Anda di halaman 1dari 6

Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata.

Pada pembuatan salep mata harus diberikan


perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat
serta memenuhi syarat uji sterilitas (Anonim, 1995).

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.
Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok (Anief, 2000).
Berbeda dengan salep dermatologi, salep mata harus steril. Salep mata harusmemenuhi uji sterilitas
sebagaimana tertera pada kompendia resmi. Jadi, salep mata dapatdiartikan sebagai sediaan setengah
padat yang mudah dioleskan ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit ataupun selaput lendir pada
bagian mata atau sekitarnya,dimana bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep
yang sesuai.

2.2 Tujuan Pemberian Salep Mata

Tujuan utama pemberian salep mata yaitu untuk memperlama kontak obat dengan permukaan mata.

2.3 Indikasi dan Kontra indikasi pemberian obat pada mata

Indikasi

Biasanya obat salep mata digunakan dengan indikasi sebagai berikut :

a. meredakan sementara mata merah akibat iritasi ringan yang dapat disebabkan oleh debu, sengatan
sinar matahari, pemakaian lensa kontak, alergi atau sehabis berenang.

b. antiseptik dan antiinfeksi.

c. radang atau alergi mata.

Kontraindikasi

Obat salep mata yang mengandung nafazolin hidroksida tidak boleh digunakan pada penderita
konjutivitis atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan anak. Kecuali dalam pegawasan dan nasehat
dokter.

2.4 Keuntungan dan kerugian

Keuntungan utama suatu salep mata terhadap larutan untuk mata adalah penambah waktu hubungan
anatara obat dengan obat dengan mata, dua sampai empatkali lebih besar apabila dipakai salep
dibandingkan jika dipakai larutan garam. Satu kekurangan bagi pengggunaan salep mata adalah kaburnya
pandangan yang terjadi begitu dasar salep meleleh dan menyebar melalui lensa kontak. (Ansel, 1989).
Sediaan mata umumnya dapat memberikan bioavailabilitas lebih besar daripada sediaan larutan dalam
air yang ekuivalen. Hal ini disebabkan karena waktu kontak yang lebih lama sehingga jumlah obat yang
diabsorbsi lebih tinggi. Salep matadapat mengganggu penglihatan, kecuali jika digunakan saat akan tidur
(Remington Pharmaceutical Science,1990).

2.5 Syarat-syarat salep mata

1) Salep mata dibuat dari bahan yang disterilkan dibawah kondisi yang benar-benar aseptik dan
memenuhi persyaratan dari tes sterilisasi resmi.

2) Sterilisasi terminal dari salep akhir dalam tube disempurnakan dengan menggunakan dosis yang
sesuai dengan radiasi gamma.

3) Salep mata harus mengandung bahan yang sesuai atau campuran bahan untuk mencegah
pertumbuhan atau menghancurkan mikroorganisme yang berbahaya ketika wadah terbuka selama
penggunaan. Bahan antimikroba yang biasa digunakan adalah klorbutanol, paraben atau merkuri
organik.

4) Salep akhir harus bebas dari partikel besar.

5) Basis yang digunakan tidak mengiritasi mata, membiarkan difusi obat melalui pencucian sekresi
mata dan mempertahankan aktivitas obat pada jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang
sesuai. Vaselin merupakan dasar salep mata yang banyak digunakan. Beberapa bahan dasar salep yang
dapat menyerap, bahan dasar yang mudah dicuci dengan air dan bahan dasar larut dalam air dapat
digunakan untuk obat yang larut dalam air. Bahan dasar salep seperti ini memungkinkan dispersi obat
larut air yang lebih baik tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata.

6) Sterilitas merupakan syarat yang paling penting, tidak layak membuat sediaan larutan mata yang
mengandung banyak mikroorganisme yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. Infeksi
mata dari organisme ini dapat menyebabkan kebutaan, bahaya yang paling utama adalah memasukkan
produk nonsteril kemata saat kornea digososk. Bahan partikulat yang dapat mengiritasi mata
menghasilkan ketidaknyamanan pada pasien. Jika suatu anggapan batasan mekanisme pertahanan mata
menjelaskan dengan sendirinya bahwa sediaan mata harus steril. Air mata tidak seperti darah tidak
mengandung antibodi atau mekanisme untuk memproduksinya. Mekanisme utama untuk pertahanan
melawan infeksi mata adalah aksi sederhana pencucian dengan air mata dan suatu enzim yang
ditemukan dalam air mata (lizosim) yang mempunyai kemampuan menghidrolisa selubung polisakarida
dari beberapa mikroorganisme, satu dari mikroorganisme yang tidak dipengaruhi oleh lizosim yakni yang
paling mampu menyebabkan kerusakan mata yaitu Pseudomonas aeruginosa (Bacilllus pyocyamis).
Infeksi serius yang disebabkan mikroorganisme ini ditunjukka dengan suatu pengujian literatur klinis
yang penuh dengan istilah-istilah seperti enukleasi mata dan transplantasi kornea. Penting untuk dicatat
bahwa ini bukan mikroorganisme yang jarang, namun juga ditemukan disaluran intestinal, dikulit normal
manusia dan dapat menjadi kontaminan yang ada diudara.

Basis salep mata

Dasar salep pilihan untuk salep mata harus tidak mengiritasi mata dan harus memungkinkan difusi
bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekresi cairan mata. Dasar salep mata yang digunakan
juga harus bertitik lebur yang mendakati suhu tubuh. Dalam beberapa hal campuran dari petroletum dan
cairan petrolatum (minyak mineral) dimanfaatkan sebagai dasar salep mata. Kadang-kadang zat yang
bercampur dengan air seprti lanolin ditambahkan kedalamnya. Hal in memungkinkan air dan obat yang
tidak larut dalam air bartahan selama sistem penyampaian (Ansel,1989).

Oculenta, sebagai bahan dasar salep mata sering mengandung vaselin, dasar absorpsi atau dasar salep
larut air. Semua bahan yang dipakai untuk salep mata harus halus, tidak enak dalam mata. Salep mata
terutama untuk mata yang luka. Harus steril dan diperlukan syarat-syarat yang lebih teliti maka harus
dibuat saksama. Syarat oculenta adalah:

1. Tidak boleh mengandung bagian-bagian kasar.

2. Dasar salep tidak boleh merangsang mata dan harus memberi kemungkinan obat tersebar dengan
perantaraan air mata.

3. Obat harus tetap berkhasiat selama penyimpanan.

4. Salep mata harus steril dan disimpan dalam tube yang steril (Anief, 2000).

A.R.Gennaro. 1990. Renntiton’s Pharmacetical Science the edition 18th. Pennsylvania : Mack
Publishing Company.

2. Anonim.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Dirjen POM.

3. Arief, M.2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta : Gadjah Mada University press.

4. Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-
Press).

5. G.Bare, Brenda.C Smeltzer, Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth Edisi 8. Jakarta : EGC.

R.Hayes,L.Kee Joice.1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : EGC

Zat aktif : Kloramfenikol


• Nama Kimia :2,2-Dichloro-N-[(αR,βR)-β-hydroxy-αhydroxymethyl-4-nitrophenethyl]acetamide

• Rumus Molekul : C11H12Cl2N2O5

• BM : 323.1

• CAS : 56-75-7

• Struktur Kimia :

Kloramfenikol

•Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih hingga putih kelabu atau
putih kekuningan;larutan prktis netral terhadap kertas lakmus P; stabil dalam larutan netral atau larutan
agak asam.

•Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam propilenglikol, dalam aseton dan
dalam etil asetat.

•Jarak Lebur: 149o C - 153o C

•pH : antara 4,5 - 7,5; lakukan penetapan menggunakan suspensi dalam air 25 mg per ml.

•Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat (kedap udara). Simpan pada temperatur tidak lebih dari 40
0C

•Dosis : Salep mata  3 -4 x sehari, oleskan pada mata yang sakit; pengobatan harus diteruskan
sedikitnya 48 jam sesudah bagian yang sakit normal kembali. (ISO 2008 hal 218)

•Indikasi: Infeksi pada mata seperti takoma, blefartitis, keratitis, konjungtivitis. (ISO 2008 hal 218)

•Kontra indikasi: Penderita yang sensitif terhadap kloramfenikol.

•Efek samping : Kadang timbul reaksi hipersensitifitas seperti rasa terbakar, gatal, kemerahan, ruam kulit,
bengkak atau tanda-tanda iritasi lain. (ISO 2008 hal 218)

•Bentuk sediaan : Salep mata

•Cara sterilisasi :

-Cara Sterilisasi D

-Semua sediaan steril, dalam proses pembuatannya menggunakan teknik aseptis (semua alat dan bahan
disterilisasi terlebih dahulu sesuai dengan monografi cara sterilisasi masing-masing).
Tentang Chloramphenicol

Golongan Antibiotik

Kategori Obat resep

Manfaat Mengobati infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri

Digunakan oleh Dewasa dan anak-anak

Kategori kehamilan dan menyusui Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan
adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya
boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.

Bentuk obat Tablet, obat tetes, suntik dan topikal (obat oles)

Peringatan:

Harap berhati-hati menggunakan obat ini jika Anda memiliki keluarga dengan riwayat kelainan pada
darah, seperti laju endap darah rendah, anemia, dan trombosit yang rendah.

Waspada bagi penderita penyakit hati, penyakit ginjal, penderita kanker yang sedang menjalani
kemoterapi atau mengonsumsi obat-obatan yang dapat melemahkan sumsum tulang.

Bagi penderita diabetes, obat ini dapat mengubah hasil uji laboratorium. Disarankan untuk berkonsultasi
dengan dokter sebelum melakukan penyesuaian dosis obat diabetes atau perubahan pola makan.

Hindari penggunaan lensa kontak selama menggunakan obat tetes bagi penderita infeksi mata hingga
sepenuhnya pulih.

Jika pandangan menjadi buram setelah menggunakan chloramphenicol, jangan mengemudi sebelum
bisa melihat dengan jelas kembali.

Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

Bagaimana dosis Chloramphenicol untuk orang dewasa?

Untuk dosis salep ophtalmic, gunakan satu tetes setiap 3 jam.

Untuk dosis larutan (obat tetes mata) ophtalmic gunakan satu tetes setiap 1-4 jam.

Bagaimana dosis Chloramphenicol untuk anak-anak?

Untuk dosis salep ophtalmic, gunakan satu tetes setiap 3 jam.


Untuk dosis larutan (obat tetes mata) ophtalmic, gunakan satu tetes setiap 1-4 jam.

Anda mungkin juga menyukai