Anda di halaman 1dari 33

SKRINING FITOKIMIA

(uji identifikasi senyawa tanaman)

Apt. Dwi Feri Lutfiana, S.Farm.


SKRINING FITOKIMIA

• Skrining fitokimia merupakan penelitian


pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui
golongan senyawa kimia yang terkandung dalam
tanaman, yang biasanya punya aktivitas biologi,
secara tepat dan teliti.

• Identifikasi golongan senyawa dapat dilakukan


dengan:
• uji warna,
• penentuan kelarutan,
• Bilangan Rf
• ciri spektrum
SKRINING FITOKIMIA

• Karena tujuannya untuk mengetahui golongan


senyawa apa saja yang terkandung dalam sampel,
maka untuk ekstraksi awal harus digunakan pelarut
yang dapat melarutkan senyawa-senyawa yang
bersifat, polar, semipolar, maupun nonpolar.

• Pelarut yang digunakan untuk melakukan ekstraksi


awal adalah etanol 80% atau metanol 80%.
• Kedua pelarut tersebut bersifat polar sehingga dapat
melarutkan senyawa baik yang bersifat polar,
semipolar, maupun nonpolar.
METABOLIT METABOLIT
PRIMER SEKUNDER

SKRINING

EKSTRAKSI

ISOLASI

IDENTIFIKASI
(KUALITATIF)

KARAKTERISASI

IDENTIFIKASI (KUANTITATIF)

PENENTUAN STRUKTUR
SKRINING FITOKIMIA (uji identifikasi)
• Skrining utk gol alkaloid
• Skrining utk gol glikosida saponin
• Skrining utk gol flavonoid
• Skrining utk gol. polifenol & tanin
• Skrining utk gol.Glikosida Sianohidrin
Skrining utk gol alkaloid
• 1. 1. Preparasi sampel
• 1. Ekstrak sebanyak 0,3 gram ditambah 5 ml HCl
2N, dipanaskan di atas penangas air selama 2 -3
menit, sambil diaduk.
• 2. Setelah dingin ditambah 0,3 gram NaCl,
diaduk rata kemudian disaring.
• 3. Filtrat ditambah 5 ml HCl 2N. Filtrat dibagi
tiga bagian dan disebut sebagai larutan IA, IB,
dan IC.
1.2. Reaksi pengendapan

1. Larutan IA ditambah pereaksi Mayer, larutan IB


ditambah dengan pereaksi Wagner dan larutan IC
dipakai sebagai blanko.
2. Adanya kekeruhan atau endapan menunjukkan adanya
alkaloid

Ada beberapa macam pereaksi pengendapan utk


alkaloid. Krn sensivitas yg berbeda-beda, disimpulkan
ada alkaloid bila positif thd 2 pereaksi. Idealnya,
positif thd 4 – 5 pereaksi

.
Macam-macam pereaksi
pengendapan alkaloid
• Bouchardat
• Dragendorf
• Mayer
• Wagner
• Valser
• Ecolle
• Gold chloride
• Hager
• Kraut
• Marme
• Platinum chloride
Senyawa yg memberikan positif palsu thd
pereaksi alkaloid
• Protein
• Glikosida dan karbohidrat tertentu
• Betain
• Kholin
• Purin
• Tanin
• Garam-garam amoniak
• Amin yg termetilasi
• Derivat a-pyron : yangoin, kawain, dihidrokawain,
methysticin
• Seny orgnk yg memiliki gugus karbonil yg terkonjugasi
atau gugus fungsi lakton
1.3. Kromatografi lapis tipis

1. Larutan IC ditambah NH4OH 28% sampai


larutan menjadi basa, kemudian diekstraksi
dengan 5 ml kloroform bebas air, lalu disaring
2. Filtrat diuapkan sampai kering, kemudian
dilarutkan dalam metanol dan siap untuk
pemeriksaan dengan KLT
▫ Fase diam : Kiesel gel GF 254
▫ Fase gerak : Etil asetat - metanol - air (100 : 16,5 :
13,5)
▫ Pada praktikum ini perband. eluen (6 : 4 : 2)
▫ Penampak noda: Pereaksi Dragendorf
3. Jika timbul warna jingga menunjukkan adanya
alkaloid dalam ekstrak.
Skrining utk gol glikosida saponin
2.1. Uji buih
• 1. Ekstrak sebanyak 0,3 gram dimasukkan tabung reaksi,
kemudian ditambah air suling 10 ml, dikocok kuat-kuat
selama kira-kira 30 detik.
• 2. Tes buih positif mengandung saponin bila terjadi buih
yang stabil selama lebih dari 30 menit dengan tinggi 3 cm
di atas permukaan cairan.

2.2. Reaksi warna


• 0,3 gram ekstrak dilarutkan dalam 15 ml etanol, lalu dibagi
menjadi tiga bagian masing-masing 5 ml, disebut sebagai
larutan IIA, IIB, dan IIC
Uji Liebermann-Burchard
1. Larutan IIA digunakan sebagai blanko, larutan
IIB sebanyak 5 ml ditambah 3 tetes asam asetat
anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat, lalu dikocok
perlahan dan diamati terjadinya perubahan
warna.
2. 2. Terjadinya warna hijau biru menunjukkan
adanya saponin steroid, warna merah ungu
menunjukkan adanya saponin triterpenoid dan
warna kuning muda munjukkan adanya
sapogenin jenuh.
Uji Salkowski
1. Larutan IIA digunakan sebagai blanko, larutan
IIC sebanyak 5 ml ditambah 1 - 2 ml H2SO4
pekat melalui dinding tabung reaksi.
2. Adanya steroid tak jenuh ditandai dengan
timbulnya cincin warna merah.
2.3. Identifikasi sapogenin
steroid/triterpenoid
1. Ekstrak sebanyak 0,5 gram ditambah 5 ml HCl 2
N, didihkan dan tutup dengan corong berisi
kapas basah selama 2 jam untuk menghidrolisis
saponin.
2. Setelah dingin, netralkan dengan ammonia,
kemudian ekstraksi dengan 3 ml n-heksana
sebanyak 3 kali, lalu uapkan sampai tinggal 0,5
ml, totolkan pada pelat KLT.
Fase diam : Kiesel Gel GF 254
Fase gerak : n-heksana – etil asetat (4 : 1)
Penampak noda: - Anisaldehida asam sulfat
- Antimon klorida
3. Adanya sapogenin ditunjukkan dengan
terjadinya warna :
- merah ungu (ungu) utk anisaldehida
asam sulfat
- merah muda utk antimon klorida
2.4. Identifikasi terpenoid/steroid bebas
secara KLT

1. Sedikit ekstrak ditambah beberapa tetes n-


heksana, diaduk sampai larut, totolkan pada fase
diam.
2. Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan :
• Fase diam : Kiesel gel GF 254
• Fase gerak : n-heksana - etil asetat (4 : 1)
• Penampak noda : Anisaldehida asam sulfat
Skrining utk gol flavonoid
3.1. Preparasi sampel
1. 0,3 gram ekstrak dikocok dengan 3 ml n-
heksana berkali-kali sampai ekstrak n-heksana
tidak berwarna.
2. Residu dilarutkan dalam etanol dan dibagi
menjadi 4 bagian, masing-masing disebut
sebagai larutan IIIA, IIIB, IIIC, dan IIID.
3.2. Reaksi warna
Uji Bate-Smith dan Metcalf
1. Larutan IIIA sebagai blanko, larutan IIIB
ditambah 0,5 ml HCl pekat dan diamati
perubahan warna yang terjadi, kemudian
dipanaskan di atas penangas air dan diamati
lagi perubahan warna yang terjadi.

2. Bila perlahan-lahan menjadi warna merah


terang atau ungu menunjukkan adanya
senyawa leukoantosianin (dibandingkan
dengan blanko).
• Uji Wilstater

1. Larutan IIIA sebagai blanko, larutan IIIC


ditambah 0,5 ml HCl pekat dan 4 potong
magnesium.

2. Diamati warna yang terjadi, diencerkan dengan


air suling, kemudian ditambah 1 ml butanol.

3. Diamati warna yang terjadi di setiap lapisan.


▫ Perubahan warna merah jingga menunjukkan
adanya flavon,
▫ merah pucat menunjukkan adanya flavonol,
▫ merah tua menunjukkan adanya flavanon.
3.2. Kromatografi lapis tipis
1. Larutan IIID ditotolkan pada fase diam.
2. Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan :
Fase diam : lapisan tipis selulosa
(diganti Kiesel Gel GF 254)
Fase gerak : butanol- asam asetat glasial-air
(4 : 1 : 5)
Penampak noda: - pereaksi sitrat borat atau
- uap amonia
3. Adanya flavonoid ditunjukkan dengan
timbulnya noda berwarna kuning intensif.
4. Noda kuning yang ditimbulkan oleh uap ammonia
akan hilang secara perlahan ketika amonianya
menguap meninggalkan noda.
5 Sedangkan noda kuning yang ditimbulkan oleh
pereaksi sitrat-borat sifatnya permanen.

Fase gerak tsb. biasa disebut BAW (Butanol, Acetic


acid, Water). BAW dibuat dengan cara mencampur
ketiga komponen tsb. dengan perbandingan B : A :
W = 4 : 1 : 5, maka akan terjadi 2 lapisan. Lapisan
atas diambil dan dipakai sebagai fase gerak untuk
mengeluasi senyawa gol. flavonoid.
Skrining utk gol. polifenol & tanin
4.1. Preparasi sampel
1. 0,3 gram ekstrak ditambah 10 ml akuades
panas, diaduk dan dibiarkan sampai
temperatur kamar, lalu tambahkan 3 – 4 tetes
10% NaCl, diaduk, dan disaring.

2. Filtrat dibagi menjadi tiga bagian masing-


masing + 4 ml dan disebut sebagai larutan
IVA, IVB, dan IVC.
4.2. Uji gelatin
1. Larutan IVA digunakan sebagai blanko, larutan
IVB ditambah dengan sedikit larutan gelatin dan 5
ml larutan NaCl 10%.
2. Jika terjadi endapan putih menunjukkan adanya
tanin.

4.3. Uji ferriklorida


1. Sebagian larutan IVC diberi beberapa tetes larutan
FeCl3, kemudian diamati terjadinya perubahan
warna.
2. Jika terjadi warna hijau kehitaman menunjukkan
adanya tanin.
3. Jika pada penambahan gelatin dan NaCl tidak
timbul endapan tetapi setelah ditambahkan
dengan larutan FeCl3 terjadi perubahan warna
menjadi hijau biru hingga hitam, menunjukkan
adanya senyawa polifenol.

FeCl3 positif, uji gelatin positif  tanin (+)


FeCl3 positif, uji gelatin negatif 
polifenol (+)
FeCl3 negatif  polifenol (-), tannin (-)
4.4. Kromatografi lapis tipis
Sebagian lar. IVC digunakan utk pemeriksaan
dengan KLT.
Fase diam : Kiesel gel GF 254
Fase gerak : Kloroform - Etil asetat – Asam
formiat ( 0,5 : 9 : 0,5 )
Penampak noda : Pereaksi FeCl3
Jika timbul warna hitam menunjukkan adanya
polifenol dalam sampel.
Skrining utk gol. antrakinon
5.1. Reaksi warna
Uji Borntrager
1. Ekstrak sebanyak 0,3 gram diekstraksi dengan
10 ml akuades, saring, lalu filtrat diekstraksi
dengan 5 ml benzena dalam corong pisah.
(Benzena diganti dg. toluena)
2. Ekstraksi dilakukan sebanyak dua kali.
Kemudian fase benzena dikumpulkan dan dibagi
menjadi dua bagian, disebut sebagai larutan VA
dan VB.
3. Larutan VA sebagai blanko. larutan VB
ditambah amonia dan dikocok.
4. Warna merah menunjukkan adanya senyawa
antrakinon.
Uji modifikasi Borntrager
1. Ekstrak sebanyak 0,3 gram ditambah dengan 5
ml KOH 0,5 N dan 1 ml H2O2 encer.
2. Dipanaskan dan disaring, filtrat ditambah asam
asetat glasial, kemudian diekstraksi dengan
benzena (benzena diganti dg. toluena)
3. Fase benzena diambil dan dibagi menjadi dua
sebagai larutan VIA dan VIB.
4. Larutan VIA sebagai blanko, larutan VIB
ditambah amonia. Warna merah atau merah
muda pada lapisan alkalis menunjukkan adanya
antrakinon.
5.2. Kromatografi lapis tipis
1. Sampel ditotolkan pada fase diam. Uji
kromatografi lapis tipis ini menggunakan :
Fase diam : Kiesel gel GF 254
Fase gerak : benzena - etil asetat - asam
asetat glasial (75 : 24 : 1)
Dalam praktikum benzena diganti dg. toluena
Penampak noda : larutan 10% KOH dalam
metanol.
2. Timbulnya noda berwarna kuning, kuning coklat,
merah ungu atau hijau ungu menunjukkan adanya
senyawa antrakinon.
Glikosida sianohidrin
adalah : Seny nitril atau organik sianida yg
terdistribusi luas pada tanaman. Struktur
umumnya sbb :
O – b – glikosil
l
R - C - CN
l
R’
Pd hidsrolisis enzimatik tdk diperoleh aglikon,
tetapi asam sianida. Proses ini dikatalisis oleh 2
mcm enzim yi : b-glikosidase dan
oksinitrilase. Pembentukan asam sianida terjadi
bila tanaman terluka/jaringan pecah, tapi asam
sianida tdk akan terbentuk bila pd tanaman tdk
tdpt kedua enzim diatas
O – b – glikosil OH O
l l ll
R - C - CN -----> R - C – CN -----> R - C – R’ + HCN
l l
R’ R’

Scr mdh pembentukan asam sianida bisa diketahui


sbb :
1. Patah-patahkan simplisia segar, masukkan
kdlm tabung reaksi bertutup
2. Masukkan kertas saring yg telah dicelupkan
kdlm asam pikrat yg sdh dibasakan
3. Warna kuning akan berubah menjadi merah
bila terdapat asam sianida
Skrining utk gol.Glikosida Sianohidrin

Reaksi Warna
Tes Grignard
2-5 gram serbuk ditambah air secukpnya,
kemudian ditambahkan 1 mL CHCl3. kemudian
ditutupi gabus dengan diselipi kertas pikrat.
Kertas pikrat tidak boleh menyentuh cairan
kemudian dipanaskan pada suhu 35o – 40o C
atau didiamkan selam 3 jam kemudian diamati
perubahan warna pada kertas pikrat.
Positif bila terjadi bayangan merah pada
kertas pikrat.
Teknik Separasi sediaan bahan alam
• Separasi adalah pemisahan komponen-
komponen dari suatu campuran sehingga
menjadi fraksi-fraksi  individual.
• Fraksi-fraksi itu mungkin berbeda satu sama
lain dalam ukuran partikel, fase, atau komposisi
kimianya
Teknik Separasi sediaan bahan alam
Metode separasi bahan alam:

1. Ekstraksi (maserasi, destilasi dll)


2. Fraksinasi (dengan pelarut yang memiliki
polarita dan ukuran molekul yang sama sengan
senyawa)
3. Kromatografi
4. Kristalisasi (pengendapan)

Anda mungkin juga menyukai