Interval Pemberian
Standar :
Dinyatakan: Sekian jam sekali
Setiap sekian jam
Sehari sekian kali
2. Saat/waktu pemberian
Saat Serangan
• Obat angina pektoris
• Obat Migrain - cefalgi
3. Tehnik cara pakai
Disesuaikan dengan :
• Rute pemberian : obat dalam - luar
• Bentuk sediaan obat
Interval Pemberian ditentukan oleh :
• Waktu paruh [t1/2] obat
Ultrafast, fast, slow, veryslow
• Lama kerja obat
Resepin: t 1/2 = 15 menit, kerjanya 36
jam
• Pada tindakan darurat
Kasus emergensi, kasus tindakan
khusus
Waktu paruh ( t1/2 )
Ultrafast Slow
• Amoksisilin • Doksisiklin
• Kloksasilin • Griseovulvin
• Furosemide • Proktolol
• Penisilin-G
* bersama makanan
Untuk menghindari :
Aminofilin Klorpromazin
Asam asetilsalisilat Metronidazol
Codein Nitrofurantoin
Fenilbutazon Prednison
Ferrosulfat
Reserpin
Hidrokortison
Pirazolon
Indometasin
Isoniazid
2. Obat yang absorpsinya dipengaruhi oleh
makanan :
1.Obat-obat yang terganggu oleh makanan
Lain-lain :
Anti mikroba Levodopa
Ampisilin
Amoksisilin
Waktu makan obat :
Eritromisin
Linkomisin Saat lambung kosong
Oksitetrasiklin
Penisillin G/ V
Tetrasiklin
Isoniazid
Rifampisin
2. Obat yang baik dimakan bersama
makanan
Doksisiklin Hidralazin
Doksisiklin hiklat Hidroklorotiazid
Eritromisin etilsuksinat Propanolol
Griseofulvin ; lemak Metroprolol
Nitrofurantoin Reserpin
Obat dapat memodifikasi :
• Sekresi
• Peristaltik usus
Contoh :
obat antikholinergik menurunkan
sekresi dan peristaltik usus
Antikholinergik: Senyawa
Golongan Alkaloid Belladona Kuarterner
Uretral Larutan-larutan
supositoria
1. Tablet bawah lidah
Untuk serangan penyakit jantung-
Angina/ Asma
(Nitrogliserin, Isoprenalin)
2. Tablet kunyah
Obat tukak lambung (sakit maag)
3. Tablet Isap
Penyegar mulut (obat Radang)
4. Tablet lapis usus
Tablet salut enterik (hancur di usus)
Diminum dengan air putih
Tablet:- tidak dikunyah, dipuyerkan
- tidak diminum dengan susu,
minuman alkalis, antasida
5. Obat memerlukan minum banyak
- Golongan Sulfa
- Obat Metronidazol (obat anti amoeba)
6. Obat tidak menggunakan air
banyak
Obat tukak lambung/ Antasida suspensi
7. Tidak diminum bersama susu
– Vitamin C + zat besi
– Tetrasiklin
– Tablet salut usus
.
Epidermis
Dermis
Subkutis
Otot
• Injeksi dengan volume yang besar dilakukan
dengan cara infus intravenus dan disebut
“Intravenous Fluids” (Cairan Intravena).
• Diperkirakan sekitar 40 % dari semua
pemberian obat pada rumah sakit dilakukan
dengan cara injeksi dan penggunaan ini
meningkat.
• Cairan intravenus umumnya dilakukan pada
beberapa kondisi klinik dengan tujuan :
1. Koreksi pada gangguan cairan tubuh (pengganti
cairan ).
2. Koreksi terhadap gangguan keseimbangan
elektrolit tubuh.
3. Melengkapi unsur nutrisi dasar.
4. Hiperalimentasi parenteral pemberian jumlah
yang besar melampaui nutrisi yang normal.
5. Sebagai cairan pembawa untuk pemberian obat-
obat lain.
Pemberian Secara “Intermittent” Obat
Antibiotika dan Lainnya
Pemberian obat dengan cara ini dapat dilakukan
dengan salah satu dari 3 metode di bawah ini :
1. Suntikan Langsung Intravena
Pemberian ini diberikan dengan volume 1 - 5 ml, dalam
waktu yang singkat 1 - 5 menit.
Atau suntikan pada lokasi suntik karet penutup botol
infus yang tergantung, pemberian ini sangat cocok
dengan obat yang terbatas, dan berbahaya pada
pemberian dengan jumlah macam obat yang banyak.
2. Metode “Volume control” atau volume
terkontrol adalah pemberian infus larutan
obat dengan ukuran yang tepat pada
kecepatan aliran yang dikehendaki, melalui
perlengkapan “volume control sets” terdiri
dari serambi plastik berkalibrasi terletak
dibawah botol infus utama, sering pula
didempetkan dengan pemberian cairan
bebas.
Prosedur Pemberian Cairan
Intravenous “Intermittent” Melalui
Perlengkapan “Volume Control Sets”
sebagai berikut :
1. Dengan tehnik aseptik, paku jarum V.C. Sets
masukkan ke dalam botol infus utama atau
botol yang terpisah
2. Udara dikosongkan dari pipa dengan
membuka klem atas sehingga cairan mengalir.
3. Klem di atas kamar berkalibrasi dibuka dan
masukan cairan 25 sampai 50 ml, dari botol
utama atau botol lain yang terpisah.
4. Klem atas ditutup
5. Obat disuntikkan melalui lubang pada karet
pada “V.C. Sets”
6. Klem atas dibuka kembali mencukupi
larutan yang diperlukan antara 50 sampai
150 ml, kemudian ditutup.
7. Klem bawah dibuka dan cairan mengalir.
3. Metode “Piggy Back” (dukung-dukungan)
• Pemberian drip cairan infus ini berhubungan
dengan cairan kedua. Obat akan diatur
melalui venipuncture yang membuka
hubungan satu sistem intravena utama.
• Cara pemberian ini mempunyai beberapa
kelebihan :
1. Tehnik “PB” dapat menghindari
diperlukannya venipuncture yang lain.
2. Kelarutan obat pun cepat tercapai dalam
waktu yang singkat, biasanya 30 sampai 60
menit
3. Larutan obat ini dapat mengurangi iritasi,
cepat tercapainya kadar serum darah yang
tinggi, ini merupakan suatu pertimbangan
yang penting pada pengobatan seperti pada
infeksi yang serius, teristimewa pemberian
antibiotika
Metode ini terdiri dari botol infus dan
“infus set”, pada botol terdapat dua macam,
botol utama dan botol kedua yang lebih
kecil disebut botol mini “Peggy Back”
dengan volume 250 ml. Umumnya terdiri
dari antibiotika. “Infus set” dari botol
utama sama dengan I.S yang klasik hanya di
bawah klem utama terdapat cabang dari
karet berbentuk Y, satu cabang lain
disediakan untuk tempat injeksi dari “I.S.”
Botol kedua yang juga dilengkapi dengan klem
pengatur, sedangkan yang lainnya tidak mempunyai
klem pengatur tetapi menggunakan klep pengatur
yang terdapat dalam cabang “Y” dan secara
otomatis membuka dan menutup yang diatur oleh
tekanan cairan, pada cara ini botol mini digantung
lebih tinggi dari botol utama
Untuk menampung udara dan mengontrol
jumlah tetesan yang dihubungkan dengan pipa
plastik (slang) polyvinyl chloride dengan
panjang 1,5 - 3 meter, berakhir pada pangkal
jarum suntik.
Di bawah kamar drip ada klem yang dapat
mengatur jumlah tetesan yang diingini
Prosedur Persiapan dan Pemberian
Cairan Intravenous