PHYTOMEDICINE
Oleh:
Fransiska Leviana, M.Sc., Apt.
Mamik Ponco Rahayu, M.Si., Apt.
1
Bahan Kajian
Makul Fitomedisin merupakan mata kuliah tentang :
1.Definisi : Fitoterapi. Fitofarmasetika. Obat herbal.
Etnobotani dan etnofarmakologi.
2.Filosofi : Teori herbal. Teori kombinasi. Keuntungan
dan kerugian fitoterapi.
3.Obat alami untuk kanker, diabetes, antioksidan,
jantung & cardiovaskuler, sistem digestive, artritis dan
gout, saluran nafas (asma dan batuk), hiperlipidemia dan
obesitas, immunomodulator
CPMK
Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa mampu melakukan
farmakoterapi dengan menggunakan bahan obat alam (Buku Pedoman
Akademik)
Mampu menganalisis (C4) dan menggunakan (P4) potensi obat herbal
sesuai aktivitas farmakologi menurut regulasi dan perkembangan riset
(Revisi RPS) 2
PUSTAKA
Phytomedicine, International Journal of
Phytotherapy and Phytopharmacology, Urban &
Fischer Verlag, Germany.
Newall CA, Anderson LA, Philipson JD. 1996. Herbal
Medicine – A Guide for Healthcare Professionals.
London: The Pharmaceutical Press.
Bisset NG and Wichtl M. 1990. Herbal Drugs and
Phytopharmaceuticals – A Handbook for Practice on
Scientific Basis. Boca Raton, Florida: CRC Press.
Duke JA. 1998. CRC Handbook of Medicinal herbs,
Boca Raton, Florida: CRC Press.
Menkes RI, 2017, Formularium Ramuan Obat
Tradisional Indonesia, Kemenkes, Jakarta
BPOM, 2011, Formularium Ramuan Obat Tradisional:
Ramuan Etnomedisin, Volume 1, BPOM, Jakarta
Anonim, 1993, Pedoman Rasionalisasi Komposisi 3
Obat Tradisional, Depkes RI, Jakarta
Pustaka Tambahan
Ahmad I, Aqil F, and Owais M. 2006. Modern
Phytomedicine : Turning Medicinal Plants into
Drugs. , Weinheim: WILEY-VCH Verlag GmbH & Co.
KGaA.
Anonim. WHO Monographs on Selected Medicinal
Plants. volume 1-3. Geneva: WHO.
Anonim. 2000. General Guidelines for
Methodologies on Research and Evaluation of
Traditional Medicine. Geneva: WHO.
Mills S, Bone K. 2000. Principles and Practice of
Phytotherapy. London: Churchill Livingstone.
Schulz, Hansel, Tyler, 2001, Rational Phytotherapy
; a physician’s guide to herbal medicine, Springer-
Verlag, Berlin
4
Depkes & BPOM, Peraturan & Perundangan tentang Obat
Tradisional
Depkes RI, 2006, Acuan Sediaan Herbal, Volume 2, Depkes RI,
Jakarta
Depkes RI, 2007, Acuan Sediaan Herbal, Volume 3, Depkes RI, Jakarta
Depkes RI, 2008, Acuan Sediaan Herbal, Volume 4, Depkes RI, Jakarta
Depkes RI, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Volume 5, Depkes RI, Jakarta
Depkes RI, 2011, Acuan Sediaan Herbal, Volume 6, Depkes RI, Jakarta
Anonim, 2000, Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional,
Depkes RI, Jakarta
Sudarsono, Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I.A., Purnomo,
2002, Tumbuhan Obat II : Hasil Penelitian, Sifat-sifat, &
Penggunaan, PSOT UGM-Deltomed, Yogyakarta
Sudarsono, Pudjorianto, A., Gunawan, D., Wahyuono, S.,
Donatus, I.A., Drajad, M., Wibowo, S., Ngatidjan, 2006, Tumbuhan
Obat I, PPOT UGM, Yogyakarta
5
KRITERIA
CARA PENILAIAN
PENILAIAN
PAP /PAN
UKD 1 & 2 40 % A : >=85
UKD 3 & 3 40 % B : 84-70
Tugas 20 % C : 69-55
D : 54-20
E : 19-0
6
7
Data-data
Tahun (19/20) 98 99 00 01 03 04 05 06 07 08 09
8
8 tahun naik 10X
6 tahun
naik10X
9
10
Jumlah Industri
Tahun IOT IKOT Total
1992 20 429 449
1995 35 505 540
1997 76 555 631
1998 76 602 678
2002 105 907 1012
2004 129 1037 1166
2006 129 917 1046
2007 129 907 1036
2008 127 1143 1270
2010 79 1413 1492 (+416 PIRT)
14
Beberapa faktor yg memacu bangkitnya
pengobatan alami
The effectiveness of plant medicines.
The preference of consumers for natural therapies, a
greater interest in alternative medicines and a commonly
held erroneous belief that herbal products are superior to
manufactured products.
A dissatisfaction with the results from synthetic drugs and
the belief that herbal medicines might be effective in the
treatment of certain diseases where conventional therapies
and medicines have proven to be inadequate.
The high cost and side effects of most modern drugs.
Improvements in the quality, efficacy, and safety of herbal
medicines with the development of science and technology.
Patients’ belief that their physicians have not properly
identified the problem; hence they feel that herbal
remedies are another option.
A movement towards self-medication.
15
PERBEDAAN ANTARA
OBAT KONVENSIONAL & OBAT HERBAL
Efek terapi tergantung Efek terapi tergantung
dosis zat aktif yg pd dosis zat aktif yg bisa
umumnya tunggal berupa campuran
16
Several problems not applicable to
synthetic drugs influence the quality of
herbal drugs:
Herbal drugs are usually mixtures of many
constituents.
The active principle(s) is (are), in most cases
unknown.
Selective analytical methods or reference compounds
may not be available commercially.
Plant materials are chemically and naturally variable.
Chemo-varieties and chemo cultivars exist.
The source (availability) and quality of the raw
material are variable.
The methods of harvesting, drying, storage,
transportation, and processing (for example, mode of
extraction and polarity of the extracting solvent,
instability of constituents, etc.) have an effect.
standardization, stability, and quality control are
feasible but not easy.
17
ANALISIS SWOT OBAT
TRADISIONAL MENURUT
KOTRANAS
18
Analisis situasi & kecenderungan
Perkembangan
Dlm dua dasa warsa, perhatian dunia thd OBA /OT meningkat
Peningkatan penggunaan OT hrs disikapi bijaksana karena masih banyak
anggapan keliru OT selalu aman
WHO melaporkan efek tdk diinginkan karena :
• Bahan aktif bahan
• Penambahan BKO
• Kesalahan ambil jenis OT
• Ketdktepatan dosis
• Kesalahpenggunaan oleh konsumen/profesional kesehatan
• Interaksi dgn obat lain
• OT terkontaminasi mikroba, logam berat, residu agrokimia
Sebag besar produk yg terdaftar jamu,
OHT 18 (2007) 41 (2014) 45 (akhir 2016) 64(2017) Fitofarmaka 5
(2007) 6 (2014) 8 (akhir 2016) 18 (2017)
Terlihat adanya upaya tingkat global & regional utk harnonisasi di bidang
standar & mutu OT agar OT dpt diperdagangkan scr lintas negara dg standar &
mutu sama
WHO buat pedoman strategi pengemb OT, monografi tumb obat, pedoman mutu
& keamanan OT, CPOTB, cara budidaya & pengumpulan tumb obat yg baik,
pedoman monitoring efek yg tdk diinginkan, dsb
ASEAN lakukan pertemuan bahas harmonisasi standar & regulasi di bidang OT
19
Kekuatan
Indonesia mega-senter keragaman hayati dunia
urutan ke-2 dunia
40000 spesies tumb Indonesia 30000, 9600 berkhasiat ob 300 sbg
bahan baku OT
Indonesia kaya etnis (400) yg kekayaan punya penget
pemanfaatan tumb utk pemeliharaan & pengob peny
Indonesia negara agraris
Jumlah industri banyak
Banyak lembaga penelitian & peneliti
Indonesia mewarisi budaya pengob trad yg byk ragamnya,
ramuan OT sebag ditulis dlm naskah kuno
contoh daun lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabbura
(Sulawesi Selatan), dokumen Serat Primbon Jampi, Serat Racikan
Boreh Wulang nDalem & relief candi Borobudur yg menggambarkan
orang sedang meracik obat (jamu) dgn tumbuhan sbg bahan
Penduduk banyak potensi sbg pangsa pasar
20
Kelemahan
sangat kurangnya standar &
metode sbg evaluasi mutu, terbatasnya data,
manfaat & mutu obat dipengaruhi
standar, metodologi utk
penjaminan mutu
banyak faktor penelitian masih
kurang
SDA blm dikelola scr optimal, budidaya blm profesional krn iklim usaha yg tdk
kondusif, tak ada jaminan harga & pasar shg sbg usaha sambilan sebag besar
bahan baku dari tumbuhan liar & tanaman pekarangan
Eksploitasi tumb liar tanpa budidaya bbrp jenis tumb langka
con purwoceng (Pimpinella
(Pimpinella pruatjan),
pruatjan), kayu angin (Usnea
(Usnea misaminensis),
misaminensis), pulasari (Alyxia
(Alyxia reinwardtii),
reinwardtii), bidara
laut (Strychnos
(Strychnos ligustrina),
ligustrina), pule (Alstonia
(Alstonia scholaris),
scholaris), pule pandak (Rauwolfia
(Rauwolfia serpentina),
serpentina), purwoceng
Mutu simplisia umumnya belum memenuhi syarat krn penanganan pasca panen
kurang tepat, terbatas IPTEK, lemahnya kualitas sumber daya petani TO
Upaya pengemb OT belum terkoordinasi dg baik pemerintah, industri, pendidikan,
penelitian, & petani belum kerjasama sinergis
Penerimaan kedokteran thd OT meningkat tapi belum diakomodasi dlm kurikulum
kedokteran
Biaya utk pengemb OT masih jauh dari kebutuhan
Usaha industri bahan baku antara (ekstrak) masih sangat sedikit
35,4 % IKOT adlh industri RT & 69% IOT yg tersertifikasi CPOTB
Industri msh sangat kurang memperhatikan & memanfaatkan hasil penelitian ilmiah
21
Peluang
Ekspor OT & simplisia meningkat (menurut APETOI, GP Jamu,
Koperasi Jamu Indonesia)
Smk banyak tersedia penelitian bukti efek TO
Penggunaan OT terus meningkat
WHO merekomendasikan penggunaan pengob trad,
termasuk OT dlm pemeliharaan kesehatan masy,
pencegahan & pengob peny terutama penyakit kronis,
degeneratif, kanker
Adanya budaya Indonesia kebiasaan minum jamu &
penduduk banyak prospek pangsa pasar
Penerimaan kalangan profesi dokter thd OT meningkat : ada
Perhimpunana Dokter Indonesia Pengembang Kesehatan
Tradisional Timur (PDPKT), Perhimpunan Kedokteran
Komplementer & Alternatif Indonesia (PKKAI), Perhimpunan
Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMI)
22
MUTU OBAT HERBAL
DIPENGARUHI BANYAK FAKTOR
SIMPLISIA SEDIAAN HERBAL OBAT HERBAL
Sangat
diperlukan
Genetik Simplisia (Jenis, Formula asupan
Iklim bagian tanaman, Simplisia teknologi &
Tempat tumbuh kadar air, derajat Sediaan herbal standardisa
halus dll), si utk
Kultivasi / Liar Metode
Pelarut mendapat
Pemanenan QC produk
Prosedur Ekstraksi
Proses Pengeringan Proses berkualitas
Kemasan
Perajangan Kemasan
Penyimpanan
Kemasan Penyimpanan
Pengangkutan
Penyimpanan Pengangkutan
QC
23
Phytomedicines
medicinal products whose pharmacologically active
components consist exclusively of plant materials.
They are multicomponents systems with a complex
composition (Schulz et al 2001)
= herbal medicinal products
medicinal products containing as active ingredients
only plants, parts of plants or plant materials, or
combinations thereof, whether in the crude or
processed state (ESCOP 2009).
= Phytotherapeutic agents
are standardized herbal preparations that contain, as
active ingredients, complex mixtures of plant
materials in the crude or processed state (Ahmad et
al 2006)
24
herbal preparations produced by
subjecting plant materials to
extraction, fractionation, purification,
concentration or other physical or
biological processes. These
preparations may be produced for
immediate consumption or as the
basis for other herbal products. Such
plant products may contain recipient
or inert ingredients, in addition to the
active ingredients (WHO)
25
Fitoterapi
pengobatan & pencegahan penyakit
menggunakan tanaman, bagian
tanaman, & sediaan yg terbuat dari
tanaman.
science of using herbal remedies to
treat the sick
26
Filosofi : Dua pendekatan
herbalis
Botanical medicine
• Spesific herbs for spesific healing
• Exclusive use of scientific exploration in evaluating
herbs
• Mind-body connection
Holistic herbalism
• Herbs as a lifestyle
• Inclusion of both scientific and folkoric ways of
knowing
• Body-mind-spirit connection
• Treat the person/attention to the individual
27
Filosofi Jamu
Pendekatan holistik (mind-body-spirit)
Modalitas yg dipakai komprehensif
(intervensi mind-body-spirit)
Pengobatan lebih kepada
mengembalikan vitalitas tubuh utk
self healing
Pengukuran hasil pengobatan holistik
(perbaikan fungsi tubuh)
28
Obat Tradisional dan Obat
Herbal mnrt Peraturan
Perundangan RI :
Obat Tradisional : bahan atau ramuan bahan
yg berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,
bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan tersebut yg secara turun
temurun telah digunakan utk pengobatan, dan
dapat diterapkan sesuai dgn norma yg berlaku
di masyarakat (UU kesehatan 2009)
Obat Herbal/Obat Bahan Alam : bahan atau
ramuan bahan yg dapat berasal dari
tumbuhan, hewan, dan mineral (PerKBPOM 21
Tahun 2015).
29
Etnobotani
the study of the uses of plants by etchnic
groups
Istilah etnobotani digunakan utk menjelaskan
interaksi masy. setempat (etno atau etnis) dgn
lingkungan hidupnya, khususnya dgn tumbuh-
tumbuhan (botani).
Etnobotani adalah cabang ilmu yg
bersinggungan dgn ilmu pengetahuan alam,
ilmu sosial & pengetahuan budaya suatu masy.
atau suku bangsa.
30
Etnobotani
adalah studi tentang keterkaitan tanaman-
manusia yg melekat pd komponen ekosistem yg
dinamis alam & sosial.
adalah studi tentang penggunaan tanaman scr
nyata di masyarakat.
Penggunaan tanaman & hubungan tanaman-
manusia dibentuk oleh sejarah, lingkungan fisik
& sosial, & kualitas yg melekat pd tanaman itu
sendiri
31
Perubahan etnobotani
scr eksplisit
scr implisit oleh Beri kontribusi scr universal
imperialis pembangunan terencana di
wilayah tempat data
dikumpulkan
kolektor dikirim
nilai scr ekonomi sumber daya
kumpulkan tanaman alam & cara-cara
penggunaan sumber daya
eksploitasi komersial memprediksi hasil program
oleh dunia modern pembangunan &
memfasilitasi pengembangan
& pengenalan baru, adaptasi
lokal & teknik pertanian
32
Alasan melakukan etnobotani,
etnofarmakologi
menyelamatkan pengetahuan yg berbahaya jika
sampai hilang
Pemanfaatan tumbuhan dlm terapi saat ini
menemukan model molekul baru dlm tanaman
Manfaat tanaman dlm pengembangan
fisiopatologi
Penggunaan luas tanaman dlm obat tradisional
(folk mediciene)
mendapatkan bahan kimia intermediet
33
Etnofarmakologi
the scientific study correlating ethnic groups, their
health, and how it relates to their physical habits
and methodology in creating and using medicines.
As an amalgamation of the social science of
ethnology and the medical science of
pharmacology, ethnopharmacology studies the
pharmacological aspects of a culture's medical
treatment as well as its social appeal, including
taste, symbology, and religious context. Through
this, a culture's exposure to pharmacological
substances can be determined (Johnson, 1996)
the scientific study of materials used by ethnic
and cultural groups as medicines (Evans 2002)
34
Etnofarmakologi dlm evaluasi obat
Penelitian etnofarmakologi didasarkan pd
botani, farmakologi & kimia
Definisi :
eksplorasi ilmiah interdisipliner senyawa
aktif biologis yg scr tradisional digunakan
atau diamati oleh manusia
35
Tujuan etnofarmakologi
bukan utk mendukung kembali ke
penggunaan obat-obatan dlm bentuk
aslinya di masy. atau utk mengeksploi tasi
obat tradisional
utk menyelamatkan & dokumentasi
warisan budaya yg penting sebelum
hilang,
utk menyelidiki & mengevaluasi senyawa
yg bekerja 36
Penggagas Multidisipliner
Naturalis Perancis Leschenault de la Tour ( 1803 )
mengumpulkan sampel racun panah di Jawa
Informasi dari masy. pribumi tentang cara
membuat & bahannya
botanis de Jussie
Bahan tanaman utama di Perancis diteliti
sp Strycnos
Magendie & Raffeneau-Delile
uji efek pd ayam, kelinci, anjing, & kuda
kejang-kejang, sesak napas & mati dlm 5 menit
aksi di sumsum tulang
• Pelletier & Caventou
Isolasi striknin
37
Ruang lingkup etnofarmakologi
Pengamatan & deskripsi penggunaan & efek
obat tradisional
Identifikasi & fitokimia & uji farmakologi
Farmakologis
Antropologis
Etnobotanis
Ahli kimia
38
Etnofarmakologi bukan hanya ilmu tentang masa lalu dgn
pendekatan kuno
tulang punggung ilmiah
pengembangan terapi aktif berdasarkan obat tradisional dari
berbagai kelompok etnis
Tujuan utama etnofarmakologi :
validasi (atau invalidasi) preparasi tradisional, baik
melalui isolasi zat aktif atau melalui temuan
farmakologis
WHO menekankan pentingnya penyelidikan ilmiah ke obat-
obatan herbal asli
(WHO 1978).
39
KEBIJAKAN STRATEGIS
PEMBANGUNAN NASIONAL ILMU
PENGETAHUAN & TEKNOLOGI
1 Pangan,
2 Energi,
TAHUN 2015-2019
3 Teknologi & Manajemen Transportasi,
4 Teknologi Infomasi & Komunikasi,
5 Teknologi Pertahanan & Keamanan,
41
kondisi nasional yg dijadikan acuan dlm
pengembangan iptek kesehatan & obat
4. Sumberdaya tanaman obat yg melimpah & kekayaan budaya
pengobatan tradisional mrpk keunggulan komparatif yg harus
dikembangkan mjd komoditi kompetitif dng dukungan industri yg
kuat.
a) Daya saing industri obat herbal msh rendah.
b) Kualitas bahan baku & produk jadi msh hrs ditingkatkan.
c) Pengembangan ekstrak terstandar mrpkn terobosan utk
peningkatan kualitas bahan baku
d) Pengembangan obat herbal terstandar mrpk upaya meningkatkan
khasiat & mutu produk obat herbal
5. Kebutuhan alat kesehatan > 95% tergantung impor. Industri alat
kesehatan dlm negeri blm berkembang. Pengembangan prototip
alat kesehatan prioritas & SNI alat kesehatan sgt diperlukan
42
Produk Unggulan & Teknologi Prioritas pd Bidang
Kesehatan & Obat Sub Obat & Obat Herbal
Produk Teknologi
Uji Alpha Uji Beta Difusi
unggulan prioritas
1. 1. Koleksi seny Seny kandidat obat Kandidat obat
Kandidat Teknologi pemandu antiretrovirus hasil anti-retrovirus
obat Kandidat ( lead compound ) pengembangan in yg telah diuji
Obat Anti dgn silico & sintesis scr in vivo
Retrovirus aktivitas anti- kimia & telah diuji in (2018)
retrovirus vitro (2017)
(2015)
2. Koleksi senyawa Senyawa kandidat Kandidat obat
Kandidat pemandu obat antimalaria anti-malaria
Obat Anti- (lead compound) hasil yang telah
Malaria dengan pengembangan diuji secara in
aktivitas anti- in silico & sintesis vivo
malaria kimia (2018)
(2015) dan telah diuji in 43
vitro (2017)
Produk Unggulan & Teknologi Prioritas pd Bidang
Kesehatan & Obat Sub Obat & Obat Herbal
Produk
Teknologi prioritas Uji Alpha Uji Beta Difusi
unggulan
2. Ekstrak 1. Sambiloto & - ujian in vitro Uji klinis Formula
terstandar brotowali utk (2013) terbatas ekstrak
(utk antidiabetes - Uji in vivo (2015) terstandar
mendukun (2014) (2016)
g
2. Kepel, tempuyung - Uji in vitro Uji klinis Formula
program
& secang utk (2014) terbatas ekstrak
Nasional
anti - Uji in vivo (2016) terstandar
Saintifikasi
antihiperurisemia (2015) (2017)
Jamu-
Kemenkes) 3. Seledri, pegagan, - Uji in vitro Uji klinis Formula
kumis kucing (2015) terbatas ekstrak
utk antihipertensi. - Uji in (2017) terstandar
vivo( 2016) (2018)
4. Jati belanda, - Uji in vitro Uji klinis Formula
kemuning, kelembak (2016) terbatas ekstrak 44
utk jamu - Uji in vivo (2018) terstandar
Produk Unggulan & Teknologi Prioritas pd Bidang
Kesehatan & Obat Sub Obat & Obat Herbal
Produk Teknologi
Uji Alpha Uji Beta Difusi
unggulan prioritas
3. Obat Obat Herbal Prototipe formula Uji klinis Difusi formula
Herbal Terstandar OHT : terbatas formula OHT :
Terstand (OHT): •imunostimulan OHT : •antikolesterol,
ar (OHT) Anti kolesterol utk kanker (2015) •imunostimulan fitoestrogen
Fitoestrogen •hepatoprotektor utk penderita (2014)
Antidiabetes, (2016) kanker (2016) •Antidiabetes
Imunostimulan, •antiaging (2017) •hepatoprotekto (2015)
Hepatoprotekto r (2017) •imunostimulant
r •Antiaging kanker (2018)
Antiaging (2018) •hepatoprotekto
r (2019)
45
Produk Unggulan & Teknologi Prioritas pd Bidang
Kesehatan & Obat Sub Obat & Obat Herbal
Produk Teknologi
Uji Alpha Uji Beta Difusi
unggulan prioritas
4. Fitofarmaka Uji klinis formula Difusi
Fitofarm Antidiabetes antidiabetes di fitofarmaka
aka RS (2016) antidiabetes
(2018)
5. SNI SNI mutu & SNI mutu & SNI mutu & SNI mutu &
metode uji metode uji penilaian penilaian
serta kesesuaian kesesuaian
penilaian serta keamanan serta keamanan
kesesuaian penggunaannya penggunaannya
terhadap dan jaminan
inovasi mutu produksi
46
2003
47
Tanaman unggulan
2005
1. brotowali antimalaria antidiabetic
2. Kuwalot antimalaria
3. akar kucing anti asam urat
4. Sambiloto antimalaria
48
49
Tujuan Regulasi
PENGAWASAN
PERLIN
MEMAJU
DUNGAN
KAN
KONSU
INDUSTRI
MEN
50
3 aspek pengawasan
51
Peraturan-Peraturan
Permenkes RI no 760/Menkes/Per/IX/1992 (ASOBA)
Fitofarmaka
Kepmenkes RI no 761/Menkes/SK/IX/1992 (ASOBA)
Pedoman fitofarmaka
Kepmenkes RI No 56/Menkes/SK/I/2000 (ASOBA)
Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik OT
Keputusan KaBPOM RI No : HK.00.05.4.2411 tahun 2004
Ketentuan pokok pengelompokan dan
penandaan obat bahan alam Indonesia (ASOBA)
Peraturan KaBPOM RI No : HK.00.05.41.1384 thn 2005
Kriteria & tata laksana pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar &
fitofarmaka (ASOBA)
Kepmenkes 381/Menkes/SK/III/2007
Kebijakan Obat Tradisional Nasional
Kepmenkes 261/Menkes/SK/IV/2009
Farmakope Herbal Indonesia Edisi I (ASOBA)
52
Kepmenkes 2109/Menkes/SK/X/2011
Pemberlakuan Suplemen I FHI (ASOBA)
Kepmenkes 2345/Menkes/SK/XI/2011
Pemberlakuan Suplemen II FHI (ASOBA)
Kepmenkes 683/Menkes/SK/XII/2013
Pemberlakuan Suplemen III FHI Edisi I (ASOBA)
Permenkes 03/Menkes/Per/I/2010
Saintifikasi Jamu
Per. Kepala BPOM RI No: HK.03.1.23.06.11.5629 thn 2011
Persyaratan teknis CPOTB (Smt 7)
Permenkes No 006 tahun 2012 Industri & Usaha OT
Permenkes No 007 tahun 2012 Registrasi OT (ASOBA)
PerKaBPOM No 7 Tahun 2014 (Makul Toksikologi)
Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Scr In Vivo
PerKaBPOM No 12 Tahun 2014 Persyaratan Mutu OT (ASOBA)
PerKaBPOM No 21 Tahun 2015
Tata Laksana Persetujuan Uji Klinik
PerKaBPOM No 5 Tahun 2016 (ASOBA)
Penarikan & Pemusnahan OT yg tdk Memenuhi Persyaratan
53
Permenkes No 6 Tahun 2012
Bentuk Produksi Izin PJ
IOT Semua bentuk sediaan OT Menkes cq Dirjen Kemenkes Apt
IEBA Ekstrak sbg produk akhir Menkes cq Dirjen Kemenkes Apt
UKOT *) Semua bentuk sediaan OT Menkes cq Kadinkes Prov*) TTK*)
kecuali tablet dan efervesen
UMOT Param, pilis, cairan obat luar, Menkes cq Kadinkes Kota/Kab
rajangan
Usaha jamu usaha dilakukan oleh depot -
racikan jamu yg dimiliki perorangan
dgn melakukan pencampuran Tdk ada
sediaan jadi/segar OT utk kualifika
dijajakan langsung pd si
konsumen khusus
Usaha jamu usaha dilakukan perorangan -
gendong dgn menggunakan bahan OT
dlm btk cairan yg dibuat
segar dgn tujuan dijajakan 54
55
Kepmenkes
381/Menkes/SK/III/2007
KOTRANAS
dokumen resmi
isi
pernyataan komitmen semua pihak
yg menetapkan tujuan & sasaran nasional di bid OT beserta prioritas,
strategi & peran berbagai pihak dlm penerapan komponen pokok
kebijakan utk pencapaian tujuan pembangunan nasional khususnya
di bidang kesehatan
Bab 1 pendahuluan
Bab 2 OT sbg warisan budaya bangsa
Bab 3 analisis situasi & kecenderungan
Bab 4 Landasan kebijakan & strategi
Bab 5 Pokok-pokok & langkah-langkah kebijakan
56
Lanjt. Kepmenkes
57
Lanjt. Kepmenkes
Strategi 381/Menkes/SK/III/2007
58
Lanjt. Kepmenkes 381/Menkes/SK/III/2007
59
Lanjt. Kepmenkes 381/Menkes/SK/III/2007
C. Mutu OT
1. Penyusunan spesifikasi tumbuhan obat.
2. Penyusunan spesifikasi & standar bahan baku/revisi
materia Medika Indonesia.
3. Penyusunan spesifikasi & standar sediaan galenik
4. Penyusunan & penerapan sistem mutu untuk
penanganan pasca panen & pengolahan produk
5. Penyusunan Farmakope OT Indonesia 60
Lanjt. Kepmenkes
D. Aksesibilitas
381/Menkes/SK/III/2007
E. Penggunaan yg tepat
1. Penyediaan informasi OT yg benar, lengkap & tdk menyesatkan.
2. Pendidikan & pemberdayakan masyarakat utk penggunaan OT scr tepat & benar.
3. Penyusunan peraturan utk menunjang penerapan berbagai langkah kebijakan
penggunaan OT yg tepat.
4. Pelaksanaan komunikasi, informasi & edukasi utk menunjang penggunaan OT yg
tepat
61
Lanjt. Kepmenkes
F. Pengawasan 381/Menkes/SK/III/2007
7. Peningkatan sarana & prasarana pengawasan OT serta pengembangan tenaga dlm jumlah & mutu sesuai
10.Pengembangan Peran Serta Masyarakat (PSM) untuk melindungi dirinya sendiri thd OT sub standar melalui KIE
62
Permenkes
03/Menkes/Per/I/2010
Saintifikasi Jamu
64
65
66
Tanaman (versi 2014)
15 TO target jangka pendek saintifikasi jamu
55 TO jangka panjang
1. Temulawak 9. Meniran
2. Kunyit 10. Timi
3. Pegagan 11. Adas
4. Tempuyung 12. Brotowali
5. Secang 13. Sambiloto
6. kumis kucing 14. jati belanda
7. Seledri 15. kepel
8. sembung
67
Salah satu saintifikasi jamu dpt diselenggarakan di
Sentra P3T
Sentra P3T (Pengembangan dan Penerapan
Pengobatan Tradisional)
Kepmenkes 584/Menkes/SK/VI/1995
adlh wadah utk pengkajian/penelitian/pengujian, pendidikan-
pelatihan, dan pelay pengob tradisional sblm pengob tsb
diterapkan scr luas di masy atau diintegrasikan ke dlm jaringan
pelay kes masy
Tugas :
• Melakukan penapisan dan pengkajian/penelitian/pengujian pengobatan
tradisional yg dpt dikembangkan
• Menyelenggarakan pelatihan-pelatihan ttg pengob trad yg telah terbukti
manfaat dan keamanannya
• Menyelenggarakan pelay pengob trad yg telah terbukti manfaat dan
keamanannya sbg percontohan
• Menyelenggarakan uji klinis/uji penerapan obat trad yg potensial utk mjd
fitofarmaka
68
Roadmap Pengembangan Jamu
(RPJ) Indonesia 2011-2025
Visi :
Jamu Indonesia menjamin kualitas hidup dunia
Arah perkembangan jamu nasional :
•Pengembangan jamu utk kesehatan
(fitofarmaka)
•Pengembangan jamu utk kecantikan dan
kebugaran
•Pengembangan jamu utk makanan dan
minuman
•Pengembangan jamu utk wisata dan
keagamaan
69
70
• TCM PUNYA AKAR SEJARAH JAUH
(2002-2005)
STRATEGI WHO LEBIH TUA DIBANDING WESTERN
PERLU MEDICINES
DIJABARKAN dlm • TELAH PULUHAN ABAD MENYEBAR
KEBIJAKS
LUAS KE SELURUH DUNIA (CHINESE
NASIONAL YG
KOMPREHENSIF OVERSEASE)
71
Ada kemajuan signifikan dlm menerapkan strategi
WHO 2002-2005, namun tantangan negara anggota
berkaitan dgn :
1.pengembangan & penegakan kebijakan & peraturan;
2.integrasi, khususnya mengidentifikasi & mengevaluasi
strategi dan kriteria utk mengintegrasikan TM ke dlm
pelayanan kesehatan nasional primer & nasional;
3.keamanan dan kualitas thd penilaian produk dan
jasa, kualifikasi praktisi, metodologi dan kriteria utk
evaluasi efikasi;
4.kemampuan utk mengendalikan & mengatur TM dan CM
(T & CM) iklan dan klaim;
5.penelitian dan pengembangan;
6.pendidikan dan pelatihan praktisi T & CM;
7.informasi dan komunikasi, seperti berbagi informasi
ttg kebijakan, peraturan, profil layanan dan data
penelitian, atau perolehan sumber informasi obyektif
handal bagi konsumen. 72
Strategi WHO 2014-2023
membangun knowledge based yang akan memungkinkan T &
CM untuk dikelola secara aktif melalui kebijakan nasional yang
tepat yang memahami dan mengakui peran dan potensi T & CM.
memperkuat jaminan kualitas, keamanan, penggunaan yang
tepat dan efektivitas T & CM dengan mengatur produk, praktek
dan praktisi melalui T & CM pendidikan dan pelatihan,
pengembangan keterampilan, pelayanan dan terapi.
mempromosikan cakupan kesehatan universal dengan
mengintegrasikan T & CM layanan ke pelayanan kesehatan dan
perawatan diri-kesehatan dengan memanfaatkan potensi
kontribusi mereka untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
dan hasil kesehatan, dan dengan memastikan pengguna dapat
membuat pilihan informasi tentang perawatan diri kesehatan.
73
74
Hampir semua teknik
pengobatan menggunakan
herbal
75
• Homeopathic medicine: suatu sistem pengobatan yang
melibatkan terapi individu dengan zat yang sangat diencerkan,
diberikan terutama dalam bentuk tablet, dengan tujuan memicu
sistem alami tubuh untuk penyembuhan. Setiap pasien diberi
obat yang paling sesuai menurut gejala spesifik yang dikeluhkan
• Naturopathic medicine: metode pengobatan yang menggunakan
sarana alami seperti makanan, latihan fisik, panas, udara, air,
cahaya, dan sarana fisiologis lainnya, hal tersebut berdasarkan
anggapan Hippocrates: ‘yang menyembuhkan adalah alam,
bukan dokter’. Dikenal juga sebagai penyembuhan dari dalam,
ilmu baru penyembuhan, metode alam, dan penyembuhan alam.
• Osteopathic: suatu sistem terapi yang didasarkan pada konsep
bahwa tubuh memiliki kekuatan untuk menemukan
pengobatannya sendiri terhadap penyakit bila tubuh berada
dalam hubungan struktural yang normal, lingkungan yang
normal, dan mendapatkan gizi yang baik.Chiropractic masuk
dalam jenis terapi di dalam osteopathic.
76
Dasar penggunaan dan pengakuan
obat tradisional pd sistem
pelayanan kesehatan
SISTEM INTEGRATIF
SISTEM INCLUSIVE
SISTEM TOLERAN
77
Integrative System
• TM / CAM scr resmi diakui dan dimasukkan ke
semua bidang penyediaan pelayanan kesehatan.
• TM / CAM termasuk dlm kebijakan obat nasional
• Penyedia dan produk yg terdaftar dan diatur;
• Terapi TM / CAM tersedia di rumah sakit dan klinik
(baik negeri maupun swasta)
• Pengobatan dengan TM / CAM diganti dlm asuransi
kesehatan;
• penelitian yg relevan dilakukan
• pendidikan di TM / CAM tersedia.
• Contoh : China, Republik Korea, Vietnam
Swiss
78
inclusive system
• mengakui TM / CAM, tp belum sepenuhnya terintegrasi ke
semua aspek pelayanan kesehatan, perawatan kesehatan
seperti pengiriman, pendidikan dan pelatihan, atau peraturan.
• TM / CAM mungkin tidak tersedia di semua tingkat kesehatan
• asuransi kesehatan mungkin tidak mencakup perawatan dengan
TM / CAM
• pendidikan resmi TM / CAM mungkin tidak tersedia di tingkat
universitas,
• Regulasi TM / CAM penyedia dan produk mungkin kurang atau
hanya sebagian.
• Pada akhirnya, negara-negara sistem yg inklusif dpt
diharapkan utk capai
sistem integratif
79
inclusive system
Contoh :
• negara-negara berkembang Khatulistiwa,
Nigeria dan Mali Guinea
punya TM nasional / kebijakan CAM, ttp
sedikit / tidak ada peraturan TM / produk CAM
• negara-negara maju : Kanada dan Inggris
tidak menawarkan signifikan universitas
tingkat pendidikan di TM / CAM, tetapi
membuat upaya bersama utk jamin kualitas
dan keamanan TM / CAM
80
tolerant system
• sistem pelayanan kesehatan nasional
didasarkan sepenuhnya pengobatan allopathic
• tapi beberapa praktek TM / CAM
ditoleransi oleh hukum
81
82
83
WHO
WHO telah menerbitkan buku :
tujuan : pedoman penggunaan tumb obat yg aman,
bermanfaat dan berkualitas
WHO Guidelines for the assessment of the herbal medicine
Quality control methods for medicinal plant material
WHO monographs on selected medicinal plants,
memuat monografi tumb obat terdiri dari 2 bag
spesifikasi berkaitan dgn jaminan kualitas spt ciri
botani, distribusi, test identitas, kemurnian,
penetapan kadar dan senyawa aktif atau
kandungan utama
resume penggunaan klinik, farmakologi, kontra
indikasi, peringatan, efek yg tdk diinginkan, dosis.
84
S7916e.pdf
85
v
86
87
88
89
Kategori herbal dlm regulasi:
Prescription medicines : medicines/drugs that can only be purchased with a
prescription i.e. A physician’s order)
Over the counter medicines: medicines/drugs that can be purchased without a
prescription
Self medication only: medicines/drugs permitted for self medication purposes
only.
Dietary supplements: a dietary supplement is a substance which contains, for
instance, a vitamin, a mineral, a herb or other botanical or an amino acid. A dietary
supplement may be intended to increase the total daily intake of a concentrate,
metabolite, constituent, extract or combination of these ingredients
Health food: health foods could be products that are presented with specific
health claims and therefore regulated differently from other foods
Functional foods: like health foods, functional foodsmay be products which are
offered with specific health claims and therefore regulated differently from other foods
Other: products classified differently from the above mentioned categories.
90
91
Classification of herbal
medicines (WHO)
based on their origin, evolution and the forms of
current usage
Category 1: Indigenous herbal medicines
Category 2: Herbal medicines in systems
Category 3: Modified herbal medicines
Category 4: Imported products with a herbal
medicine base
92
Safety category (WHO)
93
American Herbal Products Assoc Botanical
Safety Rating System
Class 1: herbs that can be safely consumed
when used appropriately
Class 2: herbs for which restrictions apply, e.g.
for external use only, not to be used during
pregnancy, nursing, etc
Class 3: herbs labeled “To be used only under
the supervision of an expert qualified in the
appropriate use of this substance.”
Class 4: insufficient data for classification