan
juga digunakan pada produk higienis oral dan dalam preparat untuk
jerawat. Dapat menyebabkan dermatitis. (Martindale 35)
Pustaka:
Daniel G. Federman, MD; and Robert S. Kirsner, MD. 2000. Acne Vulgaris:
Pathogenesis and Therapeutic Approach.
Dipiro, J. T., Robert L. T., Gary C. Y., Gary R. M., Barbara G. W., and L. Michael
Posey. 2008. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach. Seventh
edition. New York. Mc Graw Hill Medical.
Harald Gollnick, MD, and William Cunliffe, MD, FRCP. 2003. Management of
Acne.
ISO Indonesia volume 42 – 2007
John S. Strauss et al. 2007. Guidelines of care for acne vulgaris management. A
Report From a Global Alliance to Improve Outcomes in Acne.
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
BAB IV
METODE DAN INSTRUMENT
4.2 Instrument
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesionar adalah
sebuah dokumen yang dibuat dengan tujuan untuk melihat informasi-
informasi yang spesifik dari responden (Thomas and Polgar, 1995)
Sebagaimana metode pengumpulan data yang lain, kuesioner juga
memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan kuesioner yaitu (Thomas and
Polgar, 1995; Portney and Watkins,2000) :
1. Pada umumnya kuesioner lebih efisien daripada interview karena
responden lebih leluasa dalam menjawab pertanyaan dan tidak
dipengaruhi oleh sikap mental hubungan antara peneliti dan
responden.
2. Kuesioner dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari sejumlah
besar responden dalam waktu yang relative singkat.
3. Data yang dikumpulkan mudah dianalisa, karena pertanyaan yang
diajukan kepada responden adalah sama sehingga mengurangi
terjadinya bias.
Sedangkan kelemahan kuesioner yaitu :
1. Adanya kesalahan interpretasi responden sehingga jawabannya
tidak benar.
2. Adanya kejenuhan responden dalam menjawab karena peneliti tidak
tahu ketepatan dan motivasi responden.
BAB V
HASIL SURVEY
Berikut ini adalah data hasil survey yang menunjukkan pengetahuan remaja
tentang Acne Product
3.Bahan aktif
BAB VI
PEMBAHASAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan terhadap remaja yang
pernah atau sedang mengalami jerawat, bahwa sebagian besar responden tidak
mengetahui tentang produk anti jerawat, terutama dalam hal bahan aktif dan
mekanisme kerja. Padahal hal tersebut sangat penting dalam keberhasilan
terapi. Sehingga perlu dilakukan penyuluhan mengenai pengetahuan yang
penting dalam menggunakan produk anti jerawat agar dapat mengurangi
kesalahan penggunaan yang berakibat pada tidak tercapainya tujuan terapi.
7.2 Saran
Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, sebaiknya dilakukan
penyuluhan kepada responden untuk menambah pengetahuan remaja mengenai
produk anti jerawat.