Anda di halaman 1dari 7

MACAM OLAHAN PRODUK JAHE KERING: MINI REVIEW

Ni Komang Widiastuti
19121301002
Universitas Dhyana Pura
*Coresponding author: nkwidyaa1234@gmail.com

Abstrak
Jahe (Zingiber officinale Rosc) termasuk salah satu komoditas rempah dan obat yang juga
merupakan tanaman prioritas dalam temu-temuan. Penggunaan jahe sangat sesuai untuk
berbagai macam olahan karena selain mempunyai rasa dan aroma yang enak dan khas, juga
memiliki fungsi sebagai obat yaitu untuk memperbaiki pencernaan, menambah nafsu makan,
memperkuat lambung dan mencegah infeksi. Sebelum diolah lebih lanjut saat disimpan jahe
segar memiliki beberapa kerugian seperti memerlukan banyak tempat (bulky), mutu dan
flavour bervariasi tergantung pada umur, selama penyimpanan memungkinkan kehilangan
minyak atsiri atau komponen lainnya. Produk olahan jahe telah banyak beredar di pasaran
untuk produk antara diantaranya adalah jahe kering (simplisia), bubuk, minyak jahe, oleoresin
jahe dan mikrokapsul oleoresin jahe, sedangkan untuk produk jadi yang diusahakan oleh
industri makanan dan minuman diantaranya adalah bumbu masak instan, pikel atau asinan jahe,
anggur, sirup, permen jahe, wedang dan serbat jahe. Dalam industri farmasi jahe banyak
digunakan untuk obat dalam (oral) produknya antara lain obat batuk dalam bentuk sirup
(komix, OBH jahe), bentuk tablet/ kapsul zinaxin rapid untuk obat rematik dan untuk obat luar
minyak jahe digunakan dalam bentuk balsam, parem kocok, koyo dan lain-lain
Kata kunci: produk antara, jahe kering, minyak jahe, oleoresin

PENDAHULUAN dikembangkan secara serius oleh petani.


Areal pertanaman dan produksinya selama
5 tahun terakhir menunjukkan peningkatan
yang berarti, luas pertanaman pada tahun
2003 mencapai 58.909,529 ha dengan
produksi sebesar 125.386.480 ton dan pada
tahun 2007 meningkat hampir dua kalinya
menjadi 99.652,007 ha dengan produksi
178.502,542 ton (Anonymous, 2008).
Gambar 1. Rimpang Jahe Ekspor jahe dapat dilakukan dalam
Sumber: dokumentasi pribadi bentuk segar, kering maupun olahan.
Jahe (Zingiber officinale Rosc) termasuk Volume ekspor jahe segar tahun 2001
salah satu komoditas rempah dan obat juga mencapai 7.606.632 kg dengan nilai US$
merupakan tanaman prioritas dalam temu- 2.608.369 dan pada tahun 2005 mengalami
temuan, dengan permintaan pasar yang penurunan menjadi 2.401.188 kg dengan
cukup tinggi baik di dalam maupun di luar nilai US$ 2.175.000, untuk jahe kering
negeri dan memberikan peluang untuk 542.814 kg dengan nilai US$ 902.461
(Anonymous, 2005). Selain diekspor,
ternyata jahe juga diimpor dari China persyaratan bahan, jenis kemasan yang
sebesar 1.006,865 kg dengan nilai US$ digunakan dan kondisi ruang penyimpanan.
524.582 (Anonymous, 2008). Bahan yang akan disimpan dalam
wadah/kemasan harus dalam keadaan
Selain untuk ekspor penggunaan jahe
bersih, tertutup rapat, bebas hama dan
untuk konsumsi dalam negeri juga cukup
jamur dan juga kadar air tidak terlalu tinggi
besar. Serapan jahe pada pasar obat
yaitu ± 10 %. Keuntungan jahe bentuk
tradisional menduduki peringkat kedua di
kering yaitu mempunyai volume yang lebih
antara simplisia bahan baku obat dengan
kecil sehingga memudahkan penyimpanan
rata-rata permintaan antara tahun 1990
dan transportasi, awet, cita rasanya lebih
sampai dengan 1998 mencapai 294,83 ton
menonjol, lebih menjamin mutu produk
simplisia (jahe kering) atau setara dengan
akhir karena dapat distandarisasi.
1474,17 ton jahe segar (Anonymous, 2002).
Penggunaan jahe untuk berbagai macam Untuk itu artikel ini akan mengulas
olahan selain mempunyai rasa dan aroma mengenai macam hasil olahan dari jahe
yang enak dan khas, juga memiliki fungsi kering yang secara khusus dimanfaatkan
sebagai obat yaitu untuk memperbaiki sebagai obat tradisional.
pencernaan, menambah nafsu makan,
A. KERAGAMAN JAHE
memperkuat lambung dan mencegah
infeksi. Hal ini disebabkan oleoresin pada Dilihat dari bentuk dan warna
jahe dapat merangsang selaput lendir perut rimpangnya, di Indonesia dikenal tiga jenis
besar dan usus. Selain itu juga untuk obat jahe (Anonymous, 1989) yaitu jahe besar
batuk, rematik, sakit kepala dan berguna mempunyai ukuran rimpang yang besar dan
untuk wanita yang baru melahirkan berwarna putih kekuningan, rasanya tidak
(Rodriquez, 1971). terlalu pedas bila dibandingkan dengan jahe
lainnya, kadar minyak atsirinya (2-3%),
Jahe kering dalam bentuk serbuk untuk
biasa digunakan sebagai bahan makanan
konsumsi perorangan sudah mulai
dan minuman seperti sirup, manisan, pikel
dipasarkan. Produknya dikemas dalam
dan bumbu masak. Di Jawa Barat dikenal
wadah kantong plastik atau botol plastik.
dengan nama jahe badak atau jahe gajah,
Dalam jumlah besar serbuk jahe diperlukan
sedangkan di Sumatra khususnya di
oleh industri jamu, farmasi dan minuman
Bengkulu dikenal dengan nama jahe
untuk diolah menjadi ekstrak, minyak jahe,
kombongan. Jenis jahe ini paling banyak di
oleoresin dan berbagai macam kembang
ekspor dalam bentuk jahe segar.
gula atau minuman. Menurut Paimin
(1993), permintaan rimpang jahe untuk Jahe kecil atau jahe emprit ukuran
industri makanan dan minuman cukup rimpangnya kecil dan berwarna kuning
tinggi, salah satu produsen kembang gula pucat, mempunyai rasa yang lebih pedas
setiap bulannya membutuhkan 10 ton jahe dibandingkan jahe besar, kadar minyak
emprit kualitas baik sedangkan untuk atsirinya (3-3,3%), banyak digunakan
pabrik sekoteng di daerah Yogyakarta sebagai bahan obat dan jamu, juga dapat
membutuhkan jahe emprit 1- 2 ton / bulan digunakan untuk bumbu dan oleoresin. Jahe
dan PT Djasulawangi 100 ton / tahun. merah atau jahe sunti rimpangnya
berukuran kecil, berwarna merah dan
Jahe kering sebelum digunakan biasanya
berserat kasar. Rasa dan aromanya tajam
disimpan dalam waktu cukup lama, supaya
karena mengandung minyak atsiri paling
tahan lama maka teknik penyimpanan yang
tinggi yaitu 3-3,5%.
murah adalah dengan memperhatikan
B. PENGOLAHAN JAHE KERING 210 kg untuk mencapai kadar air 8,8%
dibutuhkan waktu 22 jam.
Jahe kering (simplisia jahe) banyak
digunakan oleh industri obat tradisional Dalam perdagangan dikenal dua bentuk
seperti jamu atau diolah lebih lanjut jahe kering yaitu tanpa pemutihan dan
menjadi produk antara seperti bubuk jahe, dengan pemutihan (bleaching).
minyak jahe, oleoresin dan mikrokapsul. Pembleachingan selain bertujuan untuk
Pengolahan jahe kering biasanya memperbaiki penampilan (kecerahan) dari
menggunakan jahe berumur 9 bulan dengan jahe kering, juga untuk pengawetan agar
kandungan air sekitar 85%. Rimpang jahe selama penyimpanan tidak diserang oleh
hasil panenan dicuci bersih, diiris jamur dan hama gudang (serangga),
melintang (slice) atau membujur (split) pembleachingan dilakukan sebelum proses
dengan ketebalan 3-4 mm, kemudian pengeringan, jahe terlebih dahulu di
dijemur dengan cara dihamparkan di atas rendam dalam larutan air kapur pada suhu
plastik; rak bambu dengan bantuan alat sekitar 60o C. Risfaheri dan Yuliani (1990),
pengering seperti oven atau KPES (Kamar membuat jahe kering dengan
Pengering Energi Surya). Jahe dinyatakan pembleacingan menggunakan larutan
kering dilihat dari kadar airnya yaitu sekitar kapur. Semakin lama perendaman, jahe
10%. semakin keras dan baik penampilannya,
kadar abunya makin tinggi karena adanya
penambahan dari air kapur. Sedangkan
untuk kadar minyak, semakin lama
perendaman, kadar minyak atsiri makin
berkurang. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena pengaruh larutan panas
kapur kemudian merusak jaringan tempat
minyak atsiri sehingga mendorong
Gambar 1. Pengeringan simplisia jahe terjadinya penguapan senyawa volatil dari
Sumber: dokumentasi pribadi minyak atsiri.
Lama pengeringan jahe dengan cara Alamsyah, et. al. (2001) melakukan
penjemuran dengan sinar matahari pemutihan jahe dengan perendaman dalam
umumnya membutuhkan waktu sekitar 5-9 larutan kapur dan natrium bisulfit. Proses
hari, sedangkan pengeringan dengan pemutihan dilakukan dalam larutan kapur
bantuan alat pengering pada suhu 50-60o C (CaO) 7% selama 4,5 menit dan natrium
membutuhkan waktu selama 2-3 hari. bisulfit (NaHSO3) 0,2% selama 15 menit,
Kadarisman et al., (1990) telah membuat kemudian dikeringkan dalam alat
rancang bangun alat pengering tipe rak pengering sistem lapisan tipis dalam
yang dimodifikasi dari pengering sistem berbagai suhu pengeringan (40OC, 45OC,
oven. Sebagai sumber panas digunakan 50OC dan 55OC). Hasil percobaan
bahan bakar minyak tanah. Pemanasan menunjukkan bahwa perlakuan
udara pengering dilakukan secara tidak perendaman tidak berpengaruh terhadap
langsung melalui pipa-pipa besi sebagai rendemen hasil, tetapi berpengaruh
pemindah panas. Suhu udara pengering terhadap nilai kecerahan jahe kering, hasil
dapat mencapai sekitar 700 C, lama uji organoleptik dan nilai koefisien
pengeringan untuk jahe segar dengan berat rehidrasi. Nilai kecerahan jahe kering
dengan perlakuan larutan kapur lebih baik
dibandingkan dengan larutan bisulfit. Dari Penyimpanan jahe dalam bentuk bubuk
hasil uji organoleptik diketahui bahwa sangat riskan karena selama penyimpanan
warna dan tekstur jahe kering hasil proses penguapan minyak atsiri dalam
perendaman dengan bisulfit lebih disukai, bentuk bubuk lebih cepat menguap (1,22%)
sedangkan untuk aroma, perendaman dibandingkan jahe keringnya/simplisia
dengan CaO lebih disukai daripada dengan (1,96-2,08%). Proses penguapan minyak
bisulfit. Nilai koefisien rehidrasi dengan atsiri akan tetap berlangsung walaupun
CaO lebih rendah dibandingkan dengan sudah disimpan dalam wadah yang kedap
bisulfit. udara. Untuk itu disarankan agar
penyimpanan dalam bentuk bubuk
C. PENYIMPANAN JAHE KERING
sebaiknya dalam kemasan satu kali pakai
Hal yang harus diperhatikan selama (sachet) dan selanjutnya disimpan dalam
penyimpanan jahe kering yaitu kadar air wadah stoples kaca. Bila memungkinkan,
bahan, kondisi ruangan serta jenis produk disimpan dalam ruang ber-AC
pengemas. Faktor tersebut dapat untuk meminimalkan proses penguapan
mengakibatkan mutu menurun dan tidak minyak atsiri. Disarankan agar
memenuhi standar. Untuk memperpanjang penyimpanan dalam waktu lama sebaiknya
daya simpan jahe kering, sebaiknya kadar dalam bentuk jahe kering irisan atau
air awal bahan kering yang akan disimpan simplisia.
harus kurang dari 10%. Kadar air lebih dari
D. PRODUK OLAHAN JAHE
10% memungkinkan untuk tumbuh jamur,
KERING
bakteri dan serangga.
Kondisi ruangan yang tepat untuk 1. Bubuk Jahe
penyimpanan jahe kering adalah ruangan
Bubuk jahe dibuat dari jahe kering
yang mempunyai sirkulasi udara cukup
kemudian digiling dengan hammer mill
baik. Dari hasil penelitian Winarti dan
dengan ukuran 50-60 mesh (Purseglove et
Yuliani (2001), penyimpanan jahe kering di
al., 1981 dan Rusli, 1986). Faktor-faktor
ruang berpendingin (air conditoned/AC)
yang mempengaruhi mutu bubuk jahe di
hingga 9 bulan masih memenuhi Standar
antaranya adalah jenis jahe, ukuran partikel,
Mutu Perdagangan RI untuk jahe kering
kadar air dan kadar minyak atsiri. Jenis jahe
yaitu kadar air maksimal 12,0%, kadar
sangat tergantung dari keperluan, untuk
minyak minimal 1,5% dan kadar abu
jamu biasanya digunakan jahe emprit atau
maksimal 8,0%. Kadar minyak dan abu dari
jahe merah, sedangkan untuk bumbu,
jahe kering yang disimpanan di ruangan
minuman atau konsumsi rumah tangga
berpendingin (20OC) memberikan hasil
lebih diminati dari jenis jahe besar atau jahe
lebih baik bila dibandingkan dengan yang
badak, karena jahe ini mempunyai aroma
disimpan di suhu ruang walaupun keduanya
dan rasa yang tidak terlalu pedas dan
memenuhi persyaratan. Penurunan kadar
menyengat. Bubuk jahe dengan ukuran
minyak pada suhu ruang lebih tinggi
partikel 50-60 mesh biasanya digunakan
dibandingkan pada ruangan ber-AC karena
untuk pembuatan oleoresin atau minyak
kondisi suhu ruang lebih panas sehingga
jahe, sedangkan bubuk jahe untuk
terjadi penguapan minyak atsiri.
konsumsi perorangan /rumah tangga
Jahe merupakan komoditas pertanian ukuran partikelnya lebih halus yaitu 80
yang mengandung senyawa aktif minyak mesh.
atsiri yang bersifat mudah menguap.
biasa disebut dengan metode kukus (water
and steam distillation) dan ketiga metode
perebusan (water distillation). Penyulingan
dengan bahan jahe kering lebih cocok
dilakukan secara dikukus. Bila jahe yang
disuling dalam jumlah banyak, maka
sebaiknya jahe dalam ketel dibagi atas
beberapa fraksi untuk memudahkan dan
meratakan aliran uap dengan kerapatan
Gambar 2. Serbuk jahe bahan dalam ketel (bulk density) 200-800
Sumber: dokumentasi pribadi g/l. Proses penyulingan jahe ini
membutuhkan waktu 8 jam dengan
Bubuk jahe biasanya mengalami
rendemen minyak sekitar 3-4,5%. Untuk
penyimpanan cukup lama mulai dari
jahe basah sebaiknya disuling dengan
diproduksi hingga sampai ke tangan
sistem uap langsung dengan tekanan 2,5
konsumen. Agar bubuk ini masih awet saat
atm (Rusli dan Risfaheri, 1992).
akan digunakan maka perlu diperhatikan
kadar airnya, persyaratan kadar air bubuk 3. Oleoresin Jahe
jahe menurut British Standard maksimal
12%. Kadar air lebih dari 12% merupakan Oleoresin jahe merupakan campuran
media yang baik untuk pertumbuhan yang homogen antara resin dan minyak
bakteri, jamur dan hama gudang. atsiri yang diperoleh dari hasil ekstraksi
Penyimpanan sebaiknya dalam jahe kering menggunakan pelarut organik.
wadah/kemasan bersih, tertutup rapat, Oleoresin jahe mempunyai rasa yang pedas
bebas hama dan jamur serta kadar airnya dan aroma yang cukup kuat seperti jahe
tidak terlalu tinggi yaitu sekitar 10%. dalam bentuk segar. Bentuk oleoresin
Persyaratan kadar minimal minyak atsiri adalah cairan pekat berwarna coklat tua.
untuk bubuk jahe adalah 1,5%, untuk Oleoresin umumnya digunakan dalam
menghasilkan bubuk jahe dengan kadar industri kue, daging, makanan kaleng dan
minyak diatas 1,5% sebaiknya dipilih dari bumbu masak.
bahan baku cukup umur yaitu 9 bulan Oleoresin mempunyai berbagai
dimana pada umur tersebut kandungan keuntungan diantaranya adalah bentuknya
minyak atsirinya dalam keadaan optimal. seragam, terstandardisasi, kandungan
2. Minyak Jahe senyawa aktifnya lengkap, bersih, bebas
dari cemaran mikroba, kadar airnya sangat
Minyak jahe dapat diperoleh cara rendah atau hampir tidak ada, dan
penyulingan. Bahan baku yang digunakan mempunyai masa simpan yang cukup lama.
berasal dari jahe kering yang diambil dari Oleoresin jahe selain memiliki keuntungan
jahe segar berumur 9 bulan. Sebelum juga mempunyai berbagai kerugian
disuling jahe kering digiling kasar dengan diantaranya adalah sangat pekat dan
alat hammer mill, selanjutnya segera kadang-kadang lengket sehingga sulit
disuling supaya minyak atsirinya tidak ditimbang dengan tepat, sejumlah oleoresin
menguap. masih menempel pada wadahnya ketika
dituang, dan apabila tidak dikontrol dengan
Ada tiga metode penyulingan, yang
baik masih mengandung residu atau sisa
pertama metode uap langsung (steam
pelarut yang melebihi batas yang
distillation), kedua metode uap dan air
ditentukan (Anonymous, 2009 dan Susanto, olahannya. Sebelum diolah lebih lanjut saat
1989). disimpan jahe segar memiliki beberapa
kerugian seperti memerlukan banyak
Ekstraksi oleoresin dipengaruhi oleh
tempat (bulky), mutu dan flavour bervariasi
beberapa faktor yaitu penyiapan bahan
tergantung pada umur, selama
sebelum ekstraksi, jenis pelarut, metode
penyimpanan memungkinkan kehilangan
dan kondisi proses ekstraksi dan proses
minyak atsiri atau komponen lainnya.
pemisahan/penguapan pelarut dari hasil
ekstraksi. Pelarut yang digunakan untuk Produk olahan jahe telah banyak beredar
pembuatan oleoresin adalah pelarut organik di pasaran untuk produk antara diantaranya
yang aman dan tidak toksik seperti etil adalah jahe kering (simplisia), bubuk,
asetat, alkohol, aseton, heksan, metanol dan minyak jahe, oleoresin jahe dan
lain-lain. Pelarut yang paling umum mikrokapsul oleoresin jahe, sedangkan
digunakan adalah alkohol, karena memiliki untuk produk jadi dari jahe yang
beberapa keuntungan yaitu mempunyai diusahakan oleh industri makanan dan
titik didih rendah, aman, tidak beracun dan minuman diantaranya adalah bumbu masak
tidak mudah terbakar. Namun demikian, instan, pikel atau asinan jahe, anggur, sirup,
alkohol juga memiliki kelemahan yaitu permen jahe, wedang dan serbat jahe.
larut di dalam air sehingga alkohol akan Dalam industri farmasi jahe banyak
melarutkan komponen yang larut dalam air digunakan untuk pengobatan dalam (oral)
seperti karbohidrat, resin dan gum sehingga produknya antara lain obat batuk dalam
kemurnian oleoresin berkurang. Untuk bentuk sirup (komix, OBH jahe), bentuk
memenuhi standar oleoresin, ekstrak tablet/ kapsul zinaxin rapid untuk obat
oleoresin yang diperoleh harus dikisatkan rematik dan untuk obat luar minyak jahe
atau diuapkan pelarutnya sampai batas yang digunakan dalam bentuk balsam, parem
distandarkan untuk tiap jenis pelarut. kocok, koyo dan lain-lain.
Pemisahan pelarut umumnya dilakukan
Pengembangan produk jahe kering
dengan penguapan vakum pada suhu sekitar
dalam berbagai bentuk produk antara
40oC untuk menghindari penguapan
maupun produk jadi sangat menguntungkan
minyak atsirinya (Purseglove, et. al., 1981
dan belum jenuh, hal ini disebabkan karena
dan Susanto, 1989).
permintaan pasar yang cukup tinggi baik di
Oleoresin bersifat sensitif terhadap dalam maupun di luar negeri dengan
cahaya, panas dan oksigen sehingga demikian memberikan peluang untuk
mempunyai masa simpan yang terbatas. dikembangkan secara serius oleh petani,
Selain itu, bentuknya berupa cairan kental industri makanan dan minuman juga
yang lengket menyulitkan penanganannya. industri farmasi.
Mikrokapsulasi menawarkan solusi pada
permasalahan tersebut, dengan
menambahkan bahan pengkapsul oleoresin DAFTAR PUSTAKA
yang lengket akan menjadi bubuk yang
mudah untuk diaplikasikan. Alamsyah, R, P. Mahdar dan N. Rachman.,
2001. Pengaruh Penambahan NaHSO3
PENUTUP dan CaO Terhadap Karakteristik
Pengeringan Jahe Rajangan. Warta
Jahe termasuk rempah yang banyak
AKAB, No 13. Deperindag. Pusat
digunakan dan diperdagangkan dalam
Pendidikan dan Pelatihan Industri dan
bentuk segar, kering maupun produk
Perdagangan, Akademi Kimia Analis, Paket Teknologi Pertanian. 11-14
Bogor. Agustus 1992. Bandar Lampung. Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
Anonymous. 1989. Vademikum Bahan
Obat Alam. Ditjen POM. Departemen Rusli, S. 1986. Mutu dan Pengolahan Jahe.
Kesehatan RI. Jakarta : 46,47,117. Makalah pada Temu Usaha dan Temu
Tugas Tanaman Rempah dan Obat. 13-
Anonymous, 2002. Agribisnis Tanaman
16 Maret 1986 di Semarang. Balai
Jahe. Booklet Badan Penelitian
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.
Susanto, E. 1989. Perkembangan ekstraksi
Anonymous. 2008. Statistik Produksi
oleoresin dari jahe. Warta Tumbuhan
Tanaman Biofarmaka di Indonesia
Obat Indonesia 6(1) ; 28-32.
Periode 2003-2008. Ditjen Hortikultura,
Jakarta. www.hortikultura.deptan.go.id Winarti dan S. Yuliani. 2001. Perubahan
karakteristik jahe kering selama
Anonymous. 2009. Khasiat & Manfaat Jahe
penyimpanan. Jurnal Goyuryoku VII (2)
Merah: Si Rimpang Ajaib.
h. 12-14.
http://books.google.co.id/
books?id=SnS1mSv3Z8C&printset
=frontcover#PPA36,M1,
Kadarisman, K., M.P. Lakmanahardja,
A.M. Syarief dan R. Hasbullah. 1990.
Rancangan dan uji kenampakan alat
pengering jahe kunyit tipe rak.
Proseding Seminar Nasional Teknologi
Pengeringan Komoditas Pertanian.
Jakarta, 21- 22 November 1990. Badan
Litbang Pertanian. h. 274-285.
Paimin, F.R. 1993. Jahe Emprit:
Permintaan meningkat pasokan merosot.
Trubus 285: 68-69.
Purseglove, J.W. Brown, C.L Green and
S.R.J. Robbins. 1981. Spices. Vol 2.
Longman, London.
Risfaheri dan S. Yuliani. 1990. Studi
pembuatan jahe kering yang
dibleaching. Buletin Balittro V. (1). h.
33-37. Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat.
Rodriquez. D.W. 1971. Ginger Comodity.
Buletin A. Agriculture Planning Unit,
Jamaica : 38-39.
Rusli, S dan Risfaheri, 1992. Penyulingan
Jahe. Makalah pada pertemuan Aplikasi

Anda mungkin juga menyukai