NH2
1
PENENTUAN JENIS ASAM AMINO DALAM SAMPEL
Sedangkan dari berbagai macam asam amino penyusun protein, yang dapat
dijadikan pembeda antara asam amino yang satu dengan yang lain adalah
perbedaan gugus R yang disebut rantai samping. Rantai samping inilah yang
memberikan sifat khusus pada masing-masing asam amino. Terdapat dua puluh
asam amino alami yang lazim. Kedua puluh asam amino alami yang lazim,
memiliki rangka yang terdiri dari gugus asam karboksilat dan gugus yang terikat
secara kovalen pada atom pusat (karbon alfa). Dua gugus lainnya pada karbon alfa
ialah hidrogen dan gugus R yang merupakan rantai samping asam amino. Sifat
kimia gugus rantai sampinglah yang menyebabkan perbedaan sifat asam amino
(Fessenden dan Fessenden, 1997). Asam amino penyusun protein dapat
digolongkan berdasarkan berbagai kategori. Berdasarkan komposisi kimia gugus
R, asam amino dapat digolongkan menjadi asam amino alifatik (glisin, alanin,
valin, leusin, isoleusin), asam amino hidroksil (serin, treonin), asam amino sulfur
(sistein, metionin), asam amino aromatik (fenilalanin, tirosin, triptofan), asam
amino asam (asam aspartat, asparagin, asam glutamat, glutamin), asam amino basa
(arginin, histidin, lisin) dan asam amino imino (prolin). Sedangkan pembagian
asam amino berdasarkan polaritas molekulnya, yaitu asam amino polar dengan
gugus R polar (C-O, C-N, O-H) seperti glisin, sistein, asam glutamat, serin, tirosin,
treonin, asam aspartat, glutamin, histidin, arginin, asparagin dan lisin. Sedangkan
golongan asam amino nonpolar dengan gugus R nonpolar (C-C, C-H) seperti valin,
alanin, leusin, metionin, prolin, isoleusin, fenilalanin dan tirosin. Asam-asam
amino juga dapat digolongkan berdasarkan kemampuan sintesis tubuh manusia
dan hewan yaitu asam amino non-esensial (alanin, prolin, glisin, serin, sistein,
tirosin, asparagin, glutamin, asam aspartat dan asam glutamat) dan asam amino
esensial (arginin, histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin,
triptofan dan valin) (Toha dan Hamid, 2001). Selain itu, asam amino dapat
digolngkan berdasarkan polaritas kandungan gugus R (pada pH 7) (Lehninger,
1982) :
2
PENENTUAN JENIS ASAM AMINO DALAM SAMPEL
Dalam molekul asam amino, karena atom C α (alfa) masih mengikat gugus lain
yang tidak sama dengan gugus asam amino, maka atom C ini bersifat asimetris,
sehingga asam amino memiliki sifat optis aktif (artinya dapat memutar bidang
sinar terpolarisasi), baik secara positif maupun negatif. Mengingat sifat-sifat asam
amino yang dapat larut dalam air, dapat membentuk kristal, harga konstanta
dielektrikum yang tinggi, memiliki panas netralisasi seperti pada H+ dan OH- dan
dalam medan listrik (misal: dengan elektrophoresa) tak bergerak (dalam keadaan
tertentu), maka asam amino dipercaya memiliki sifat amphoter atau dalam keadaan
zwitter ion yang memiliki muatan (+) dan (-) yang seimbang (Wilbraham, 1992).
Telah diketahui bahwa beberapa molekul asam amino dapat berikatan satu
dengan yang lain membentuk suatu senyawa yang disebut dipeptida. Apabila
jumlah asam amino yang berikatan tidak lebih dari sepuluh molekul disebut
oligopeptida. Peptida yang dibentuk oleh dua molekul asam amino disebut
dipeptida.Selanjutnya tripeptida dan tetrapeptida adalah peptide yang terdiri atas
3
PENENTUAN JENIS ASAM AMINO DALAM SAMPEL
tiga molekul dan empat molekul asam amino. Delapan molekul asam amino
dengan demikian akan membentuk oktapeptida. Polipeptida adalah peptide yang
molekulnya terdiri dari banyak molekul asam amino. Protein adalah suatu ikatan
polipeptida yang terdiri atas lebih dari seratus asam amino (Poedjiadi, 1994).
pH makin tinggi
Dari persamaan di atas terlihat jelas keamfoteran asam amino. Dalam suasana
asam (PH rendah) struktur (1) mengikat H+ menghasilkan suatu kation (2)
sehingga (1) bersifat basa dan dalam suasana basa (PH tinggi) struktur (1)
mengikat OH- menghasilkan anion (3), sehingga (1) bersifat asam (Matsjeh,
Sabirin, dkk, 1996).
Keasaman gugus +NH3 lebih kuat dari pada kebasaan gugus COO-, maka
jumlah anion lebih banyak dari pada jumlah kation, sehingga larutan akan bersifat
agak asam dan muatan netto adalah negatif (Matsjeh, Sabirin, dkk, 1996).
A. Metode Kromatografi
Kromatografi dalam bidang kimia merupakan sebuah teknik analisis yang
digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen-
komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang sama.
Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan yang
didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir
4
PENENTUAN JENIS ASAM AMINO DALAM SAMPEL
5
PENENTUAN JENIS ASAM AMINO DALAM SAMPEL
Untuk mengetahui jenis dari asam amino yang terkandung dari suatu
bahan/sampel, biasanya digunakan metode kromatografi kertas. Kromatografi
kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino karena asam amino
memiliki sifat yang larut dalam air dan tidak mudah menguap sehingga dapat
dipisahkan melalui perpindahan fasa gerak (eluen) pada fasa diam (adsorben).
Asam amino akan terbawa oleh fasa gerak dan akan mengendap atau menempel
pada fasa diam (adsorben) setelah menempuh jarak tertentu (Yazid, 2005).
Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa.
Sampel yang akan dianalisis ditotolkan pada kertas yang kemudian digantung
pada wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan ke dalam pelarut yang
mengisi dasar wadah. Setiap asam amino bergerak dari titik awal sepanjang jarak
tertentu. Setiap jenis asam amino akan selalu menempuh jarak yang khas dari
masing-masing asam amino asalkan jenis kertas, eluen, dan pelarutnya sama
(Yazid, 2005).
Beberapa senyawa dalam campuran bergerak sejauh dengan jarak yang
ditempuh pelarut, beberapa lainnya tetap lebih dekat pada garis dasar. Jarak
tempuh relatif pada pelarut adalah konstan untuk senyawa tertentu sepanjang anda
menjaga segala sesuatunya tetap sama, misalnya jenis kertas dan komposisi
pelarut yang tepat. Jarak relatif pada pelarut disebut sebagai nilai Rf. Untuk setiap
senyawa berlaku rumus sebagai berikut :
5. Derajat kejenuhan dari uap dalam mana bejana pengembangan yang digunakan.
6. Teknik percobaan.
8. Suhu.
9. Kesetimbangan
Kromatografi lapis Tipis pada Asam Amino
Asam-asam amino yang bereaksi dengan ninhidrin membentuk suatu produk
yang disebut ungu Ruhmann. Reaksi ini biasanya digunakan sebagai uji bercak
untuk mendeteksi adanya asam amino pada kertas kromatografi.
Adapun reaksi umum secara keseluruhannya, adalah sebagai berikut :
7
PENENTUAN JENIS ASAM AMINO DALAM SAMPEL
Alanin
Semua asam amino, kecuali glisin dapat dianggap sebagai derivat alanin. Alanin
diperoleh untuk pertama kalinya oleh Weyl dari hasil hidrolisis fibroin, yaitu
protein yang terdapat pada sutera. Struktur alanin :
Treonin
Treonin adalah homolog yang lebih besar dari erin dan termasuk dalam golongan
asam amino esensial. Mula-mula treonin diisolasi dari hasil hidrolisis fibrin darah.
Berikut struktur treonin :
Glisin
Glisin adalah asam amino yang paling sederhana dan terdapat pada skleroprotein.
Pada tahun 1820 Braconnot menemukan glisin dari hasil hidrolisis gelatin. Adapun
struktur glisin adalah :
8
PENENTUAN JENIS ASAM AMINO DALAM SAMPEL
Alat-alat :
Bahan-bahan :
Asam asetat glasial 6 mL
Aquades 25 mL
n-butanol 25 mL
Larutan standar A (Sistein) secukupnya
Larutan standar B (Histidin) secukupnya
Larutan standar C (Glisin) secukupnya
Larutan sampel secukupnya
Ninhidrin secukupnya
9
PENENTUAN JENIS ASAM AMINO DALAM SAMPEL
Fasa gerak
- Dicatat warnanya
- Dihitung Rf pada tiap-tiap noda
- Ditetapkan komponen-komponen asam amino dalam sampel dengan
membandingkan harga Rf yang diperoleh dengan Rf asam-asam amino
standar
11
PENENTUAN JENIS ASAM AMINO DALAM SAMPEL
2. Menentukan Komponen Asam Amino -plat KlT silica -kertas Rf teori : Nilai Rf pada sampel
berwarna putih. kromatografi -Sistein = 0,40 adalah 0,22
Kertas kromatografi 4x10 cm
-larutan diberi jarak -Histidin = 0,11 mendekati Rf pada
- Diberi batas atas 0,5 cm dan batas bawah standart A -dikeringkan: noda -Glisin = 0,26 glisin sehingga dapat
1 cm
- Diberi tanda untuk penotolan
(histidin) kering. Reaksi asam amino + dikatakan bahwa
noda(A,B,C,dan S) dengan jarak 1 cm larutan tidak -diberi totolan : ninhidrin sampel merupakan
antar noda dan 0,5 cm jarak antara noda
berwarna. Totolan 1 asam amino glisin.
paling luar dengan batas samping plat
KLT -larutan larutan
- Dioven 5 menit standart B tidak
- Ditotolkan 4 macam larutan (A, B, C, S)
menggunakan pipa kapiler dengan jarak 1 (glisin) larutan berwarna.
cm tidak berwarna. Totolan 2
- Dikeringkan tiap-tiap tetesan sebelum
-larutan larutan
tetesan berikutnya diletakkan
diatasnya(besar noda < 0,4 cm) standart C tidak
- Dikeringkan tiap-tiap tetesan sebelum
(sistein) larutan berwarna
tetesan berikutnya diletakkan diatasnya
(besar noda < 0,4 cm) tidak berwarna. Totolan 3
-larutan larutan
Kertas kromatografi yang ditetesi sampel standart sampel tidak
- Digantung diatas dalam lemari tidak berwarna. berwarna
kromatografi beberapa jam guna -eluen tidak Totolan 4
dijenuhkan dengan uap eluen, sampai
tanda batas atas berwarna larutan
- Dielusi -ninhidrin tidak tidak
12
PENENTUAN JENIS ASAM AMINO DALAM SAMPEL
berwarna. berwana
Kertas kromatografi setelah dielusi -digantung dalam
13
PENENTUAN JENIS ASAM AMINO DALAM SAMPEL
S = 1,9 cm
-nilai Rf :
A =
0,141176
-Reaksi alanin
B =
dengan ninhidrin:
0,164705
C =
0,094117
S = 0,2235
-warna noda :
Reaksi Cytein dengan
A =
ninhidrin :
jingga(++)
B = jingga
pudar
C = jingga
(+)
S = jingga
pudar.
14
PENENTUAN JENIS ASAM AMINO DALAM SAMPEL
15
PENENTUAN JENIS ASAM AMINO DALAM SAMPEL
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan asam amino yang terdapat dalam
sampel dengan kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi lapis tipis (KLT)
merupakan metode pemisahan sampel berdasarkan perbedaan tingkat kepolaran
antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Kelebihan penggunaan kromatografi
lapis tipis dibandingkan dengan kromatografi kertas ialah karena dapat
dihasilkannya pemisahan yang lebih sempurna, kepekaan yang lebih tinggi, dan
dapat dilaksanakan dengan lebih cepat.Banyak pemisahan yang memakan waktu
berjam-jam bila dikerjakan dengan kromatografi kertas, tetapi dapat dilaksanakan
hanya beberapa menit saja bila dikerjakan dengan TLC (Adnan, 1997).
Suatu metode pemisahan komponen kimia Dengan KLT ini berdasarkan
prinsip partisi dan adsorpsi antara fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen),
komponen kimia bergerak naik mengikuti cairan pengembang karena daya serap
adsorben (silika gel) terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga
komponen dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda berdasarkan
tingkat kepolarannya dan hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan.
Teknik ini melibatkan 2 fasa, yaitu fasa diam dan fasa gerak dimana fase diamnya
yaitu berupa plat silica (KLT) dan fase geraknya disini menggunakan campuran n-
butanol, asam asetat glasial dan aquades. Campuran larutan ini disebut eluen yang
dibuat dari larutan yang memiliki tingkat kepolaran yang berbeda. Asam amino
adalah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino sebagai
komponen protein mempunyai gugus amina (-NH2) pada atom karbon α dari posisi
gugus karboksil (-COOH). Rumus umum asam amino adalah (Poedjiadi, 1994):
H
R C COOH
NH2
16
PENENTUAN JENIS ASAM AMINO DALAM SAMPEL
terjadi reaksi esterifikasi, dimana n-butanol bereaksi dengan asam asetat glasial
menghasilkan ester.
Reaksi yang terjadi:
O
H2 H2 H2
3HC C C C OH + 3HC C + H2O
(aq) (l) (l)
OH
H2 H2 H2
3HC C C C C CH3 + H2O
(aq) (l)
Ester Air
CH3CH2CH2CH2OH(aq)+CH3COOH(aq) → CH3CH2CH2CH2COOCH3(aq) +
H2O(l).
Dalam percobaan ini pertama yang harus kami siapkan adalah plat KLT
berukuran (4x10) cm, kemudian diberi batas atas sebesar 0,5 cm dan batas bawah
sebesar 1 cm dan diberi tanda titik A, B, C, dan S dengan pensil sebagai tanda
tempat menotolkan larutan (tiap titik berjarak 1 cm), fungsinya diberikan tanda
batas bawah dan batas atas adalah agar ketika mencelupkan plat KLT pada eluen
tidak melebihi batas bawah yang telah ditentukan agar tidak mengganggu arah
pergerakan sampel dan dapat mempermudah pengukuran jarak yang ditempuh
pelarut untuk menghitung harga Rf, dan pemberian tanda dengan menggunakan
pensil karena pensil tidak akan bereaksi dengan sampel dan pelarut, sedangkan
apabila kita menggunakan bolpoin maka tintanya akan dapat bereaksi dan dapat
menggangu proses kromatografi. Kemudian plat KLT dioven pada suhu 1100C
selama 5 menit. Tujuan dilakukan pengovenan adalah agar plat KLT kering dan
untuk menghilangkan zat pengotor yang dapat mempengaruhi proses kromatografi.
Selanjutnya, setelah plat KLT dikeluarkan dari oven kemudian plat KLT ditotoli 4
macam larutan yang sudah disiapkan (A, B, C, dan S) dengan menggunakan pipa
kapiler dengan jarak tiap sampel 1 cm. Pentotolan dilakukan sebanyak 3 kali
dengan diameter noda < 0,4 cm, dan pada setiap pentotolan noda dikeringkan
terlebih dahulu sebelum pentotolan berikutnya. Tujuan dilakukan pentotolan
berulang kali adalah agar noda tampak lebih jelas untuk mempermudah dalam
identifikasi warna. Setiap totolan pada titik A, B, C, dan S menghasilkan noda-
noda tak berwarna. Noda-noda pada plat KLT ini berfungsi sebagai fasa diam yang
akan dielusi oleh eluen yang sudah dibuat pada percobaan pertama.
Setelah selesai persiapan plat KLT, selanjutnya kami memasukkan plat KLT
yang sudah diberi tali pada bagian ujungnya ke dalam chamber/lemari
kromatografi hingga bagian bawah kertas kromatografi telah tercelup eluen tetapi
tidak sampai melebihi batas bawah yang telah diberikan tanda sebelumnya, karena
apabila melebihi batas bawah eluen dapat mengganggu arah pergerakan sampel
dan menggantungkan tali pada mulut chamber kemudian menutup kembali
chamber dengan kaca sampai rapat. Tujuannya adalah agar proses elusi oleh eluen
(fasa gerak) dapat berjalan dengan baik/sempurna. Selanjutnya mengamati proses
kromatografi, yaitu terjadinya perambatan eluen pada plat KLT hingga mencapai
batas atas. Setelah eluen mencapai batas atas plat KLT, maka selanjutnya plat KLT
dikeluarkan dari chamber dan kemudian dimasukkan kedalam oven pada suhu
1100C selama 5 menit (sampai kering), setelah 5 menit plat KLT dikeluarkan dari
18
PENENTUAN JENIS ASAM AMINO DALAM SAMPEL
oven lalu disemprot dengan larutan ninhidrin. Langkah ini dilakukan berulang kali
sampai noda asam amino yang berwarna dapat terlihat jelas. Namun dalam
percobaan kami kali ini, kami melakukannya dua kali penyemprotan dikarenakan
warna pada penyemprotan pertama belum tampak jelas sehingga kami semprotkan
lagi terus dioven lagi. Dengan hasil yang kedua baru kita mendapat warna jingga
Pengeringan yang kedua tersebut untuk menyempurnakan reaksi yang terjadi
selama deteksi noda dan mengoptimalkan pemunculan kompleks biru-violet yang
dihasilkan dari amina dari asam amino yang bereaksi dengan ninhydrin selain itu
lamanya waktu pengeringan juga menjadi factor penting bahwa pemunculan noda
akan semakin terlihat, muncul noda-noda asam amino berwarna jingga hal ini
tidak sesuai teori yang ada karena kontaminasi yang terjadi pada eluen karena
sedikit saja perubahan yang terjadi pada eluen maka sehingga warna yang
dihasilkan tidak muncul dan hasilnya tidak sesuai dengan teori dan kemungkinan
kontaminan asam amino karena ninhydrin akan membentuk kompleks warna
jingga ketika bereaksi dengan asparagine. Warna jingga ini dihasilkan dari prolin
karena adanya substitusi gugus α-amino..Fungsi dari penyemprotan larutan
ninhidrin adalah sebagai penampak noda, karena disini ninhidrin akan bereaksi
dengan asam amino menghasilkan senyawa berwarna ungu ruherman. Kompleks
biru-violet ini disebabkan karena molekul ninhidrin dan hidrindantin yang yang
bereaksi dengan NH3 setelah asam amino tersebut dioksidasi. Asam amino bereaksi
dengan ninhidrin membentuk aldehida dengan satu atom C lebih rendah dan
melepaskan molekul NH3.
Reaksi :
O
O O
H
C
OH
C + H2N C COO- N + RCHO + CO2 + 3H2O +H+
OH
C
R
-
O O O
Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai Rf, pertama memberi tanda pada
noda yang terdapat pada plat KLT dengan menggunakan pensil untuk
mempermudah proses pengukuran. Selanjutnya mengukur jarak tempuh noda dan
jarak tempuh pelarut dengan menggunakan penggaris. Setelah diperoleh hasil
pengukuran, kemudian dihitung nilai Rf pada tiap-tiap noda dengan menggunakan
rumus berikut :
19
PENENTUAN JENIS ASAM AMINO DALAM SAMPEL
IX. KESIMPULAN
1. Pada pembuatan larutan pengemulsi terjadi reaksi esterifikasi, dimana n-
butanol bereaksi dengan asam asetat glasial menghasilkan ester.
2. Larutan sampel yang diuji mengandung asam amino glisin, karena memiliki
nilai Rf 0,164705 yang besarnya mendekati Rf pada asam amino glisin yaitu
0,2235
X. JAWABAN PERTANYAAN
1. Apakah keuntungan dan kerugian dalam metode pemisahan dengan kromatografi
lapis tipis (KLT)?
Keuntungan metode pemisahan dengan kromatografi lapis tipis (KLT):
- Dihasilkannya pemisahan yang lebih sempurna, kepekaan yang lebih tinggi,
dan dapat dilaksanakan dengan lebih cepat (Adnan, 1997).
- KLT lebih banyak digunakan untuk tujuan analisis
- Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,
fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
- Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending), atau
dengan cara elusi 2 dimensi.
- Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan
ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.
- Hanya membutuhkan sedikit pelarut.
20
PENENTUAN JENIS ASAM AMINO DALAM SAMPEL
21
PENENTUAN JENIS ASAM AMINO DALAM SAMPEL
akan berubah juga. Dua faktor yaitu penguapan dan komposisi mempengaruhi
harfa Rf.
- Komponen penyusun kertas atau pelat kromatografi
Komponen penyusun kertas atau pelat dapat mempengaruhi kecepatan aliran dan
juga mempengaruhi keseimbangan partisi.
- Sifat dari campuran
Berbagai senyawa mengalami partisi diantara volume-volume yang sama dari
dari fase diam dan fase gerak. Mereka hampir selalu mempengaruhi karakteristik
dari kelarutan satu terhadap lainnya hingga terhadap harga Rf (Sudjadi, 1998).
.
XI. DAFTAR PUSTAKA
Adnan M. 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan. Yogyakarta :
ANDI
Iskandar, Yusuf. 2007. Karakteristik Zat Metabolit Sekunder dalam Ekstrak Bunga
Krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) Sebagai Bahan Pembuatan
Biopestisida. Semarang : FMIPA.
22
PENENTUAN JENIS ASAM AMINO DALAM SAMPEL
LAMPIRAN FOTO
23
PENENTUAN JENIS ASAM AMINO DALAM SAMPEL
24
PENENTUAN JENIS ASAM AMINO DALAM SAMPEL
25
PENENTUAN JENIS ASAM AMINO DALAM SAMPEL
26
PENENTUAN JENIS ASAM AMINO DALAM SAMPEL
27
PENENTUAN JENIS ASAM AMINO DALAM SAMPEL
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Diketahui :
Jawab :
28
PENENTUAN JENIS ASAM AMINO DALAM SAMPEL
29