Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN OBAT-OBATAN RESPIRATORIK

“Antihistamin, Antitusiv dan Steroid”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Farmakologi dalam Keperawatan

Dosen Pengampu:

Agus Rachmadi, A.Kep, S.Pd, M.Si, Med

Disusun oleh:

Robiatul Islamiah P07120216084

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN D IV KEPERAWATAN
BANJARMASIN
2017
A. Antihistamin
Adalah zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin yang
berlebihan di dalam tubuh, dengan jalan memblok reseptornya. Atas dasar
jenis reseptor histamin, dibedakan empat macam antihistaminika.
1. H1-blockers (antihistaminika klasik)
Zat ini menekan reseptor H1 di otot licin dinding pembuluh darah, bronkhi,
saluran cerna, kandung kemih, dan rahim juga melawan efek histamin di
kapiler dan ujung saraf (gatal) dengan efek Simptomatis. Antihistamin
tidak dapat menghindarkan timbulnya reaksi alergi. H1-blockers dapat
merangsang maupun menghambat SSP, efek perangsangan ialah insomnia,
gelisah, eksitasi. Efek penghambatan sedasi, obat mual, muntah dan
mabuk perjalanan. Antihistaminika banyak digunakan secara sistemis
untuk mengatasi bermacam-macam gangguan, antara lain asma yang
bersifat alergi, “hay fever” (reaksi alergi terhadap misalnya serbuk sari
bunga), sengatan serangga (lebah), uritikaria, kurang nafsu makan, mabuk
perjalanan, Parkinson dan sebagai sedativ hipnotika, syok anafilaksis.
2. H2-blockers (penghambat asam lambung)
Obat-obat ini menghambat secara selektif sekresi asam lambung yang
meningkat akibat histamin juga mengurangi vasodilatasi dan tekanan darah
menurun. Senyawa ini dipergunakan pada terapi tukak lambung- usus.
Penghambat asam (H2 bloker) yang banyak digunakan adalah simetidin,
ranitidine, famotidin, nizatidin, roksatidin.
3. H3-blockers
Terdapat di sistem saraf, mengatur produksi dan pelepasan histamin pada
susunan saraf pusat. Tidak seperti antagonis H1 yang menimbulkan efek
sedatif, antagonis H3 menyebabkan efek stimulan dan nootropik dan
sedang diteliti sebagai obat Alzheimer, Obat: Imetit, Immepip,
Clobenpropit, lodoproxyfan.
4. H4-blockers
Dijumpai pada sel-sel inflammatpry (eusinofil, neutrofil, mononukleosit).
Diduga terlibat dalam alergi bersinergi dengann reseptor H1 masih
merupakan target baru obat anti inflamasi dan alergi karena dengan
penghambatan reseptor H4 maka dapat mengobati alergi dan asma (sama
dengan reseptor H1) juga sedang diteliti. Obat: thioperamide, JNJ 7777120.

Penggolongan Antihistamin
Zat-zat tersendiri:
1) Turunan Eranolamin (X=O)
Meliputi difenhidramin, orfenadrin, dimenhidrinat, klorfenoksamin,
karbinoksamin dan feniltoloksamin. Kelompok ini memiliki daya kerja
seperti Atropin (antikolinergik) dan berkerja terhadap SSP (sedatif) agak
kuat.
2) Turunan Etilendiamin (X=N)
Diantaranya antazolin, tripelamin, klemizol dan mepirin. Kelompok ini
umumnya memiliki daya sedatif lemah.
3) Turunan Propilamin (X=C)
Diantaranya feniramin, klorfeniramin, deksclorfeniramin dan triprolidin.
Kelompok ini memiliki daya antihistaminik kuat.
4) Turunan Piperazin
Meliputi siklizin, meklozin, homoklorsiklizin, sinarizin, flunarizin,
oksatomida, hidoksizin, cetirizin. Umumnya bersifat long acting (lebih
dari 10 jam).

5) Turunan Fenotiazin
Turunan prometazin, oksomemazin, isotipendil. Efek antihistamin dan
antikolinergiknya tidak begitu kuat, berdaya neuroleptik kuat segingga
digunakan pada keadaan psikosis, sering kalo digunakan dalam obat
batuk, berhubungan mempunyai efek sedatif dan meredakan batuk.
6) Turunan Trisiklik Lainnya
Meliputi siproheptadin, ketotifen, larotadin, azelastin, pizotifen.
Mempunyai daya antiserotonin kuat dengan menstimulir nafsu makan,
maka banyak digunakan untuk stimulan nafsu makan, urtikaria, obat
interval pada migrain.
7) Golongan Sisa
Yaitu Mebhidrolin, Dimetinden, Difenilpiralin.

Informasi Obat denagn Resep Dokter


1. Difenhidramin HCl
Disamping khasiat antihistaminikanya yang kuat, juag bersifat sedatif,
antikolinergik, spasmodik, antiemetik dan antivertigo. Banyak digunakan
dalam obat batuk, disamping itu juga digunakan sebagai oabat mabuk
perjalanan, anti gatal-gatal karena alergi dan obat tambahan pada
penyakit parkinson. Efek sampingnya mengantuk.
2. Dimenhidrinat/ Difenhidramin teoklas
Digunkaan pada mabuk perjalanan dan muntah-muntah waktu hamil.
3. Antazolin
Sifatnya tidak merangsang selaput lendir, karena itu sering digunakan
untuk mengobati gejala alergi pada mata dan hidung.
4. Klorfeniramin
Daya antihistaminikanya lebih kuat daripada Feniramin, dan mempunyai
efek sedatif ringan. Digunakan untuk alergi seperti rhinitis alergia,
urtikaria, asam bronkhial, dermatitis atopik, eksim alergi, gatal-gatal
dikulit, udema angioneurotik.
5. Feniramin
Berdaya antihistaminika kuat dan efek meredakan batuk yang cukup
baik, sehingga digunakan pula dalam obat batuk.
6. Setirizina HCl
Digunakan untuk Perineal rinitis, initis alergi, urtikaria idiopatik
7. Prometazin
Selain digunakan dalam obat batuk, juga digunakan sebagai antiemetik
untuk mencegah mual dan mabuk perjalanan, sindroma parkinson,
sedativa dan hipnotika
8. Siproheptadin
Merupakan satu-satunya antihistaminika yang mempunya efek tambahan
nafsu makan. Kerja ikutannya antara lain timbul rasa mengantuk, pusing,
mual dan mulut kering.
9. Loratadin
Digunakan pada rinitis alergi, urtikaria kronik, dermatitis alergi, rasa
gatal pada hidung dan mata, rasa terbakar pada mata.
10. Mebhidrolini Napadisilat
Praktis tidak bersifat menidurkan. Digunakan pada gatal-gatal karena
alergi.

Spesialite:
NO. NAMA GENERIK NAMA SEDIAAN PABRIK
& LATIN DAGANG
1. Difenhidramin HCl Benadryl Capsul 25 Pfizer
mg
2. Dimenhidrinat Antimo Tablet 50 Phapros
Dramamin mg. 12,5 Soho
mg/ Sachet
Dimenhidrinat + Dramasin Tablet Soho
Vitamin B6
3. Antazoline HCL Antrifine Tetes Cendo
hidung 0,25
mg/ ml
4. Klorfeniramin Cohistan Tablet 4 mg Mediafarma
Maleat Chlorphenon Tablet 4 mg, Ethica
injeksi 10
mg/ ml
5. Deksklorfeniramin Mitramin Tablet 2 mg Bima Mitra
Maleat Farma
Polaramine Tablet 2 mg: Schering
syrup 2 mg/ Plough
5 ml
6. Feniramin Hidrogen Avil Syrup 50 Aventis
Maleat mg/ 20 ml:
injeksi 15
mg/ 5 ml:
tablet 25 mg
7. Cetirizin Incidal OD Kapsul 10 Bayer
mg: syrup 5
Ryzen mg/ ml UCB Farma
10 mg/
tablet: 5 mg/
5 ml larutan:
Risina 10 mg/ ml Tempo
tetes Scanchemi P
10 mg/
tablet: 5 mg/
5 ml larutan
8. Homoklorsiklizin Horceradish Tablet salut Ikapharmind
HCl garlic selaput o
600mg
9. Prometazin HCl Hazine Syrup 100 Ikapharmind
Phenergan ml o
Prome Eksp Tablet 25mg Aventis
Sirop 60 ml Interbat
10. Siproheptadina HCl Alphahist Tablet 4 mg Apex Pharma
Heptasan Caprifarmind
Pronicy o
Lexahist Kaibe Farma
Molex Ayus
11. Loratadina Alloris Tablet 10 Sanbe Farma
Claritin mg. 5 mg/ Schering
ml Syrup Plough
Tablet 10
mg. 5 mg/
ml Syrup
12. Fexofenadin Fexofed Tablet 60 Kaibe Farma
Telfast 30 mg Sanofi
Film caoted Aventis
tablet 30 mg
13. Astemizol Comaz Tab 10 mg Combiphar
Sinez Tab 10 mg Guardian
14. Mebhidrolin Biolergi Kaplet 50 Konimex
Napadisilat Histapan mg Sanbe Farma
Setara mebhidrolin Interhistin Tablet Intebat
50 mg Incitin 50mg: Bernofarm
50mg/ 5ml
Syrup
Tab 50 mg
Tab 50 mg

B. Antitusiv (Obat-obat batuk)


1. Fisiologi batuk
Batuk adalah suatu reflek fisiologi yang dapat berlangsung baik
dalam keadaan sehat maupun sakit. Reflek tersebut terjadi lazimnya
karena adanya rangsangan pada selaput lendir pernapasan yang terletak
di beberapa bagian dari tenggorokan dan cabang-cabangnya. Reflek tadi
berfungsi mengeluarkan dan membersihkan saluran pernapsan dari zat-
zat perangsang itu, sehingga merupakan suatu mekansime perlindungan
tubuh.
2. Sebab-sebab batuk
Reflek batuk dapat ditimbulkan oleh karena radang (infeksi saluran
pernapasan, alerggi) sebab-sebab mekanisme (debu), perubahan suhu
yang mendadak dan merangsang kimia (gas, bau-bauan). Batuk
(penyakit) terutama disebabkan oleh infeksi virus, misal virus influenza
dan bakteri. Batuk dapat pula merupakan gejala yang lazim pada
penyakit tifus, radang paru-paru, tumor saluran pernapasan,
dekompensasi jantung, asma atau dapat pula merupakan kebiasaan.
3. Pengobatan
Pengobatan batuk pertama-tama hendaknya ditunjukkan pada
mencari dan mengobati penyebabnya. Selanjutnya dilakukan pengobatan
simptomatiknya, yang harus dibedakan dahulu antara batuk produktif
(batuk yang mengeluarkan dahak) dengan batuk yang non produktif.
Batuk produktif merupakan suatu mekanisme perlindungan dengan
fungsi mengeluarkan zat asing (kuman, debu dan lainnya) dan dahak dari
tenggorokan. Maka pada dasarnya jenis batuk ini tidak boleh ditekan.
Terhadap batuk demikian, digunakan obat golongan ekspektoransia yang
berguna untuk mencairkan dahak yang kental dan mempermudah
pengeluarannya dari saluran nafas.
Sebaliknya batuk yang tidak produktif, adalah batuk yang tidak
berguna sehingga harus ditekan. Untuk menekan batuk jenis ini
digunakan obat golongan pereda batuk, yang berkhasiat menekan
rangsangan batuk yang bekerja sentral ataupun perifer.
Untuk batuk yang disebabkan alergi, digunakan yang dikombinasi
dengan ekspektoransia. Misalnya sirup Chlorphemin, sediaan yang
diperlukan ekspektoransia dan pereda batuk dalam suatu kombinasi,
untuk mengurangi frekuensi batuk. Tiap kali batuk dapat mengeluarkan
dahak yang kotor.
4. Penggolongan obat batuk
Obat batuk dapat dibagi dalam dua golongan besar:
a. Zat-zat yang bekerja sentral
Zat-zat ini menekan rangsangan batuk di pusat batuk yang terletak di
sumsum lanjutan (medula) dan mungkin juga bekerja di otak dengan
efek menenangkan. Zat ini terbagi atas:
 Zat-zat adiktif, yaitu Pulvis Opii, Pulvis Doveri dan Codein.
Karena dapat menimbulkan ketagihan, penggunaannya harus hati-
hati.
 Zat-zat non adiktif, yaitu Noskapin, Dekstrometorfan,
Pentoksiverin, Prometazin dan Diphenhidramin.
b. Zat-zat yang bekerja perifer
Obat ini bekerja diluar SSP, dan dapat dibagi atas beberapa kelompok
yaitu:
 Emolliensia
Zat ini memperlunak rangsangan batuk, memperlicin tenggorokan
sehingga tidak kering dan melunakkan selaput lendir yang teriritasi.
Contohnya Syrup Thymi, zat-zat lendir (seperti infus carrageen),
akar manis.
 Ekspektoransia
Zat ini dapat membantu pengeluarkan dahak dan merangsang batuk
sehingga dahak mudah dikeluarkan. Termasuk kedalamnya adalah
Amonium klorida, Ipeka dan minyak-minyak atsiri.
 Mukolitika
Zat ini bekerja mengurangi viskositas dahak (mengencerkan dahak)
sehingga dahak mudah dikeluarkan. Zat ini efektif digunakan untuk
batuk dengan dahak yang kental. Contohnya Asetilkarbositein,
Bromheksin, Ambroksol.
 Zat-zat pereda
Zat ini meredakan batuk dengan cara menghambat reseptor sensibel
disaluran napas. Contohnya Oksolamin dan Tipepidin.
5. Obat-obat tersendiri
a. Ipecacuanhae Radix
Akar dari tanaman Psychotria ipecacuanha (Rubiaceae) ini
mengandung anatara lain alkaloida ametin dan sefalin. Zat-zat itu
bersifat emetic, spasmolitik terhadap kejang-kejang saluran pernafasan
dan mempertinggi secara reflektoris sekresi bronchial. Penggunaan
utamanya sebagai emetika pada kasus keracunan. Sebagai
ekspektoransia hanya digunakan terkombinasi dengan obat batuk
lainnya.
b. Ammonium klorida
Berkhasiat sebagai secretolytic. Biasanya diberikan dalam bentuk
sirup, misalnya OBH. Pada dosis tinggi menimbulkan perasaan mual
dan muntah karena merangsang lambung.
c. Minyak terbang
Seperti minyak kayu putih, minyak permen, minyak anisi dan
terpenten. Berkhasiat mempertinggi sekresi dahak, melawan kejang
(spasmolitika), anti radang dan bakteriostatistik lemah. Minyak
terpenten digunakan sebagai ekspektoransia dengan cara inhalasi,
yang dihirup bersama uap air, ternyaa amat bermanfaat pada radang
cabang tenggorokan.
d. Liquiritie Radix
Akar kayu manis dari tanaman Glycyrrhiza glabra, mengandung
saponin yaitu sejenis glukosida yang bersifat aktif dipermukaan.
Khasiatnya berdasarkan sifatnya yang merangsang selaput lendir dan
mempertinggi sekresi zat lendir.
e. Kodein
Alkaloida candu ini paling banyak digunakan untuk mengobati batuk,
berdasarkan sifat peredanya terhadap pusat batuk. Efek sampingnya
antara lain, menimbulkan adiksi dan sambelit.
Codipront (Mack) mengandung kodein dan sistem pernafasanika
Feniltoloksamin, keduanya terikat pada suatu resin dengan tujuan
memperoleh khasiat jangka panjang.
Etil- morfin (dionin) memiliki khasiat pereda batuk sama dengan
kodein, sehingga digunakan dalam sirup obat batuk. Disamping itu
juga digunakan sebagai analgetika. Karena khasiatnya dapat
menstimulir sirkulasi pembuluh darah mata, maka juga digunakan
untuk menghilangkan udema conjungtiva (pembengkakan di mata).
f. Dekstrometrorfan
Khasiatnya sama dengan kodein, tetapi tidak bersifat analgetik dan
adiktif
g. Bromheksin
Turunan sikloheksil ini bersifat mukolitik, yaitu dapt mencairkan
dahak yang kental, sehingga mudah dikeluarkan dengan batuk. Efek
sampingnya berupa gangguan lambung usus, pusing dan berkeringat.

Spesialite:

NO. NAMA GENERIK & NAMA SEDIAAN PABRIK


LATIN DAGANG
1. Difenhidramin + Benadryl Syrup Pfizer
Amm. Klorida + Na. Cough
Sitrat Medicine
2. Dextrometorphan HBr Benadryl Syrup Parke Davis
+ Difenhidramin + DMP
Amm. Klorida + Na.
Sitrat
3. Dextrometorphan HBr Cosyr Syrup UAP
+ CTM + Gliseril
guaiakolat +
Fenilpropanolamin
4. Promethazin + K- Prome Syrup Interbat
sulfoguaiakolat + Na
Sitrat + Tinc. Ipeca +
Menthol
5. Dextrometorphan HBr Sanadryl Plus Syrup Sanbe Farma
+ Difenhidramin + Expectorant
Amm. Klorida + K-
sulfoguaiakolat + Na
Sitrat
6. Difenhidramin + Sanadryl Plus Syrup Sanbe Farma
Amm. Klorida + K- Expectorant
sulfoguaiakolat + Na
Sitrat
7. CTM + + Gliseril Cohistan Syrup Medifarma/
Guaiakolat Expectorant Pediatris
8. Ambroksol Mucopect Tab 30mg Boehringer
Ingelheim
Ambrili Tab 30mg Merck
9. Bromheksin Bisolvon Tab 8mg Boehringer
Mucosolvan Kalbe Farma
10. Tripolidin + Actifed DM Sirup Glaxo
Pseudoepedrin + DMP SmithKline
11. N Asetil Sistein Fluimucyl Effervescent Zambon
kapsul,
sacchet, dry
syrup
12. Bromheksin + GG Brolexan Tablet UAP

C. Steroid (Glikokortikoid)
Glukokortikoid anggota keluarga kortikosteroid, dipakai untuk mengobati
banyak ganguan pernapasan, terutama sama. Obat-obat ini mempunyai
khasiat antiinflamasi dan diindikasikan jika asma tidak responsif terhadap
terapi bronkodialtor. Efek sampingnya signifikan pada pemakaian jangka
panjang berupa retensi cairan, hiperglikemi, dan terganggunya respons imun.
Diperkirakan glukokortikoid mempunyai efek sinergik jika diberikan bersama
dengan agonis beta. Anggota dari kelompok obat ini adalah beklometason
(Vanceril, Beclovent), triamsinolon (Amcort,Aristocort), deksametason
(Decadron), hidrokortison, dan prednison. Obat-obat ini dapat diberikan
dengan inhaler aerosol (beklometason) atau dalam bentuk tablet
(triamsinolon, deksametason, predniso), atau dalam bentuk injeksi
(deksametason, hidrokortison).
Obat-obat ini dapay mengiritasi selaput lendir lambung dan harus dimakan
bersama makanan untuk menghindari terbentuknya tukak. Jika ingin
menghentikan glukokortikoid, dosis harus diturunkan secara bertahap dengan
perlahan-lahan untuk mencegah insufisiensi adrenal. Dosis tunggal biasanya
tidak menimbulkan supresi adrenal. Pemakaian inhaler oral mengurangi risiko
terjadinya supresi adrenal yang berkaitan dengan terpai glukokortikoid
sitemik oral.

Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan


Efek samping akibat inhaler oral umumnya lebih bersifat lokal daripada
sitemik (misalnya iritasi tenggorokan, serak, mulut kering, dan batuk). Infeksi
jamur padamulut, laring dan faing dapat terjadi tetapi bersifat reversibel
dengan penghentian obat dan pengobatan antijamur.
Glukokortikoid oral dan injeksi mempunyai banyak efek samping, yaiut
retensi cairan (kelopak mata sembab, edema pada anggota gerak bawak),
menipisnya kulit, purpura, distribusi subkutan (lemak) yang abnormal dan
meningkatnya gula darah.

Antikolinergik

Agonis adrenergik-beta dan metilsantin telah menggantikan posisi obat-obat


antikolinergik dalam pengobatan asma. Belakangan ini obat antikolinergik
baru telah diperkenalkan, yaitu ipratropium bromida (Atrovent), untuk
mengobati keadaan asma dengan melonggarkan bronkioli. Tidak seperti
antikolinergik yang lain, efek samping sitemik dari ipratropium lebih sedikt.
Obat ini diberikan dengan aerosol.

Mukolitik

Mukolitik bekerja seperti deterjen dengan mencairkan dan mengencerkan


seket mukosa yang kental sehingga dapat dikeluarkan. Asetilsistein
(Mucomyst) diberikan dengan cara nebulisasi. Obat ini tidak boleh dicampur
dengan obat-obat lain. Pegobatan harus diberikan bersama-sama dengan
bronkodilator untuk klien dengan asma atau penyakit saluran pernapasan
hiperaktif. Efek sampingnya meliputi mual, dan muntah, stomatitis (tukak
mulut),dan “hidung berair”.

Antimikroba

Antibiotik hanya dipakai jika terjadi infeksi akibat tertahannya sekresi mukus.

Obat-obat Kartikosteroid

Beberapa obat kartikosteroid disajikan pada tabel berikut:

Nama Generik Nama Aktivitas Bentuk


Dagang Anti- Topik Reten Sediaan
Infla al si Na
masi
Glukokortikoid
kerja singkat (8-
12 jam)

Hidrokortison Cortef 1 1 1 Oral, suntikan,


topikal
Oral, suntikan,
Kortison Cortone 0,8 0 0,8 topikal
Glukokortikoid
kerja sedang (18-
36 jam)

Prednison Prednison 4 0 0,3 Oral


Delta-Cortef
Prednisolon Prelone 5 4 0,3 Oral, suntikan,
topikal
Metilprednisolon Medrol, 5 5 0 Oral, suntikan,
Medixon topikal
Kenacort,
Triamsinolon Triamcort 5 5 0 Oral, suntikan,
topikal
Glukokortikoid
kerja lama (1-3
hari)

Betametason Celestone 25-40 10 0 Oral, suntikan,


Oradexon topikal
Deksametason Dexa-M 30 10 0 Oral, suntikan,
topikal
Mineralokortikoid

Fludrokortison Florinef, 10 10 250 Oral, suntikan,


Astonin topikal
Desoksikortikoster 0 0 20 Oral, suntikan,
on topikal
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. I993. Swamedikasi. Jakarta:Depkes RI
Kee, J.L dan Hayes E.R. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta: EGC
Riyanti, Sri, dkk. 2016. Farmakologi kelas XII. Jakarta: Pilar Media
Tjay, Tan Hoan. 2007. Obat-obat Penting Edisi 6 Cetakan 1. Jakarta: Gramedia

Anda mungkin juga menyukai