Anda di halaman 1dari 9

“Semi Solid Pembuatan Sediaan Gel”

I. Tujuan Praktikum

Mengetahui langkah-langkah cara pembuatan sediaan gel yang baik dan tepat.

II. Dasar Teori

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, gel kadang-kadang disebut jeli, merupakan
sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau
molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.

Menurut Formularium Nasional, gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi
yang dibuat dari zarah kecil senyawa anorganik atau makromolekul senyawa organik,
masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan.

Menurut Ansel, gel didefinisikan sebagai suatu system setengah padat yang terdiri dari
suatu disperse yang tersusun baik dari partikel anorganik yang terkecil atau molekul
organic yang besar dan saling diresapi cairan.

Penggolongan Gel

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV penggolongan sediaan gel dibagi menjadi dua
yaitu:

1. Gel sistem dua fase

Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar , massa
gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma misalnya magma bentonit. Baik gel
maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semipadat jika dibiarkan dan
menjadi cair pada pengocokan.Sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk
menjamin homogenitas.

2. Gel sistem fase tunggal

Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar sama dalam suatu
cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang
terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik
misalnya karboner atau dari gom alam misanya tragakan.
Keuntungan dan Kekurangan Gel

Keuntungan dan kerugian menurut Lachman, 1994 :

1. Keuntungan sediaan gel

Untuk hidrogel: efek pendinginan pada kulit saat digunakan, penampilan sediaan yang
jernih dan elegan, pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film tembus
pandang, elastis, mudah dicuci dengan air, pelepasan obatnya baik, kemampuan
penyebarannya pada kulit baik.

2. Kekurangan sediaan gel

Untuk hidrogel: harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga
diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada
berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang
ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan
harga lebih mahal.

 Kegunaan Gel

Kegunaan sediaan gel secara garis besar di bagi menjadi empat seperti:

1. Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral, dalam bentuk
sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin dan untuk bentuk
sediaan obat long–acting yang diinjeksikan secara intramuskular.

2. Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi tablet, bahan
pelindung koloid pada suspensi, bahan pengental pada sediaan cairan oral, dan basis
suppositoria.

3. Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk kosmetik, termasuk pada
shampo, parfum, pasta gigi, kulit dan sediaan perawatan rambut.

4. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non streril) atau
dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril).
 Sifat dan Karakteristik Gel

Menurut Lachman, dkk. 1994 sediaan gel memiliki sifat sebagai berikut:

1. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert, aman
dan tidak bereaksi dengan komponen lain.

2. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang baik
selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan atau
daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan tube, atau selama
penggunaan topical.

3. Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang


diharapkan.

4. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM besar
dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan.

5. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan gel
terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh polimer seperti MC, HPMC
dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang akan membentuk larutan yang kental dan
pada peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk gel.

6. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan
disebut thermogelation.

 Sediaan Gel

Sediaan gel umumnya memiliki karakteristik tertentu, yakni (disperse system, vol 2 hal
497):

1. Swelling

Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi larutan
sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks gel dan
terjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna bila
terjadi ikatan silang antar polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebabkan
kelarutan komponen gel berkurang.
2. Sineresis

Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel. Cairan yang
terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel
terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme
terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastis
pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaran gel akan mengakibatkan
jarak antar matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju
permukaan. Sineresis dapat terjadi pada hidrogel maupun organogel.

3. Efek suhu

Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan
temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu
tertentu. Polimer seperti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin membentuk
larutan yang kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel. Fenomena
pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut
thermogelation.

4. Efek elektrolit

Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik dimana
ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan koloid
digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit
kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk menyusun diri
sesudah pemberian tekanan geser. Gel Na-alginat akan segera mengeras dengan adanya
sejumlah konsentrasi ion kalsium yang disebabkan karena terjadinya pengendapan
parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang tidak larut.

5. Elastisitas dan rigiditas

Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama
transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan
peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan
atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam
tergantung dari komponen pembentuk gel.
6. Rheologi

Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi
memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran non–
newton yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.

 Evaluasi Sediaan

1. Organoleptis

Evaluasi organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur sedian,
konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden (dengan kriteria tertentu)
dengan menetapkan kriterianya pengujianya (macam dan item), menghitung prosentase
masing-masing kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan dengan analisa statistik.

2. Homogenitas

Homogenitas sediaan gel ditunjukkan dengan tercampurnya bahan-bahan yang


digunakan dalam formula gel, baik bahan aktif maupun bahan tambahan secara merata.
Cara pengujian homogenitas yaitu dengan meletakkan gel pada objek glass kemudian
meratakannya untuk melihat adanya partikel-partikel kecil yang tidak terdispersi
sempurna.

3. Evaluasi pH

Evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan 60 g : 200 ml air


yang di gunakan untuk mengencerkan, kemudian aduk hingga homogen, dan diamkan
agar mengendap, dan airnya yang di ukur dengan pH meter, catat hasil yang tertera pada
alat pH meter.

4. Evaluasi daya sebar

Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian
bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebannya, dan di beri rentang
waktu 1-2 menit. Kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban,
saat sediaan berhenti menyebar (dengan waktu tertentu secara teratur).
III. Alat dan Bahan

1. Alat
 Beaker Glass
 Mortir
 Erlenmeyer
 Botol Gel , Kaca, Kertas pH, Stopwatch
 Timbangan
 Kertas Perkamen
 Gelas Ukur

2. Bahan
 Na-CMC
 Metil Salisilat
 Gliserin
 Propilenglikol
 Aquadest
 Air Panas

IV. Cara Kerja

A. Tabel

Bahan Komposisi Penimbangan


Na. Diklofenak 1% 0,7gram
Metil Paraben 0,1% 3ml (hasil pengenceran)
Na-CMC 3,5% 0,7gram
Gliserin 15% 3gram
Propilenglikol 6% 1,2gram
Aquadest ad 100gr 4,9ml
B. Teknik Pembuatan
1. Timbang masing-masing bahan.
2. Pengenceran metil paraben.((M1)
3. Masukkan aqua pro cmc taburkan cmc tunggu mengembang, gerus ad
mucilago.
4. Tambahkan Na diklofenak gerus ad homogen
5. Tambahkan propylenglikol gerus ad homogen.
6. Tambahkan gliserin gerus ad homogen.
7. Tambahkan M1 gerus ad homogen + Aquadest gerus ad homogen.
8. Uji homogenitas
9. Kemas dan serahkan.

C. Cara Evaluasi
1. Uji Organoleptis
Sediaan di teliti lalu dilihat warna,bentuk, dan baunya
2. Uji Daya Sebar
Simpan 1gram sediaan gel diatas kaya yang telah ditentukan titik
tengahnya lalu tindihkan dengan kaca lagi lalu simpan beban diatas kaca
seberat 100gram
3. Uji Daya Lekat
Setelah menentukan uji daya sebar sediaan gel 1gram yang sudah
disimpan dikaca lalu diangkat kaca tersebut pada bagian kaca atas lalu
hitung waktunya sampai kaca tersebut terpisah
4. Uji Ph
Gel tersebut diencerkan dulu sedikit menggunakan aquadest pada beaker
glass lalu aduk hingga homogen setelah itu masukkan pH meter diamkan
hingga mengering setelah itu lihat hasil warna pada pH meter tersebut.
V. Hasil Kerja

 Tabel Evaluasi

NO EVALUASI PERSYARATAN HASIL


1. Uji Organoleptis
Warna : Bening
Bau: Tidak Berbau
Bentuk Gel
2. Uji Kelarutan Larut
3. Uji pH 4,5-7 7
4. Uji Daya Sebar 5,1 cm
5. Uji Daya Lekat 15detik,85

VI. Pembahasan

Dalam praktikum ini, dibuat sediaan gel. Pada pembuatan gel ini, pertama yang dilakukan
adalah menimbang bahan, air panas yang sudah diukur kemudian dimasukkan ke dalam
mortir kemudian ditaburkan CMC-Na secara merata, ditunggu hingga mengembang.
Sambil menunggu CMC-Na mengembang, ditimbang metil paraben dan dilarutkan
dengan air untuk pengenceran. Ditimbang juga Na.diklofenak. Setelah CMC-Na
mengembang, di masukkan Na.diklofenak ke dalam mortir yang berisi CMC-Na, gerus ad
homogen. Di masukkan pula propylenglikol gerus ad homogen, lalu masukkan gliserin
juga gerus ad homogen setelah itu masukkan M1 yaitu hasil pengenceran metil paraben
gerus ad homogen lalu tambahkan aquadest gerus hingga membentuk gel. Massa gel yang
terbentuk dimasukkan kedalam wadah dan sediaan yang dibuat memenuhi persyaratan,
karena pada saat pembuatan tidak terjadi kesalahan atau kekeliruan.
VII. DAFTAR PUSTAKA

 FARMAKOPE INDONESIA EDISI IV


 http://selfiamona.blogspot.com/2013/10/formulasi-dan-teknologi-sediaan-semi.html

Anda mungkin juga menyukai