Anda di halaman 1dari 75

Anthelmintik

PENYEBARAN CACING KREMI


(ENTEROBIUS VERMIKULARIS )
PENYEBARAN CACING GELANG
(ASKARIASIS)
PEPAYA
CARICA PAPAYA
Klasifikasi :
Ordo : Cystales/Parietales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya L.

Bagian tanaman yang digunakan:


Daun , biji, Getah buah, Akar, Bunga

Khasiat:
Stomakik, Emenagog, Antelmintik, Antiinflamasi,
Diuretik
Deskripsi
Tumbuhan berhabitus terna seperti pohon
dengan tinggi 8-10 m. Batang tumbuh lurus
ke atas dan tidak bercabang
Berbatang basah dengan bentuk silindrik.
Diameter 10-30 cm dan tinggi 3-10 m, tidak
mengayu, berongga di tengah, lunak,
mengandung banyak air dan terdapat getah
di dalamnya.
Daun letaknya berdekatan dengan pucuknya,
dengan helaian yang lebar. Diameter daun
25-75 cm yang terdiri dari 5-11 lobus tipis
dengan bentuk menjari (palmatus). Tangkai
daun panjang menyerupai pipa, panjangnya
25-100 cm dan tebalnya 0,15-1,5 cm. Halus,
kokoh, berongga, berwarna hijau
Bunga harum, putih kekuningan, berlapis lilin.
Buah berkulit tipis dan tidak mudah lepas dari
daging buah.
Biji pepaya terdiri dari lima lapisan. Lapisan
luar yang melindungi biji disebut sarkotesta
dan di bagian dalam biji disebut endosperm.
Bentuk biji agak bulat atau bulat panjang
dan kecil serta bagian luarnya dibungkus
oleh selaput yang berisi cairan. Biji berwarna
putih jika masih muda dan berwarna hitam
setelah tua.
Permukaan biji agak keriput dan dibungkus
oleh kulit ari yang sifatnya seperti agar serta
transparan.
Kandungan Kimia
Papain, karpain, pseudokarpain, nikotin, kontinin, miosmin,
glikosida karposida, kriptoksantin 6,7-epoksilinalol, sitrat,
malat, á-glutarat, tartarat, asam askorbat dan asam
galakturonat, bensilglukosinolat, bensil isotiosianat,
fenilasetonitril, avenasterol, asam 5-dehidro-kafeat,
karoten, sikloartenol.
Papain, kimopapain A dan B, proteinase A dan B, peptidase A,
lisozim, khitotransferase, glikosidase kalase,
pektinesterase, lipase, fosfatase, sikloligase, karpain,
pseudokarpain, prunasin (glikosida sianogenat), saponin,
fisin.
Daun: alkaloid poliketida; karpain, pseudokarpain,
glukosinolat, prunasin, saponin, fisin
Akar : kimopapain, papain, fitokinase, asam malat, kalsium
maleat dan karpain serta glikosida sianogenik.
Uji Praklinis
Pada penelitian in vitro menunjukkan
bahwa lateks papaya memiliki efek
untuk mengurangi infeksi telur
Ascariasis
Infusion biji papaya menunjukkan efikasi
yang tinggi melawan parasit
Aspiculuris tetraptera dan
Hymenolepis nana pada mencit.
Jumlah cacing berkurang hingga
hampir 100% dicapai pada mencit
yang terinfeksi H. nana yang menerima
infusion papaya pada dosis 1,2 g/
kgBB selama 3 hari.
Uji Klinik
Efikasi Carica papaya dengan obat sintetik modern terhadap
efek antelmintik cacing nematode
Penelitian dilakukan pada dairy farm di distrik Commewijne,
diambil partisipan yang telah terinfeksi cacing mematoda
secara alami. Partisipan dibagi menjadi tiga kelompok.
Kelompok pertma diberi perlakuan dengan levamisole
(antelmintik sintetik), kelompok kedua diberikan campuran
ekstrak daun dari buah papaya, dan kelompok ke tiga
sebagai control. Efek perlakuan diukur berdasarkan jumlah
telur cacing/gram (epp-egg per gram) feses
Hasil penelitian : efikasi dari levamisole dalam mereduksi
telur nematode hampir mencapai 100% dan efikasi dari
ekstrak buah dan daun papaya hampir mencapai 60%.
Penyiapan
Resep tradisional:
Obat cacing Akar pepaya 1 jari
tangan; Bawang putih 1 umbi; Air
100 ml, Direbus sampai mendidih,
diminum 2 kali sehari; tiap kali
minum 100 ml.
Kontraindikasi
Wanita hamil
 pemberian raw papain
memberikan efek embriotoksik dan
teratogenik serta menyebabkan
keguguran.
Peringatan
Dikarenakan akar pepaya
mengandung glikosida
sianogenik, maka ada risiko
keracunan sianin, terutama jika
menggunakan akar pepaya
segar. Karena akar pepaya
mengandung juga lateks, dan
lateks pepaya diketahui bersifat
embriolitik, maka jangan
digunakan oleh wanita hamil.
Efek yang Tidak Diinginkan
Reaksi alergi, termasuk serangan
asma, paralisis, hipotensi, bradikardi,
nyeri lambung.
Interaksi Obat
Meningkatkan INR (International
normalized ratio) pada penggunaan
dengan warfarin.
Toksisitas
Praktis tidak toksik. LD50 ekstrak
etanol 75% akar pepaya yang diberikan
secara oral pada tikus adalah lebih
besar dari 15 g/kgBB.
Penyiapan dan Dosis
Dosis harian (raw papain): tergantung
pada komposisi enzim yang
diperlukan.
Secara tradisional, akar pepaya
sebesar 3 cm, dipotong-potong
direbus dengan 4 gelas air, sampai
setengahnya, kemudian diminum
tiga kali sehari, setiap kali minum
sebanyak ¾ gelas.
Penyimpanan
Simpan di tempat sejuk dan kering,
di dalam wadah tertutup rapat,
jauh dari jangkuan anak-anak.
Pare
(Momordicacharantia)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Violales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Momordica
Spesies : Momordica charantia L.
Deskripsi Tanaman
Tanaman tahunan, tumbuh merambat atau memanjat dengan
alat pembelit, bercabang banyak, berbau tidak enak.
Batang berusuk lima, panjang 2-5m.
Daun tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5,3 cm, letak
berseling, bentuk bulat panjang, panjang 3,5-8,5 cm, lebar
4cm, berbagi menjari 5-7, pangkal berbentuk jantung,
warna hijau tua.
Buah bulat memanjang, dengan 8-10 rusuk memanjang,
berbintil-bintil tidak beraturan, panjang 8-30 cm, rasa pahit.
Warna buah hijau, bila masak menjadi jingga yang pecah
dengan 3 katup
. Biji banyak, cokelat kekuningan, bentuk pipih memanjang,
keras
Kandungan Kimia
Daun, buah, dan akar mengandung zat pahit (tipe
kukurbitasin suatu triterpen trisiklik) kukurbitasin
A,B,C,D,E,I, saponin.
Buah mengandung saponin, alkaloid (sedikit), asam amino
bebas, 5-hidroksitriptamin, momordisin , momordikosid F-1,
F-2, G, I, asam oksalat, asam oleat, pektin, polipeptida P,
asam stearat, stigmasterol, rubixantin.
Biji mengandung kukurbitin, 20-40% protein dan 30-50%
minyak lemak dengan komponen utama asam oleat, asam
linoleat (70-90%), zat pahit (momordikosid A, B, C, D, E, K,
I), saponin, visin.
Efek Farmakologis
Antidiabetes  pare dapat mencegah diabetes
tipe-II : menurunkan tingkat gula darah pada
kelinci normal
Antikanker  menghambat enzim guanilat
siklase  patogenesis dan replikasi tidak
hanya pada psoriasis, tapi juga leukimia dan
kanker.
Sistem pencernaan  purgatif dan emetic,
stimulan nafsu makan dan terapi infeksi
gastrointestinal
Antiobesitas  meningkatkan aktivitas
adenosin-5-monofosfat (AMPK) : enzim yang
memfasilitasi ambilan glukosa sel dan
oksidasi asam lemak.
Agen antimikroba  Ekstrak
daun memiliki aktivitas
antimikrobial spektrum
luas.
Aktivitas antivirus
Agen Anti HIV
Antihelmintik
Uji Preklinik
Ekstrak daun dan perasan buah pare  anthelmintik terhadap
cacing Ascaridia galli dan cacing tambang anjing.
Penelitian eksperimental ini berdesain post test only control
group menggunakan 192 cacing Ascaridia galli dibagi
menjadi 4 kelompok.
Kelompok 1diberi  infus daun pare konsentrasi 10g/100ml,
20g/100ml, dan 40g/100ml.
Kelompok 2 diberi  infus biji pare konsentrasi 10g/100ml,
20g/100ml, dan40g/100ml.
Kelompok 3 diberi piperazin sitrat0,5% sebagai kontrol
positif.
Kelompok keempat diberi NaCl0,9% sebagai kontrol negatif.
Data jumlah kematian total cacing
setiap 1 jam dianalisis probit untuk
mendapatkan LC100 dan LT100 infus
daun dan biji pare.
Hasil dari penelitian ini adalah :
Infus daun pare memiliki LC100
33,921gram/100ml dan LT100
23,314 jam sedangkan infus biji pare
memiliki LC100 31,578gram/100ml
dan LT100 33,793 jam.
Uji Klinik
Pemberian ekstrak dari
perasan buah pare
dengan dosis 3x3 gram
sehari selama 4 minggu
 diabetes militus tipe
noninsulin-dependent.
Dosis
Ekstrak Momordica charantia :
Untuk anak umur :
3-5 tahun  1 kali sehari 2 sendok makan
6-8 tahun  1 kali sehari seperempat gelas
9-12 tahun  2 kali sehari sepertiga gelas
Untuk dewasa : 2 kali sehari setengah gelas.

Efek Samping
Depresi sistem saraf pusat dan relaksasi otot,
kemudian stimulasi sistem saraf pusat,
simpatolitik, parasimpatomimetik, dan
simpatominetik.
Efek Yang tidak diinginkan
Kandungan vicine pada biji pare dan
menyebabkan favism-like syndrome  kondisi
akut yang ditandai dengan sakit kepala,
demam, nyeri perut sampai koma,mual,
muntah, anoreksia.
Interaksi
Pare mempunyai efek aditif bila dikonsumsi
bersamaan dengan hipoglikemik lain, misalnya
golongan sulfonilurea dan klorpropamid.
Pada tikus, efek penurun glukosa dari tolbutamid
(golongan sulfonilurea) diperkuat setelah
mengkonsumsi jus pare.
Toksisitas
LD50 ekstrak biji pare adalah 460 mg/100 g BB tikus
secara oral. Ekstrak biji pare dosis 460 mg/100 g BB
tikus secara oral, tidak menunjukkan gejala toksik.
LD50, LD10, LD100 ditentukan dengan menggunakan
mencit dengan metode Karber. LD50 ekstrak alkohol
buah pare yang belum matang sebesar 362,34
mg/100 g BB. LD10 dan LD100 berturut-turut adalah
268,6 mg/100 g BB. LD50 dari ekstrak jus buah pare
sebesar 91,9 mg/100 g BB. LD10 dan LD100 berturut-
turut 42 dan 188,2 mg/100 g BB.
Uji toksisitas subkronik
30 ekor tikus Wistar yang dibagi menjadi 6 kelompok (A,B,C,
D,E,F). Tiap kelompok diberi ekstrak etanol 90% pare secara
oral dengan konsentrasi yang berbeda selama 2 minggu.
Kelompok B-F diberikan ekstrak dengan dosis 100, 500,
800, 1200 dan 1500 mg/kg BB. Kelompok A sebagai
kelompok kontrol. Setelah 14 hari didapatkan 50% populasi
hewan uji mati pada dosis 1200 mg/kg BB dan pada dosisi
1500 mg/kg BB semua hewan uji mati.
Percobaan tikus putih jantan galur Sprague-Dawley berat
120-150 g.
Kelompok : kelompok kontrol : NaCl
Kelompok II, III, dan IV : ekstrak jus buah pare berturut-turut
2,1; 5,7; dan 9,2 mg/100 g BB/hari.
Kelompok V, VI dan VII: diberi ekstrak alkohol berturut-turut
13,4; 24,8 dan 36,2 mg/100 g BB/hari selama 3 bulan.
Pemberian jus atau ekstrak alkohol buah pare tidak
berpengaruh terhadap fungsi hati (SGPT dan SGOT) dan
fungsi ginjal (urea dan kreatinin) tikus.
Pemberian jus atau ekstrak alkohol meningkatkan berat
badan tikus secara signifkan.
Jus buah pare mentah (5 kg dalam 300 ml air) dosis 2
mL/ekor/hari pada tikus Sprague Dawley secara peroral
diberikan pada hari ke 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13 dan 14
kehamilan. Hasil menunjukkan 8,65% janin yang dihasilkan
mengalami cacat dibandingkan kontrol (1,62%) dan
sebanyak 31, 2% diantaranya mengalami cacat bawaan
ganda.
Kontra indikasi
- Masa kehamilan dan menyusui 
menyebabkan kontraksi rahim, pendarahan
Biji mengandung senyawa -trikosantin dan
momorkin yang bersifat abortif.
- Penderita yang hipersensitif.
- Anak-anak dan penderita hiplikemia
Peringatan
- Hati-hati penggunaan biji pare pada penderita
diabetes, gangguan hati dan ginjal
Aplikasi dan Penggunaan
Tradisional
10 lembar daun pare dicuci , lumatkan sampai lembut,
diseduh dengan air panas setengah gelas. Setelah dingin
disaring.
7 gram daun pare diseduh dengan seperempat gelas air
matang panas, diaduk dan disaring, tambah satu sendok
teh madu,minum sekaligus
Modern
GlyMordica Bitter Melon, 100% Natural, 450mg - 60 Caps
Kandungan :
Serbuk Momordica charantia
Bawang putih (Allium sativum)
Kingdom : Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Lilidae
Orde : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium L.
Spesies : Allium sativum L.
Deskripsi Tanaman
Tumbuhan berhabitus terna dengan tinggi 25-70 cm.
Batang lurus kaku , hijau beralur.
Daun mirip pita, pipih ,memanjang, panjang sampai 60 cm,
lebar 0,4-2,5 cm, permukaan datar, berdaging.
Bunga berbentuk payung, berwarna putih, mempunyai batang
semu yang terbentuk dari pelepah-pelepah daun.
Akar bawang putih terdiri dari serabut-serabut kecil yang
berjumlah banyak.
Kandungan Kimia
Kandungan kimia penting dari Umbi Allii Sativi adalah
senyawa sulfur.
Kandungan cysteine suloxides (misal: anilin) dan peptoda non
volatile γ-glutamylcysteine mencapai lebih dari 82% dari
total kandungan sulfur dalam bawang putih.
Thiosulfinates (misal: allicin), ajoenes (misal: Z-ajoene), dan
sulfides.
Efek Farmakologi
Perangsang kekebalan tubuh karena
merangsang makrofag, sel darah
putih yang menghancurkan
organisme asing sehingga dapat
digunakan untuk mengobati infeksi
virus pernafasan atas karena
kemampuannya untuk
membersihkan lendir dari paru-paru
dan membantu pasien.
Selain itu, berkhasiat sebagai
antikanker, Antibakteri (Matthew,
2009), dan anthelmintik (Yenny,
2006)
Uji Preklinik
In vitro
Penelitian eksperimental post test only control group
design.
234 cacing Ascaridia galli, dibagi menjadi 3 kelompok.
Kelompok 1 : perasan umbi bawang putih 10%, 25%, 50%,
60%, 75%, dan 100%.
Kelompok 2 : larutan piperazine sitrat 0,2%, 0,3%, 0,4%,
0,5%, 0,6%, dan 0,7% sebagai kontrol positif.
Kelompok 3: NaCl 0,9% sebagai kontrol negatif.
Tiap kelompok direplikasi 3 kali.
Volume yang diberikan adalah 25 ml untuk tiap cawan petri
yang berisi 6 ekor cacing. Setiap cawan petri diinkubasi
pada suhu 37oC dan kemudian diamati dan dicatat setiap
15 menit jumlah cacing yang mati dan atau paralisis.
LC50 dan LT50 perasan umbi bawang putih dihitung
menggunakan metode analisis probit.

KESIMPULAN
Perasan umbi bawang putih (Allium sativum) mempunyai
daya anthelmintik terhadap cacing Ascaridia galli secara
in vitro.
Seiring dengan kenaikan konsentrasi perasan umbi
bawang putih, maka semakin besar pula daya
anthelmintiknya.
Dosis
Sebutir bawang(4g): 4–12 mg dari allicin atau 2–5 mg allicin)
Serbuk bawang : 600–1200 mg dalam dosis terbagi
Ekstrak bawang tua : 1–7.2 g/hari
Perasan segar : 2–5 g
Minyak : 2–5 mg
Umbi kering : 2–4 g/hari
Tingtur : (1:5 in 45% alkohol) 3 kali/hari
Kontraindikasi
Sebaiknya tidak dikonsumsi oleh wanita menyusui
Peringatan
Efek kardiovaskular  antiplatelet, antitrombotik dan
fibrinolitik. Studi klinik menunjukkan penurunan yang
signifikan aktivitas agregasi platelet dan fibrinolitik.
Beberapa kasus , bawang putih dapat meningkatkan resiko
pendarahan, khususnya pada pasien yang akan menjalani
terapi bedah.
pada warfarin, bawang putih dapat meningkatkan waktu
pendarahan. Pembekuan darah pernah dilaporakan 2x lipat
lebih lama.
Berdasarkan sistem klasifikasi herbal oleh The american
Herbal Product Association (AHPA), bawang putih termasuk
dalam kategori kelas 2c (tidak boleh digunakan oleh ibu
menyusui)
Efek yang tidak diinginkan
Kardiovaskular :  takikardi dan hipotensi ortostatik.
Reaksi alergi dermatitis kontak ,serangan asma setelah
inhalasi serbuk yang mengandung bawang putih.
Konsumsi oral umbi segar, ekstrak atau minyak bawang putih
pada konndisi perut kosong dapat menyebabkan efek
samping ringan seperti : heartburn, mual, kembung,
muntah dan diare.
Mulut dan kulit badan berbau khas setelah mengkonsumsi
bawang putih.
nteraksi dengan obat
I

Mempengaruhi farmakokinetika dan farmakodinamika


obat antiretroviral.
Hindari penggunaan bersamaan dengan penghambat
protease, siklosporin, ketokonazol, itraconazole,
glukokortikoid, kontrasepsi oral, verapamil, diltiazem,
lovastatin, simvastatin dan atorvastatin.
Memiliki efek kardiovaskuler yang kompleks, sehinga
dapat berinteraksi dengan obat
antikoagulan/antiplatelet berupa peningkatan resiko
pendarahan, contohnya aspirin, klopidogrel,
tiklopidine, dipiridamol, heparin, fluinfion dan warfarin
Kemungkinan dapat berinteraksi dengan obat
antidiabetes klorpropamid dan analgesik parasetamol
Interaksi dengan tanaman lain
Dengan asidophilus, kemungkinan dapat menurunkan
absorpsi bawang putih.
Jika dikonsumsi bersamaan, beri selang waktu pemberian
minimal 3 jam.

Toksisitas
Umbi bawang putih tidak mutagenik pada uji in vitro
(Salmonella microsome reversion assay dann Escherichia
coli). Belum ada penelitian ilmiah mengenai keamanan dan
penggunaan suplemen yang mengandung bawang putih
selama kehamilan, sehingga disarankan untuk tidak
dikonsumsi oleh wanita hamil
Buah Nanas
Ananas comosus (L.)Merr.
Kandungan kimia
Nanas mengandung suatu enzim
proteolitik, enzim tersebut yaitu
enzim bromealin.5,6,7,8
Enzim bromealin tersebut diduga
berfungsi sebagai anthelmintik
dengan membuat paralisis cacing.
Uji efektivitas
In vitro
Perasan buah nanas dan infus daun
nanas memiliki daya anthelmintik
terhadap cacing Ascaridia galli pada
konsentrasi tertentu. Untuk khasiat
piperazin sitrat masih lebih baik bila
dibandingkan dengan perasan buah dan
infus daun nanas.
Anthelmintik dari nanas ,dimungkinkan
karena nanas mengandung enzim
bromealin yang dapat menginduksi
perombakan jaringan ikat atau kolagen
sehingga menyebabkan paralisis cacing.
Dosis
Kupas 1 buah nanas muda, lalu cuci
sampai bersih. Selanjutnya, bilas
dengan air masak, lalu parut. Peras
clan saring hasil parutannya, lalu
minumkan pada anak yang cacingan
sedikit demi sedikit.
Efek samping
Buah nanas di dalam saluran cerna
difermentasi menjadi alkohol yang
dapat menimbulkan kambuhnya
rematik Gout.
Kontraindikasi
Ibu hamil dilarang minum perasan buah nanas muda.
Penderita kencing manis (diabetes mellitus)
dianjurkan untuk membatasi dalam mengonsumsi
buah nanas karena kandungan gula buah yang
masak cukup tinggi.
Temu Giring
Curcuma heyneana
Kingdom : Plantae
Divisi :Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Spesies : Curcuma
heynea na
Val et van Zijp.

Simplisia yg digunakan : rhizoma


Kandungan kimia
Minyak atsiri,
Monoterpen (zat aktif)
Seskuiterpen (zat aktif)
Flavonoid
minyak atsiri
Kurkumin
Monoterpen
Seskuiterpen
Saponin
Tanin
zat pati
Efek farmakologis
Blokade respon otot cacing terhadap
asetilkolin pada peralihan mioneural 
terjadi paralisis cacing  cacing mudah
dikeluarkan oleh peristaltik usus

Dosis
Gunakan 5 gram temu giring diparut,
tambahkan 100 cc air panas , diamkan 2
jam, disaring , airnya diminum pagi hari
sebelum makan.
Pinang
( Areca catechu L)
Kingdom : Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Arecidae
Orde : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Areca L.
Spesies : Areca catechu L.
Sinonim : Areca hortensis, Lour
Bag digunakan : biji
Deskripsi Tanaman
Tumbuhan berhabitus pohon dengan batang tegak, tinggi dapat mencapai
25m, tajuk pohon tidak rimbun.
Pelepah daun berbentuk tabung, panjang 80cm; tangkai daun pendek;
helaian daun panjang 80cm anak dan ukuran 85 x 5 cm, dengan ujung
terbelah.
Bunga panjang dan mudah gugur, tongkol bunga muncul di bawah helaian
daun, panjang tongkol bunga 75 cm, ibu tangkai tongkol bunga pendek
dan bercabang-cabang sampai ukuran 35 cm
bunga jantan panjang 4mm, putih kuning; benang sari 6; bunga betina
panjang 1,5cm, hijau; bakal buah beruang 1
Buah buni (keras), bulat telur terbalik memanjanng
merah jingga jika masak, panjang 3-7cm
dengan dinding buah (endokarpium) keras dan
berserabut; biji 1 berbentuk telur, dengan
alur-alur yang tidak begitu jelas.
Kandungan Kimia
Komponen utamanya  polifenol, alkaloid,
tannin, arekolin (C8H13NO2), arekaidin,
dan serat.
Areca catechu adalah satu-satunya dari
54 jenis Areca yang mengandung
alkaloid
Kandungan lainnya  arekolidine, arekain,
guvakolin, guvasine dan isoguvasine,
tanin terkondensasi, tannin terhidrolisis,
flavan, senyawa fenolik, asam galat,
getah, lignin, minyak menguap dan tidak
menguap, serta garam.
Selain itu mengandung proantosianidin,
yaitu suatu tannin terkondensasi yang
termasuk dalam golongan flavonoid.
Efek Farmakologi
Arekolin (bijinya ) obat cacing dan penenang, antiflatulent,
diuretik, mengencerkan dahak, dispepsia, astringen,
laksan
Daun pinang  penambah nafsu makan dan mengobati
sakit pinggang. Sabutnya yang hangat dan pahit
bemanfaat dalam melancarkan sirkulasi, memperbaiki
dispepsia, diuretik, dan pencahar.
Aktivitas farmakologi 
Sebagai pengatur tekanan darah,hipoglikemia, aggregasi
platelet, antidepresan, perangsang saliva, inhibitor
proteosom, antioksidan, antimikroba, antifertilitas,
antihelmintik, dan antivirus (patil, 2009).
In Vitro
Penelitian terhadap khasiat anthelmintik biji pinang ini pernah
dilakukan terhadap cacing kait anjing.
Sebagai pembanding digunakan obat modern pirantel
pamoat dan garam faal. Dosis 15 mg serbuk biji pinang
kering dalam 25 cc air suling dan serbuk pirantel pamoat 1
mg dalam 1000 cc air suling.
Hasilnya, setelah direndam selama 1 jam, terdapat 18 cacing
yang mati dalam larutan biji pinang, sedangkan dalam
pirantel pamoat belum ada cacing yang mati.
Pada perendaman 4 jam dalam larutan biji pinang, jumlah
cacing yang mati hampir sama dengan yang berada dalam
larutan pirantel pamoat.
Semua cacing mati setelah perendaman 10 jam, baik dalam
larutan biji pinang maupun pirantel pamoat. Sementara,
dalam kelompok kontrol (dengan menggunakan garam
faal), cacing mati hanya 3,3%.
In vivo
Membandingkan khasiat biji pinang
dengan mebendazol.
Penelitian menggunakan anjing yang
diinfeksi larva cacing kait
Hasilnya biji pinang dapat
menurunkan jumlah telur cacing
sampai sebesar 74,3% ,mebendazol
menurunkan 83%.
Hal ini membuktikan bahwa biji pinang
dapat digunakan sebagai obat
cacing tradisional untuk infeksi
cacing kait pada anjing.
Dosis dan Efek Samping
Dosis terapi penggunaan pinang
sebagai anthelmintik adalah 1-2
sendok teh bubuk dari umbi yang
dicampur dengan air, dengan dosis
10-15 grains (1 grain = 0.065
gram) setiap 3-4 jam (Patil. 2009)
Efek samping :
Keracunan pada penggunaan dosis 8-
10 gram. Namun dapat diatasi
dengan antidot berupa 2 mg atropin
(Duke, 2002).
Kontraindikasi
Kehamilan dan menyusui.
Anak-anak
Penderita kanker esofagus, lambung,
esofagitis dan penyakit ginjal harus.
Peringatan
Mengandung arekolin  saliva
meningkat
Dosis tinggi  bradikardia, tremor,
refleks eksitabiliti, spasme, dan
paralisis sementara.
Mengandunng alkaloid yang beracun.
Interaksi Obat
Efek obat antikolinergik dapat menurun jika dikombinaskan
dengan biji pinang atau konstituennya, arekolin.
Penggunaan bersamaan obat kolinergik akan menyebabkan
toksisitas.
Biji pinang dapat memperlambat atau mempercepat denyut
jantung sehingga mengaburkan efek obat yang berkaitan
dengan hal tersebut seperti beta bloker, penghambat
saluran kalsium, atau digoksin.
Dapat mempengaruhi kadar gula darah, meningkatkan efek
obat-obat inhibitor monoamin oksidase, ACE inhibitor,
fenotiazin, obat-obat penurun kolesterol, stimulansia dan
obat-obat tiroid.
Toksisitas
Manusia : 8-10 g.
Atropin diberikan sebagai antidot.
Mengunyah biji dapat menyebabkan
saponifikasi ester alkaloid
menghasilkan arekaidin yang
menyebabkan euforia. Pinang bersifat
toksik pada masa kehamilan karena
memiliki aktivitas sitotoksik dan
genotoksik.
Tanaman obat
Anti malaria
HERBA MENIRAN
(PHYLLANTHUS NIRURI L.)

Terna, tumbuh tegak, tinggi ± 50 cm,


bercabang terpencar, cabang mempunyai
daun tunggal yang berseling dan tumbuh
mendatar dari batang pokok (Materia
Medika Indonesia II, 1978).
Daun tunggal, letak berseling, bentuk daun
bulat telur sampai bulat memanjang,
ukuran 5-10 mm x 2,5-5 mm, ujung bulat
atau runcing, permukaan daun bagian
bawah berbintik-bintik kelenjar.
Batang berwarna hijau pucat.
Bunga tunggal, keluar dari ketiak daun.
Bagian yang digunakan : Herba
Kandungan Kimia
Flavonoid: kuersetin 3-O-β-D-glukopiranosil-(2 1)-O-β-D-
ksilopiranosida, alkaloid, terpenoid, lignan: filantin,
hipofilantin, polifenol, tanin,kumarin, saponin, β-glukogalin,
β-sitosterol dan asam galat (Bagalkotkar, Sagineedu, Saad,
& Stanslas, 2006; Naik & Juvekar, 2003).
Senyawa yang mempunyai aktivitas antihepatoksisitas yaitu
filantin dan hipofilantin yang merupakan golongan lignan
(Negi, et al., 2008).
Uji Praklinik
Ekstrak etanol daun meniran diteliti aktivitasnya terhadap
antimalaria terhadap infeksi Plasmodium berghei pada
mencit. LD50 ditetapkan untuk mengetahui keamanan
ekstrak pada mencit. Aktivitas antimalaria dievaluasi pada
infeksi awal dan selanjutnya. Ekstrak daun meniran secara
signifikan mempunyai aktivitas antiplasmodial pada semua
tiga model pada evaluasi antimalaria (Aarthi & Murugan,
2011).
Tabel Toksisitas akut secara oral ekstrak etanol daun meniran
yang diberikan secara oral pada mencit:
TABEL EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN MENIRAN PADA INFEKSI
AWAL MALARIA:
TABEL EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN MENIRAN PADA
INFEKSI LANJUTAN MALARIA:
MIMBA
(AZADIRACHTA INDICA A. JUSS)
P

Pohon yang tingi batangnya dapat 20 m.


Buah mimba dihasilkan dalam satu sampai dua kali setahun, berbentuk
oval, bila masak daging buahnya berwarna kuning, biji ditutupi kulit
keras berwarna coklat dan didalamnya melekat kulit buah berwarna
putih.
Batangnya agak bengkok dan pendek, oleh karena itu kayunya
tidak terdapat dalam ukuran besar (Heyne, 1987).
Daun tersusun spiralis, mengumpul di ujung rantai, merupakan daun
majemuk menyirip genap. Anak daun berjumlah genap diujung
tangkai, dengan jumlah helaian 8-16. tepi daun bergerigi, bergigi,
helaian daun tipis seperti kulit dan mudah layu. Bangun anak daun
memanjang sampai setengah lancet, pangkal anak daun runcing,
ujung anak daun runcing dan setengah meruncing, gandul atau
sedikit berambut. Panjang anak daun 3-10,5 cm (Backer dan Van
der Brink, 1965).
Helaian anak daun berwarna coklat kehijauan, bentuk
bundar telur memanjanga tidak setangkup sampai
serupa bentuk bulan sabit agak melengkung, panjang
helaian daun 5 cm, lebar 3 cm sampai 4 cm. Ujung
daun meruncing, pangkal daun miring, tepi daun
bergerigi kasar.
Tulang daun menyirip, tulang cabang utama umumnya
hampir sejajar satu dengan lainnya.
Kandungan kimia
Daun mimba mengandung senyawa-senyawa diantaranya
adalah β-sitosterol, hyperoside, nimbolide, quercetin,
quercitrin, rutin, azadirachtin, dan nimbine. Beberapa
diantaranya diungkapkan memiliki aktivitas antikanker
(Duke, 1992). Daun mimba mengandung nimbin,
nimbine, 6-desacetylbimbine, nimbolide dan quercetin
(Neem Foundation, 1997).
Terima kasih
atas perhatiannya…….

Anda mungkin juga menyukai