Anda di halaman 1dari 72

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA OBAT AMLODIPIN DAN VALSARTAN

PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSUD KABUPATEN


BEKASI PADA TAHUN 2019

Skripsi
Untuk melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi
Pada Program Studi Farmasi

Disusun Oleh:
Evi Handayani
1504015142

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2021

i
Skripsi dengan Judul
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA OBAT AMLODIPIN DAN VALSARTAN
PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSUD KABUPATEN
BEKASI PADA TAHUN 2019

Telah disusun dan dipertahankan di hadapan penguji oleh


Evi Handayani , NIM 1504015142

Tanda Tangan
Tanggal

Ketua
Wakil Dekan I
Drs. apt. Inding Gusmayadi, M.Si.

Penguji I
apt. Tuti Wiyati, M.Sc.

Penguji II
apt. Maifitrianti, M.Farm.

Pembimbing I
apt. Nora Wulandari, M.Farm.

Pembimbing II
apt. Septianita Hastuti, M.Sc.

Mengetahui:

Ketua Program Studi


Dr. apt. Rini Prastiwi, M.Si.

Dinyatakan lulus pada tanggal: 25 Februari 2021

ii
ABSTRAK
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA OBAT AMLODIPIN DAN VALSARTAN
PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSUD KABUPATEN
BEKASI PADA TAHUN 2019

Evi Handayani
1504015142

Hipertensi merupakan penyebab utama untuk penyakit kardiovaskular seperti


penyakit stroke, gagal jantung, infark miokard serta dapat menyebabkan kematian.
Menurut WHO dan the international socyti of hypertension (ISH), saat ini terdapat
600 juta penderita hipertensi diseluruh dunia, dan 3 juta diantaranya meninggal
setiap tahunnya diberbagai dunia khususnya indonesia. Pengobatannya dapat
menggunakan terapi dengan amlodipin dan valsartan. Pemakaian obat tersebut
dalam jangka panjang yang akan berdampak pada mahalnya biaya pengobatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis efektivitas biaya amlodipin dan
valsartan diinstalasi rawat inap RSUD Kabupaten bekasi pada tahun 2019. Metode
pengambilan sampel yang digunakan adalah metode retrospektif, berdasarkan data
rekam medik dan data keuangan. Data yang diambil untuk analisis efektivitas
biaya adalah data efektivitas terapi obat dan biaya medik langsung selama
menjalani perawatan dirumah sakit. Sampel yang didapat sebanyak 91 yang
memenuhi kriteria inklusi. Bahwa penggunaan obat valsartan lebih cost effective
dengan nilai ACER sebesar Rp 744,389,29/ hari dan omeprazol sebesar Rp
1,017,500,58/ hari rawat inap.

Kata Kunci : Amlodipin, Cost Effectiveness, Hipertensi, Valsartan.

iii
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas seluruh
rahmat, kemudahan, hidayah, dan keridhaan-nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “ANALISIS
EFEKTIVITAS BIAYA OBAT AMLODIPIN DAN VALSARTAN PADA
PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSUD KABUPATEN BEKASI
PADA TAHUN 2019”.
Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi (S.Farm) pada Program Studi
Farmasi, Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.
Hamka, Jakarta.
Dalam penyelesaian skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan,
bimbingan dan nasehat yang berharga dari semua pihak baik secara langsung,
maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak apt. Dr. Hadi Sunaryo, M.Si., selaku Dekan FFS UHAMKA.
2. Bapak apt. Drs. Inding Gusmayadi, M.Si., selaku Wakil Dekan I FFS
UHAMKA.
3. Ibu Drs. Sri Nevi Gantini, M.Si., selaku Wakil Dekan II FFS UHAMKA.
4. Ibu apt. Ari Widayanti, M.Farm., selaku Wakil Dekan FFS UHAMKA.
5. Bapak Anang Rohwiyono, M.Ag., selaku wakil dekan FFS UHAMKA.
6. Ibu apt. Kori Yati, M.Farm., selaku Ketua Program Studi FFS UHAMKA.
7. Ibu Rindita, M.Si., selaku Pembimbing Akademik selama penulis mengikuti
perkuliahan dikampus, yang selalu memberikan motivasi dalam
menyelesaikan studi di FFS UHAMKA.
8. Ibu apt. Nora Wulandari M.Farm. dan Ibu apt. Septianita Hastusi, M.Si.,
selaku pembimbing I dan II yang telah memberikan bimbingan, arahan,
saran dan ilmunya selama penelitian dan penyusunan skripsi. Terimakasih
atas dukungan, waktu, serta masukan yang ibu berikan.
9. Bapak dan Ibu dosen FFS UHAMKA yang tidak dapat disebutkan satu
pertsatu yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama penulis
mengikuti perkuliahan
10. Pimpinan dan seluruh staf kesekertariatan yang telah membantu segala
administrasi yang berkaitan dengan skripsi ini, serta semua pihak pendukung
lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala
bantuannya kepada penulis.
11. Kepada kedua orangtua tercinta atas do’a dan dorongan semangatnya kepada
penulis, baik secara moril maupun materi.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca
sangat penulis harapkan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Jakarta, Januari 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB I PENDAHULUA 1
A. Latar Belakang 1
B. Permasalahan Penelitian 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
A. Landasan Teori 4
1. Hipertensi 4
2. Farmakoekonomi 10
B. Kerangka Berfikir 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17
A. Tempat dan Jadwal Penelitian 17
1. Tempat Penelitian 17
2. Waktu Penelitian 17
B. Cara Penelitian 17
1. Popilasi Penelitian 17
2. Sampel Penelitian 17
C. Metode Penelitian 17
D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi 18
1. Kriteria Inklusi 18
2. Kriteria Ekslusi 18
E. Definisi Operasional 18
F. Anaisis Data 19
G. Analisis Efektivitas Terapi 19
H. Analisis Efektivitas Biaya 20
I. Pola Penelitian 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21
A. Karakteristik Sampel 21
B. Karakteristik Penggunaan Obat 24
C. Karakteristik Pasien 24
D. Klasifikasi Pasien 25
E. Efektivitas Terapi 26
F. Analisis Biaya 27
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 29
A. Simpulan 29
B. Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 30
LAMPIRAN 32

v
DATAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah 4
Tabel 2. Empat Tipe Dasar farmakoekonomi 14
Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin 22
Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur 22
Tabel 5 Distribusi Berdasarkan Sistem Pembayaran 23
Tabel 6 Jumlah Obat Amlodipin dan Valsartan Yang Digunakan 24
Pada Pasien Hipertensi
Tabel 7 Penyakit Penyerta Pada Pasien Hipertensi 25
Tabel 8 Klasifikasi Tekanan Darah Pasien Hipertensi 26
Tabel 9 Efektivitas Pengbobatan Hipertensi Yang Mencapai Target 27
Tabel 10 Rekaputasi Biaya Medik Langsung 28
Tabel 11 Gambaran Cost-Effectiveness 29

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1 Alogaritma Penatalaksanaan Penyakit Hipertensi 9
Berdasarkan JNC VIII
Gambar 2 Kerangka Berpikir 15
Gambar 3 Pola Penelitian 19

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Lampiran Surat Ijin Rumah Sakit 33
Lampiran 2 Surat Ijin Badan Kesatuan Bangsa dan Politik 34
Lampiran 3 Kode Etik 35

Lampiran 4 Data Demografi Pasien Hiportensi Rawat Inap 36


Kelompok Amlodipin di RSUD Kabupaten Bekasi
Periode 2019
Lampiran 5 Data Demografi Pasien Hiportensi Rawat Inap 39
Kelompok Palsatan di RSUD Kabupaten Bekasi
Periode 2019
Lampiran 6 Data Tekanan Darah, Laboratorium dan Penyakit 41
Penyerta Pada Pasien Hipertensi Penggunaan
Obat Amlodipin
Lampiran 7 Data Tekanan Darah, Laboratorium dan Penyakit 42
Penyerta Pada Pasien Hipertensi Penggunaan
Obat Valsartan

viii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg yang diukur dua
kali dengan selang waktu lima menit dalam keadaan istirahat. Peningkatan
tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama (persisten)
dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal, jantung, dan otak bila tidak dideteksi
secara dini dan mendapatkan pengobatan yang memadai (Kemenkes 2014).
Hipertensi merupakan penyebab paling umum terjadinya kardiovaskuler dan
merupakan masalah utama di negara maju maupun berkembang (Tumenggung
2013). Data WHO (2015) menyebutkan bahwa sekitar 1,13 Miliar orang
didunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang didunia terdiagnosis
hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya,
diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang terkena hipertensi
diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal dunia akibat hipertensi
dan komplikasinya (Kemenkes 2018). Berdasarkan Riskesdas tahun 2018,
prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18
tahun sebesar 34,1% tertinggi dikalimantan selatan (44,1%), sedangkan
terendah di Papua sebesar (22,2%) hipertensi terjadi pada umur 31-44 tahun
(31,6%) umur 45-54 tahun (45,3%) umur 55-64 tahun (55,2%) (Kemenkes 2019).
Berdasarkan profil kesehatan Kota Bekasi pada tahun 2014, hipertensi
termasuk 20 besar kasus penyakit tertinggi dengan terbanyak ke 4 dengan jumlah
kasus hipertensi sejumlah 36.807 kasus (13,8%) (Dinkes Kota Bekasi, 2014).
Adapun data dari Puskesmas Jati Luhur pada tahun 2016 diperoleh bahwa
penderita hipertensi sejumlah 2.214 kasus (7,2%) dan pada tahun 2017 sejumlah
2.583 kasus (9,1%) (Dinkes 2016).
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah komplikasi
menurunkan kejadian penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, dan renovaskular
sehingga menurunkan resiko terjadinya kerusakan organ. Penatalaksanaan
hipertensi dapat berupa modifikasi gaya hidup, penggunaan berbagai

1
golongan obat antihipertensi atau keduanya, tergantung dari derajat hipertensi
pasien, penyakit penyerta dan faktor resiko (Tedjasukmana 2012).
Berbagai golongan obat antihipertensi yang telah tersedia antara lain
Diuretik tiazid, Calcium channel blocker (CCB), Angiotensin corverting enzyme
inhibitor (ACEi), Beta bloker & Angiotensin receptor blocker (ARB). Obat-obat
ini dapat digunakan sebagai terapi tunggal maupun terapi kombinasi
(Tedjasukmana 2012).
CCB termasuk golongan obat antihipertensi yang direkomendasikan sebagai
lini pertama pada pasien hipertensi berdasarkan JNC 8. Contoh obat CCB yaitu
Amlodipin, Nifedipin, Verapamil, Diltiazem dan lainnya. Frekuensi minimum
obat yang dibutuhkan untuk amlodipin hanya satu kali sehari. Berdasarkan
penelitian (Tiwaskar dkk. 2018) membuktikan CCB generasi baru yaitu
amlodipin tetap lebih unggul baik dari segi efektivitasnya dalam
menurunkan tekanan darah maupun rendahnya efek samping yang terjadi
dibandingkan dengan CCB generasi baru, efektivitas amlodipin terbukti dapat
mempertahankan penurunan tekanan darah.
Valsartan merupakan derivat tetrazol non peptida yang poten dan dapat
menurunkan tekanan darah sehingga digunakan sebagai terapi antihipertensi.
Valsartan bekerja dengan cara inhibisi selektif pada reseptor angiotensin II tipe I
(AT1), afinitasnya terhadap AT1 20.000 kali lebih besar dibandingkan terhadap
AT2. Efek antihipertensi valsartan mulai terlihat pada penggunaan dosis 80mg
dengan ambang batas dosis yang dapat menurunkan tekanan darah adalah
1mg/kgBB, dibandingkan dengan angiotensin receptor blocker (ARB) lainnya
valsartan memiliki efek antihipertensi yang lebih cepat, lebih besar, dan lebih baik
dengan efek samping yang juga ringan (N.Siddiqui 2011).
Cost-effectiveness analysis (CEA) merupakan teknik analisis ekonomi untuk
membandingkan biaya dan hasil (outcome) relatif dari dua atau lebih intervensi
kesehatan (Kemenkes 2013). Biaya pemeliharaan kesehatan yang tinggi dapat
menurunkan keterjangkauan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan. Hal ini dapat berimbas pada dana kesehatan yang harus disediakan
pemerintah (Andayani 2013). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Eka menunjukan bahwa obat hipertensi yang banyak digunakan

2
di RSUD Karanganyar adalah Amlodipin (47,46%), furosemide (0,85%),
hidroklortiazid (16,10%), Valsartan (34,75%), dan spironolakton (0,85%) (Eka
2018).
Berdasarkan gambaran sepuluh penyakit terbesar untuk pasien rawat inap
2019 di RSUD Kabupaten Bekasi penyakit hipertensi menempati urutan kelima.
Penelitian mengenai efektivitas biaya pengobatan hipertensi di RSUD Kabupaten
Bekasi akan membandingkan obat amlodipin dan valsartan untuk menetapkan
penggunaan obat yang cost effective pada pasien hipertensi.
B. Permasalahan Penelitian
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah penelitian, yaitu :
Manakah yang paling efektivitas biaya antara amlodipin dan valsartan pada
pasien hipertensi rawat inap di RSUD Kabupaten Bekasi?
C. Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis efektivitas biaya amlodipin dan varsartan pada pasien
hipertensi rawat inap di RSUD Kabupaten Bekasi.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi peneliti
a. Sebagai bahan acuan dan sumber ilmu pengetahuan untuk penelitian
yang lain terkait dengan efektivitas obat dan biaya pada pasien hipertensi.
b. Dapat mengetahui efektivitas biaya (cost effectiveness analysis)
penggunaaan obat antihipertensi.
2. Bagi Rumah Sakit
a. Dapat mempertimbangkan hasil analisis yang dilakukan terhadap
( cost effectiveness analysis) penggunaan amlodipin dan valsartan pada
pasien hipertensi rawat inap di RSUD Kabupaten Bekasi untuk penggunaan
berikutnya.
b. Dapat dijadikan masukan oleh rumah sakit untuk penerapan penggunaan
obat yang paling efisien dan cost effektiv.
3. Bagi Universitas/Instalasi
Dapat dijadikan sebagai informasi ilmiah dalam pendidikan maupun
perbandingan dalam penelitian sejenis dan dapat dilakukan penelitian lebih
lanjut.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hipertensi
a. Definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah arteri yang terus meningkat.
Hipertensi sistolik terisolasi adalah nilai tekanan darah diastolik yang kurang
dari 90 mmHg dan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih. Krisis hipertensi
(BP>180/120 mmHg) dapat dikategorikan sebagai darurat hipertensi
(peningkatan tekanan darah yang tinggi tanpa cedera organ target yang akut
atau semakin parah) (Dipiro et al. 2015).
b. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut Kemenkes (2014) berdasarkan penyebabnya
hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi esensial (hipertensi
primer) adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi non
esensial (hipertensi sekunder) adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya.
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut (JNC VIII)

Klasifikasi Sistolik mmHg Diastolik mmHg


Normal < 120 < 80

Prehipertensi 120 – 139 80 – 89

Tahap 1 hipertensi 140 – 159 90 – 99

Tahap 2 hipertensi ≥ 160 ≥ 100

c. Faktor Risiko
Faktor risiko hipertensi yaitu umur, jenis kelamin, riwayat
keluarga, merokok, konsumsi garam, minuman beralkohol, obesitas, kurang
aktivitas fisik, stress (Kemenkes 2014).
d. Gejala Klinik
Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada
masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya.

4
Gejala-gejalanya adalah sakit kepala atau rasa berat ditengkuk dan jantung
berdebar-debar (Kemenkes 2014).
e. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebab, terbagi manjadi (Kemenkes 2014):
1) Hipertensi Primer/ Hipertensi Esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun
dikaitkan dengan faktor gaya hidup seperti kurang beraktivitas dan
menjaga pola makan. Terjadi 90% pada penderita hipertensi.
2) Hipertensi Sekunder/ Hipertensi Non Esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. 5–10% penyebabnya yaitu
penyakit ginjal dan 1 – 2% adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat
tertentu (misalnya pil KB).
Hipertensi dapat terjadi akibat proses penyakit lainnya, lebih dari 90 persen
pasien mengalami hipertensi esensial, yaitu hipertensi yang tidak diketahui dan
mempengaruhi mekanisme regulasi tekanan darah. Riwayat hipertensi dalam
keluarga meningkatkan kecenderungan seseorang untuk mengalami hipertensi.
Hipertensi esensial empat kali lebih sering pada orang kulit hitam dibandingkan
kulit putih. Keadaan ini terjadi lebih sering pada laki-laki paruh
baya, dibandingkan dengan perempuan paruh baya, dan prevalensinya
meningkat seiring usia dan obesitas. Faktor-faktor lingkungan seperti gaya hidup
yang penuh tekanan, asupan natrium yang tinggi dalam diet dan merokok, lebih
mempredisposisikan seseorang mengalami hipertensi (Pamela 2016).
f. Patofisiologi Hipertensi
1) Hipertensi dapat disebabkan oleh penyebab spesifik (hipertensi sekunder)
dan hipertensi primer, hipertensi sekunder (<10% dan kasus) biasanya
disebebkan oleh penyakit gagal ginjal kronis. Kondisi lain adalah
sindrom cushing, obstruktif apnea tidur, hiperparatirodisme, aldosteronisme
primer dan hipertiroidisme (Dipiro et al. 2015).
2) Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan hipertensi
primer meliputi (Dipiro et al.2015):
a) Kelainan hormonal yang melibatkan renin angiotensin aldosteron sistem
(RAAS) hormon natriuretik, atau resistensi insulin dan hiperinsulinemia.

5
b) Gangguan pada SSP, serabut saraf otonom, reseptor adrenergik.
c) Kelainan pada proses ginjal atau autoregulatory jaringan untuk ekskresi
natrium, volume plasma, dan penyempitan arteri.
d) Kekurangan dalam sintesis vasodilatasi zat dalam endotelium vaskular
(prostasiklin, bradikinin, dan oksida nitrat) atau zat berlebih vasokontriksi
(angiotensin II dan angiotensin I).
e) Natrium tinggi.
g. Penatalaksanaan Hipertensi
1) Terapi Non Farmakologi
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-
obatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup dapat
dilakukan dengan mengurangi asupan garam tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh (6
gram/ hari), menurunkan berat badan, menghindari minuman beralkohol,
berkafein, merokok, olahraga teratur dan istirahat yang cukup (Kemenkes
2014).
2) Terapi Farmakologi berdasarkan penggolongan obat Antihipertensi
a) Inhibitor Angiotensin Converting enzyme (ACE-I)
ACE inhibitor adalah pilihan lini pertama, dan jika mereka bukan agen
yang pertama digunakan, mereka harus menjadi agen kedua yang banyak
dicoba pada kebanyakan pasien. ACE inhibitor memblokir konversi
angiotensin I menjadi angiotensin II, vasokonstriktor yang kuat dan
stimulator ekskresi aldosteron. ACE inhibitor juga memblokir degradasi
bradikinin dan merangsang sintsis zat vasodilatasi lainnya termasuk
prostaglandin E2 dan prpstasiklin (Dipiro et al. 2015).
b) Angiotensin Receptor Bloker (ARB)
Angiotensin II dihasilkan oleh jalur renin-angiotensin (yang nelibatkan
ACE) dan jalur alternatif yang menggunakan enzim lain. ACEI hanya
memblokir jalur renin-angiotensin, sedangkan ARB memusuhi angiotensin
II yang dihasilkan oleh kedua jalur. ARB langsung memblokir reseptor
angiotensin II tipe I yang memediasi efek angiotensin II. Tidak seperti
ACEI, ARB, tidak menghalangi kerusakan bradikinin (Dipiro et al. 2015).

6
c) Calcium Canal Bloker (CCB)
Menyebabkan relaksasi otot jantung dan otot polos dengan menghalangi
saluran kalsium tegangan – sensitif, sehingga mengurangi masuknya
kalsium ekstraseluler kedalam sel. Hal ini menyebabkan vasodilatasi dan
pengurangan tekanan darah. Antagonis saluran kalsium dihidropiridin dapat
menyebabkan aktivitas simpatis reflex dan semua agen dapat memiliki
efek inotropik negatif (Dipiro et al. 2015).
d) Diuretik Loop
Lebih kuat untuk menginduksi diuresis tetapi bukan antihipertensi yang
ideal kecuali jika diperlukan edema. Loop lebih sering disukai dari pada
tiazid pada pasien GGK ketika nikai GFR diperkirakan kurang dari 30 mL/
menit / 1,73 m² (Dipiro et al. 2015).
e) β-Blocker Cardioselektive
Propanolol merupakan salah satu obat golongan β-Bloker. Propanolol dapat
menurunkan tekanan darah dengan menurunkan curah jantung, propanolol
menghambat stimulasi produksi renin oleh katekolamin (dimediasi oleh β1
reseptor) selain paling efektif menurunkan tekanan darah pada pasien
dengan aktivitas renin plasma yang tinggi, propanolol juga dapat
mengurangi tekanan darah pada pasien hipertensi dengan aktivitas renin
normal atau bahkan tidak rendah. Obat-obatan yang termasuk golongan
β-Blocker yaitu bisoprolol, carteolol, nadolol, pindolol, penbutolol,
labetolol, carvediol, nebivolol dan esmolol (Katzung et al. 2014).
f) Antagonis Aldosteron
Spironolakton dapat memblokir reseptor mineral kortikoid pada ginjal
antagonis aldosterone menghambat reabsorbsi natrium dan ekskresi kalium
(Dipiro et al. 2015).
g) Central β-2 Agonist
Clonidin dapat mengaktifkan adrenoreseptor β2, dapat impuls simpatis
sentral dan dapat mengurangi penularan norephinefrin dari ujung saraf
adrenergik (Katzung et al. 2012).

7
h. Amlodipin
Amlodipin adalah obat antihipertensi dan antiangina yang tergolong dalam
obat antagonis kalsium golongan dihidropiridin (antagonis ion kalsium).
Amlodipin bekerja dengan menghambat influks (masuknya) ion kalsium melalui
membran kedalam otot polos vaskular dan otot jantung sehingga mempengaruhi
kerja kontraksi otot polos vaskular dan otot jantung. Efek amlodipin adalah
bekerja langsung sebagai vasodilator arteri perifer yang dapat menyebabkan
terjadinya penularan resistensi vaskular serta penularan tekanan darah. Onset
kerja dari amlodipin adalah perlahan-lahan sehingga tidak menyebabkan
terjadinya hipotensi akut. Efek anti angina amlodipin adalah melalui dilatasi
arteriol perifer sehingga dapat menurunkan resistensi perifer total (Laurent 2011).
i. Valsartan
Obat golongan Angiotensin receptor blocker (ARB) efektif menurunkan
tekanan darah pada kondisi pasien yang memiliki kadar renin tinggi. ARB tidak
mempengaruhi frekuensi detak jantung, penghentian mendadak dan tidak
menimbulkan hipertensi reboud. Valsartan merupakan obat yang poten yang dapat
menurunkan tekanan darah sehingga digunakan sebagai terapi antihipertensi.
Valsartan bekerja dengan cara inhibisi selektif pada reseptor angiotensin II tipe I
(AT1). Efek antihipertensi valsartan mulai terilihat pada penggunaan dosis 80 mg,
dengan ambang batas dosis yang dapat menurunkan tekanan darah adalah 1
mg/kgBB.8-10 dibandingkan dengan kelompok angiotensin reseptor bloker
lainnya, valsartan dianggap memiliki efek antihipertensi yang lebih cepat, lebih
besar, dan lebih baik dengan efek samping yang juga lebih ringan (Nugroho
2015).

8
j. Algoritma pemilihan obat

Usia ≥ 18 tahun + Hipertensi

Modifikasi gaya

Mengatur target tekanan darah dan memulai terapi antihipertensi


berdasarkan umur, diabetes dan penyakit ginjal kronis (PGK)

Awal pemilihan obat

Tanpadiabetes dan PGK Disertai diabetes dan


PGK
dtp]bl,dzp’v,as’vbhn,mh
Usia ≥ 60 tahun Semua Semua umur
Usia≥60 tahun target
target tekanan darah: umur,disertai disertai tanpa
tekanan darah:TDS <140
TDS <150 mmHg diabetes dan PGK
mmHg TDD<90 mmHg
TTD<90mmHg PGK
Target tekanan
TDS <140 darah
mmHg
TDS :<140
TDD<90mm mmHg TDD:<90

Ras kulit putih Ras kulit hitam Semua Ras

Diuretik ACEI,ARB,Tunggal/
Diuretik
thiazid,CCB,tunggal/k kombinasi dengan
thaiazid,ACEI,ARB,C
ombinasi dengan kelas kelas obat lain
CB,Tunggal/kombinasi
obat lain

Gambar 1. Alogaritma Penatalaksanaan penyakit hipertensi


berdasarkan JNC VIII

9
2. Farmakoekonomi
a. Definisi
Evaluasi farmakoekonomi merupakan cara untuk menentukan
pengaruh ekonomi dari alternatif terapi obat. Farmakoekonomi didefinisikan
sebagai deskripsi dan analisis biaya terapi obat pada sistem pelayanan kesehatan
dan masyarakat. Farmakoekonomi mengidentifikasi, mengukur, dan
membandingkan biaya dengan konsekuensi (klinik, ekonomi, dan
humanistik) dari produk pelayanan farmasi (Andayani 2013).
Dalam pelayanan kesehatan, khususnya dalam rangka pengambilan
keputusan dibidang kesehatan, studi farmakoekonomi dianggap sebagai bukti
ilmiah yang transparan untuk meningkatkan kesehatan pada suatu populasi.
Bertujuan untuk memperkirakan biaya secara relatif terhadap efektivitas dari
penggunaan biaya itu sendiri dalam rangka untuk menyediakan suatu pelayanan
kesehatan. Berdasarkan pendekatan cara pengumpulan data, studi
farmakoekonomi itu sendiri dapat dilakukan dengan berbagai macam metode
seperti studi yang dilakukan beriringan dengan uji klinis (pharmacoeconomic
study alongside clinical trial), modeling atau dilakukan menggunakan metode
observasional (real life data/naturalistic pharmacoecomic study) (Setiawan dkk.
2017).
Studi farmakoekonomi sangat erat kaitannya dengan proses alokasi
anggaran di bidang kesehatan. Adanya perkembangan teknologi di bidang
kesehatan menuntut pengambilan keputusan untuk mampu mengalokasikan
anggaran untuk teknologi kesehatan yang relatif memberikan efektivitas
yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah daripada teknologi kesehatan yang
lain (Setiawan dkk. 2017). Seperti halnya di Negara lain, Indonesia telah
mengalami peningkatan biaya perawatan kesehatan, khususnya biaya farmasi
untuk obat- obatan yang masih ada didalam masa paten. Dengan tekanan yang
terus-menerus terhadap meningkatnya biaya perawatan kesehatan dari kalangan
publik dan swasta, oleh karena itu perlu dievaluasi secara farmakoekonomi
dengan menghubungkan keuntungan dan hasilnya terhadap biaya yang
dikeluarkan (Tjandrawinata 2016). Dengan demikian, ilmu farmakoekonomi

10
dapat membantu pemilihan obat yang rasional, yang memberikan tingkat
kemanfaatan paling tinggi (Kemenkes RI 2013).
Tipe studi farmakoekonomi meliputi cost-minimization analysis, cost-
effectiveness analysis, cost-utility analysis, cost-benefit analysis, cost of illness,
cost consequence, dan teknik analisis ekonomi lain yang memberikan informasi
penting bagi pembuat keputusan dalam sistem pelayanan kesehatan untuk
mengalokasikan sumber daya yang terbatas. Setiap metode mengukur biaya
dalam rupiah tetapi berbeda dalam mengukur dan membandingkan outcome
kesehatan (Andayani 2013).
b. Metode
Kajian farmakoekonomi dikenal empat metode analisis, Analisis
Minimalisasi Biaya (AMB), Analisis Efektivitas Biaya (AEB), Analisis Utilitas
Biaya (AUB), Analisis Manfaat Biaya (AMB). Empat metode analisis ini bukan
hanya mempertimbangkan efektivitas, keamanan, dan kualitas obat yang
dibandingkan, tetapi juga aspek ekonominya. Karena aspek ekonomi atau unit
moneter menjadi prinsip dasar kajian farmakoenomi, hasil kajian yang dilakukan
diharapkan dapat memberikan masukan untuk menetapkan penggunaan yang
paling efisien dari sumber daya kesehatan yang terbatas jumlahnya (Kemenkes
2013).
c. Pengukuran Biaya dalam Farmakoekonomi
Menurut Guideline on Health Economic Evaluation yang dikeluarkan oleh
Institute for Pharmaconomic research di Vienna, jenis biaya dibedakan menjadi
dua jenis yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect
cost). Biaya langsung dapat dibedakan menjadi biaya medis langsung dan non
medis (Setiawan dkk. 2017).
1) Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang terkait langsung
dengan perawatan kesehatan, termasuk biaya obat, konsultas dokter, jasa
perawat, penggunaan fasilitas rumah sakit (kamar rawat inap), dan uji
labolatorium.
2) Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang secara tidak
langsung dikeluarkan, baik oleh pasien maupun keluarga pasien, sebagai

11
konsekuensi dari adanya penyakit atau pengobatan termasuk transportasi
dan pendamping.
3) Biaya Nirwujud (intangible cost)
Biaya nirwujud adalah biaya-biaya yang sulit diukur dalam unit moneter,
namun sering kali terlihat dalam pengukuran kualitas hidup, misalnya rasa
sakit dan rasa cemas yang diderita pasien dan/atau keluarganya.
4) Biaya Terhindarkan (averted cost, avoided cost)
Biaya terhindarkan adalah potensi pengeluaran yang dapat dihindarkan
karena penggunaan suatu intervensi kesehatan.
d. Hasil Pengobatan (Outcome)
Kajian farmakoekonomi senantiasa mempertimbangkan dua sisi, yaitu
biaya (cost) dan hasil pengobatan (outcome). Kenyataannya, dalam kajian yang
mengupas sisi ekonomi dari satu obat/pengobatan ini, faktor biaya (cost) selalu
dikaitkan dengan efektivitas (effectiveness), utilitas (utility) atau manfaat dari
pengobatan (pelayanan) yang diberikan (Kemenkes RI 2013).
Efektivitas merujuk pada kemampuan suatu obat dalam memberikan
peningkatan kesehatan (outcome) kepada pasien dalam praktel klinik rutin
(penggunaan sehari-hari di dunia nyata, bukan di bawah kondisi optimal
penelitian). Dengan mengaitkan pada aspek ekonomi, yaitu biaya, kajian
farmakoekonomi dapat memberikan besaran efektivitas-biaya (cost-
effectiveness) yang menunjukkan unit moneter (jumlah rupiah yang harus
dibelanjakan) untuk setiap unit indikator kesehatan baik klinis maupun non-klinis
(misalnya, dalam mg/dL penurunan kadar LDL dan/atau kolesterol total dalam
darah) yang terjadi karena penggunaan suatu obat. Semakin kecil unit moneter
yang harus dibayar untuk mendapatkan unit indikator kesehatan (klinis maupun
non-klinis) yang diinginkan, semakin tinggi nilai efektivitas-biaya suatu obat
(Kemenkes RI 2013).
1) Unit Natural (dapat dihitung, unit alamiah). Contoh: penurunan
tekanan darah, kadar gula darah, berkurangnya nyeri, jumlah penyakit yang
dapat dicegah seperti stroke atau yang dapat diobati seperti tukak lambung
sembuh, dan lain-lain.

12
2) Unit Utilitas (merupakan kesatuan, menggunakan instrument).
Contoh
kepuasan, atau rasa kesejahteraan, kualitas hidup, ketidaknyamanan.

e. Metode Kajian Farmakoekonomi


Metode analisis farmakoekonomi bukan hanya mempertimbangkan
efektivitas keamanan dan kualitas obat yang dibandingkan, tetapi juga aspek
ekonominya. Karena aspek ekonomi menjadi prinsip dasar kajian
farmakoekonomi, hasil kajian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan
masukan untuk menetapkan penggunaan yang paling efisian dari sumber
kesehatan yang terbatas jumlahnya (Kemenkes 2013).
Tabel 2. Empat Tipe Dasar Analisis Farmakoekonomi

Metodelogi Unit Biaya Unit Outcome


Cost-minimization Rupiah atau unit Kelompok yang
Analysis (CMA) Moneter Dibandingkan

diasumsikan ekuivalen
Cost-effectiveness Rupiah atau unit Unit natural (life years
Analysis (CEA) Moneter gained), tekanan darah

mmHg, kadar glukosa


darah (mMol / L)
Cost - utility Analysis Rupiah atau unit Quality-adjusted life
(CUA) Moneter years (QALY)

Cost-benefit Analysis Rupiah atau unit Rupiah atau unit


(CBA) Moneter Moneter

(Andayani 2013).
f. Cost-Effectiveness Analysis (Analisis Efektivitas-Biaya)
Secara umum cost-effectiveness analysis (analisis efektivitas biaya)
digunakan untuk membandungkan dua atau lebih intervensi kesehatan yang
memberikan besaran efek berhbeda , dengan analisis yang mengukur biaya
sekaligus hasilnya, dapat menempatkan bentuk intervensi kesehatan yang paling
efisien membutuhkan biaya termurah untuk hasil pengobatan yang menjadi
tujuan intervensi tersebut, dengan kata lain analisis efektivitas biaya dapat
digunakan dengan dana yang terbats (Kemenkes 2013).

13
Analisis efektivitas biaya banyak digunakan untuk kajian farmakoekonomi
untuk membandingkan dua atau lebih intervensi kesehatan yang
memberikan besaran efek berbeda. Dengan analisis yang mengukur biaya
sekaligus hasilnya ini, pengguna dapat menetapkan bentuk intervensi kesehatan
yang paling efisien membutuhkan biaya termurah untuk hasil pengobatan yang
menjadi tujuan intervensi tersebut. Dengan kata lain, AEB dapat digunakan
untuk memilih intervensi kesehatan yang memberikan nilai tertinggi dengan
dana yang terbatas jumlahnya, misalnya:
1) Membandingkan dua atau lebih jenis obat dari kelas terapi yang sama
tetapi memberikan besaran hasil pengobatan berbeda, misalnya dua obat
antihipertensi yang memiliki kemampuan penurunan tekanan darah
diastolik yang berbeda.
2) Membandingkan dua atau lebih terapi yang hasil pengobatannya
dapat diukur dengan unit alamiah yang sama, walau mekanisme kerjanya
berbeda, misalnya obat golongan proton pump inhibitor dengan H2
antagonist untuk reflux oesophagitis parah.
Perbedaan CEA dengan analisis farmakoekonomi yang lain adalah
pengukuran outcome dinilai dalam bentuk non moneter, yaitu natural dari
perbaikan kesehatan, misalnya nilai laboratorium klinik, years of life saved,
atau pencegahan suatu penyakit. Outcome dapat diukur berdasarkan
pengaruh klinik dari suatu terapi, misalnya Low-density lipoprotein
cholesterol (LDL- C), millimeter air raksa (mmHg), hari bebas gejala
(Andayani 2013).
g. Perspektif Penilaian
Menurut Kemenkes RI (2013) perspektif penilaian merupakan hal penting
dalam Kajian Farmakoekonomi, karena perspektif yang dipilih menentukan
komponen biaya yang harus disertakan. Seperti yang telah disampaikan,
penilaian dalam kajian ini dapat dilakukan dari tiga perspektif yang berbeda,
yaitu:
1) Perspektif Masyarakat (societal)
Sebagai contoh kajian farmakoekonomi yang mengambil perspektif
masyarakat luas adalah penghitungan biaya intervensi kesehatan, seperti program

14
penurunan produktivitas ekonomi (PDB, produk domestik bruto) atau
penghematan biaya pelayanan kesehatan secara nasional dari intervensi
kesehatan tersebut.

2) Perspektif Kelembagaan (institutional)


Contoh kajian farmakoekonomi yang terkait kelembagaan antara lain
penghitungan efektivitas-biaya pengobatan untuk penyusunan Formularium
Rumah Sakit. Contoh lain, di tingkat pusat, penghitungan AEB untuk
penyusunan DOEN dan Formularium Nasional.
3) Perspektif Individu (individual perspective)
Salah satu contoh kajian farmakoekonomi dari perspektif individu adalah
penghitungan biaya perawatan kesehatan untuk mencapai kualitas hidup tertentu
sehingga pasien dapat menilai suatu intervensi kesehatan cukup bernilai atau
tidak.
B. Kerangka berfikir

Pasien Hipertensi diruang rawat inap RSUD Kabupaten Bekasi periode 2019

Pengumpulan data rekam medik

Analisis biaya dan hasil (out come)

Amlodipin
Valsartan

Acer

Gambar 2. Kerangka berfikir

15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Jadwal Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Kabupaten Bekasi.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2020.
B. Cara Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Kabupaten Bekasi. Metode yang
digunakan adalah metode retrospektif, pengambilan data rekam medik
pasien hipertensi dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit, rincian biaya
pengobatan pasien hipertensi dari bagian keuangan dari periode bulan
Januari – Desember 2019.
1. Populasi Penelitian
Pasien hipertensi yang mendapatkan obat amlodipin dan valsartan diruang
rawat inap RSUD Kabupaten Bekasi periode 2019.
2. Sampel Penelitian
Pasien yang mendapat terapi obat amlodipin dan valsartan yang
memenuhi kriteria inklusi, diruang rawat inap RSUD Kabupaten Bekasi
selama bulan Januari – Desember 2019.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan analisis
farmakoekonomi menggunakan metode Cost Effectiveness Analysis (CEA).
Pengambilan data dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan data
pasien hipertensi rawat inap di RSUD Kabupaten Bekasi selama
tahun 2019. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive
sampling berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi (Andayani 2013)
D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

16
1. Kriteria Inklusi :
a. Pasien rawat inap BPJS yang didiagnosa hipertensi dan mendapatkan obat
amlodipin atau valsartan di RSUD Kabupaten Bekasi.
b. Pasien hipertensi usia 18-65 tahun.
c. Pasien menggunakan terapi dengan menggunakan obat amlodipin atau valsarta
selama menjalani perawatan di RSUD Kabupaten Bekasi.
2. Kriteria Ekslusi :
a. Pasien BPJS dengan data status pasien tidak lengkap, hilang, tidak jelas
terbaca, dan data yang tidak terinput.
b. Pasien meninggal dan ibu hamil dan yang menggunakan obat antihipertensi
golongan lain.
c. Pasien yang tidak menggunakan pembayaran dengan BPJS.
E. Definisi Operasional
1. Analisis efektivitas biaya menurut Pedoman Penerapan Kajian
Farmakoekonomi tahun 2013 adalah teknik analisis ekonomi untuk
membandingkan biaya dan hasil (outome) relatif dari dua atau lebih intervnsi
kesehatan.
2. Analisis biaya adalah metode atau cara untuk menghitung besarnya biaya
dalam unit moneter (rupiah), baik yang langsung (direct cost) maupun tidak
langsung ( indirect cost), untuk mencapai tujuan.
3. Average Cost-Effectiveness Ratio (ACER) adalah biaya yang diperlukan
untuk tiap satu pengobatan yaitu dengan membandingkan total biaya medik
langsung per pasien atau total biaya rata-rata dengan efektivitas terapi
(outcome) yang diukur berdasarkan rata-rata lama rawat inap.
4. Biaya yang di gunakan adalah biaya medis langsung. Meliputi biaya obat
hipertensi, biaya obat lainnya, biaya BMHP ( Bahan Medis Habis Pakai),
biaya kamar, biaya tindakan medis, jasa dokter, dan biaya labolatorium.
5. Biaya obat adalah biaya yang di keluarkan oleh pasien untuk pengobatan
obat-obatan selama di rawat, dari awal masuk sampai pasien pulang. Tanpa
mempertimbangkan hal lain.
6. Hasil (outcome) pengobatan adalah hasil yang di peroleh dari suatu intervensi
kesehatan sebaliknya, tidak dikeluarkan intervensi kesehatan yang secara

17
langsung mempengaruhi panjang usia (mortilitas) atau kualitas hidup
seseorang, sekelompok orang, atau sebuah populasi. Outcome pada
penelitian ini di nilai rata-rata lama rawat inap atau di sebut juga length 0f
stay (LOS).
F. Analisis Data
Data medik yang diperoleh kemudian dianalisis deskriptif, kemudian
dilakukan perhitungan biaya medis langsung dan menganalisis data efektivitas
obat. Analisis efektivitas biaya dengan membandingkan biaya medis langsung dan
efektivitas obat menggunakan perhitungan ACER. ACER dihitung untuk masing-
masing alternatif terapi dan dibandingkan biayanya menggunakan perhitungan
ratio efektivitas biaya rerata pengobatan (REB) yang disebut juga ACER (average
cost-effectiveness ratio). Hasilnya berupa rata-rata biaya per unit efektivitas.
G. Analisis Efektifitas Terapi
Efektivitas terapi adalah keberhasilan pengobatan hipertensi untuk mencapai
target tekanan darah yang dilihat dari penurunan tekanan darah pasien pada awal
pasien masuk rumah sakit dan saat pasien diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
Efektivitas terapi dikelompokkan berdasarkan pola terapi antihipertensi yang
digunakan pasien. Persentase efektivitas terapi dihitung menggunakan rumus
berikut:

% efektivitas terapi = ❑
❑ x100%
Keterangan :
a = Jumlah pasien yang mencapai target tekanan darah
b = jumlah pasien
H. Analisis Efektivitas biaya
Total biaya medik langsung dan efektivitas obat kemudian dianalisis dengan
metode CEA (Cost Effectiveness Analysis) menggunakan perhitungan ACER dan
ICER. ACER merupakan rata-rata dari biaya pengobatan langsung dari masing-
masing pengobatan dibagi dengan presentase efektivitas terapi (Andayani 2013).
Perhitungan ACER dengan menggunakan rumus berikut :
biaya pengobatan( Rp)
ACER =
efektivitas pengobatan(%)

18
Metode ICER (incremental cost effectiveness ratio) dilakukan apabila suatu terapi
memiliki biaya dan efektivitas lebih rendah dibandingkan dengan terapi
pembanding. ICER digunakan untuk menentukan tambahan biaya pada setiap
tambahan unit outcome.
Perhitungan ICER dengan menggunakan rumus berikut :
Δbiaya Biaya teknologi baru−biaya pembanding
ICER = =
Δ efek Efek teknologi baru−efek pembanding
I. Pola Penelitian

Data rekam medik pasien hipertensi di RSUD


Kabupaten Bekasi tahun 2019
Rekam medik pasien yang tidak
memenuhi kriteria inklusi
Rekam medik pasien hipertensi yang
memenuhi kriteria inklusi
Data rekam medik pasien yang
tereksklusi
Rekam medik pasien hipertensi yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

Biaya (COST):
Biaya medis langsung yaitu:
Analisis cost-effectiveness penggunaan Biaya obat hipertensi, biaya
amlodipine dan valsartan pada rekam Parameter obat lain, biaya BMHP, biaya
medik pasien hipertensi rawat inap. tindakan medis, jasa dokter,
Metode: ACER dan ICER.
dan biaya laboratorium.
*ICER dihitung hanya jika diperlukan
untuk menghintung nilai ICER.
Efektivitas pengobatan
(Outcome):
Interpretasi hasil Rata-rata lama rawat inap
(LOS)

Gambar 3. Pola Penelitian

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dari data rekam medik pasien
rawat inap dengan diagnosa utama hipertensi diRSUD Kabupaten Bekasi periode
2019, diperoleh 91 sampel yang memenuhi kriteria inklusi yang mendapatkan
terapi amlodipin dan valsartan.
Hasil analisa yang didapat sebagai berikut:
A. Karakteristik Sampel
1. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan data yang didapat dari sampel pasien hipertensi rawat inap,
pengelompokan pasien berdasarkan jenis kelamin, pengelompokan ini bertujuan
untuk mengetahui seberapa banyak perbandingan antara laki-laki dan perempuan
yang menderita hipertensi.
Tabel 3. Distribusi Sampel Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis N
Amlodipin Valsartan %
Kelamin
Laki-laki 22 11 33 36,3
Perempuan 36 22 58 63,7
Total 58 33 91 100

Karakteristik berdasarkan jenis kelamin pada pasien hipertensi lebih banyak


pasien perempuan dibandingkan dengan laki-laki dengan persentase 63,7% dan
pasien laki-laki 36,3%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
dimana pasien hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan (Musdalifah 2015).
Hasil penelitian tingginya pasien hipertensi perempuan dibandingkan dengan laki-
laki didukung oleh penelitian Marlina (2013), dimana kejadian hipertensi lebih
tinggi pada perempuan sebagai akibat dari perubahan hormon setelah menikah
yang tepatnya terjadi setelah masa kehamilan dan menopos, penggunaan alat
kontrasepsi hormonal juga mempengaruhi hipertensi terutama alat kontrasepsi

20
berupa pil. Tingginya dosis estrogen pada kontrasepsi pil memungkinkan estrogen
mempengaruhi metabolisme elektrolit yang dapat menaikan tekanan perifer
sehingga tekanan darah dapat meningkat. Tingginya hipertensi pada laki-laki
dapat terjadi salah satu faktor penyebabnya adalah gaya hidup contohnya adalah
pekerjaan yang menyebabkan stress dan kebiasaan merokok.
2. Distribusi Pasien Hipertensi Berdasarkan Umur
Dari data yang diambil dilakukan pengelompokan berdasarkan umur dengan
tujuan untuk mengetahui pada rentang umur berapakah hipertensi sering terjadi.
Tabel 4. Distribusi Sampel Pasien Berdasarkan Umur

Umur N
Amlodipin Valsartan %
<60 51 33 84 92,3
≥60 7 0 7 7,7
Total 58 33 91 100

Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa usia < 60 tahun pempunyai jumlah


pasien terbanyak yang menderita hipertensi dengan persentase sebesar 92,3%. Hal
ini diakibatkan karena angka kejadian hipertensi meningkat pada kelompok umur
diatas 18 tahun, karena bertambahnya umur tekanan darah semakin meningkat
akibat pengapuran dinding pembuluh yang menyebabkan elastisitas dinding
pembuluh bertambah (Wahyuningtiyas et al 2014).
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa dengan bertambahnya
umur maka tekanan darah akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri
akan mengalami penebalan karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan
otot, sehingga pembuluh darah berangsur-angsur akan menyempit dan menjadi
kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar
yang berkurang. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan
fisiologis pada usia lanjut, terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas
simpatik (Sukmadriyani 2017).
Menurut Kemenkes RI 2015, masalah kesehatan pada lanjut usia berawal
dari sel – sel tubuh, sehingga pungsi daya tahan tubuh menurun serta faktor
resiko terhadap penyakit meningkat. Maslah kesehatan yang sering dialami lanjut
usia yaitu malnutrisi, gangguan keseimbangan dan kebingungan mendadak.
Selain itu, beberapa penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia diantaranya

21
hipertensi. Lebih dari itu separuh populasi lansia mempunyai tekanan darah yang
lebih dari normal. Tekanan darah yang lebih dari normal akan mudah mengalami
risiko penyakit kardiovaskuler. Kenaikan darah pada orang tua dipandang sebagai
konsekuensi dari proses penuaan (Santoso 2010).

3. Distribusi Pasien Hipertensi Berdasarkan Sistem Pembayaran


Berdasarkan penelitian yang dilakukan diRSUD Kabupaten Bekasi
menerima sistem pembayaran pasien BPJS dan umum. Distribusi pembayaran
pasien berdasarkan sistem pembayaran dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Distribusi Berdasarkan Sistem Pembayaran

Jenis N
Amlodipin Valsartan %
Pembayaran
BPJS 44 12 56 61,5
Umum 14 21 35 38,5
Total 58 33 91 100

Hasil analisa yang didapat menunjukan bahwa sistem pembayaran diRSUD


Kababupaten Bekasi lebih banyak menggunakan sistem pembayaran dengan
BPJS dengan persentase sebanyak 61,5% sedangkan dengan sistem pembayaran
umum sebanyak 38,5% keadaan ini sesuai dengan kepesertaan pasien untuk
menjadi anggota BPJS. Dikarnakan biaya pemeliharaan yang tinggi dapat
menurunkan keterjangkauan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan. Adanya kebijakan BPJS diharapkan mampu membantu masyarakat
dalam mengatasi biaya pemeliharaan kesehatan yang semakin tinggi.
Berdasarkan UU BPJS tahun 2011, menyatakan bahwa BPJS bertujuan untuk
mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar
hidup yang layak bagi setiap pasien dan atau anggota keluarganya.
B. Karakteristik Penggunaan Obat
Tabel 6. Jumlah Obat Amlodipin dan Valsartan Yang Digunakan Pada
Pasien Hipertensi Rawat Inap di RSUD Kabupaten Bekasi

Obat N %
Amlodipin 58 63,7
Valsartan 33 36,3
Total 91 100

22
Pada tabel penggunaan obat dapat dilihat bahwa obat yang paling banyak
digunakan adalah amlodipin diikuti dengan valsartan penggunaan obat hipertensi
ini selaras dengan hasil penelitian lain, bahwa saat ini yang paling banyak
digunakan adalah golongan calcium channel blocker (CCB) (Juwita et al. 2018).
Kelebihan dalam penggunaan obat ini dibandingkan dengan obat lain diantaranya
adalah penggunaannya hanya satu kali sehari sehingga meningkatkan kepatuhan
pasien dalam mengonsumsi obat dan mampu mengontrol tekanan darah selama 24
jam kemudia dapat menurunkan resiko efek samping bila dikonsumsi pada malam
hari (Tiwaskar et al. 2018).
Obat kedua adalah golongan Angioten II reseptor blocker (ARB) yaitu
valsartan yang efektif dalam pengobatan hipertensi ringan hingga sedang.
Monoterapi valsartan dengan dosis 80mg sebagai dosis awal yang
menunjukan efikasi yang cukup pada pasien dengan CHF dan gangguan ginjal
bersama dengan hipertensi dan tambahan terapi untuk membantu mengontrol
tekanan darah pada pasien hipertensi berat yang tidak cukup menanggapi β-
blocker, inhibitor Angiotensin-Converting Enzym Inhibitor (ACE-I) atau diuretik
(N.Siddiqui et al. 2011).
C. Karakteristik Pasien Berdasarkan Penyakit Penyerta
Penyakit penyerta merupakan keluhan yang diderita oleh pasien penyakit
hipertensi. Penyakit penyerta yang diderita oleh pasien hipertensi pada penelitian
ini dinilai dari penyakit penyerta paling banyak, terdiri dari stroke, DM tipe 2,
dispepsia, kolesterol, CHF dan hipokalemia. Yang dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 7. Penyakit Penyerta Pada Pasien Hipertensi Rawat Inap di RSUD
Kabupaten Bekasi

Jenis N
Amlodipin Valsartan %
Pembayaran
Stroke 13 6 19 34,5
Dispepsia 4 2 6 10,9
DM tipe II 9 2 11 20
Hipokalemia 6 4 10 18,18
Jantung 1 2 3 5,48
CHF 2 4 6 10,90
Total 35 20 55 100

23
Dari data hasil yang didapatkan, penyakit penyerta yang paling banyak
stroke dengan persentase 34,5%, DM tipe II 20% kemudian Hipokalemia 18,18%
dan CHF 10,90%, yang paling kecil yaitu kolesterol dengan persentase 5,48% Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Anissa 2016) yang menyatakan
penyakit penyerta yang diderita pasien hipertensi paling banyak yaitu stroke,
resiko pasien yang memilihi riwayat hipertensi lebih besar dari pada pasien yang
tidak mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Menurut (Rustiani et al 2014)
Semakin tinggi tekanan darah pasien kemungkinan stroke akan semakin besar,
karna hipertensi akan mempercepat penggeseran dinding pembuluh darah arteri
dan mengakibatkan penghancuran lemak pada sel otot polos sehingga
mempercepat proses aterosklerosis melalui efek penekanan pada sel
endotel/lapisan dalam dinding arteri yang berakibat pembentukan plak pembuluh
darah semakin cepat.
D. Klasifikasi Pasien Berdasarkan Tekanan darah
Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan tekanan darah dan berdasarkan
etiologinya. Berdasarkan tingginya tekanan darah, seseorang dikatakan hipertensi
bila tekanan darah sistoliknya >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90
mmHg. Klasifikasi tekanan darah dibagi menjadi 2 kategori, yaitu ketegori
normal, pre-hipertensi, hipertensi step 1dan hipertensi step 2. Secara umum, terapi
farmakologi pada hipertensi dimulai pada pasien hipertensi step 1 yang tidak
mengalami penurunan tekanan darah setelah >6 bulan menjalani pola hidup sehat
(Perki 2015).
Tabel 8. Klasifikasi Tekanan Darah Pasien Hipertensi

Tekanan Darah N
Amlodipin Valsartan %
Step 1 15 9 24 25,2
Step 2 43 24 67 70,3
Total 58 33 91 100

Berdasarkan hasil penelitian di RSUD Kabupaten Bekasi yang diukur pada


saat pasien masuk rumah sakit sampai keluar dari rumah sakit, data yang diperoleh
paling banyak pasien hipertensi step 2 yaitu tekanan darah sistolik ≥160 mmHg
dan tekanan darah diastolik ≥100 mmHg. Tingginya tekanan darah ini dapat
dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengobati pasien hipertensi. Tujuan utama

24
pengobatan hipertensi adalah menurunkan mortalitas dan morbiditas yang
berhubungan dengan faktor resiko penyakit kardiovaskular. Target nilai tekanan
darah pada pasien hipertensi direkomendasikan dalam JNC VIII berbeda-beda
berdasarkan komlikasi penyakit dan ras penderita hipertensi. Pemilihan obat
hipertensi tergantung pada tingginya tekanan darah dan adanya indikasi kasus.
Pada kebanyakan pasien tekanan darah diastolik yang diinginkan akan tercapai
bila tekanan darah sistolik yang diinginkan sudah tercapai. Karna kenyataanya
tekanan sistolik berkaitan dengan resiko kardiovaskular dibanding tekanan darah
diastolik, maka tekanan darah sistolik digunakan sebagai petanda klinis utama
untuk pengobatan penyakit hipertensi (Anissa 2016).
E. Efektivitas Terapi
Pada penelitian ini, efektivitas terapi ditinjau dari Length of stay (LOS) atau
lama rawat inap pasien di RSUD Kabupaten Bekasi. Efektivitas terapi pasien
hipertensi dilihat dari penurunan tekanan darah sesuai target, yang diamati setiap
harinya selama menjalani rawat inap di RSUD Kabupaten Bekasi. Target tekanan
darah yang direkomendasikan dalam JNC VIII untuk pasien hipertensi untuk
semua usia yaitu 140/90 mmHg.
Berikut ini merupakan tabel yang menunjukan terapi pasien hipertensi yang
mencapai target tekanan.
Tabel 9. Efektivitas Pengobatan Hipertensi Yang Mencapai Target

Efektivitas N
Amlodipin Valsartan %
Tekendali 47 32 79 86,8
Tidak Terkendali 11 1 12 13,2
Total 58 33 91 100

Berdasarkan tabel 9 menunjukan bahwa pasien yang mencapai target


tekanan darah terkendali sebanyak 86,8% dan pasien yang tidak mencapai target
tekanan darah tidak terkendali sebannyak 13,2%. pasien dengan obat amlodipin
memiliki persentase efektivitas yang lebih tinggi dengan persentase 51,6%
dibanding dengan obat valsartan persentasenya 35,1%. Hal ini menunjukan bahwa
terapi dengan obat amlodipin memiliki efektivitas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan obat valsartan. Pengobatan hipertensi yang tidak efektif pada pasien yang

25
tidak mencapai target terapi diakibatkan penyakit penyerta yang diderita pasien
serta faktor usia yang mempengaruhi kerja obat dalam tubuh.
Efektivitas terapi pada penelitian ini dinilai dari rata-rata lama rawat inap
atau Length of Stay (LOS). Rata-rata lama rawat inap digunakan karena
berdasarkan pada penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Rikad (2018) untuk efektifitas terapi dihitung dari lama rawat inap. Berdasarkan
Kemenkes RI (2013) untuk metode cost-effectiveness analysis (CEA) dalam
menghitung efektivitas terapi (outcome) dapat digunakan lama rawat atau Length
of Stay (LOS). Diperoleh dengan cara menghitung jumlah lama rawat inap pasien
dibagi dengan jumlah pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
A. Analisis Biaya
Analisis dilakukan untuk mengetahui komponen dan besar biaya terapi
pasien hipertensi akut dalam biaya medik langsung dan biaya total terapi setiap
pasien hipertensi. Menurut (kemenkes 2014), biaya medik langsung merupakan
biaya yang berkaitan secara langsung dengan perawatan kesehatan, biaya
konsultasi dengan dokter, biaya obat, biaya jasa perawat, penggunaan fasilitas di
rumah sakit (kamar rawat inap,peralatan), biaya pelayanan informal, uji
laboratorium, dan biaya kesehatan lainnya.
Dalam penelitian ini biaya medik langsung yang digunakan terdiri dari biaya
pengobatan (biaya obat hipertensi dan biaya obat lain), biaya kamar, biaya
tindakan medis, biaya jasa dokter (konsultasi dengan dokter/pemeriksaan dokter),
biaya labortorium, dan biaya untuk bahan medis habis pakai (BMHP). Berikut
adalah rekaputasi biaya medik langsung pada pasien hipertensi rawat inap di
RSUD Kabupaten Bekasi pada tahun 2019 yang mendapatkan terapi amlodipin
dan terapi valsartan, dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 10. Rekaputasi Biaya Medik Langsung Penggunaan Terapi Amlodipin
dan Valsartan pada Pasien Hipertensi Rawat Inap di RSUD Kabupaten
Bekasi Periode 2019

Biaya Medis Langsung Amlodipin Valsartan


Biaya obat hipertensi Rp 112,702 Rp 107,792
Biaya obat lain Rp 54,870,178 Rp 21,650,956
Biaya kamar Rp 22,120,000 Rp 11,180,000
Biaya tindakan medis Rp 2,730,000 Rp 1,220,000
Jasa dokter Rp 9,515,000 Rp 4,540,000

26
Biaya laboratorium Rp 29,391,000 Rp 17,729,000
Biaya BMHP Rp 18,578,646 Rp 10,567,288
Total Biaya Medis Langsung Rp 137,317,526 Rp 66,995,036
Total Biaya Medis Langsung Rp 3,051,500,58 Rp 1,488,778,58
Per Pasien (Rata-rata)

Pada tabel diatas menunjukan biaya medis langsung yang dikeluarkan


perpasien. Diperoleh dari dari biaya total medis langsung dibagi jumlah pasien/
jumlah rekam medik pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pada
tabel tersebut menunjukan bahwa total biaya medis langsung amlodipin lebih
tinggi yaitu Rp 137,317,526 sedangkan untuk biaya total medis langsung
valsartan yaitu Rp 66,995,036. Hal tersebut dapat dilihat dari perbedaan biaya
pengobatan antara biaya terapi amlodipin dan biaya terapi valsartan.
Biaya pengobatan dengan terapi amlodipin lebih tinggi yaitu sebesar Rp
112,702 dibandingkan dengan terapi valsartan sebesar Rp 107,792. Tingginya
harga amlodipin dipengaruhi oleh banyaknya pasien yang menggunakan obat
amlodipin dibandingkan dengan valsartan karena amlodipin memiliki potensi efek
samping yang lebih ringan dibandingkan dengan obat antihipertensi golongan lain
(Tiwaskar et al. 2018).
1. Efektivitas Biaya
Analisis efektivitas biaya merupakan salah satu analisis farmakoekonomi
untuk menentukan manakah intervensi yang paling efisien dengan biaya yang
minimum untuk mencapai keluaran yang diharapkan dengan cara membandingkan
dua atau lebih intervensi tersebut (Andayani 2013). Dalam penilaian analisis
efektivitas biaya yang dilakukan, untuk menginterpretasikan dan untuk menyajikan
hasil digunakan analisis dengan metode ACER dan ICER, dikarenakan menurut
Andayani (2013) hasil dari cost-effectiveness analysis (CEA) pada umunya
digambarkan sebagai ratio biaya-efektivitas (C/E).
Average Cost-Effectiveness Ratio (ACER) merupakan biaya yang diperlukan
untuk efektivitas tiap satu pengobatan, sedangkan Incremental Cost-Effectiveness
Ratio (ICER) merupakan biaya tambahan yang harus dikeluarkan untuk menaikkan
efektivitas ketika beralih dari suatu pengobatan ke pengobatan lain (Andayani
2013).

27
Tabel 11. Gambaran Cost-effectiveness Penggunaan Terapi Amlodipin dan
Valsartan Pada Pasien Hipertensi Rawat Inap di RSUD Kabupaten Bekasi
Tahun 2019

Terapi Total Biaya Rata- Rata-rata Lama ACER, Rp/hari


rata, Rp. (C) Rawat Inap (C/E)
Amlodipin 3,051,500,58 3 1,017,500,58
Valsartan 1,488,778,58 2 744,389,29

Tabel 11 menunjukkan hasil perhitungan Average Cost-effectiveness Ratio


(ACER), untuk penggunaan terapi amlodipin diperoleh nilai ACER sebesar Rp
1,017,500,58/hari dan pada terapi valsartan sebesar Rp 744,389,29/hari.
Berdasarkan nilai ACER yang diperoleh, menunjukkan bahwa kelompok terapi
valsartan lebih cost-effective dibandingkan dengan kelompok terapi amlodipin.
Karena nilai ACER valsartan lebih rendah dibandingkan nilai ACER amlodipin.
Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Rikad (2018) didapat hasil terapi
valsartan lebih cost-effective dari amlodipin.
Dapat disimpulkan bahwa pengobatan dengan valsartan lebih efektif
dibandingkan dengan amlodipin, berdasarkan hasil perbandingan yang dilakukan
terhadap pengobatan Valsartan dan Amlodipin keduanya memiliki efektifitas yang
sama namun valsartan membutuhkan biaya yang lebih rendah sedangkan
amlodipin membutuhkan biaya yang lebih tinggi.
F. Keterbetasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat retrospektif sehingga peneliti tidak dapat
mengungkapkan keadaan yang nyata di lapangan secara lengkap dikarenakan
tidak berinteraksi secara langsung dengan pasien. Keterbatasan lain pada
penelitian ini yaitu biaya yang digunakan hanya biaya medik langsung, dan
keterbatasan jumlah sampel yang didapat sehingga perlu dilakukannya penelitian
lebih lanjut mengenai penelitian prospektif, dengan jumlah sampel yang cukup
dan memadai serta mempertimbangkan biaya medik lainnya. Maka dari itu, data

28
yang diperoleh benar sesuai dengan kenyataan. Pada penelitian ini data yang
diambil adalah pasien yang menggunakan obat amlodipin dan valsatan, karena
pasien hipertensi rawat inap di RSUD Kabupaten bekasi penggunaan amlodipin
dan valsartan lebih banyak dibandingkan dengan obat lain
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Bekasi dapat
disimpulkan bahwa penggunaan obat valsartan lebih cost effective dengan
nilai ACER sebesar Rp 744,389,29/ hari dan omeprazol sebesar Rp
1,017,500,58/ hari rawat inap. Rata-rata total biaya medik langsung untuk
terapi amlodipin yaitu sebesar Rp 3,051,500,58 sedangkan rata-rata total
biaya medik langsung terapi valsartan yaitu sebesar Rp 1,488,778.
B. Saran
1. Analisis biaya terapi obat dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi rumah
sakit dalam menentukan anggaran obat untuk penyakit hipertensi secara
efektif dan efisien.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang cost-effectiviness analysis
obat antihipertensi untuk penyakit hipertensi dengan obat antihipertensi
lainnya dengan jumlah sampel yang lebih banyak.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode
pengambilan data secara prospektif.

29
DAFTAR PUSTAKA

Andayani TM. 2013. Farmakoenomi Prinsip dan Metodologi. Bursa ilmu:


Yogyakarta.Hal 3-16, 73-89.
Anissa Floresensi. 2016. Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien
Rawat Inap RSUD Kota Tanggerang pada Tahun 2015. Fakultas UIN syarip
Hodayatullah. Jakarta.
DiPiro JT, Well B,Schwinghammer TL, Dipiro CV. 2015. Pharmacotherapy
handbook, Nineth Editions. Lange Medical Books, Mc Graw Hill, New
York.
Dinas Kesehatan UPTD Puskesmas Jatiluhur. 2016. Profil Kesehatan UPTD
Puskesmas Jatiluhur Tahun 2016. Bekasi. Dinkes UPTD Puskesmas
Jatiluhur.
Gunawan, Farmakologi dan Terapi, FK UI, Jakarta. 2014.
Ivonia OS, Kisrini, Pudiastuti. 2013. Evaluasi penggunaan obat
Antihipertensi pada Pasien Geriatri Rawat Inap di RSUD Karanganyar.
Dalam: Jurnal Farmasi Indonesia. Universitas Setiabudi. Surakarta. Hlm:
18-27.
James PA, Oparil S,Carter BL, Cushman WC, Dennison-Himmelfarb C,
Handler J 2014, evidence-based guideline for the management of high
blood pressure in adults: Report from thr panel members appointed to the
Eight Joint National Committee (JNC 8) JAMA. Hlm: 311:507
Jauregui BG. 2012. Interaction Between Antihypertensive Drug and Food.
Nutricion Hospitalaria. 27.
Juwita, Dian. A., Dedy Almasdi., Tika Hardini. 2018. Evaluasi Penggunaan Obat
Antihipertensi pada Pasien Stroke Iskemik di Rumah Sakit Stroke Nasional
Bukittinggi. Indonesian Journal of Clinical Pharmacy. Vol. 7. No. 2. Hal :
99-107.

30
Katzung BG, Masters SB, Trever AJ. 2012. Basic & Clinical Pharmacology,
Twelfh Edition, Lange Medical Books, Mc Graw Hill, New York Hlm. 170-
171.
Katzung BG, Susan BM, Anthony JT. 2014. Farmakologi dasar dan klinik
Vol.2Edisi 12. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC. Hlm: 174-185.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pokok-pokok Hasil Riskendas
Propinsi Banten Tahun 2013. Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI. Jakarta. 102.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pedoman Penerapan Kajian
Farmakoekonomi. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
Jakarta. Hlm : 15.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Infondatin Hipertensi.Pusat
Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Jakarta. Hlm: 1-2.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2015. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS). Badan Litbang Kemenkes RI. Jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Hipertensi Penyakit Paling
Banyak Diidap Masyarakat. Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI. Jakarta.
Laurent L, Bruno, Keith L, Parker, (alih bahasa: Yulinah E, Adnyana IK, SigitJI,
Sasongko LDN, Anggadiredja K). 2011. Manual Farmakologi dan Terapi.
Buku Kedokteran.
Marlina. 2013. Analisis Biaya Pengobatan Hipertensi Pada Pasien Rawat Inap di
RSD dr.Soebandi Jember Periode Januari 2011-November 2012 [Tesis].
Surakarta: Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi.
Musdalifah S. 2015. Analisis keefektifan biaya lisinopril dengan candesartan dan
kombinasi lisinopril-amlodipine dengan candesartan-amlodipine untuk
terapi hipertensi pada pasien diabetes melitus tipe 2. [Tesis]. Fakultas
Farmasi, Universitas Setia Budi Surakarta.
N.Siddiqui, A. Husaein,L. Chaudhry, M. Alam and M.B.O. Mitra
Pharmacological and Pharmaceutical profil of valsartan: Jurnal of
Pharmacauticall science, Vol, DI , No 04. PP. 12-19-2011.

31
National Institute for Health and Clinical Excellence. Hypertension. 2011.
CG127 Pamela CC, Harvey RA. 2016. Farmakologi Ulasan Bergambar.
EdisiIV.Penerbit buku kedokteran EFC, Jakarta.
Nugroho, Agung Endro. 2015. Farmakologi. Cetakan V. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Rikad,K,M. 2016, Analisis Efektivitas Biaya Obat Kombinasi Captopril
Amlodipin dan Captopril-Furpsemid Pada Pasien Hipertensi Rawat Inap di
RSUD Dr, Moewardi Tahun 2015. Universitas Setia Budi. Surakarta. 2018.
Santoso, Djoko. 2010. Membonsai Hipertensi. Surabaya : Jaring Pena.
Setiawan D, Endarti D, dan Swantika Auliya. 2017.
FamakoekonomiModeling.
Presentasi Hasil data studi Farmakoekonomi. UM Purwokerto. Purwokerto.
Hlm: 103-104.
Sukmadriyani, Yunilah. 2017. Analisis Efektivitas Biaya Pengobatan Hipertensi
dengan Diltiazem dan Amlodipin pada Pasien Rawat Inap di RSUD
Kabupaten Sukoharjo Tahun 2016 (Skripsi). Surakarta : Fakultas Farmasi,
Universitas Setia Budi.
Tedjasukmana P. 2012. Tata Laksana Hipertensi. Departemen
Kardiologi.Jakarta. Hlm: 251-25.
Tjandrawinata, R.R. 2016. Peranan Farmakoekonomi dalam Penentuan
Kebijakan yang Berkaitan dengan Obat-obatan. Jakarta: Dexa Medica
Grup.
Tiwaskar, Mangesh. Amit Langote. Resham Kasgyap. Archana Toppo. 2018.
Amlodipin in The Era of New Generation Calcium Channel Blocker.
Journal of The Association of Physicians of India.Vol. 66 Hal 59-64.
Perki. 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada penyakit kardiovaskular.
Edisi Pertama.Jamarta
Wahyuningtiyas AD.2015. Analisis Efektivitaas Biaya Terapi Antihipertensi
Pada Pasien Hipertensi Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Mawardi Tahun 2014.[Skripsi] Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas
Muhamadiyah Surakarta.

32
World Health Organization (WHO). 2014 Data Hipertensi Global. Asia Tenggara:
WHO

33
Lampiran 1: Surat ijin Rumah Sakit

34
Lampiran 2: Surat Ijin Badan Kesatuan Bangsa dan Politik.

35
Lampiran 3: Kode Etik

36
Bagan Data Sampling Rekam Medik Pasien Hipertensi Rawat Inap di RSUD
Kabupaten Bekasi Pada Tahun 2019.

212 data rekam medik pasien


hipertensi rawat inap di RSUD
Kabupaten Bekasi tahun 2019 121 Data Rekam medik pasien
yang tidak memenuhi kriteria
inklusi
212 data Rekam medik pasien
20 Rekam medik pasien
yang datanya tidak
terinput,12 pasien hamil, 10
91 data rekam medik pasien yang
pasien meninggal, 50 pasien
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
menggunakan terapi obat
lain, 30 pasien yang bukan
menggunakan BPJS.

58 data rekam 33 data rekam medik pasien


medik pasien dengan terapi valsartan
dengan terapi
amlodipin
Biaya (Cost):
Parameter
Total biaya medis langsung amlodipin (Rp
Analisis efektifitas biaya dengan 137,317,526), valsartan (Rp 66,995,036).
metode ACER.
Nilai ACER yang diperoleh: amlodipin
(Rp1,017,500,58/hari) valsartan (Rp
744,389,29/hari) lama rawat.

Efektivitas Pengobatan
(Outcome):
Kelompok terapi valsartan lebih cost-effective Rata-rata lama rawat Inap
dengan nilai ACER sebesar Rp 744,389,29/hari “Amlodipin dan Valsartan
per pasien sedangkan pada terapi amlodipin memiliki efektifitas pengobatan
sebesar Rp 1,017,500,58/hari per pasien rawat yang hampir sama untuk
inap. amlodipin 3 hari dan valsartan 2
hari

37
38
Lampiran 4 Data Demografi Pasien Hipertensi Rawat Inap Kelompok Amlodipin di RSUD Kabupaten Bekasi Periode 2019

Biaya Biaya Biaya Biaya


Biaya Biaya
No. Nama Umur Obat Obat Tinda Jasa Biaya Biaya Jenis
No JK Tgl Masuk Tgl Keluar LOS Kamar Lab Ket
RM Pasien (thn) Hipertensi Lain kan Dokter BMHP Total (Rp) pembayaran
(Rp) (Rp)
(Rp) (RP) Medis (Rp)

1 566398 NI P 54 26-01-2019 29-01-2019 4 1,380 400,000 180,000 80,000 416,000 153,432 1,230,812 BPJS S

2 140462 JT L 41 10-01-2019 11-01-2019 1 1,660 97,460 360,000 80,000 40,000 256,000 131,596 966,716 BPJS M

3 121608 AY P 54 10-01-2019 14-01-2019 4 2,020 397,956 400,000 60,000 494,000 330,500 1,684,476 BPJS S

4 141372 SK P 65 19-01-2019 23-01-2019 5 1,964 641,212 300,000 80,000 160,000 256,000 64,045 1,503,221 BPJS S

5 531906 RY L 48 26-01-2019 29-01-2019 4 730 319,621 240,000 160,000 144,000 124,564 988,185 BPJS S

6 124589 SS P 55 26-01-2019 04-02-2019 4 6,332 466,088 1,080,000 120,000 364,000 857,809 2,894,229 BPJS S

7 562402 SM L 60 14-02-2019 21-02-2019 7 2,284 738,052 420,000 80,000 260,000 501,000 457,504 2,458,840 BPJS S

8 144021 RN L 49 17-02-2019 19-02-2-19 3 1,748 425,818 180,000 100,000 767,000 311,772 1,786,338 BPJS S

9 129195 ZA P 32 17-02-2019 21-02-2019 4 6,936 735,317 240,000 80,000 634,000 950,105 2,646,358 BPJS S

10 145429 NS P 55 03-03-2019 08-03-2019 6 3.312.00 211,749 360,000 380,000 240,000 370,000 465,834 2,027,583 BPJS S

11 146047 MS P 48 09-03-2019 13-03-2019 5 3.864.00 258,484 300,000 140,000 536,000 265,992 1,500,476 BPJS S

12 046026 MR L 55 28-03-2019 09-04-2019 12 3,574 1,001,372 720,000 320,000 322,000 792,323 3,159,269 BPJS S

39
Lampiran 4 Lanjutan

Biaya Biaya Biaya Biaya


Biaya Biaya
No. Nama Umur Obat Obat Tinda Jasa Biaya Biaya Jenis
No JK Tgl Masuk Tgl Keluar LOS Kamar Lab Ket
RM Pasien (thn) Hipertensi Lain kan Dokter BMHP Total (Rp) pembayaran
(Rp) (Rp)
(Rp) (RP) Medis (Rp)

13 547488 BR L 57 28-03-2019 07-04-2019 11 7,176 2,483,151 1,100,000 440,000 421,000 456,599 4,907,926 BPJS S

14 148557 SK P 53 29-03-2019 01-04-2019 4 2,644 164,401 240,000 80,000 40,000 482,000 89,870 1,098,915 BPJS S

15 633727 ML L 57 27-06-2019 02-07-2019 6 4,332 1,276,890 360,000 120,000 780,000 491,076 3,032,298 BPJS S

16 150506 AK L 59 18-04-2019 23-04-2019 6 1,380 639,115 360,000 80,000 834,000 373,856 2,288,351 BPJS S

17 150518 NH P 49 18-04-2019 22-04-2019 5 4,240 2,713,457 300,000 80,000 60,000 874,000 198,345 4,230,042 BPJS S

18 123101 SM P 52 12-04-2019 20-04-2019 9 4,616 1,066,927 900,000 50,000 300,000 434,000 779,245 3,534,788 BPJS S

1,429,4
19 151290 ST L 49 26-04-2019 07-05-2019 12 5,608 2,534,813 720,000 80,000 240,000 743,000 79 5,752,900 BPJS S

20 151919 SD P 51 03-05-2019 06-05-2019 3 2,544 394,591 180,000 80,000 40,000 356,000 69,339 1,122,474 BPJS M

3.309.8
21 152699 RH P 60 13-05-2019 21-05-2019 9 2,540 2,702,563 540,000 360,000 805,000 86 4,410,103 BPJS S

22 538526 TG P 60 04-07-2019 10-07-2019 6 9,245 1,256,002 420.000 240,000 434,000 379,428 2,318,675 BPJS S

23 154354 TF P 51 15-06-2019 22-07-2019 7 4,668 1,473,773 660,000 200,000 460,000 488,000 334,093 3,620,534 BPJS S

40
Lampiran 4 Lanjutan

Biaya Biaya Biaya Biaya


Biaya Biaya
No. Nama Umur Obat Obat Tinda Jasa Biaya Biaya Jenis
No JK Tgl Masuk Tgl Keluar LOS Kamar Lab Ket
RM Pasien (thn) Hipertensi Lain kan Dokter BMHP Total (Rp) pembayaran
(Rp) (Rp)
(Rp) (RP) Medis (Rp)

24 154499 KN P 59 11-07-2019 15-07-2019 5 1.380 475,293 360,000 50,000 260,000 634,000 210,076 1,989,369 BPJS S

25 128320 DS L 52 14-08-2019 24-08-2019 10 500 2578211 1000000 80000 320000 472000 663264 5113975 BPJS S

26 061054 NN P 60 22-08-2019 23-08-2019 2 1,380 113,200 120,000 40,000 100,466 375,046 BPJS M

27 155827 SMI L 59 24-07-2019 04-08-2019 11 1,660 3,820,000 660,000 220,000 520,000 357,000 565,077 6,143,737 BPJS S

28 162515 MR P 47 11-09-2019 16-09-2019 6 1,380 726,736 360,000 50,000 180,000 500,000 309,803 2,127,919 BPJS S

29 144984 YT P 59 11-07-2019 15-07-2019 5 2,144 757,472 300,000 80,000 160,000 539,000 223,957 2,062,573 BPJS S

30 157481 MRS P 60 17-07-2019 22-07-2019 6 1,248 460,543 360,000 80,000 200,000 870,000 330,746 2,302,537 BPJS S

31 028576 RS P 46 30-07-2019 01-08-2019 3 1,996 192,606 180,000 120,000 456,000 125,463 1,076,065 BPJS S

32 159233 EMY L 27 02-08-2019 06-08-2019 5 2,844 380,721 300,000 50,000 100,000 772,000 211,395 1,816,960 BPJS S

33 162741 RDS L 45 22-08-2019 24-08-2019 3 748.000 1.852.952 300,000 160,000 931,000 318,724 1,709,724 BPJS S

34 163130 DM P 44 18-09-2019 23-09-2019 6 1,660 3,410,540 600,000 50,000 100,000 589,000 536,236 5,287,436 BPJS S

35 134524 RN P 59 20-09-2019 29-09-2019 10 4,668 2,983,116 720,000 50,000 160,000 780,000 882,016 5,579,800 BPJS S

41
Lampiran 4 Lanjutan

Biaya Biaya Biaya Biaya


Biaya Biaya
No. Nama Umur Obat Obat Tinda Jasa Biaya Biaya Jenis
No JK Tgl Masuk Tgl Keluar LOS Kamar Lab Ket
RM Pasien (thn) Hipertensi Lain kan Dokter BMHP Total (Rp) pembayaran
(Rp) (Rp)
(Rp) (RP) Medis (Rp)

36 162540 EC P 46 11-10-2019 16-10-2019 6 3,468 567,653 360,000 50,000 160,000 834,000 363,324 2,338,445 BPJS S

37 164232 YN P 52 02-10-2019 05-10-2019 4 3,624 495,847 240,000 50,000 140,000 719,000 174,206 1,822,677 BPJS S

38 167165 HD L 62 07-11-2019 11-11-2019 5 1,380 446,022 300,000 220,000 418,000 372,102 1,757,504 BPJS S

39 164428 AM L 51 05-10-2019 11-10-2019 8 3,357 3,921,354 540,000 160,000 805,000 369,209 5,798,920 BPJS S

40 169254 MRD P 49 28-11-2019 30-11-2019 6 1,534 313,672 180,000 80,000 80,000 356,000 251,268 1,262,474 BPJS S

42 155817 ENH P 41 03-12-2019 07-12-2019 5 2,968 1,487,043 300,000 240,000 890,000 346,906 3,266,917 BPJS S

43 171262 SA L 30 20-12-2019 30-12-2019 11 2.056.00 4,044,513 1,000,000 120,000 140,000 860,000 416,453 6,580,966 BPJS S

44 171602 SW L 50 24-12-2019 30-12-2019 7 4.640.00 878,688 420,000 100,000 600,000 326,653 2,325,341 BPJS S

45 164350 SNH P 45 03-10-2019 05-10-2019 3 2.480.00 394,591 240,000 50,000 80,000 589,000 156,876 1,510,467 Umum S

46 164436 SW P 48 04-10-2019 07-10-2019 3 1.544.00 286,473 180,000 50,000 120,000 356,000 211,462 1,203,935 Umum S

47 164535 ZBH P 55 07-10-2019 11-10-2019 4 1.832.00 465,270 300,000 140,000 719,000 89,547 1,713,817 Umum S

48 166737 NRJ L 53 01-11-2019 02-11-2019 2 1.220.00 140,580 180,000 80,000 215,000 58,973 674,553 Umum M

42
Lampiran 4 Lanjutan

Biaya Biaya Biaya Biaya


Biaya Biaya
No. Nama Umur Obat Obat Tinda Jasa Biaya Biaya Jenis
No JK Tgl Masuk Tgl Keluar LOS Kamar Lab Ket
RM Pasien (thn) Hipertensi Lain kan Dokter BMHP Total (Rp) pembayaran
(Rp) (Rp)
(Rp) (RP) Medis (Rp)

49 167147 SNI P 52 06-11-2019 09-11-2019 4 3.624.00 297,398 240,000 50,000 140,000 356,000 173,422 1,256,820 Umum S

50 104842 SD P 46 06-11-2019 10-11-2019 5 2.844.00 550,420 380,000 120,000 200,000 418,000 194,837 1,863,257 Umum S

51 167531 KML L 45 11-11-2019 13-11-2019 3 2.138.00 241,573 300,000 50,000 60,000 501,000 79,374 1,231,947 Umum S

52 170535 WR P 36 12-12-2019 15-12-2019 4 2.226.00 375,225 240,000 120,000 416,000 150,385 1,301,610 Umum S

53 171093 UB L 56 19-12-2019 22-12-2019 4 1.930.00 356,000 240,000 80,000 494,000 129,547 1,299,547 Umum S

54 171217 EL P 42 20-12-2019 24-12-2019 4 1.997.00 357,876 240,000 80,000 80,000 144,000 147,498 1,049,374 Umum S

55 171607 DV P 34 24-12-2019 26-12-2019 3 1.657.00 227,549 300,000 80,000 356,000 120,483 1084032 Umum S

56 171637 SWI P 52 25-12-2019 26-12-2019 2 847.00 288,324 120,000 310,000 114,398 832,722 Umum M

57 171845 RN P 41 26-12-2019 30-12-2019 4 2.320.00 347,422 240,000 50,000 80,000 599,000 288,945 1,605,367 Umum S

58 166709 MO L 38 31-10-2019 02-11-2019 3 1.745.00 89,435 180,000 110,000 350,000 58,749 788,184 Umum S

43
Lampiran 5 Data Demografi Pasien Hipertensi Rawat Inap Kelompok Valsartan di RSUD Kabupaten Bekasi

Biaya Biaya
Biaya Biaya Jasa Biaya Jenis
No. Nama Umur Tgl Tgl Obat Biaya Obat Tindakan Biaya Biaya
No JK LOS Kamar Dokter Total Pemba Ket
RM Pasien (thn) Masuk Keluar Hiperte Lain (RP) Medis Lab (Rp) BMHP
(Rp) (Rp) (Rp) yaran
nsi (Rp) (Rp)

13-05- 21-05-
1 152733 RK P 38 2020 2020 9 15,104 5,195,983 540,000 160.00 200,000 1,697,000 1,551,624 9,199,711 BPJS S

25-05- 29-05-
2 565867 RB L 51 2019 2019 5 5,595 730,094 300,000 200,000 376,000 498,122 2,109,811 BPJS S

03-06- 06-06-
3 154177 IS L 51 2019 2019 4 2,000 1,876,662 360,000 120,000 599,000 783,368 3,741,030 BPJS S

07-07- 17-07-
4 154382 SK P 55 2019 2019 12 7,233 2,583,854 720,000 440.000.00 634,000 546,289 4,491,376 BPJS S

07-07- 11-07-
5 154364 MRA P 44 2019 2019 5 8,690 473,506 500,000 120,000 754,000 367,056 2,223,252 BPJS S

18-07- 22-07-
6 139590 JL P 59 2019 2019 4 2,138 360,222 400,000 50,000 60,000 704,000 388,592 1,964,952 BPJS S

22-07- 03-08-
7 146022 HT L 44 2019 2019 8 8,690 1,006,473 360,000 320,000 661,000 555,055 2,911,218 BPJS S

01-08- 09-08-
8 159085 DSI P 55 2019 2019 9 14,104 592,554 540,000 480,000 1,032,000 428,674 3,087,332 BPJS S

44
Lampiran 5 lanjutan

Biaya Biaya
Biaya Biaya Jasa Biaya Jenis
No. Nama Umur Tgl Tgl Obat Biaya Obat Tindakan Biaya Biaya
No JK LOS Kamar Dokter Total Pemba Ket
RM Pasien (thn) Masuk Keluar Hiperte Lain (RP) Medis Lab (Rp) BMHP
(Rp) (Rp) (Rp) yaran
nsi (Rp) (Rp)

29-08- 05-09-
9 161384 ET P 37 2019 2019 8 10,190 381,616 480,000 460,000 220,000 1,823,000 948,983 4,323,789 BPJS S

06-08- 09-08-
10 110100 NR P 52 2019 2019 4 8,690 683,574 240,000 220,000 699,000 583,600 2,434,864 BPJS S

01-11- 05-11-
11 166766 HSS L 56 2019 2019 5 9,832 356,941 300,000 50,000 100,000 834,000 201,055 1,851,828 BPJS S

21-11- 26-11-
12 168570 SMH P 50 2019 2019 6 8,252 948,679 360,000 50,000 180,000 780,000 872,732 3,199,663 BPJS S

\ 26-09- 28-09-
13 163797 SN P 30 2019 2019 3 2,460 265,342 360,000 80,000 356,000 98,458 1,162,260 Umum S

27-09- 28-09-
14 163795 SRI P 42 2019 2019 2 1.673 132,987 240,000 60,000 256,000 82,845 771832 Umum M

27-09- 30-09-
15 163856 NH P 51 2019 2019 3 2,570 204,645 300,000 80,000 120,000 300,000 93,840 1,101,055 Umum S

28-09- 30-09-
16 163932 RHM L 24 2019 2019 3 2,244 163,657 180,000 60,000 356,000 76,848 838,749 Umum S

45
Lampiran 5 Lanjutan

Biaya Biaya
Biaya Biaya Jasa Biaya Jenis
No. Nama Umur Tgl Tgl Obat Biaya Obat Tindakan Biaya Biaya
No JK LOS Kamar Dokter Total Pemba Ket
RM Pasien (thn) Masuk Keluar Hiperte Lain (RP) Medis Lab (Rp) BMHP
(Rp) (Rp) (Rp) yaran
nsi (Rp) (Rp)

01-10- 04-10-
17 137716 DD P 29 2019 2019 4 2.760 365,472 360,000 50,000 80,000 661,000 147,822 1664294 Umum S

03-10- 04-10-
18 164335 AM P 32 2019 2019 2 750.00 124,943 180,000 60,000 256,000 83,846 704789 Umum M

03-10- 06-10-
19 164353 MI L 44 2019 2019 4 4.990 538,648 300,000 80,000 220,000 704,000 284,749 2127397 Umum S

05-10- 08-10-
20 164441 KA P 54 2019 2019 4 6.344 385,924 400,000 120,000 120,000 220,000 130,544 1376468 Umum S

06-10- 09-10-
21 164507 ID P 50 2019 2019 4 5.782 223,820 240,000 50,000 120,000 220,000 89,458 943278 Umum S

02-08- 06-08-
22 159255 DM L 28 2019 2019 5 8.890 358,983 360,000 50,000 100,000 376,000 145,222 1390205 Umum S

04-08- 08-08-
23 123628 SAA p 41 2019 2019 4 5.693 245,683 240,000 50,000 180,000 356,000 95,837 1167520 Umum S

01-09- 03-09-
24 161619 IR P 46 2019 2019 3 3.464 473,938 300,000 120,000 300,000 178,947 1372885 Umum S

46
Lanjutan 4: Lanjutan

Biaya Biaya
Biaya Biaya Jasa Biaya Jenis
No. Nama Umur Tgl Tgl Obat Biaya Obat Tindakan Biaya Biaya
No JK LOS Kamar Dokter Total Pemba Ket
RM Pasien (thn) Masuk Keluar Hiperte Lain (RP) Medis Lab (Rp) BMHP
(Rp) (Rp) (Rp) yaran
nsi (Rp) (Rp)

02-09- 06-09-
25 161717 ADL L 42 2019 2019 5 6.186 437,954 300,000 200,000 420,000 184,932 1542886 Umum S

04-09- 07-09-
26 538526 TG L 38 2019 2019 4 4.978 244,564 240,000 50,000 180,000 416,000 98,846 1229410 Umum S

06-09- 08-09-
27 155817 EN P 56 2019 2019 3 2.512 187,456 180,000 80,000 256,000 77,863 781,319 Umum S

09-11- 12-11-
28 162540 EMC P 55 2019 2019 4 6.300 387,468 360,000 120,000 376,000 182,493 1425961 Umum S

09-11- 11-10-
29 161619 ID L 40 2019 2019 3 2.880 263,689 400,000 80,000 80,000 367,000 92,836 1283525 Umum S

20-11- 24-11-
30 168478 MSR L 45 2019 2019 4 5.780 476,785 300,000 100,000 220,000 201,398 1298183 Umum S

29-11- 02-12-
31 169288 MM P 50 2019 2019 4 5.780 358,400 180,000 60,000 300,000 296,935 1,195,335 Umum S

04-12- 07-12-
32 147172 UM P 48 2019 2019 4 4.687 293,593 360,000 80,000 220,000 88,684 1,042,277 Umum S

47
Lampiran 5 Lanjutan

Biaya Biaya
Biaya Biaya Jasa Biaya Jenis
No. Nama Umur Tgl Tgl Obat Biaya Obat Tindakan Biaya Biaya
No JK LOS Kamar Dokter Total Pemba Ket
RM Pasien (thn) Masuk Keluar Hiperte Lain (RP) Medis Lab (Rp) BMHP
(Rp) (Rp) (Rp) yaran
nsi (Rp) (Rp)

12-12- 16-12-
33 170603 AR P 44 2019 2019 5 8.355 326,847 300,000 100,000 200,000 109,735 1,036,582 Umum S

48
49
Lampiran 6 Data Tekanan Darah, Laboratorium dan Penyakit Penyerta pada Pasien Hipertensi Penggunaan Obat Amlodipin.

Umu
N No. Nama J
r TD (mmHg) Penyakit Penyerta Data Lab Awal Data Lab Akhir
o RM Pasien K
(thn)
Awal :
1 56639 NI P 54 160/87 1. Dispepsia Ur : 83 mg/Dl Ur : 21 mg/dL
Akhir :
110/80 2. DM tipe II Cr : 10,79 mg/dL Cr : 1,1 mg/dL
eGFR : 7,14 eGFR : 59
ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
GDP : 146 GDP : 146
GDS : 191 GDS : 191
Awal :
2 140462 JT L 41 130/80 1. Dispepsia Ur : 34 mg/dL Ur : 21 mg/dL
Akhir : 80/76 Cr : 1,2 mg/dL Cr : 0,9 mg/dL
Awal
3 121608 AY P 54 168/109 1. Hemiperisis Ur : 44 mg/dL Ur : 21 mg/dL
Akhir :
140/80 Cr : 1,5 mg/dL Cr : 1 mg/dL
eGFR : 52,4 eGFR : 60
ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
Awal:217/11
Ur: 126 mg/dL
4 141372 SK P 65 4 1. Hypokalemia Ur : 22 mg/dL
Akhir :
Cr: 11,28 mg/dL
150/99 2. DM tipe II Cr : 1,2 mg/dL
GDS: 164 GDS : 164
eGFR: 8,08 eGFR : 40
ml/min/1,73m2 ml/min/1,73m²
5 531906 RY L 48 Awal : 158/89 1.Dm tipe II Ur: 104 mg/dL Ur : 25 mg/dL

50
Akhir :
2.Hiperurisemia Cr: 4,13 mg/dL
120/90 Cr : 1,3 mg/dL
eGFR: 16,97 eGFR : 58
3.ISK
ml/min/1,73m2 ml/min/1,73m²
Albumin: 2,9 g/dL Albumin : 3,4 g/dL
6 124589 SS L 55 Awal: 140/90 1.Hipertensi Ur: 47 mg/dL Ur: 22 mg/dL
Akhir:
2.Vertigo Cr: 1,3 mg/dL
120/90 Cr: 0,9 mg/dL
eGFR: 37,9
ml/min/1,73m² eGFR: 59 ml/min/1,73m²
Mcv: 69 fi Mcv: 82 Fl
Awal:190/10
Mhc: 21 pg
7 562402 SM L 60 9 1. Stroke Mhc: 26 pg
Awal:168/72 2. Hiperglikemia MCHC: 31g/dL MCHC: 80%
GDS: 288 GDS: 100
Ur:90 mg/dL Ur: 25 mg/dL
Cr:4,5 mg/dL Cr:1,4 mg/dL
Awal:189/10
GDS:200
8 144021 RN L 49 4 1.Stroke GDS:200
Akhir:130/70 2.Hipertensi Ur:150 mg/dL Ur: 28 mg/dL
Cr:16,0 mg/dL Cr:1,8 mg/dL
9 129195 ZA L 32 Awal:202/95 1. Stroke Cr: 0,6 mg/dL Cr:0,8 mg/dL
Akhir:130/70 Albumin: 5,0 albumin: 5,0
Tr: 462 Tr: 200
Er:3,26 Er: 4,8 mcl
1o 145429 NS P 55 Awal:175/90 1.Vertigo Ur:122mg/dL Ur:32mg/dL
Akhir:149/70 2. Dm tipe II Cr:10,29mg/dL Cr:1,8 mg/dL
GDS: 196 GDS: 110

51
GDP: 147 GDP: 90
eGFR:8,07ml/min/1,73m² eGFR: 18ml/min/1,73m²
Hb: 10,3 g/dL Hb: 12 g/dL
Ht: 29 % Ht: 22 %
11 146047 MS P 48 Awal: 214/86 1.Hipertensi Ur: 171 mg/dL Ur: 40 mg/dL
Akhir:140/86 2.ISPA Cr: 17,0 mg/dL Cr: 1 mg/dL
eGFR:5,82ml/min/1,73m² eGFR: 40ml/min/1,73m²
12 46026 MR L 55 Awal:170/89 1. Hipertensi Ur: 104 mg/dL Ur: 1,8 mg/dL
Akhir:120/70 2. Gastritis Cr: 4,12 mg/dL Cr: 1,3 mg/dL
eGFR:15,97ml/min/1,73m
3. Hipokalemia ² eGFR: 56ml/min/1,73m²
Albumin: 2,8 g/dL Albumin: 2,8 g/dL
Hb: 10,3 g/dL Hb: 12 g/dL
Awal:197/10
Ht: 29 %
13 547488 BR L 57 5 1. Vomitus Ht: 30 %
Akhir:
Hb: 12,1 g/dL
123/67 2. Hipertensi Hb: 13,1 g/dL
HbA1C: 8,1 HbA1C: 8,1
GDS: 173 GDS: 110
14 148557 SK P 53 Awal:150/90 1.Gagal Ginjal akut Ur: 50 mg/dL Ur: 10 mg/dL
Akhir:120/70 2. Hipertensi CR: 2,2mg/dL CR: 1,2mg/dL
eGFR:30ml/min/1,73m² eGFR:50ml/min/1,73m²
Awal:204/10
Hb: 8,8 g/dL
15 633727 ML L 57 0 1.DBD Hb: 13g/dL
Akhir:130/80 2.Hipertensi Ht: 26% Ht: 40%
Leu:13,7 Leu: 13,7
Tr: 462 Tr: 462

52
16 150506 AK L 59 Awal:179/68 1.Hemiparesis Mcv: 70,0 fi Mcv: 82 Fl
Akhir:155/68 2. Riwayat stroke Mch:24,0 pg Mch: 27 pg
MCHC: 34,0 g/dL Mchc: 36%
Hb: 9,9g/dL Hb: 12 g/dL
17 150518 SM P 52 Awal:150/90 1. Hipertensi Ur: 122 mg/dL Ur: 1,1 mg/dL
Akhir:138/70 2. DM tipe II Cr: 10,29 mg/dL Cr: 0,9 mg/dL
eGFR:40ml/min/1,73m² eGFR:60ml/min/1,73m²
Hb:10,5 g/dL Hb: 12 g/dL
Ht: 27% Ht: 39%
18 123101 SM P 52 Awal:180/90 1.Peneumonia Ur: 40mg/dL Ur:21 mg/dL
Akhir:130/67 2.Hipertensi Cr: 11,2 mg/dL Cr: 1,2mg/dL
eGFR:50ml/min/1,73m² eGFR:60ml/min/1,73m²
Hb:9,7 g/dL Hb:15 g/dL
Ht:18% Ht:38%
19 151290 ST L 49 Awal:170/85 1. DM tipe II Ur:48 mg/dL Ur: 23 mg/dL
Akhir:140/65 2. Hipertensi Cr: 10,2 mg/dL CR: 1,2mg/dL
eGFR:58ml/min/1,73m² eGFR:70ml/min/1,73m²

Awal:202/10
Ur: 63 mg/dL
20 151919 SD P 51 0 1. Hiperglikemia Ur: 20 mg/dL
Akhir:142/80 Cr: 15,3 mg/dL Cr: 1,2 mg/dL
eGFR:54ml/min/1,73m² eGFR:65ml/min/1,73m²
Awal:180/10
21 152699 RH P 60 2 1.Gastritis Ur: 63 mg/dL Ur: 19 mg/dL
Akhir:148/80 Cr:12,3 mg/dL Cr:1,1 mg/dL
eGFR:60ml/min/1,73m² eGFR:40ml/min/1,73m²
22 538526 TG P 60 Awal:160/90 1. Stroke Ur:24 mg/dL Ur:15 mg/dL

53
Akhir:130/80 Cr: 2 mg/dL Cr: 1 mg/dL
eGFR:50ml/min/1,73m² eGFR:60ml/min/1,73m²
23 154354 TF P 51 Awal:160/90 1.Hipoglikemia Ur: 22 mg/dL Ur:20 mg/dL
Akhir:130/80 Cr: 2.2 mg/dL Cr: 1 mg/dL
eGFR:56ml/min/1,73m² eGFR:60ml/min/1,73m²
24 154499 KN P 59 Awal:160/90 1. ISPA Ur:26 mg/dL Ur:21 mg/dL
Akhir:130/80 Cr:1,2 mg/dL Cr: 1 mg/dL
eGFR:40ml/min/1,73m² eGFR:60ml/min/1,73m²
25 128320 DS L 52 Awal:159/96 1. Dispnea Ur:80 mg/dL Ur:20 mg/dL
Akhir:128/63 2. CHF Cr:11,6 mg/dL Cr:1,1 mg/dL
3. CKD eGFR:4,8ml/min/1,73m² eGFR:58ml/min/1,73m²
GDS: 200 GDS: 110
26 61054 NN P 60 Awal:179/90 1. Vertigo GDS: 196 GDS: 100
Akhir:140/70 2. DM tipe II Ur: 26 mg/dL Ur: 24 mg/dL
Cr: 11,2 mg/dL Cr: 1,2 mg/dL
Awal:211/10
27 155827 SMI L 59 2 1. Ensepalopati Hb:; 11,2 g/dL Hb: 15 g/dL
Akhir:150/75 Ht: 33% Ht: 42%
Cr:3,5 mg/dL Cr:1,1 mg/dL
Albumin:2,7 Albumin: 3,4 mg/dL
Awal:202/11 1. Hipertensi
28 162515 MR P 47 2 urgensi MCV: 78 MCV: 33 FL
Akhir:140/80 2. Vertigo MCH: 27 MCH: 33 pg
LED: 23 LED: 30 mm/jam
29 144984 YT P 59 Awal:229/96 1. Hemiparesis Cl: 111 Cl:114
Akhir:110/72 eGFR:52,4ml/min/1,73m² eGFR: 60ml/min/1,73m²
Ur: 44 mg/dL Ur: 21 mg/dL

54
30 157481 MRS P 60 Awal:209/96 1. Stroke Cr: 1,0 mg/dL Cr: 1,2 mg/dL
Akhir:100/80 2.Hipertensi GDS: 116 GDS: 120
Kol: 35 Kol:86
31 28576 RS P 46 Awal:140/86 1. Dispesia HB:4,8G/Dl Hb: 15 g/dL
Akhir:120/80 Er:3,2 mcl Er: 2,2 mci
Ht: 28% Ht: 39%
Awal:169/12
32 159233 EMY L 27 0 1.Hiperkamelia Ur: 265 mg/dL Ur:1,2 mg/dL
Akhir:150/90 Cr:10,2 mg/dL Cr: 1 mg/dL
eGFR:4,3ml/min/1,73m² eGFR: 58ml/min/1,73m²
Awal:203/10
33 162741 RDS L 45 4 1. Gagal ginjal akut Ur:235 mg/dL Ur:20 mg/dL
Akhir:130/80 Cr:11,3 mg/dL Cr: 1 mg/dL
eGFR:4,5ml/min/1,73m² eGFR: 60ml/min/1,73m²
34 163130 DM P 44 Awal:160/86 1. Stroke Ur: 135 mg/dL Ur: 1,5 mg/dL
Akhir:125/79 Cr:1,3 mg/dL Cr: 1,32 mg/dL
eGFR:3,4ml/min/1,73m² eGFR: 59ml/min/1,73m²
1. Hipertensi
35 134524 RN P 59 Awal:146/70 urgensi Ur: 45 mg/dL Ur:0,9 mg/dL
Akhir:120/84 2. Vertigo Cr: 1,5 mg/dL Cr: 1 mg/dL
eGFR:56ml/min/1,73m² eGFR: 60ml/min/1,73m²
Awal:197/10
36 162540 EC P 46 5 1. Hipertensi Ur: 24 mg/dL Ur: 2 mg/Dl
Akhir:123/80 2. stroke Cr:0,5 mg/dL Cr: 0,9 mg/dL
eGFR: 56ml/min/1,73m² eGFR: 55ml/min/1,73m²
Awal:210/10 1. Hipertensi
37 164232 YN P 52 5 Urgensi Ur: 20 mg/DI Ur: 2 mg/Dl
Akhir:123/80 2. stroke Cr: 1,5 mg/dL Cr: 1 mg/dL

55
eGFR:46ml/min/1,73m² eGFR:62ml/min/1,73m²
38 167165 HD L 62 Awal:140/86 1. Kolestrol Koles: 300 mg/dL kolest: 130mg/dL
Akhir:120/80 2. Hipertensi HDL:80 mg/dL HDL: 80 mg/ dL
LDL:160 mg/dL LDL: 160mg/dL
39 164428 AM L 51 Awal:140/86 1.DIABETES Ur: 49 mg/dL Ur: 1,2 mg/dL
Akhir:120/80 Cr:11,2 mg/dL Cr: 1,5 mg/dL
eGFR:58ml/min/1,73m² eGFR:68ml/min/1,73m²
40 169254 MRD P 49 Awal:160/89 1.Hiperglikemia Ur: 46 mg/dL Ur: 1,3 mg/dL
Akhir:130/80 Cr:13,0 mg/dL Cr: 1,0 mg/dL
eGFR:39ml/min/1,73m² eGFR:5,8ml/min/1,73m²
Awal:204/10
41 155817 ENH P 41 2 1. Dispnea Ur: 80 mg/dL Ur: 2 mg/dL
Akhir:130/88 2. CHF Cr:16,6 mg/dL Cr:1,6 mg/dL
3. CKD eGFR:4,8ml/min/1,73m² eGFR:60ml/min/1,73m²
GDS: 200 GDS: 100
42 171262 SA L 30 Awal:190/97 1. Vertigo Ur: 24 mg/dL Ur: 1,4 mg/dL
Akhir:130/86 2. DM tipe II Cr:1,2 mg/dL Cr:1,2 mg/dL
eGFR:50ml/min/1,73m² eGFR:60ml/min/1,73m²
43 171602 SW L 50 Awal:140/86 1. Hipertensi Ur: 14 mg/dL Ur: 1,2 mg/dL
Akhir:128/80 2. stroke Cr:1,5 mg/dL Cr:1,3 mg/dL
eGFR:60ml/min/1,73m² eGFR:50ml/min/1,73m²
44 164350 SNH P 45 Awal:140/86 1. Dispepsia Ur: 82 mg/dL Ur: 1,2 mg/dL
Akhir:128/80 2. DM tipe II Cr:11,79 mg/dL Cr:1,9 mg/dL
eGFR:7,14ml/min/1,73m
eGFR:7,14ml/min/1,73m² ²
GDP: 147 GDP: 120
GDS:193 GDS:110

56
45 164436 SW P 58 Awal:146/76 1. Riwayat Stroke Ur: 25 mg/dL Ur: 1,2 mg/dL
Akhir:130/82 2. Hipertensi Cr:1,5 mg/dL Cr:1 mg/dL
eGFR:60 ml/min/1,73m² eGFR:59 ml/min/1,73m²
46 164535 ZBH P 55 Awal:158/89 1. DM tope II Ur: 26 mg/dL Ur: 0,9 mg/dL
Akhir:140/84 Cr:0,5 mg/dL Cr: 0,8 mg/dL
eGFR:60 ml/min/1,73m² eGFR:57 ml/min/1,73m²
Awal:189/10
47 166737 NRJ L 53 4 1. Stroke Ur: 6 mg/dL Ur: 1 mg/dL
Akhir:167/85 Cr:0,5 mg/dL Cr: 0,8 mg/dL
eGFR:40 ml/min/1,73m² eGFR:60 ml/min/1,73m²
1. Hipertensi
48 167147 SNI P 52 Awal:140/86 Emergensi Ur: 24 mg/dL Ur: 0,9 mg/dL
Akhir:120/80 2. TTH Cr:1,4 mg/dL Cr: 1 mg/dL
eGFR:56 ml/min/1,73m² eGFR:56 ml/min/1,73m²
49 104842 SD L 46 Awal:158/89 1. ISK Ur: 104 mg/dL Ur: 0,9 mg/dL
Akhir:105/81 2. Hiperurisemia Cr:4,13 mg/dL Cr: 1 mg/dL
eGFR:16,97
ml/min/1,73m² eGFR:60 ml/min/1,73m²
50 167531 KML L 45 Awal:140/90 1. CAP Ur: 49 mg/dL Ur: 1 mg/dL
Akhir:125/82 2. Hipoglikemia Cr:6,07 mg/dL Cr: 1,1 mg/dL
eGFR:9,4 ml/min/1,73m² eGFR: 58 ml/min/1,73m²
51 170535 WR P 36 Awal:170/82 1. Dispepsia Ur: 25 mg/dL Ur: 1,3 mg/dL
Akhir:130/70 Cr: 1,4 mg/dL Cr: 1,2 mg/dL
eGFR: 56 ml/min/1,73m² eGFR: 59 ml/min/1,73m²
52 171093 UB L 56 Awal:101/60 1. Gastroenteritis Ur: 20 mg/dL Ur: 1,2 mg/dL
Akhir:98/58 Cr: 1,1 mg/dL Cr: 1,1 mg/dL
eGFR: 58,3 eGFR: 58 ml/min/1,73m²

57
ml/min/1,73m²
Awal:197/10
53 171217 EL P 42 5 1. OBS Ur: 21mg/dL Ur: 1 mg/dL
Akhir:123/67 2. Vomitus Cr: 1,2 mg/dL Cr: 1,2 mg/dL
eGFR: 59 ml/min/1,73m² eGFR: 60 ml/min/1,73m²
Awal:211/10
54 171607 DV P 34 2 1. Dispnea Ur: 82 mg/dL Ur: 1,2 mg/dL
Akhir:179/98 Cr: 11,6mg/dL Cr: 1,6 mg/dL
eGFR: 4,8 ml/min/1,73m² eGFR: 60 ml/min/1,73m²
Awal:189/10 1. Stroke
55 171637 SWI P 52 4 Hemoragik Ur: 23 mg/dL Ur: 1,3 mg/dL
Akhir:150/85 Cr: 12,0mg/dL Cr: 1,0mg/dL
eGFR: 60 ml/min/1,73m² eGFR: 60 ml/min/1,73m²
Awal:205/10 1. Hipertensi
56 171845 RN P 41 0 urgensi Ur: 24 mg/dL Ur: 1,4 mg/dL
Akhir:134/73 2. Vertigo Cr: 1,4mg/dL Cr: 1,mg/dL
eGFR: 56 ml/min/1,73m² eGFR: 60 ml/min/1,73m²
57 166709 MO L 38 Awal:136/90 1. Hipokalemia Ur: 11,0 mg/dL Ur: 1,0mg/dL
Akhir:120/80 Cr: 2,3mg/dL Cr: 1,3mg/dL
eGFR: 62 ml/min/1,73m² eGFR: 58 ml/min/1,73m²
Awal:200/10
58 171509 NO L 48 4 1. Dispepsia Ur: 25 mg/dL Ur: 1,3 mg/dL
Akhir :
130/90 Cr: 1,4 mg/dL Cr: 1,2 mg/dL
eGFR: 56 ml/min/1,73m² eGFR: 59 ml/min/1,73m²

58
Lampiran 7 Data Tekanan Darah, Laboratorium dan Penyakit Penyerta pada Pasien Hipertensi Penggunaan Obat Valsartan.

Umu
N Nama J
No. RM r TD (mmHg) Penyakit Penyerta Data Lab Awal Data Lab Akhir
o Pasien K
(thn)
1 152733 RK P 38 Awal : 140/90 1. CAP Ur: 104 mg/dL Ur: 21 mg/dL
Akhir : 130/80 Cr:4,13 mg/dL Cr: 1,2 mg/dL
eGFR: 67
eGFR:16,97ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
Albumin: 2,9 g/dL Albumin: 2,5 g/dL
Awal : 1.Hipertensi
2 565867 RB L 51 200/150 Urgensi Ur: 123 mg/dL Ur: 23 mg/dL
Akhir : 130/80 2. Gagal jantung Cr:2,7 mg/dL Cr: 2 mg/dL
eGFR: 62
eGFR:82 ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
3 154177 IS L 51 Awal : 180/80 1. Stroke Ur: 126mg/dL Ur: 20 mg/dL
Akhir :110/70 Cr:1,26 mg/dL Cr: 1,2 mg/dL
eGFR: 80
eGFR:8,07 ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
Awal :
4 154382 SK P 55 190/110 1. Kolestrol Ur: 11,0mg/dL Ur: 21,0mg/dL
2. Hipertensi
Akhir :130/87 Urgensi Cr:2,3 mg/dL Cr: 1,1 mg/dL
eGFR: 59
eGFR:62 ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
Awal : 1. Hipertensi
5 154364 MRA P 44 186/120 Urgensi Ur: 18,0mg/dL Ur: 17,0mg/dL
Akhir :130/80 Cr:1,3 mg/dL Cr: 1 mg/dL
eGFR: 68
eGFR:62 ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²

59
Awal :
6 139590 JL P 59 220/110 1. Gagal ginjal Ur: 1,0mg/dL Ur: 17,0mg/dL
Akhir :130/80 Cr: 3 mg/dL Cr: 1,2mg/dL
eGFR: 62
eGFR:72 ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
Awal :
7 146022 HT L 44 190/100 1. Dispesia Ur: 83 mg/dL Ur: 19 mg/dL
Akhir :130/86 2. Hipertensi Cr: 10,76mg/dL Cr: 0,6 mg/dL
eGFR: 7,14
eGFR:7,14 ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
1. Hipertensi
8 159085 DSI P 55 Awal : 210/99 Urgensi Ur: 45 mg/dL Ur: 20mg/dL
Akhir :130/78 2. Vertigo Cr: 1,3mg/dL Cr: 1,3 mg/dL
eGFR: 59
eGFR: 56 ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
9 161384 ET P 37 Awal : 150/96 1. Hipokalemia Ur: 49 mg/dL Ur: 15 mg/dL
Akhir :120/80 2. CAP Cr: 6,07mg/dL Cr: 1,1 mg/dL
eGFR: 52
eGFR: 62 ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
Awal :
10 110100 NR P 52 170/100 1. Hipokalemia Ur: 22 mg/dL Ur: 19 mg/dL
Akhir :130/80 2. Hiperurisemia Cr: 2 mg/dL Cr: 1 mg/dL
eGFR: 69
3. ISK eGFR: 59 ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
Awal :
11 166766 HSS L 56 200/102 1. DM tipe II Ur: 115 mg/dL Ur: 15 mg/dL
Akhir :130/83 2. Hipertensi Cr: 11 mg/dL Cr: 11 mg/dL
eGFR: 60
eGFR: 70 ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
12 168570 SMH P 50 Awal : 1. Hipertensi Ur: 11,0 mg/dL Ur: 19 mg/dL

60
220/130 Urgensi
Akhir :120/90 Cr: 2,3 mg/dL Cr: 0,9 mg/dL
eGFR: 82
eGFR: 72 ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
Awal :
13 163797 SN P 30 149/110 1. Gastritis akut Ur: 28,0 mg/dL Ur: 21 mg/dL
Akhir :120/80 2. Hipertensi Cr: 2,8 mg/dL Cr: 0,8 mg/dL
eGFR: 72
eGFR: 72 ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
14 163795 SRI P 42 Awal : 160/90 1. OBS Ur: 16,0 mg/dL Ur: 16 mg/dL
Akhir :130/83 2. Vomitus Cr: 1,3 mg/dL Cr: 1 mg/dL
eGFR: 82
3. Hipertensi eGFR:62 ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
Awal :
15 163856 NH P 51 190/120 1. Kolestrol Ur: 82 mg/dL Ur: 20 mg/dL
2. Hipertensi
Akhir :126/80 Urgensi Cr: 11,7 mg/dL Cr: 1,1 mg/dL
eGFR: 70
eGFR: 4,8 ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
16 163932 RHM L 24 Awal : 139/60 1. Hipokalemia Ur: 27,0 mg/dL Ur: 24 mg/dL
Akhir :110/80 2. Hiperurisemia Cr: 2,3 mg/dL Cr: 1,1 mg/dL
eGFR: 66
3. ISK eGFR: 4,6 ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
Awal :
17 137716 DD L 29 140/100 1. Stroke Ur: 24,5 mg/dL Ur: 23 mg/dL
Akhir :120/90 Cr: 1,3 mg/dL Cr: 1,2 mg/dL
eGFR: 82
eGFR: 72 ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
Awal :
18 164335 AM L 32 150/120 1. DBD Ur: 23,9 mg/dL Ur: 17 mg/dL

61
Akhir :130/76 2. Hipertensi Cr: 1,8 mg/dL Cr: 1 mg/dL
eGFR: 62
eGFR: 62 ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
19 164353 MI L 44 Awal : 150/90 1. Kolestrol Ur: 22,0 mg/dL Ur: 24 mg/dL
2. Hipertensi
Akhir :130/76 Urgensi Cr: 1,3 mg/dL Cr: 1,1 mg/dL
eGFR: 72
eGFR: 62 ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
Awal :
20 164441 KA P 54 201/110 1. Jantung Ur: 21,0 mg/dL Ur: 20 mg/dL
2. Hipertensi
Akhir :136/90 Urgensi Cr: 2,1 mg/dL Cr: 1 mg/dL
eGFR: 67
eGFR: 62 ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
Awal :
21 164507 ID P 50 220/115 1. DM tipe II Ur: 120 mg/dL Ur: 19 mg/dL
Akhir :142/89 2. Hipertensi Cr: 11,23 mg/dL Cr: 1,3mg/dL
eGFR: 8,04 eGFR: 74
ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
Awal :
22 159255 DM L 28 169/101 1. Stroke Ur: 25,0 mg/dL Ur: 24 mg/dL
Akhir :128/86 2. Hipertensi Cr: 2,0 mg/dL Cr: 1 mg/dL
eGFR: 70
eGFR: 70 ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
Awal :
23 123628 SAA P 41 150/119 1. Riwayat Stroke Mcv: 65,0 fi Mcv: 59,0 fi
Akhir :122/80 2. Hemiperase Mch: 22,0 pg Mch: 20,0 pg
Mchc: 33,0 g/dL Mchc: 28,0 pg g/dL
24 161619 IR P 46 Awal : 180/90 1. Dispnea Ur: 83 mg/Dl Ur: 21 mg/dL

62
Akhir :120/76 2. CHF Cr: 11,0 mg/dL Cr: 1,0 mg/dL
eGFR:
eGFR: 62 ml/min/1,73m² 92ml/min/1,73m²
25 161717 ADL L 42 Awal : 170/67 1. Hipokalemia Ur: 103 mg/Dl Ur: 21 mg/dL
Akhir :120/78 2. Hiperurisemia Cr: 4,13 mg/dL Cr: 1,0 mg/dL
eGFR: 16,98 eGFR: 92
3. ISK ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
26 538526 TG L 38 Awal : 150/90 1.Stroke Ur: 44 mg/Dl Ur: 22 mg/dL
Akhir :120/80 2. Hiperglikemia Cr: 1,5 mg/dL Cr: 1,2 mg/dL
eGFR: 52,4 eGFR: 72,4
ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
1. Hipertensi
27 155817 EN P 56 Awal : 176/87 emergenci Ur: 52,4 mg/Dl Ur: 22 mg/dL
Akhir :120/70 2. TTH Cr: 2,7 mg/dL Cr: 1,1 mg/dL
eGFR: 75
eGFR: 6,5 ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
Awal :
28 162540 EMC P 55 204/120 1. Stroke Ur: 43,0 mg/Dl Ur: 20 mg/dL
Akhir :140/80 2. Hipertensi Cr: 1,3 mg/dL Cr: 1,3 mg/dL
eGFR: 82
eGFR: 62 ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
Awal :
29 161619 ID L 40 223/114 1. CAP Ur: 34,0 mg/Dl Ur: 19 mg/dL
2. Hipertensi
Akhir :132/89 Urgensi Cr: 1,2 mg/dL Cr: 1,1 mg/dL
eGFR: 62
eGFR: 72 ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
1. Hipertensi
30 168478 MSR L 45 Awal : 160/90 Urgensi Ur: 25,0 mg/Dl Ur: 23 mg/dL

63
Akhir :120/77 2. Vertigo Cr: 1,6 mg/dL Cr: 1,1 mg/dL
eGFR: 72
eGFR: 82 ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
Awal :
31 147172 MM L 48 201/104 1. Hiperurisemia Ur: 105 mg/Dl Ur: 15 mg/dL
Akhir :135/87 2. ISK Cr: 4,3 mg/dL Cr: 0,8 mg/dL
eGFR: 16,2 eGFR: 60
ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
Awal :
32 147172 UM L 48 200/102 1. Dispenea Ur: 21,0 mg/Dl Ur: 20 mg/dL
Akhir 120/80 2. CHF Cr: 10,7 mg/dL Cr: 1,1 mg/dL
eGFR: 78
3. CKD eGFR: 62 ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²
Awal : 1.Hipertensi
33 170603 AR L 44 190/100 Urgensi Ur: 70,0 mg/Dl Ur: 24 mg/dL
Akhir 120/78 2. Vertigo Cr: 6,23 mg/dL Cr: 1,2 mg/dL
eGFR: 60
eGFR: 9,3 ml/min/1,73m² ml/min/1,73m²

64

Anda mungkin juga menyukai