Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jerawat (acne vulgaris) adalah peradangan kronis dari folikel
pilocebaceous (salah satu kelenjar pada kulit), disertai penyumbatan dan
penimbunan keratin, ditandai dengan adanya komedo, pustula, nodula,
dan kista. Jerawat terbentuk karena terjadinya interaksi komplek antara
sebum, androgen, dan bakteri anaerob Propionibacterium acnes
(P.acnes) dalam folikel pilocebaceous terutama pada daerah muka, dada,
dan punggung. Jerawat umumnya terjadi pada remaja usia 8-18 tahun.
Hal ini disebabkan produksi hormon androgen meningkat. Jerawat
dialami remaja putri pada usia 14 tahun dan 16 tahun pada remaja putra.
Lima puluh persen remaja putri yang mengalami jerawat dan tujuh puluh
delapan persen remaja putra menderita jerawat yang cukup parah
sehingga harus dibawa ke dokter.
Penyebab timbulnya jerawat belum diketahui secara pasti. Diduga
faktor herediter (keturunan) berperan, tetapi terdapat pula berbagai faktor
selain herediter yang diduga berperan dalam timbulnya jerawat, antara
lain aktivitas hormonal, peradangan, stress emosional serta pola makan.
Jerawat memiliki berbagai macam dampak pada remaja, misalnya
dapat mengganggu penampilan dan kepercayaan diri seseorang. Jerawat
sembuh secara perlahan dan ada kemungkinan jika satu jerawat hilang
akan muncul jerawat yang lain. Ini membuat mereka yang berjerawat
menjadi frustasi. Diperlukan waktu bulanan bahkan tahunan untuk dapat
mengatasi jerawat. Jerawat dapat menimbulkan stress dan juga
meninggalkan noda bekas jerawat, sehingga memerlukan penanganan
yang tepat untuk mengatasi masalah jerawat pada remaja. Salah satunya
adalah dengan menggunakan acne product yang tepat.
Acne product adalah produk yang digunakan untuk mengobati
jerawat, meliputi sediaan oral dan topikal. Sediaan topikal lebih sering
digunakan daripada sediaan oral, karena lebih praktis dan aseptable
dalam penggunaannya. Contoh bentuk sediaan yang beredar di pasaran
adalah gel, topical solution, cream (facial wash). Bahan aktif yang
digunakan dalam sediaan topikal antara lain benzoil peroksida, sulfur,
asam salisilat, resorcinol atau kombinasi dari beberapa bahan aktif.
Bentuk sediaan oral jarang digunakan karena biasanya bentuk sediaan ini
digunakan untuk jenis jerawat yang sudah parah. Contoh bahan aktif
yang digunakan untuk bentuk sediaan oral antara lain antibiotik
(tetrasiklin, eritromisin, minosiklin dan clindamisin), Zinc sulfida dan terapi
estrogen.
Berbagai acne product yang beredar di pasaran memiliki bahan
aktif yang berbeda dengan mekanisme yang berbeda pula. Kurangnya
pengetahuan remaja tentang hal ini akan menimbulkan ketidaktepatan
pemilihan dan penggunaan acne product, sehingga diperlukan pemberian
informasi mengenai pemilihan dan penggunaan acne product terkait
dengan bahan aktif masing-masing produk.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengetahuan remaja tentang pemilihan acne product?
2. Apa yang menjadi dasar pertimbangan remaja dalam memilih acne
product?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui pengetahuan remaja tentang pemilihan acne product.
2. Mengetahui dasar pertimbangan remaja dalam memilih acne product.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Dapat digunakan untuk menyusun rancangan penyuluhan pada
remaja tentang acne product.
2. Dapat digunakan sebagai referensi untuk pemilihan acne product bagi
remaja

Pustaka:
Feldmann, Edward G. Handbook of Nonprescription Drugs 9th edition,
Washington DC: American Pharmaceutical Association, 1990, p. 793-802.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum
orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu
2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih
baik lagi.
4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
5. Adoption, subyek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan
bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dengan sikap yang
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).
Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

2.2 Remaja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, remaja didefinisikan
dengan mulai dewasa, muda, dan pemuda. Sementara itu WHO
menetapkan kriteria usia remaja adalah antara 10-19 tahun. (WHO, 2008)
Remaja berbeda dengan dewasa dalam pandangannya terhadap
kualitas hidup. Orang dewasa menilai kemampuannya dari keadaannya yang
mandiri dalam kehidupan, sedangkan remaja lebih mementingkan
tercapainya fungsi tugas dasar kehidupan. Remaja lebih senang memiliki
banyak teman, berkencan, pergi ke pesta dan pencapaiannya pada tugas
perkembangan lain yang penting untuk pertumbuhan emosi dan fisik.
Masa remaja awal merupakan periode dimana terjadi pertumbuhan
fisik dan perkembangan pubertas yang pesat, sedangkan pada masa remaja
tengah dan akhir lebih dominan terjadi perkembangan kognitif dan
psikososial. Pubertas dan “adolescent growth spurt” menyebabkan berbagai
perubahan metabolik pada tubuh remaja, sebagai contoh meningkatnya
kadar hormon pertumbuhan.
Remaja sangat sadar dengan penampilannya. Pubertas terlambat
atau kecacatan yang tampak akan mengakibatkan rendah diri. Bentuk fisik
yang berbeda dibandingkan dengan remaja sehat juga sering menimbulkan
kecemasan dan depresi, karena remaja sangat memperhatikan penampilan
fisik. Penampilan yang tidak normal, dapat mengakibatkan:
a. Rendah diri
b. Menyendiri dari kelompoknya
c. Sering absen dari sekolah dan aktifitas lainnya
d. Meningkatnya kekhawatiran terhadap fungsi seksual
e. Gangguan makan
f. Depresi, pemarah, atau keduanya (IDAI, 2009)

2.3 Jerawat
2.3.1 Pengertian dan pathogenesis jerawat
Jerawat (acne vulgaris) adalah peradangan kronis dari folikel
pilocebaceous (salah satu kelenjar pada kulit), disertai penyumbatan
dan penimbunan keratin, ditandai dengan adanya komedo, pustula,
nodula, dan kista. Jerawat terbentuk karena terjadinya interaksi
komplek antara sebum, androgen, dan bakteri anaerob
Propionibacterium acnes (P.acnes) dalam folikel pilocebaceous
terutama pada daerah muka, dada, dan punggung.
Umumnya jerawat mulai muncul pada awal masa pubertas.
Hal ini dikarenakan pada masa tersebut terjadi peningkatan
pelepasan androgen adrenal yang menyebabkan produksi sebum
pada folikel pilocebaceous meningkat. Pada saat yang sama,
keratinisasi dari dinding folikel meningkat dan menghambat aliran
sebum sehingga menimbulkan mikrokomedo yang merupakan lesi
mikroskopik berisi lipid, bakteri dan fragmen sel. Ketika sebum
semakin bertambah, mikrokomedo akan membesar dan terlihat
(white head) yang disebut dengan closed comedo.
Secara klinik lesi yang terjadi terdiri dari dua jenis, yaitu lesi
tanpa inflamasi (komedo tertutup dan komedo terbuka) dan lesi
dengan inflamasi yaitu bila P.acnes berproliferasi dan menghasilkan
mediator radang.

Gambar 1. perkembangan lesi pada jerawat


2.3.2 Faktor Penyebab Jerawat
Jerawat dapat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi dibawah ini:
1. Adanya sumbatan lapisan kulit mati pada pori-pori yang terinfeksi.
2. Minyak yang diproduksi terlalu berlebih.
3. Karena faktor genetik turunan orang tua.
4. Sekresi hormon androgen yang meningkat seperti pada saat
pubertas menginjak pubertas.

2.3.3 Pengobatan Jerawat (Dipiro, 2008) :


Tujuan pengobatan acne adalah untuk mencegah timbulnya
sikatrik dan mengurangi frekuensi serta hebatnya eksaserbasi.
1) Non farmakologi
- Membersihkan wajah dengan sabun pembersih muka hanya
sedikit berpengaruh pada acne karena hanya membersihkan
sampai pada folikel
- Penggunaan scub atau membersihkan wajah secara berlebihan
tidak mampu membuka pori atau membersihkan pori tersebut
dan hanya akan menyebabkan iritasi.
- Penggunaan bahan pembersih yang tidak membuat kulit kering
sangat penting untuk mencegah iritasi kulit dan kulit kering
pada saat terapi acne.
2) Farmakologi (Dipiro, 2008)
Gambar 2.1. Algoritma Terapi Acne vulgaris

Tujuan dari terapi adalah untuk mencegah terbentuknya


jerawat baru dan meminimalkan efek pemberian terapi pada luka/lesi.
Faktor yang dapat mempengaruhi tumbuhnya jerawat adalah genetik,
iklim, makanan, lingkungan, keadaan stress dan aktivitas fisik. Stress
dapat memperburuk jerawat, namun bukan memicu terjadinya
jerawat. Pada keadaan stress, imunoreaktif dari serat saraf
menstimulasi aktivitas dari kelenjar sebaceous dan memicu terjadinya
reaksi inflamasi.
Sebagian besar terapi memiliki efek untuk mengurangi atau
mencegah terbentuknya luka/lesi baru adalah dalam kurun waktu 8
minggu. Selama minggu pertama terapi, jerawat mungkin dapat
mengalami perbaikan. Namun pasien harus mengerti bahwa terapi
masih harus tetap dilanjutkan untuk tercapainya hasil yang optimal.

2.3.4. Bentuk Sediaan Anti Jerawat


a. Krim
Krim adalah sediaan setengah padat yang mengandung satu
atau lebih zat obat terlarut atau terdispersi dalam basis yang sesuai.
Istilah ini secara tradisional telah diterapkan untuk semi padat yang
memiliki sebuah konsistensi relatif fluida yang diformulasikan sebagai
emulsi air dalam minyak.
Krim juga bisa didefinisikan sebagai produk yang terdiri dari
emulsi minyak-dalam-air atau dispersi mikrokristalin asam lemak atau
alkohol rantai panjang dalam air yang dapat tercucikan dan lebih
diterima secara estetika. (USP 32)
Cara penggunaannya:
- Acnosil cream (tretinoin 0.025%) → Oleskan secukupnya, pelan
dan tipis pada permukaan kulit yang diobati sekali sehari pada
waktu akan tidur.
- Jeraklin cream (tretinoin 0.5 mg) → dioleskan tipis pada bagian
kulit yang sakit sekali sehari sebelum tidur
- Feldixid cream (benzoil peroxide 5%) → oleskan 2x sehari pada
kulit berjerawat yang telah dibersihkan.

b. Gel
Gel, kadang-kadang disebut jeli, merupakan sistem semi
padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang
kecil atau molekul organik yang besar yang terpenetrasi oleh suatu
cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah,
maka gel itu digolongkan sebagai sistem dua fase. Sediaan harus
dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas dan
hal ini tertera pada etiket. Sedangkan gel fase tunggal terdiri dari
makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam suatu cairan,
sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro
yang terdispersi dalam cairan. Gel sendiri dapat digunakan untuk
obat yang diberikan secara topical atau dimasukkan ke dalam lubang
tubuh.(FI IV)
Cara penggunaan:
- Benzolac gel (benzoil peroxide 2.5 % dan 5%) → 1x sehari
oleskan tipis dan merata pada kulit sebelum tidur
- Benzolac CL gel (benzoil peroxide 5%, klindamisin 1.2 %) → 1-2x
sehari oleskan tipis pada tempat jerawat, jangan digunakan
dengan cara mentotolkan
- Clean & Clear active clear acne clearing gel → ???

C. Lotion
Suspensi adalah suatu system dimana partikel padat yang
tidak larut terdispersi dalam fase cair. Dimana lotion merupakan
suspensi topikal yang digunakan untuk pemakaian luar pada kulit.
Cara penggunaan:
- Meco Acne Lotion (Talc, Sulfur, Zinc Oxide, Menthol, Salicyl Acid,
Glycerin Mag, Carbonate Distilled Water, Methyl Propyl,
Parfume) → Bersihkan wajah erlebi dahulu dengan Meco
Cleansing Lotion dan Astrigent sesuai dengan jenis kulit anda.
Oleskan Acne Lotion tipis dan merata pada wajah yang
berjerawat.
- Glytone Acne Lotiom (salicylic acid 1.0 %) → Bersihkan wajah
terlebih dahulu sebelum menggunakan lotion ini. Oleskan 1-3x
sehari, tipis dan merata hingga seluruh bagian kulit yang terkena
sakit.
JF sulfur → Sabun: gunakan setiap mandi, shampoo: oleskan
secukupnya pada rambut yang telah dibasahi, gosokkan hingga
berbusa selama 1-2 mnit, kemudian bilas dengan air. (termasuk bntuk
sediaan apa,,aku gag tahu mas..tlg cariin ya)
Pasien harus mendapat pengertian atau edukasi mengenai
tujuan terapi, harapan yang realistis serta bahaya yang dapat timbul
pada penggunaan berlebih. Regimen terapi untuk kondisi jerawat
sesuai dengan tingkat keparahan dari jerawat itu sendiri. Terapi untuk
jerawat ringan biasanya menggunakan retinoid secara topikal atau
menggunakan antimikroba topikal, asam salisilat atau asam azaleat.
Untuk jerawat dengan derajat keparahan sedang dapat menggunakan
topikal retinoid yang dikombinasi dengan antibiotika oral atau benzoyl
peroxide. Sedangkan untuk jerawat dengan derajat keparahan berat
dapat menggunakan oral isotretionin.
Kombinasi dari terapi topikal dan antibiotik peroral digunakan
untuk memberikan durasi atau jangka pemakaian yang minimum
sehingga dapat mencegah terjadinya resistensi. Bentuk sediaan untuk
topikal adalah krim, lotion, solution, gel dan disposable wipes. Respon
dari tiap-tiap bentuk sediaan berbeda pada setiap orang.
- Untuk kulit berminyak dan normal dapat menggunakan bentuk
sediaan gel, solution dan lotion.
- Untuk kulit normal dapat menggunakan gel, solutions dan krim.
- Sedangkan untuk kulit normal hingga kering dapat menggunakan
bentuk sediaan lotion dan krim
Bentuk sediaan ointment tidak digunakan untuk terapi topikal
untuk jerawat karena sifat dari ointment adalah oklusif dan dapat
menyebabkan terjadinya jerawat yang disebabkan oleh kosmetika.
Sedangkan untuk terapi sistemik digunakan untuk pasien
dengan derajat keparahan jerawat sedang hingga berat. Antibiotika
yang biasa digunakan adalah tetrasiklin dan golongan makrolida.
Isotretionin digunakan untuk pasien dengan dengan derajat
keparahan berat. Terapi hormonal digunakan sebagai alternatif terapi
yang hanya digunakan oleh penderita dengan jenis kelamin wanita.

2.4 Produk Anti Acne


Karena perawatan jerawat bermula dengan menghilangkan
kelebihan sebum dari kulit, produk yang diberikan secara topical dan harus
berbasis air daripada berbasis minyak. Beberapa bahan aktif yang
terkandung didalam produk anti acne antara lain:
a. Benzoil Peroxide
Benzoil peroxide adalah salah satu pengobatan topical non resep
yang paling efektif untuk jerawat. Benzoil peroxide bekerja dalam
beberapa hari. Potensi oksidasi dari benzoil peroxide memiliki kontribusi
terhadap aktivitas bakteriostatik dan bactericidal, menekan populasi local
dari P.acnes dan mengurangi asam lemak bebas. Benzoil peroxide juga
menyebabkan iritasi, kekeringan, dan pecah-pecah.
Farmasis harus memberi nasehat pasien bahwa benzoil peroxide :
- Tidak boleh digunakan disekeliling mata, mulut, bibir, dan sekitar
hidung
- Tidak boleh digunakanbersama-sama dengan produk topical lain
- Hanya untuk penggunaan luar
- Dapat menyebabkan rasa panas dan terbakar
- Dapat memutihkan baju
Contoh produk :
- Benzolac (2,5% dan 5%)
- Pimplex (10%)
- Polibenza (2,5% dan 5%)

b. Sulfur
Sulfur biasanya digunakan dalam bentuk endapan atau koloid pada
konsentrasi 2-10 %. Konsentrasi yang lebih tinggi dapat menimbulkan efek
yang lebih terasa.
Meskipun sulfur dapat menghilangkan komedo, tetapi masih
terdapat laporan bahw dapat juga menimbulkan komedo baru. Sulfur
memenuhi criteria dari FDA sebagai produk antibakteri topical OTC. Sulfur
diterima secara umum sebagai obat yang efektif untuk menghilangkan lesi
jerawat. Lotion sulfur digunakan dalam film yang tipis pada daerah yang
terkena 1-2 kali sehari. Tetapi, sulfur mempunyai warna dan bau yang
terlihat, sehingga farmasis harus berhati-hati ketika merekomendasikan
pemilihan dan penggunaan mereka.
Contoh :
- Akne Feldin (Sulfur presipitat 6,6%)
- Mentholatum acnes sealing jell (Sulfur 2,5%)
- Nutrica (Zinc Sulfate)
- Viva Acne Lotion
- Sulfur

c. Asam salisilat
Asam salisilat tersedia sebagai anti jerawat non resep pada
konsentrasi 0.5-2 %. Aksi farmakologinya bergantung pada
konsentrasinya; efek keratolitik dan absorpsi yang bagus menjadi alasan
yang rasional untuk penggunaan topical dari asam salisilat; walaupun
keamanannya dipertanyakan ketika penggunaannya melebihi periode
waktu tertentu.
Contoh:
- Clean&Clear active clear acne clearing gel

d. Resorcinol
Walaupun resorcinol tidak disarankan untuk treatment jerawat, dia
masih disarankan untuk tujuan tersebut pada konsentrasi 1-2%.
Resorsinol tidak seharusnya diberikan pada area tubuh yang luas dalam
jangka waktu pemakaian lama dan onsentrasi tinggi. (Martindale 35)
Contoh:
- Acnomel (Resorsinol 2%, sulfur 8%)

e. Kombinasi
Kombinasi non resep dari benzoil peroxide, sulfur, asam salisilat, dan
resorcinol tersedia untuk mengatasi jerawat.
Contoh:
- Rosal (Asam salisilat 0,2%, resorsinol 0,5%)
- Verile (Asam salisilat 0,5%, asam borak 1%, resorsinol 2%, aloe vera
0,1%, triklosan 0,1%, alkohol 25%)
- Acnomel (Resorsinol 2%, sulfur 8%)
(ISO Indonesia volume 42 – 2007)

f. Tretinoin
Tretinoin merupakan serbuk kuning atau orange terang yang tidak
larut dalam air. Senyawa ini tidak boleh digunakan pada kulit yang
terbakar. Tretinoin terutama digunakan secara topical pada acne vulgaris
khususnya pada komedo. Tretinoin biasa di formulasikan dalam bentuk
cream, gel, atau larutan dalam alcohol dengan kadar 0,01 % - 0,1 %.
Penggunaan harus dihindarkan pada mata, mulut, dan membrane mukosa
lainnya. (Martindale 35)
g. Triclosan
Triclosan adalah antiseptik bisphenol yang terklorinasi, efektif terhadap
bakteri gram-positif dan gram-negatif tetapi kurang efektif dengan aktivitas
yang bervariasi terhadap Pseudomonas sp. Triclosan juga aktif terhadap
jamur, biasa digunakan dalam sabun, krim, dan larutan dengan
konsentrasi hingga 2% untuk desinfeksi tangan dan luka dan untuk
desinfeksi kulit sebelum operasi, suntikan, atau venepuncture. Triclosan
juga digunakan pada produk higienis oral dan dalam preparat untuk
jerawat. Dapat menyebabkan dermatitis. (Martindale 35)

Pustaka:
Daniel G. Federman, MD; and Robert S. Kirsner, MD. 2000. Acne Vulgaris:
Pathogenesis and Therapeutic Approach.
Dipiro, J. T., Robert L. T., Gary C. Y., Gary R. M., Barbara G. W., and L. Michael
Posey. 2008. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach. Seventh
edition. New York. Mc Graw Hill Medical.
Harald Gollnick, MD, and William Cunliffe, MD, FRCP. 2003. Management of
Acne.
ISO Indonesia volume 42 – 2007
John S. Strauss et al. 2007. Guidelines of care for acne vulgaris management. A
Report From a Global Alliance to Improve Outcomes in Acne.

(http://www.who.int/features/factfiles/adolescent_health/en, diakses tanggal 14


Oktober 2010).
(http://www.idai.or.id/remaja.asp, diakses tanggal 14 Oktober 2010)
Martindale 35

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
BAB IV
METODE DAN INSTRUMENT

4.1 Metode Sampling


4.1.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah survey.
Survei adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan
terhadap sekumpulan obyek yang biasanya cukup banyak dalam
jangka waktu tertentu (Notoatmodjo 2002). Survei dapat dilakuan
dengan interview ataupun dengan kuesioner.
4.1.2 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek
yang diteliti. Pada penelitian ini yang dijadikan sebagai populasi
adalah remaja.
4.1.3 Teknik Sampling
Teknik penarikan sampel atau yang lebih dikenal sebagai
sampling merupakan kegiatan pengambilan sebagian dari populasi
untuk menjadi suyek penelitian (Arikunto, 2002). Pada dasarnya
teknik pengambilan sample terdiri dari dua macam yaitu (Umar,
2003) :
1. Pengambilan sample probabilitas (random sampling)
Pengambilan sample probabilitas adalah suatu metode pemilihan
sample, dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang
yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Pengambilan
secara random ini dibedakan menjadi lima macam yaitu :
a. Pengambilan smpel secara sederhana (simple random
sampling)
b. Pengambilan sampel secara acak sistematis (systematic
random sampling)
c. Pengambilan sampel secara acak stratifikasi (stratified
sampling)
d. Pengambilan sampel secara kelompok atau gugus (cluster
sampling)
e. Pengambilan sampel secara gugus bertahap (multistage
sampling)
2. Pengambilan sample non probabilitas
Dengan cara ini semua elemen populasi belum tentu memiliki
peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sample. Hal ini
terjadi misalnya karena ada bagian tertentu secara sengaja tidak
dijadikan sample suatu populasi. Pengambilan secara non random
dibedakan menjadi lima yaitu :
a. Purposive Sampling
b. Quota sampling
c. Accidental Sampling
d. Sampling Jenuh
e. Snowball sampling
Dalam penelitian ini, digunakan tehnik sampling non random
dengan tipe accidental sampling. Dimana sampel diperoleh secara
accidental yaitu responden yang dapat ditemui oleh peneliti dengan
syarat memenuhi kriteria inklusi. Syarat inklusi yang dimaksud adalah
pernah atau sedang berjerawat, masuk dalam rentang usia remaja
(10-19 tahun) serta pernah atau sedang menggunakan acne product.
4.1.4 Sampel Penelitian
Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian yang diambil
dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmodjo, 2002). Sampel pada penelitian ini adalah
remaja.
Jumlah sampel pada survey ini adalah 30 - 50 responden
dikarenakan adanya keterbatasan waktu, dana, dan tenaga
pengambilan data sampel.

4.2 Instrument
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesionar adalah
sebuah dokumen yang dibuat dengan tujuan untuk melihat informasi-
informasi yang spesifik dari responden (Thomas and Polgar, 1995)
Sebagaimana metode pengumpulan data yang lain, kuesioner juga
memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan kuesioner yaitu (Thomas and
Polgar, 1995; Portney and Watkins,2000) :
1. Pada umumnya kuesioner lebih efisien daripada interview karena
responden lebih leluasa dalam menjawab pertanyaan dan tidak
dipengaruhi oleh sikap mental hubungan antara peneliti dan
responden.
2. Kuesioner dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari sejumlah
besar responden dalam waktu yang relative singkat.
3. Data yang dikumpulkan mudah dianalisa, karena pertanyaan yang
diajukan kepada responden adalah sama sehingga mengurangi
terjadinya bias.
Sedangkan kelemahan kuesioner yaitu :
1. Adanya kesalahan interpretasi responden sehingga jawabannya
tidak benar.
2. Adanya kejenuhan responden dalam menjawab karena peneliti tidak
tahu ketepatan dan motivasi responden.

Dalam kuesioner ini digunakan jenis pertanyaan kombinasi terbuka dan


tertutup, dimana jawaban sudah ditentukan tapi kemudian disusul dengan
pertanyaan terbuka.

4.3 Variabel Penelitian


Variabel yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
No Variabel Rincian Nomor pertanyaan
1. Pengetahuan Bentuk sediaan 2,3
Bahan aktif 4
Cara kerja bahan aktif 5
Keluhan 6,7
Cara pemakaian 8
Cara penyimpanan 9
2. Alasan pemakaian Dasar pertimbangan 11,13,14
pemilihan produk
Sumber informasi 10,12

BAB V
HASIL SURVEY

Berikut ini adalah data hasil survey yang menunjukkan pengetahuan remaja
tentang Acne Product

1.Produk anti jerawat


2.Bentuk sediaan

3.Bahan aktif

4.Mekanisme kerja Bahan Aktif


5. Efek samping penggunaan Acne product

6.Cara Penggunaan Acne Product

8.Tempat penyimpanan Acne Product


9.Sumber Informasi mengenai Acne Product

10.Pertimbangan pemilihan acne product

11.Tempat pembelian acne product


12.Frekuensi penggantian acne product

BAB VI
PEMBAHASAN

Acne product adalah produk yang digunakan untuk mencegah dan


mengobati jerawat, meliputi sediaan oral dan topikal. Sediaan topikal lebih sering
digunakan daripada sediaan oral, karena lebih praktis dan aseptabel dalam
penggunaannya. Contoh bentuk sediaan yang beredar di pasaran adalah gel,
topical solution, cream (facial wash). Bahan aktif yang digunakan dalam sediaan
topikal antara lain benzoil peroksida, sulfur, asam salisilat, resorcinol atau
kombinasi dari beberapa bahan aktif. Bentuk sediaan oral jarang digunakan
karena biasanya bentuk sediaan ini digunakan untuk jenis jerawat yang sudah
parah. Contoh bahan aktif yang digunakan untuk bentuk sediaan oral antara lain
antibiotik (Tetrasiklin, Eritromisin, Minosiklin dan Clindamisin), Zinc sulfat dan
terapi estrogen. Berbagai acne product yang beredar di pasaran memiliki bahan
aktif yang berbeda dengan mekanisme yang berbeda pula.
Namun, dalam perkembangannya penggunaan acne product banyak
menimbulkan masalah, seperti jerawat bertambah, iritasi kulit, kulit lebih
berminyak, dan kulit kering. Selain disebabkan oleh faktor dari acne product itu
sendiri, masalah tersebut terutama disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
pengguna acne product mengenai hal-hal yang terkait dengan acne product,
terutama dalam hal pemilihan dan penggunaannya
Untuk melakukan penelitian tersebut, digunakan metode survei untuk
pengambilan data di masyarakat. Populasi yang dipilih dalam penelitian ini
adalah remaja, dengan pertimbangan bahwa jerawat banyak terjadi pada usia
remaja. Pada usia remaja faktor hormonal sangat dominan sebagai penyebab
remaja Remaja juga dinilai sebagai bagian dari masyarakat yang perlu
mengetahui tentang kesehatan serta mempunyai dorongan untuk mencari
informasi tentang perawatan dan penggunaan acne product yang benar. Sebagai
sampel adalah remaja yang ditemui secara accidental serta memenuhi criteria
inklusi yaitu pernah atau sedang berjerawat dan menggunakan acne product..
Awalnya, dilakukan survei awal ke apotek dan swalayan untuk
mengetahui jenis acne product yang saat ini banyak beredar di pasaran, serta
mengetahui hal-hal yang umumnya dilakukan oleh pengguna acne product pada
saat akan memilih acne product. Sedangkan untuk pengambilan data, instrumen
yang digunakan berupa kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan yang kami cantumkan
dalam kuesioner ini dibagi menjadi 8 variabel. Variabel tersebut dibuat untuk
mengetahui pengetahuan remaja tentang bentuk sediaan, bahan aktif, cara kerja
bahan aktif, cara pemakaian, cara penyimpanan, keluhan, dasar pertimbangan
pemilihan produk, dan sumber informasi remaja mengenai acne product.
Pertanyaan pertama hingga kelima dan pertanyaan kedelapan serta
kesembilan bertujuan untuk menguji pengetahuan responden tentang produk anti
jerawat. Pengetahuan yang diuji adalah tentang beberapa hal, yaitu: bentuk
sediaan, nama bahan berkhasiat, cara kerja bahan berkhasiat, cara penggunaan,
dan cara penyimpanan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, terlihat bahwa 97%
responden tidak mengetahui tentang produk anti jerawat. Hal yang paling banyak
tidak diketahui oleh responden mengenai produk anti jerawat adalah tentang
bahan aktif dan cara kerja bahan aktif.
Pertanyaan kesebelas, ketiga belas, dan keempat belas bertujuan untuk
mengetahui dasar pertimbangan responden dalam memilih produk anti jerawat.
Hal tersebut juga berpengaruh pada frekuensi responden telah berganti produk
anti jerawat mereka. Dari data yang telah diperoleh, didapatkan bahwa 64%
responden pernah mengganti produk anti jerawat mereka dengan produk lain,
yang mana 47% di antaranya berganti produk karena tidak cocok.
Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan, pengetahuan remaja
mengenai bentuk sediaan cukup baik. Hal ini dapat terlihat pada diagram
lingkaran dimana 90% responden mengetahui bentuk sediaan acne product yang
merekagunakan. Namun seluruh responden yang diikutsertakan tidak dapat
menyebutkan dengan benar bahan aktif dari acne product yang mereka
gunakan.
Walaupun keseluruhan responden tidak dapat menyebutkan dengan
benar bahan aktif yang terkandung pada acne product yang digunakan, namun
terdapat 10% responden yang dapat menyebutkan dengan benar mekanisme
kerja bahan aktif. Responden tersebut hanya mengetahui mekanisme kerja tanpa
mengetahui bahan aktif sediaan karena mayoritas responden mendapatkan
informasi tentang acne product dari iklan. Hal ini dapat dilihat dari diagram
lingkaran untuk aspek sumber informasi dimana 47% responden menyatakan
bahwa info tentang acne product diperoleh dari iklan.
Sementara itu, produk yang dipromosikan oleh iklan sebagian besar
berupa produk kosmetik yang dijual bebas di pasaran sehingga swalayan
menjadi pilihan mayoritas responden untuk memperoleh acne product yang
diinginkan.
Ditinjau dari segi cara penyimpanan produk, sebanyak 40% responden
tidak mengetahui cara penyimpanan produk dengan benar. Hal ini berkaitan
dengan cara mereka mendapatkan produk. Sebagian besar responden
mendapatkan produk dari swalayan dimana mereka tidak mendapat info
tambahan tentang cara penyimpanan produk selain dari kemasan. Namun dalam
hal cara penggunaan, 67% responden sudah mengetahui cara menggunakan
produk dengan benar karena selain dari kemasan, informasi tentang cara
penggunaan banyak diinformasikan dari iklan. Disini didapatkan bahwa masih
ada kecenderungan belum keseluruhan responden memperhatikan.
Efek samping dirasakan oleh 35% responden. Para responden
mengeluhkan kulit yagn menjadi kering, iritasi kulit, jerawat yang bertambah serta
ada pula yang mengeluhkan kulit menjadi berminyak. Adanya keluhan ini dapat
dikaitkan dengan bagaimana cara responden mendapatkan acne product.
Dengan demikian responden kurang mendapatkan informasi serta konseling
yang benar tentang acne product.
Di sinilah peran farmasis dibutuhkan sebagai penyedia health promotion
dan juga sebagai care giver serta communicator, yaitu menginformasikan hal-hal
terkait acne product yang dibutuhkan oleh pengguna acne product agar
mendapatkan kenyamanan yang optimal saat menggunakan acne product. Oleh
sebab itu, dalam penelitian ini ingin diketahui bagaimana pengetahuan para
pengguna acne product mengenai cara pemilihan dan penggunaan acne product
yang baik dan benar.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan terhadap remaja yang
pernah atau sedang mengalami jerawat, bahwa sebagian besar responden tidak
mengetahui tentang produk anti jerawat, terutama dalam hal bahan aktif dan
mekanisme kerja. Padahal hal tersebut sangat penting dalam keberhasilan
terapi. Sehingga perlu dilakukan penyuluhan mengenai pengetahuan yang
penting dalam menggunakan produk anti jerawat agar dapat mengurangi
kesalahan penggunaan yang berakibat pada tidak tercapainya tujuan terapi.

7.2 Saran
Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, sebaiknya dilakukan
penyuluhan kepada responden untuk menambah pengetahuan remaja mengenai
produk anti jerawat.

Anda mungkin juga menyukai