Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH FARMASI VETERINER

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN OBAT HEWAN BENTUK CAIR

Makalah

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas farmasi veteriner

Disusun oleh :

Syifa Nurul Aini A 161 009

Moch. Yoga Iswara A 161 010

Puji Indriani A 161 029

Fitriyani A 161 030

Nadia Romadhona A 161 031

Nurul Husna A 183 030

Rina Mardyah A 183 035

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA


YAYASAN HAZANAH
BANDUNG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia kesehatan hewan ataupun dunia veteriner, yaitu segala


sesuatu yang berhubungan dengan hewan dan segala penyakit-penyakitnya.
Dunia kesehatan, sangat erat kaitannya dengan adanya penyakit, karena bila
hewan terkena penyakit maka dibutuhkan pengobatan agar hewan dapat sehat
kembali, serta tidak membahayakan atau menularkan penyakitnya pada hewan
lain atau manusia.

Penyakit pada hewan ternak dan peliharaan, terutama diakibatkan oleh


infeksi, meliputi infeksi bakteri, jamur, virus, protozoa, cacing dan penyakit infeksi
parasit lainnya. Lingkup farmasi veteriner (farmasi untuk hewani) yaitu antibiotik
atau kemoterapeutik, vaksin, serum, serta vitamin. Untuk penyakit pada hewan
ternak khususnya penyakit infeksi

Komposisi pada obat hewan kemungkinan terdapat obat yang sama


dengan obat bagi manusia, namun ada pula yang berkomposisi khusus untuk
penggunaan dalam veteriner. Hal ini perlu diperhatikan, selain harus
memperhatikan dosis yang diberikan agar dapat efektif dalam penyembuhan
penyakit. Dalam pembuatan obat hewan pun harus benar-benar memenuhi
aturan agar dihasilkan obat hewan yang memenuhi standar mutu, layak, dan
aman.
Sama halnya pada pembuatan obat untuk manusia, pembuatan obat
hewan menggunakan aturan pembuatan obat khusus untuk hewan yaitu, CPOHB
atau Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik. Tujuan dibuatnya peraturan ini
adalah agar menghasilkan obat hewan yang aman, layak dan berkualitas.
Oleh karena itu, penyusun akan menjelaskan CPOHB atau Cara Pembuatan Obat
Hewan yang Baik.

1
2

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui pedoman Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik
(CPOHB)
b. Untuk mengetahui formulasi obat cair hewan
c. Untuk mengetahui zat aktif dari sediaan cair hewan
d. Evaluasi bentuk sediaan cair hewan

1.3 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan pedoman Cara Pembuatan Obat Hewan


yang Baik (CPOHB)
b. Bagaimana formulasi obat cair hewan
c. Apa saja zat aktif sediaan cair hewan
d. Bagaimana evaluasi setiap bentuk sediaan cair hewan
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 CPOHB atau Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik

Cara pembuatan obat hewan yang baik (CPOHB) menyangkut seluruh


aspek produksi dan pengendalian mutu serta bertujuan untuk menjamin agar
produk obat hewan yang dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang
telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya.

Pada pembuatan obat hewan, pengawasan menyeluruh adalah sangat


esensial untuk menjamin bahwa konsumen hanya mempergunakan obat hewan
yang bermutu tinggi. Pembuatan secara sembarangan tidak dapat dibenarkan
bagi obat hewan yang digunakan untuk menyelamatkan atau memulihkan atau
memelihara kesehatan hewan.

Obat hewan tidak cukup hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian,
tetapi yang sangat penting adalah mutu obat hewan harus dibentuk kedalam
produk tersebut. Mutu obat hewan tergantung pada bahan awal, proses
pembuatan dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan yang dipakai dan
personalia yang terlibat dalam pembuatan obat hewan.

Untuk menjamin mutu suatu obat hewan tidak boleh mengandalkan


hanya pada suatu pengujian tertentu saja. Semua obat hewan yang dibuat
hendaklah dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau dengan cermat.

CPOHB ini merupakan pedoman yang bertujuan untuk memastikan agar


sifat dan mutu obat hewan yang dihasilkan sesuai dengan yang dikehendaki, bila
perlu dapat dilakukan penyesuaian syarat bahwa standar mutu obat hewan yang
telah ditentukan tetap dicapai.
4

Penerapan CPOHB dalam industri obat hewan, sekurang kurangnya mencakup


hal-hal berikut ini ;

1. Produk dan Proses Produksi


Aspek yang dilihat yaitu mulai dari bahan baku obat hewan, proses
produksi, hingga menjadi produk obat yang sudah jadi.
2. Pekerja
Aspek pekerja diterapkan untuk peningkatan kompetensi pekerja melalui
perbaharuan pengetahuan dan kemampuan baik hardskill (teknis)
maupun dari segi softskill (sikap dan motivasi diri) harus selalu dilakukan
agar pengetahuan mengenai hal-hal yang baru dalam system CPOHB
dapat diketahui dan diterapkan oleh pekerja.
3. Lingkungan
Aspek lingkungan ini ditujukan untuk kelestarian lingkungan disekitar
industry serta masyarakat di sekitar industry berada.
4. Inspeksi Diri
Inspeksi diri berkala dapat dilakukan melalui audit internal yang dilakukan
untuk mengevaluasi setiap lini atau poindalam proses produksi. Tujuannya
untuk melaksanakan CPOHB dengan baik, mengetahui gambaran
keberhasilan pelaksanaan CPOHB dalam perusahaan, serta untuk
mengetahui kekurangan dan memberikan masukan agar CPOHB bias
diterapkan lebih baik lagi.
5. Dokumentasi dan Penanganan Keluhan
Setiap proses produksi yang berlangsung, bahan baku, dan produk obat
hewan jadi yang dihasilkan selaluter dokumentasi. Hal ini bertujuan agar
produk obat hewan yang dihasilkan selalu berkualitas, aman, dan
terstandarisasi. Selain itu, bila ada complain atau keluhan konsumen
dapat ditangani dan ditelusuri dengan cepat dan mudah karena ada
dokumentasi yang sudah dibuat, jadi penanganan keluhan dapat diatasi
cepat dan tepat.
5

2.1 Formulasi Obat Cair Hewan dan Zat Aktifnya


a. Injeksi
INTERMECTIN
Komposisi :
Tiap ml intermectin mengandung :
Invermectin 10mg
Indikasi :
Pengobatan terhadap ektoparasit dan endoparasit seperti cacing pada
saluran pencernaan, cacing paru-paru, cacing hidung, kutu, tungau
dan caplak pada sapi, kambing, domba, babi, anjing dan kucing.
Dosis dan cara pemakaian :
Injeksi subkutan
Sapi dan kerbau : 1ml/ 50kg berat badan.
Kambing dan domba : 0,5ml/ 25kg berat badan.
Babi : 1ml/ 33kg berat badan.
Anjing dan kucing : 0,02ml/ kg berat badan.
Kemasan botol 10ml dan 50ml (KEMENTAN RI No. I. 16042919 PKC.1)
b. Larutan
INTROVIT
Tiap ml introvit oral mengandung :
Vitamin A 10.000 IU.
Vitamin D3 1.000 IU.
Vitamin E 15,0 mg.
Vitamin B1 1,5 mg.
Vitamin B2 3,0 mg.
Vitamin B6 3,0 mg.
Vitamin C 20,0 mg.
Vitamin B12 30,0 mg.
Ca-pntothenat 10,0 mg.
Vitamin K3 1,0 mg.
Nicotinamide 20,0 mg.
Folid acid 150,0 mcg
Botin 125,0 mcg
Choline chloride 25,0 mg
Alanine 2,4 mg
Aspartic acid 6,3 mg
Cysteine 0,1 mg
Glutamic acid 10,0 mg
Iso-leucine 1,5mg
Leucine 3,3 mg
Lysine 12,7mg
6

Methionin 10,6mg
Phenyl alanine 2,1mg
Proline 2,7mg
Serine 2,4mg
Threonine 1,5mg
Tryptophane 0,1mg
Valine 1,5mg
Tyrosine 1,2mg
Glycine 8,1mg
Histidine 1,2mg
Indikasi :
Mempercepat pertumbuhan dan pertambahan berat badan
Meningkatkan produksi telur yang optimal dan mempertahankan
puncak produksi yang lama
Meningkatkan daya tahan tubuh, mengatasi stress dan memulihkan
stamina
Meningkatkan kualitas daging, telur dan susu
Meningkatkan fertilasi dan daya tetas telur
Mencegah penurunan produksi telur pada saat sakit, stress, pindah
kandang dan perubahan cuaca
Mencegah defisiensi vitamin dan asam amino
Dosis dan cara pemakaian :
Sapi, kambing, domba : 1gr/ 40kg berat badan
Babi : 1gr/ 4liter air minum atau 1kg/ 2ton pakan
Ayam : 1gr/ 4liter air minum
Pemakaian selama 3-5 hari berturut-turut
Kemasan botol 100ml dan 1000ml
KEMENTAN RI No. I. 1108593 PTC.1
c. Syrup
ALBENWORM SYRUP
Tiap ml mengandung albendazole 20mg
Indikasi :
Membasmi cacing gilig, cacing paruh, cacing pita dan cacing hati pada
anjing
Dosis dan cara pemakaian :
5ml ( 1 sendok teh ) / 20 kg bobot badan
Kemasan botol 120ml
d. Suspensi
Pyronil
Tiap liter mengandung albendazole 125 gr ( 12,5%)
Indikasi :
7

Mencegah dan mengobati infeksi cacing pada sapi, kambing, domba,


kuda, babi dan unggas seperti : cacing hati fasciola gigantica, fasciola
hepatica dan dicrocoeleum lanceatum, cacing paru dictyocaolus
viviparous dan D. Filaria, cacing pita moniezia sp, raillietina tetragona.
Dosis dan cara pemakaian :
Diberikan secara oral
Sapi : 6ml/ 100 kg berat badan
Kambing dan domba : 2ml/ 50kg berat badan
Kuda : 4ml/ 100kg berat badan
Babi : 2-4ml / 50kg berat badan
Unggas : 0,2ml/ kg berat badan
Kemasan botol 100ml, jerigen 1liter ( 1000ml)
2.2 Evaluasi sediaan
2.2.1 Evaluasi Pada Sediaan Injeksi
A. Evaluasi Fisik
1. Penetapan pH
Nilai pH dalam darah normal 7,35 – 7,45
Cara kerja : Larutan dapar untuk pembakuan buat menurut petunjuk
sesuai tabel. Simpan dalam wadah tahan bahan bahan kimia,
tertutup rapat, sebaiknya dari kaca tipe 1. Larutan segar sebaiknya
dibuat dengan interval tidak lebih dari 3 bulan. Tabel berikut
menunjukkan pH dari larutan dapar sebagai fungsi dari suhu.
Petunjuk ini digunakan untuk pembuatan larutan dapar dengan kadar
molal sebagaimana disebutkan. Untuk memudahkan, petunjuk
diberikan dengan pengenceran hingga volume 1000 ml. bukan
dengan menyebutkan penggunaan 1000 g pelarut yang merupakan
dasar system molalitas dari kadar larutan. Jumlah yang disebutkan
tidak dapat secara sederhana diperhitungkan tanpa informasi
tambahan.
2. Penetapan Volume Injeksi dalam Wadah
Bertujuan untuk menetapkan volume injeksi yang dimaksudkan
dalam wadah agar volume injeksi yang digunakan tepat/sesuai
dengan yang tertera pada penandaan (volume injeksinya itu harus
dilebihkan. Kelebihan volume yang dianjurkan dipersyaratkan dalam
FI IV).
8

Cara kerja
a. Pilih satu atau lebih wadah, bila volume 10 ml atau lebih,
b. 3 wadah atau lebih bila volume lebih dari 3 ml dan kurang dari
10 ml, atau 5 wadah atau lebih bila volume 3 ml atau kurang.
c. Ambil isi tiap wadah dngan alat suntik hipodermik kering
berukuran tidak lebih dari 3 kali volume yang akan diukur dan
dilengkapi dengan jarum suntik nomor 21, panjang tidak
kurang 2,5 cm.
d. Keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat suntik
dan pindahkan isi dalam alat suntik. Tanpa mengosongkan
bagian jarum kedalam gelas ukur kering volume tertentu yang
telah dibakukan sehingga volume yang diukur memenuhi
sekurang-kurangnya 40% volume dari kapasitas tertera (garis-
garis penunjuk volume gelas ukur menunjuk volume yang
ditampung, bukan yang dituang).
3. Bahan Partikulat dalam Injeksi
Bertujuan untuk larutan injeksi, termasuk larutan yang dikonstitusi
dari zat padat steril untuk penggunaan parenteral, harus bebas dari
partikel yang dapat diamati pada pemeriksan secara visual.
Cara pengerjaan : Dua prosedur untuk penetapan bahan partikulat
dicantumkan berikut ini, berbeda sesuai dengan volume yang tertera
pada etiket wadah. Semua injeksi volume besar untuk infuse dosis
tunggal, dan injeksi volume kecil yang ditetapkan dalam persyaratan
monografi, harus memenuhi batas bahan partikulat seperti yang
tertera pada uji yang digunakan.
4. Uji Kebocoran
Bertujuan untuk memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga
sterilitas dan volume serta kestabilan sediaan.
Cara pembuatan : Pada pembuatan secara kecil-kecilan hal ini dapat
dilakukan dengan mata tetapi dalam jumlah besar hal ini tidak
mungkin bisa dikerjakan. Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan
terbalik yaitu dengan cara unjungnya di bawah.ini digunakan pada
9

pembuatan dalam skala kecil. Jika terjadi kebocoran maka larutan ini
akan keluar dari dalam wadah dan wadah menjadi kosong. Wadah-
wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus diperiksa
dengan memasukkan wadah-wadah tersebut eksikator, yang
kemudian divakumkan. Jika terjadi kebocoran larutan akan diserap
keluar. oleh karena itu, harus dijaga agar jangan sampai larutan yang
keluar, diisap kembali jika di vakum dihilangkan.
5. Uji Kejernihan dan Warna
Setiap larutan obat suntik harus jernih dan bebas dari kotoran
sehingga diperlukan uji kejernihan secara visual.
Prosedur : wadah-wadah kemasan akhir diperiksa satu persatu
dengan menyinari wadah dari samping. Dengan latar belakang sehelai
papan yang separuhnya di cat berwarna hitam dan separuhnya lagi di
cat berwarna putih. Latar belakang berwarna hitam dipakai untuk
menyelidiki kotoran yang berwarna muda, sedangkan yang berlatar
putih untuk kotoran-kotoran berwarna gelap. Jika tidak ditemukan
kotoran dalam larutan maka larutan tersebut sudah memenuhi
syarat.
6. Kejernihan Larutan
Bertujuan untuk sediaan infus atau injeksi yang berupa larutan harus
jernih dan bebas dari kotoran, maka perlu dilakukan uji kejernihan
secara visual.
Cara pengerjaan : Penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar
berdiameter 15 mm hingga 25 mm, tidak berwarna, transparan, dan
terbuat dari kaca netral. Masukkan kedalam dua tabung reaksi
masing-masing larutan zat uji dan suspense padanan yang sesuai
secukupnya. Setelah itu, bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit
pembutan suspense padanan, dengan dengan latar belakang hitam.
Pengamatan dilakukan dibawah cahaya yang terdifusi, tegal lurus
kearah bawah tabung.
7. Uji Keseragaman Sediaan
10

Ada 2 metode, yaitu keseragaman bobot dan keseragaman


kandungan.
a. Keseragaman bobot. Sediaan pada steril untuk parenteral :
timbang secara seksama 10 vial satu persatu, beri identitas
tiap vial. Keluarkan isi dengan cara yang sesuai. Timbang
seksama tiap vial kosong, dan hitung bobot netto dari tiap isi
vial dengan cara mengurangkan bobot vial dari masing-masing
bobot sediaan (bobot vial yang ada isinya).
b. Keseragaman kandungan. Sediaan pada steril dalam dosis
tunggal : Tetapkan kadar 10 vial satu persatu, seperti pada
penetapan kadar dalam masing-masing monografi kecuali
dinyatakan lain dalam uji keseragaman kandungan.
B. Evaluasi Biologi
1. Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba
Bertujuan untuk menunjukkan efektifitas pengawet antimikroba yang
ditambahkan pada sediaan dosis ganda yang dibuat dengan dasar atau
bahan pembawa air seperti produk-produk parenteral, telinga, hidung,
dan mata yang dicantumkan pada etiket produk yang bersangkutan.
Cara pengerjaan : Jika wadah sediaan dapat ditembus secara aseptic
menggunakan jarum suntik melalui sumbat karet. Lakukan pengujian
pada 5 wadah asli sediaan. Jika wadah sediaan tidak dapat ditembus
secara aseptic, pindahkan 20 ml sampel ke dalam masing-masing 5
tabung bakteriologik tertutup berukuran sesuai dan steril.
2. Uji Kandungan Zat Antimikroba
Bertujuan untuk menunjukkan bahwa zat yang tertera memang ada
tetapi tidak lebih dari 20% dari jumlah yang tertera pada etiket.

3. Uji Pirogen
Bertujuan untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat yang
dapat diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi.
Cara pengerjaan: Lakukan pengujian dalam ruang terpisah yang
khusus untuk uji pirogan dan kondisi lingkungan yang sama dengan
11

ruang pemeliharaan, bebas dari keributan yang menyebabkan


kegelisahan. Kelinci tidak diberi makan selama waktu pengujian,
apabila pengujian menggunakan termistor, masukkan kelinci kedalam
kotak penyekap, sehingga kelinci tertahan dengan letak leher yang
longgar. Tidak lebih dari 30 menit sebelum penyuntikan larutan uji,
tentukan “suhu awal” masing-masing kelinci yang merupakan dasar
untuk menentukan kenaikan suhu. Suhu tiap kelinci tidak boleh lebih
dari 1°c dan suhu setiap kelinci tidak boleh > 39,8°.
4. Penetapan Potensi Antimikroba (untuk zat aktif antibiotik)
Bertujuan untuk mengetahui aktivitas (potensi) antibiotik
Metode : Lempeng silinder atau tabung.
Prinsip : Metode lempeng silinder berdasarkan difusi antibiotik dari
silinder yang dipasang tegak lurus pada lapisan agar padat dalam
cawan petri.sehingga mikroba yang di tamabahkan di hambat
pertumbuhannya pada daerah berupa lingkaran atau zona di sekeliling
silinder yang berisi larutan antibiotik.
5. Uji Endokrin Bakteri
Bertujuan untuk memperkirakan kadar endotoksin bakteri yang
mungkin ada di dalam atau pada bahan uji.
Prinsip : pengujian dilakukan menggunakan limulus amebocyte lysate
(LAL). Deteksi dilakukan dengan metode turbidimetri atau kolorimetri,
penetapan titik akhir reaksi dilakukan dengan membandingkan
langsung enceran dari zat uji dengan enceran endotosin baku, dan
jumlah endotoksin dinyatakan dalam unit endotoksin (UE).

2.2.2 Evaluasi Sediaan Suspensi


1. Tampilan Warna, Bau, dan Rasa
Karakteristik ini sangat penting pada suspensi yang diberikan secara oral.
Variasi warna mengidentifikasikan distribusi yang buruk dan/ atau
perbedaan ukuran partikel. Variasi rasa terutama konstituen aktif sering
disebabkan oleh perubahan ukuran partikel, bentuk kristal, dan disolusi
12

artikel. Perubahan warna, bau, rasa dan tampilan dapat pula


mengindikasikan ketidakstabilan kimia.
2. Penetapan Bobot Jenis
Bobot jenis suatu suspensi mrupakan parametr penting. Penurunan bobot
jenis sering merupakan indikasi keberadaan udara (gelembung) yang
terperangkap dalam struktur suspensi. Pengukuran bobot jenis pada
temperatr terperangkap dalam struktur suspensi. Pegukuran bobot jenis
pada temperatur tertentu harus dibuat dengan menggunakan suspensi
yang dicampur dengan baik dan uniform menggunakan fasilitas
hidrometer posisi untuk pengukuran.
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan
bobot jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain,
didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25°
terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila suhu
ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat
di udara pada suhu yang telah ditetapkan terhadap bobot air dengan
volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu 25° zat berbentuk padat,
tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada masing-masing
monografi, dan mengacu pada air pada suhu 25°.
Prosedur : Gunakan piknometer bersih, kering, dan telah dikalibrasi
dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru
dididihkan, pada suhu 25°. Atur hingga suhu zat uji lebih kurang 20°,
masukkan ke dalam piknometer. Atur suhu piknometer yang telah diisi
hingga suhu 25°, buang kelebihan zat uji dan timbang. Kurangkan bobot
piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah diisi. Bobot jenis
suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan
bobot air dalam piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi
keduanya ditetapkan pada suhu 25°.
3. Homogenitas
Prosedur homogenitas atau yang disebut dengan uji keseragaman
kandungan obat ini sangat penting untuk dilakukan, baik dengan unit
13

penggunaan volume (misalnya 5 ml cairan oral atau aktuasi


penyemprotan dari suatu produk inhalasi) maupun dengan pengambilan
sampel dari kontener yang dicampur, baik diambil dari bagian atas,
tengah, maupun dari bawah suspensi.
Homogenitas dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel maupu
distribusi ukuran partikelnya dengan pengambilan sampel pada berbagai
tempat (ditentukan menggunakan mikroskop untuk hasil yang lebih
akurat). Jika sulit dilakukan atau membutuhkan waktu yang lama,
homogenitas dapat ditentukan secara visual.
Pengambilan sampel dapat dilakukan pada bagian atas, tengah, atau
bawah. Sampel diteteskan pada kaca objek kemudian diratakan dengan
kaca objek lain sehingga terbentuk lapisan tipis. Suspensi yang homogen
akan memperlihatkan jumlah atau distribusi ukuran partikel yang relative
hampir sama pada berbagai tempat pengambilan sampel (suspense
dikocok terlebih dahulu).
4. Volume Terpindahkan
Uji berikut dirancang sebagai jaminan bahwa larutan oral dan suspense
yang dikemas dalam wadah dosis ganda, dengan olume yang tertera pada
etiket tidak lebih dari 250 ml, yang tersedia dalam bentuk sediaan cair
atau sediaan cair yang dikonstitusi dari bentuk padat dengan volume yang
ditentukan, jika dipindahkan dari wadah asli, akan memberikan volume
sediaan seperti yang tertera pada etiket. Untuk penetapan volume
terpindahkan, pilih tidak kurang dari 30 wadah, dan selanjutnya ikuti
prosedur berikut untuk bentuk sediaan tersebut. Larutan oral, suspensi
oral, dan sirup dalam wadah dosis ganda, kocok isi 10 wadah satu persatu.
Serbuk dalam wadah dosis ganda yang mencantumkan penandaan
volume untuk larutan oral atau suspensi oral yang dihasilkan bila serbuk
dikonstisusi dengan sejumlah pembawa seperti tertera pada etiket,
konstitusi 10 wadah dengan volume pembawa seperti tertera pada etiket
diukur secara saksama, dan campur.
14

Prosedur : Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur
kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah
kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi, secara hati-hati untuk
menghindarkan pembentukan gelembung udara pada waktu penuangan
dan diamkan selama tidak lebih dari 30 menit. Jika telah bebas dari
gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran: volume rata-rata
larutan, suspensi, atau sirup yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang
dari 100%, dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95% dari
volume yang dinyatakan pada etiket. Jika A adalah volume rata-rata
kurang dari 100% tertera pada etiket akan tetapi tidak ada satu wadahpun
volumenya kurang dari 95% dari volume yang tertera pada etiket, atau B
tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95%, tetapi tidak kurang
dari 90% dari volume yang tertera pada etiket, lakukan pengujin terhadap
20 wadah tambahan. Volume rata-rata larutan, suspensi, atau sirup yang
diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100% dari volume yang tertera
pada etiket, dan tidak lebih dari satu dari 30 wadah volume kurang dari
95%, tetapi tidak kurang dari 90% seperti yang tertera pada etiket.
5. Penetapan Kekentalan
Kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan
hambatan untuk mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang
diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu
permukaan datar melewati permukaan datar lain dalam kondisi mapan
tertentu bila ruang di antara permukaan tersebut diisi dengan cairan yang
akan ditentukan kekentalannya. Kekentalan adalah tekanan geser dibagi
laju tegangan geser. Satuan dasarnya yaitu poise; namun oleh karena
kekentalan yang diukur umunya merupakan harga pecahan poise, maka
lebih mudah digunakan satuan dasar sentipoise (1 poise = 100
sentipoise).
Penentuan suhu penting karena kekentalan berubah sesuai suhu; secara
umum kekentalan menurun dengan menaiknya suhu. Kekentalan mutlak
15

dapat diukur secara langsung jika dimensi alat pengukur diketahui dengan
tepat, tetapi pengukuran umumnya lebih praktis dilakukan dengan
mengkalibrasi alat menggunakan cairan yang diketahui kekentalannya,
kemudian kekentalan cairan uji ditetapkan dengan membandingkan
terhadap kekentalan cairan yang telah diketahui.
Metode yang umum digunakan untuk pengukuran kekentalan meliputi
penetapan waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah volume tertentu cairan
untuk mengalir melalui kapiler. Banyak jenis viskosimeter tabung kapiler
telah dirancang, tetapi viskosimetet Ostwald dan Ubbelohde adalah yang
paling sering digunakan. Untuk mengukur kekentalan, suhu zat uji yang
diukur harus dikendalikan dengan tepat, karena perubahan suhu yang
kecil dapat menyebabkan perubahan kekentalan yang berarti. Untuk
pengukuran sediaan farmasi, suhu dipertahankan dalam batas lebih
kurang 0,1.
Viskosimeter Brookfield merupakan viskosimeter banyak titik dimana
dapat dilakukan pengukruan pada beberapa harga kecepatan geser
sehingga diperoleh rheogram yang sempurna. Viskosimeter ini dapat pula
digunakan baik untuk menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton
maupun non-Newton

6. Volume Sedimentasi dan Kemampuan Redispersi


Sampel dimasukkan ke dalam silinder kaca berkalibrasi (100 – 1000 ml)
yang digunakan untuk menentukan stabilitas fisika auapensi. Dapat pula
digunakan untuk menentukan kecepatan sedimentasi dari suspensi
terflokulasi dan terdeflokulasi. Volume sedimen pada kesetimbangan
harus cukup besar untuk menunjang resuspensi yang sama dengan gitasi
cukup intensif. Volume sedimen kesetimbangan harus sama dan
reprodusibel antara satu bets dengan bets selanjutnya.
Karena kemampuan meredispersi kembali merupakan salah satu
pertimbangan utama dalam menaksir penerimaan pasien terhadap suatu
suspensi dan karena endapan yang terbentuk harus dengan mudah
16

didispersikan kembali dengan pengocokan sedang agar menghasilkan


sistem yang homogen, maka pengukuran volume endapan dan mudahnya
mendispersikan kembali membentuk dua prosedur yang paling umum,
diantaranya volume sedimentasi dan tingkat flokulasi.
Kemampuan Redispersi, diantaranya :
a. Metode penentuan reologi dapat digunakan untuk membantu
menentukan perilaku suatu cairan dan penentuan pembawa dan
bentuk struktur partikel untuk tujuan perbandingan.
b. Penentuan redispersi dapat ditentukan dengan cara mengocok
sediaannya dalam wadahnya atau dengan menggunakan pengocok
mekanik. Keuntungan pengocokan mekanik ini dapat memberikan
hasil yang reprodusibel bila digunakan dengan kondisi terkendali.
c. Suspensi yang sudah tersedimentasi (ada endapan) ditempatkan ke
silinder bertingkat 100 mL. Dilakukan pengocokan (diputar) 360˚
dengan kecepatan 20 rpm. Titik akhirnya adalah jika pada dasar
tabung sudah tidak terdapat endapan.

7. Uji Batas Mikroba


Uji batas mikroba dilakukan untuk memperkirakan jumlah mikroba
aerobviabel di dalam semua jenis perbekalan farmasi, mulai dari bahan
baku hingga sediaan jadi, dan untuk menyatakan perbekalan farmasi
tersebut bebas dari spesies mikroba tertentu. Otomatis dapat digunakan
sebagai pengganti uji yang akan disajikan, dengan ketentuan bahwa cara
tersebut sudah divalidasi sedemikian rupa sehingga menunjukkan hasil
yang sama atau lebih baik. Selama menyiapkan dan melaksanakan
pengujian, specimen harus ditangani secara aseptik. Jika tidak dinyatakan
lain, jika disebut “inkubasi”, maka yang dimaksud adalah menempatkan
wadah di dalam ruangan terkendali secara termostatik pada suhu antara
300 dan 350 C selama 24 jam sampai 48 jam. Istilah “tumbuh” ditujukan
17

untuk pengertian adanya dan kemungkinan adanya perkembangan


mikrobaviabel.
8. Pengukuran Partikel
Saat ini dasadari betpa pentingnya distribusi ukuran partikel dalam
pegertian karakterisasi partikel dan pengujian stabilitas fisika. Informasi
yang di dapat dri penggunaan eralatn tersebut meliputi ukuran partikel
purata (rata – rata), distribusi ukuran partikel, konsentrasi partikel,
perkiraan berat molekuler, polidipersitas, bentuk partikel, antaraksi
hidrodinamika, dan mekanisme agregasi.
9. Uji Disolusi
Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari
bentuk sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarutan suatu zat aktif
sangat penting artinya karena ketersediaan suatu obat sangat tergantung
dari kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum
diserap ke dalam tubuh. Obat yang telah memenuhi persyaratan baik dari
waktu hancur, keregasan, keseragaman bobot, dan penetapan kadar,
belum dapat menjamin bahwa suatu obat memenuhi efek terapi. Serbuk
zat padat ditambahkan ke dalam pelarut tanpa pengontrolan terhadap
luas permukaan partikelnya. Sampel diambil pada waktu-waktu tertentu
dan jumlah zat yang larut ditentukan dengan cara yang sesuai.
Cara pengujian ini masih dapat terus berkembang. Pada saat ini
pendekatan yang dilakukan adalah merendam sejumlah kecil suspensi
yang diketahui dalam membran Durpore (poliviniliden flourida) berupa
kantong tertutup (Milipore products, Bedfrod MA) dengan porositas yang
sesuai, seperti kantong teh celup, dan dlam media disolusi yang sesuai
menggunakan Metode I alat dayung menurut USP.
Prinsip kerja alat disolusi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu (Dirjen
POM, 1995) :
a. Alat terdiri dari sebuah wadah tertutup yang terbuat dari kaca
atau bahan transparan yang inert, suatu batang logam yang
digerakkan oleh motor dan keranjang yang berbentuk silinder dan
dipanaskan dengan tangas air pada suhu 370C.
18

b. Alat yang digunakan adalah dayung yang terdiri dari daun dan
batang sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi sedemikian
sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari
sumbu vertikel wadah dan berputar dengan halus tanpa goyangan
yang berarti.
10. pH
Pengukuran pH suspensi harus dilakukan pada temperatur tertentu dan
dilakukan hanya sesudah tercapai kesetimbangan untuk meminimalkan
penyimpangan PH dan penyalutan permukaan elektroda dengan partikel
tersuspensi. Elektrolit jangan ditambahkan pada fasa luar suspensi untuk
menstabilkan PH karena elektrolit netral mengganggu stabilitas fisika
suspensi.

2.2.3 Evaluasi Pada Sediaan Larutan


1. Viskositas
Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan
erat dengan hambatan untuk mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai
gaya yang diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan
suatu permukaan datar melewati permukaan datar lainnya dalam kondisi
mapan tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi dengan
cairan yang akan ditentukan kekentalannya. Untuk menentukan
kekentalan, suhu zat uji yang diukur harus dikendalikan dengan tepat,
karena perubahan suhu yang kecil dapat menyebabkan perubahan
kekentalan yang berarti untuk pengukuran sediaan farmasi. Suhu
dipertahankan dalam batas idak lebi dari 0,1 C.
2. Uji mudah tidaknya dituang
Uji mudah tidaknya dituang adalah salah satu parameter kualitas sirup. Uji
ini berkaitan erat dengan viskositas. Viskositas yang rendah menjadikan
cairan akan smakin mudah dituang dan sebaliknya. Sifat fiik ini digunakan
untuk melihat stabilitas sediaan cair selama penyimpanan.Besar kecilnya
19

kadar suspending agent berpengaruh terhadap kemudahan sirup untuk


dituang. Kadar zat penstabil yang terlalu besar dapat menyebabkan sirup
kental dan sukar dituang.
3. Uji Intensitas Warna
Uji intensitas warna dilakukan dengan melakukan pengamatan pada
warna sirup mulai minggu 0-4. Warna yang terjadi selama penyimpanan
dibandingkan dengan warna pada minggu 0. Uji ini bertujuan untuk
mengetahui perubahan warna sediaan cair yang disimpan Selama waktu
tertentu.
4. Stabilitas Mikrobiologi
Stabilitas mikrobiologi suatu sediaan adalah keadaan di mana sediaan
bebas dari mikroorganisme atau tetap memenuhi syarat batas
mikroorganisme hingga batas waktu tertentu. Stabilitas mikrobiologi pada
sediaan sirup untuk menjaga atau mempertahankan jumlah dan menekan
pertumbuhan mikroorganisme yang terdapat dalam sediaan sirup hingga
jangka waktu tertentu yang diinginkan. Uji stabilitas mikrobiologi sediaan
sirup ; Jumlah cemaran mikroba (uji batas mikroba), untuk sediaan oral
(sirup, tablet, granul, sirup kering, granul) dan rektal:
a. Total bakteri aerob : Tidak lebih dari 10.000 CFU / gram atau ml.
b. Total jamur/fungi : Tidak lebih dari 100 CFU / gram atau ml. Escherichia
coli, staphyloccocus : negatif
c. Uji efektivitas pengawet
d.Untuk sediaan antibiotik dilakukan Penetapan Antibiotik secara
Mikrobiologi
5. Stabilitas Farmakologi
Stabilitas farmakologi pada sediaan sirup dilakukan untuk menjamin
identitas, kekuatan, kemurnian,dan parameter kualitas lainnya dalam
kurun waktu tertentu sehingga efek terapi tidak berubah selarna usia
guna sediaan sirup.
Uji stabilitas farmakologi sediaan sirup :
1. Pemerian : warna, bau, rasa
2. Identifikasi
3. Penetapan Kadar
6. Stabilitas Toksikologi
20

Stabilitas toksikologi sediaan sirup dilakukan untuk menguji kemampuan


suatu produk untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan sepanjang
periode penyimpanan dan penggunaan, sifat dan karakteristiknya sarna
dengan yang dimilikinya pada saat dibuat sehigga tidak terjadi
peningkatan bermakna dalam toksisitas selama usia guna. Uji stabilitas
farmakologi sediaan sirup :
c. Pemerian : warna, bau, rasa
d. Identifikasi
e. Penetapan Kadar
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Sediaan Sirup
1. Faktor Internal
a. Formulasi
b. Kemasan atau wadah primer
2. Faktor Eksternal
a. Suhu
b. pH
c. Pelarut
d. Kelembaban
e. Intensitas Cahaya
21

DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Mentri Pertanian. 1999. Pedoman Cara Pembuatan Obat Hewan Yang
Baik. Jakarta
Departemen Pertanian. 2004. Farmakope Obat Hewan Indonesia. Jakarta
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. jakarta

Anda mungkin juga menyukai