Anda di halaman 1dari 22

TUGAS FITOKIMIA I

ISOLASI FLAVONOID GOLONGAN FLAVANONE


(HESPERIDINE)

Disusun oleh:
Kelompok X
Gregorius Yudhistira (16330025)
Theodora Yonita Matie (16330090)
Raudhah Kurnia P (17330701)
Ulfi Alfiqraini (18330705)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT SAINS dan TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2018

1
KATA PENGANTAR

Dengan meneybut nama Allah SWT, yang maha pengasih lagi maha penyayang,
penulis ucapkan puji syukur atas kehadirat –Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
Isolasi Flavonoid Golongan Flavanone (Hesperidine).

Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal, dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari itu semua, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memeperbaiki
makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang Isolasi Flavonoid Golongan
Flavanone (Hesperidine) ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jakarta, Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang................................................................................................... 1

I.2. Rumusan Masalah.............................................................................................. 1

I.3. Tujuan Penulisan................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Flavonoid.......................................................................................................... 3

II.2. Klasifikasi Flavonoid........................................................................................ 4

BAB III PEMBAHASAN

III.1. Struktur Umum Flavanone ............................................................................. 7

III.2. Senyawa Hesperidin ........................................................................................ 8

III.3. Tanaman Penghasil Senyawa .......................................................................... 8

III.4. Ekstraksi, Pemisahan, dan Identifikasi ........................................................... 9

III.4.1. Ekstraksi dan Pemisahan ......................................................................... 9

III.4.2. Identifikasi ............................................................................................... 9

III.5. Hasil dan Pembahasan .................................................................................... 10

III.5.1. Determinasi Tanaman Buah Jeruk Manis ................................................ 10

III.5.2. Hasil Pembuatan Serbuk .......................................................................... 11

III.5.3. Hasil Penetapan Kadar Air dan Identifikasi Kandungan Kimia Serbuk . 11

ii
III.5.4. Hasil Ekstraksi Serbuk Kulit Buah Jeruk Manis ................................... 12

III.5.5. Hasil Identifikasi Kandungan Flavonoid Isolat Kulit Buah Jeruk Manis ... 12

BAB IV KESIMPULAN ............................................................................... ....................... 16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki keragaman flora untuk tanaman obat yang dapat tumbuh dengan
baik di nusantara. Kekayaan alam Indonesia memungkinkan banyak sekali tanaman yang
berguna tumbuh dengan subur, sehingga pilihan jenis yang ditanaman dapat beraneka,
salah satunya adalah tanaman jeruk.
Tumbuhan secara alamiah menghasilkan beragam jenis senyawa. Secara umum,
senyawa-senyawa tersebut dapat dibagi sebagai metabolit primer dan metabolit sekunder.
Metabolit primer adalah senyawa-senyawa yang terdapat pada semua sel dan memegang
peran sentral dalam metabolisme dan reproduksi sel-sel tanaman, hasil metabolit primer
sebagian besar dikonsumsi sebagai sumber bahan makanan. Metabolit sekunder adalah
senyawa yang secara khusus terdapat pada jenis atau spesies tertentu.
Flavanone merupakan salah satu kandungan aktif tanaman yang termasuk dalam
kelompok metabolit sekunder golongan flavonoid yang banyak ditemukan di alam.
flavanone memiliki aktivitas biologis seperti antikanker, antitumor, antiproliferatif, dan
antimikroba. Selain itu flavanone merupakan prekusor biosintesis utama untuk jenis
flavonoid lainnya.
Salah satu contoh tanaman yang mengandung flavonoid adalah tanaman jeruk manis
(Citrus sinensis L.). Jeruk manis (Citrus sinensis L.) mengandung flavonoid, flavonoid
utama dalam jeruk manis salah satunya adalah hesperidin yang terdapat pada kulit buah
jeruk. Hesperidin adalah flavonoid yang dapat membantu memperbaiki kondisi pembuluh
darah dan mengembalikan kelenturan membran pembuluh kapiler.

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana struktur umum flavanone?
2. Apa itu senyawa hesperidin?
3. Apa tanaman penghasil senyawa hesperidin?
4. Bagaimana cara ekstraksi tanaman untuk menghasilkan senyawa hesperidin?
5. Apa manfaat senyawa hesperidin dalam bidang kesehatan?

1
I.3 Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang struktur umum flavanone.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang senyawa hesperidin.
3. Mahasiswa dapat mengetahui tanaman penghasil senyawa hesperidin.
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara ekstraksi tanaman untuk
menghasilkan senyawa hesperidin.
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami manfaar senyawa hesperidin dalam
bidang kesehatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 FLAVONOID

2
Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang paling
banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman. Flavonoid termasuk dalam golongan
senyawa phenolik dengan struktur kimia C6-C3-C6). Kerangka flavonoid terdiri atas satu
cincin aromatik A, satu cincin aromatik B, dan cincin tengah berupa heterosiklik yang
mengandung oksigen dan bentuk teroksidasi cincin ini dijadikan dasar pembagian
flavonoid ke dalam sub-sub kelompoknya.

II.1. Struktur Flavonoid

Sistem penomoran digunakan untuk membedakan posisi karbon di sekitar


molekulnya). Berbagai jenis senyawa, kandungan dan aktivitas antioksidatif flavonoid
sebagai salah satu kelompok antioksidan alami yang terdapat pada sereal, sayur-sayuran
dan buah, telah banyak dipublikasikan. Flavonoid berperan sebagai antioksidan dengan
cara mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kemampuannya mengkelat logam,
berada dalam bentuk glukosida (mengandung rantai samping glukosa) atau dalam bentuk
bebas yang disebut aglikon.

Istilah flavonoid berasal dari kata flavon yang merupakan salah satu jenis flavonoid
yang terbanyak dan lazim ditemukan (selain flavonol, antosianidin). Flavon mempunyai
kerangka 2-fenilkroman. Berdasarkan tingkat oksidasinya, flavan adalah yang terendah dan
digunakan sebagai induk tatanama flavon.

Flavonoid sebagai salah satu kelompok senyawa fenolik yang banyak terdapat pada
jaringan tanaman dapat berperan sebagai antioksidan. Aktivitas antioksidatif flavonoid
bersumber pada kemampuan mendonasikan atom hidrogennya atau melalui
kemampuannya mengkelat logam.

3
Semua flavonoid strukturnya saling berikatan, karena mempunyai jalur biosintesis
yang sama yaitu melalui jalur shikimat dan jalur asam asetat malonat. Flavonoid yang
pertama terbentuk pada biosintesis adalah kalokon dan bentuk isomernya flavon.
Selanjutnya akan diturunkan flavonoid – flavonoid lainnya. Modifikasi flavonoid lebih
lanjut akan terjadi pada berbagai tahap berikutnya, terjadi penambahan atau pengurangan
hidroksilasi, metilasi gugus hidroksil atau inti flavonoid, isoprenilasi gugus hidroksil atau
inti flavonoid, metilasi gugus orto dihidroksi, dimerisasi dan glikosilasi gugus hidroksil
atau inti flavonoid.

Flavonoid umumnya bersifat polar sehingga larut dalam pelarut polar seperti air,
etanol, methanol, butanol, aseton, dimetil sulfoksida dan lain – lainnya. Adanya gula yang
terikat pada inti flavonoid menyebabkan flavonoid glikosida lebih mudah larut dalam air
sehingga campuran pelarut organic diatas dengan air merupakan pelarut yang baik untuk
glikosida.

II.2 Klasifikasi Flavonoid


Secara rinci flavonoid dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Flavon.
Flavon lazim sebagai konstituen tanaman yang tinggi, dan terdapat dalam
berbagai bentuk terhidroksilasi. Senyawa flavonoid ini memiliki kerangka dasar :
Flavonol alami yang paling sederhana adalah galangin, 3,5,7–tri-hidroksiflavon;
sedangkan yang paling rumit, hibissetin adalah 3,5,7,8,3’,4’,5’ heptahidroksiflavon.
Bentuk khusus hidroksilasi (C6(A)-C3-C6(B), dalam mana C6(A) adalah turunan
phloroglusional, dan cincin B adalah 4-atau 3,4-dihidroksi.
Beberapa contoh senyawa ini adalah apigenin, luteolin, dan tangeritin. Semua
senyawa ini memiliki peran hampir sama yaitu sebagai antioksidan, atau penangkap
radikal bebas. Selain itu senyawa ini juga dapat digunakan sebagai peningkat daya tahan
tubuh karena memiliki sifat memperkuat diding sel sehingga tubuh dapat lebih bertahan
ari serangan agen penyebab penyakit.
b. Flavonol

4
Senyawa-senyawa ini beragam sebagai akibat perbedaan pada posisi Gugus – OH
pada phenolnya. Contoh senyawa adalah quarcetin yang terdapat di buah apel sebagai
antioksidan dan antiaging. Selain itu ada juga senyawa myricetin yang terdapat di
anggur dan sayuran senyawa ini juga sebagai antioksidan.
c. Flavanon
Jenis flavonoid ini mirip dengan jenis flavonoid flavon tetapi pada flavanon tidak
memiliki ikatan rangkap pada cincin C.
Bebepara senyawa yang termasuk kedalam jenis ini adalah hespertin yang terdapat pada
buah jeruk yang diperoleh dalam bnetuk glikosidanya, senyawa ini merupakan suatu
aglikon. Senyawa ini juga memiliki efek sebagai antioksidan dan anti inflamantory pada
tubuh manusia.
d. Flavononol
Sama halnya dengan flavonoid flavanone, jenis ini mirip dengan flavonol tetapi
dengan struktur dasar flavan yang tidak memiliki ikatan rangkap pada cincin C.
e. Isoflavon
Isoflavon merupakan golongan flavonoida yang jumlahnya sangat sedikit, dan
sukar dicirikan karena reaksinya tidak khas dengan pereaksi warna manapun. Senyawa
ini mempunyai aktifitas biologis sebagai penangkap radikal bebas penyebab kanker
karena berkaitan dengan struktur dan gugus-gugus yang berikatan pada struktur
molekulnya.
f. Antosianin
Antosianin adalah pigmen berwarna merah, ungu, dan biru yang terdapat pada
seluruh tumbuhan kecuali fungi. ebagian besar antosianin dalam bentuk glikosida,
biasanya mengikat satu atau dua unit gula seperti glukosa, galaktosa, ramnosa, dan
silosa. Jika monoglikosida, maka bagian gula hanya terikat pada posisi 3, dan pada
posisi 3 dan 5 bila merupakan diglikosida dan bagian aglikionnya disebut antosianidin.

5
isoflavonoid

Antosianidin flavanones

6
BAB III

PEMBAHASAN

III.1 Struktur Umum Flavanone

7
Flavanon merupakan salah satu dari keton aromatik yang sering terjadi pada tanaman
sebagai glikosida dan yang merupakan bagian dari flavonoid. Flavanon adalah salah satu
dari bagian flavonoid,zat ini larut dalam air.Flavanon (juga disebut dihidroflavon ) dan
dihidroflavonol (juga disebut 3-hidroksiflavanon atau flavanonol) tidak memiliki ikatan
rangkap antara karbon 2 dan 3 di dalam cincin-C dari kerangka flavonoid,yang hadir dalam
flavon dan flavonol.
Jenis flavonoid ini mirip dengan jenis flavonoid flavon tetapi pada flavanon tidak
memiliki ikatan rangkap pada cincin C.
Beberapa senyawa yang termasuk kedalam jenis ini adalah Hesperitin (lebih dikenal
sebagai Hesperidin) yang terdapat pada buah jeruk yang diperoleh dalam bentuk
glikosidanya, senyawa ini merupakan suatu aglikon. Senyawa ini juga memiliki efek
sebagai antioksidan dan anti inflamasi pada tubuh manusia.

III.2 Senyawa Hesperidin

8
Hesperidin pertama kali ditemukan oleh Leberton pada tahun 1828 dari Albedo (spon
bagian dalam kulit) jeruk dari famili hesperides dan diberi nama hespeidin. Neohesperidin,
isomer dari hesperidin telah diisolasi bersama-sama dengan hesperidin dari buag jeruk
masam belum masak yang ditanam di Eropa. Neohesperidin merupakan senyawa pahit
yang terdapat dalam buah jeruk, sedangkan hesperidin merupakan senyawa yang tidak
pahit, dan merupakan senyawa flavonoid yang dominan dalam lemon dan jeruk yang
biasanya manis.(Hardjono. 1996 : 221).

III.3 Tanaman Penghasil Senyawa

Hesperidin yang diisolasi berasal dari kulit buah dari tanaman jeruk manis (Citrus
sinensis) yang diperoleh dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan
Obat Tradisional (B2P2TO2T) Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Determinasi dilakukan dengan melihat ciri-ciri tanaman buah jeruk manis (Citrus sinensis)
yang diperoleh dari B2P2TO2T Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Hasil determinasi ini sesuai dengan kunci determinasi menurut Becker (1968).

III.4 Ekstraksi, Pemisahan dan Identifikasi

III.4.1 Ekstraksi dan Pemisahan


Ekstraksi Hesperidin pada kulit buah Jeruk Manis terlebih dahulu dilakukan
penetapan kadar air untuk dengan Moisture Balance selama 30 menit untuk sekali
perlakuan, lalu ditunggu hingga konstan dan dilihat hasil kadar air dalam satuan
persen b/b (%). Identifikasi kulit buah jeruk dimaksudkan untuk menetapkan
kebenaran sampel kulit buah jeruk. Selanjutnya dilakukan ekstraksi dimana
penyiapan sampel terlebih dahulu dengan menambahkan 100 ml air panas pada
serbuk setinggi 1 cm pada tabung reaksi kemudian dididihkan selama 15 menit
dan filtrat disaring setelah dingin, selanjutnya disebut filtrat serbuk.

9
Setelah menjadi filtrat serbuk, kemudian serbuk dijadikan pembuatan
ekstrak metanolik kulit buah jeruk. Serbuk dari masing-masing kulit buah jeruk
ditimbang 50 g, dibungkus dan dimasukkan ke dalam alat soxhlet. Soxhletasi
dilakukan menggunakan pelarut petroleum eter sampai mendidih. Selanjutnya
ampas yang bebas lipid disoxhletasi menggunakan metanol sampai hasilnya tidak
berwarna. Hasil soxhletasi diuapkeringkan, kemudian ekstrak dikristalkan dengan
penambahan asam asetat glasial yang selanjutnya disebut isolat kulit buah jeruk
(Krishnawasmy, 1996).

III.4.2 Identifikasi

Identifikasi adanya flavonoid isolat kulit buah jeruk dilakukan


menggunakan reaksi kimia warna yaitu dengan uji Shinoda. Isolat ditambahkan
dengan serbuk magnesium ditambah etanol 70% ditambah asam klorida pekat
setetes demi setetes, bila terjadi warna ungu, maka positif untuk flavonoid
(Krishnawasmy, 1996).
1. Identifikasi isolat dengan KLT
Isolat diidentifikasi secara kromatografi lapis tipis menggunakan fase gerak
TBA (t-butanol:asam asetat: air dengan perbandingan 3:1:1 dan fase diam
selulosa dan silika gel GF254. Isolat dan pembanding, masing-masing
dilarutkan dalam metanol kemudian ditotolkan pada fase diam dan
dikembangkan dengan fase gerak sampai batas eluasi, selanjutnya dikeringkan
dan dilakukan identifikasi noda di bawah sinar UV 366 nm. Digunakan uap
amonia sebagai penampak noda kemudian dihitung nilai Rf. Nilai Rf yang
diperoleh dari isolat dibandingkan dengan nilai Rf pembanding hesperidin.
2. Penentuan jarak leleh
Penentuan jarak leleh isolat kulit bua jeruk manis dengan alat elektro thermal
meltin point apparatus. Glikosida flavonoid (hesperidin memisah keluar
sebagai serabut-serabut yan tidak berwarna, dengan jarak leleh 2520C-2540C.
Identifikasi isolat dengan spektrofotometer UV Spektrum serapan kandungan
kimia tumbuhan dapat diukur dalam larutan yang encer dengan blanko pelarut
metanol menggunakan spektrofotometer UV, senyawa yang tidak berwarna

10
nampak pada rentang 200-400 nm, senyawa berwarna nampak pada rentang
200- 700 nm.
3. Identifikasi isolat dengan IR
Cuplikan yang berupa cairan ditempatkan dalam film tipis di antara dua lapis
KBr yang transparan terhadap infra merah. Karena digunakan KBr dan harus
dijaga tetap kering dan selalu dipegang pada ujung-ujungnya
(Sastrohamidjojo, 2001).

III.5 Hasil dan Pembahasan


III.5.1 Determinasi tanaman buah jeruk manis (Citrus sinensis (L.) Osbeck)
Rujukan determinasi menggunakan buku Backer (1968) diperoleh hasil
determinasi buah jeruk manis sebagai berikut :

III.5.2 Hasil Pembuatan Serbuk


Kulit buah jeruk manis diserbuk dengan blender diperoleh serbuk dengan bobot
400g dengan rendemen pengeringan 7,63% b/b dan susut pengeringan 92,36%
b/b.
III.5.3 Hasil penetapan kadar air dan Identifikasi kandungan kimia serbuk
Kadar air serbuk kulit buah jeruk manisdiukur dengan menggunakan alat
moisture balance dan diperoleh hasil prosentase penetapan kadar air sebesar
8,82% b/v. Identifikasi kandungan kimia serbuk kulit buah jeruk manis dapat
dilihat pada Tabel 1.

11
Hasil positif identifikasi kandungan kimia, menunjukan bahwa serbuk kulit buah
jeruk manis mengandung senyawa flavonoid, saponin, minyak atsiri yang sesuai
dengan pustaka.

III.5.4 Hasil ekstraksi serbuk kulit buah jeruk manis


Serbuk kulit buah jeruk manis sebanyak 50 g disoxhletasi dengan pelarut
petroleum eter. Soxhletasi dilanjutkan dengan menggunakan pelarut metanol.
Hasil ekstrak soxhletasi dapat dilihat pada Tabel 2.

III.5.5 Hasil Identifikasi Kandungan Flavonoid Isolat Kulit Buah Jeruk


Hasil identifikasi kandungan flavonoid dari isolat kulit buah jeruk manis
menggunakan uji shinoda memberikan warna ungu.
1. Hasil Identifikasi Isolat dengan KLT

12
Isolat setelah dilarutkan dengan pelarut metanol dilakukan pemeriksaan KLT
menggunakan fase diam selulosa dan fase gerak TBA (3:1:1) didapatkan hasil
berupa noda yang berwarna kuning muda setelah diuapi dengan uap amonia
berwarna kuning terang dibawah sinar UV 366 nm, sedangkan pemeriksaan
KLT menggunakan fase diam silika gel GF254 dan fase gerak TBA (3:1:1)
didapatkan hasil berupa noda yang berwarna coklat muda setelah diuapi
dengan uap ammonia berwarna kuning terang di bawah sinar UV 366 nm.

Kemurnian dari isolat hesperidin dapat dilihat dari hasil pemeriksaan KLT
dengan fase diam selulosa dan silika Gel GF254 menunjukan noda yang
tunggal baik di bawah sinar UV 366 nm maupun diuapi dengan amonia dan
nilai Rf sama dengan pembanding.
2. Hasil Penentuan Jarak Leleh

13
Penentuan jarak leleh isolat kulit bua jeruk manis dengan alat elektro thermal
melting point aparatus didapatkan hasil 258 C-262 C sedangkan hesperdin
0 0

pembanding jarak lelehnya adalah 258 C-262 C.


0 0

3. Hasil Identifikasi Isolat dengan Spektrofotometri UV


Spektrum serapan UV dari isolat kulit buah jeruk manis memiliki 2 puncak
yaitu 280 nm dan 229 nm dengan harga absorbansi 2,0918 dan 4,0840,
sedangkan Hesperdin pembanding spektrum serapan UV memiliki 2 puncak
yaitu 282 nm dan 228 nm dengan harga absorbansi 2,3087 dan 4,0610. Hasil
spektrum serapan UV isolat dan pembanding selengkapnya dapat dilihat
pada Gambar 2 dan 3.

Hasil spektrum UV dari isolat kulit buah jeruk manis menunjukan adanya dua
puncak yaitu sinamoil dengan panjang gelombang maksimum 280 nm dan
puncak benzoil dengan panjang gelombang maksimum 229 nm. Sedangkan
hesperidin sebagai pembanding sinamoil pada 282 nm dan benzoil 228 nm.

14
Berdasarkan hasil spektrum UV, isolat kulit buah jeruk manis dengan
hesperidin terjadi perbedaan spektrum karena adanya pergeseran batokromik
dan efek hipsokromik.
4. Hasil Identifikasi Isolat dengan IR
Gugus fungsi dari isolat kulit buah jeruk manis yang muncul pada spektrum
dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel tersebut terlihat bahwa analisis spektrum
IR senyawa hesperidin dari isolat kulit buah jeruk manis menunjukkan
serapan-serapan yang identik dengan pembanding. Hasil spektra IR senyawa
hesperidin yang terkandung didalam kulit buah jeruk manis didapatkan
gugus-gugus O-H fenolik, keton, alkana: (-CH3, -CH), C=C aromatis, C-O-
C asimetrik, trisubstitusi (1,2,4).

15
BAB IV
KESIMPULAN

1. Hesperidin merupakan senyawa flavonoid golongan Flavanon yag berasal dari tanaman
Citrus sp.
2. Hesperidin ini pada umumnya memberikan efek antioksidan terhadap tubuh dan sumber
vitamin C.

16
3. Penelitian yang dilakukan untuk memperoleh Hesperidin menggunakan buah jeruk manis
dan dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kulit buah jeruk manis (Citrus
sinensis) mengandung Hesperidin.

DAFTAR PUSTAKA

Backer, CA., Van Den Brink Jr, RCB. 1968. Flora of Java, Vol I-II, Noordh off Gronigen,
Netherlands.

Harborne,JB. 1987. Phyctochemical Methods, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, ITB,


Bandung.

Hanson, J.R. 2003. Natural Products : The Secondary Metabolites. Royal Society of Chemistry.
Cambridge.

17
Health, V. 2004. Seluk Beluk Food Suplemen,, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Krishnawasmy, RN. 1996. Learning Organic Chemistry Thourgh natural Products, Bungalore,
India.

Sastrohamidjojo, H. 2001. Spektroskopi. Liberty.Yogyakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai