Anda di halaman 1dari 3

Prinsip

Teodas
Larutan merupakan campuran homogen antara dua zat atau lebih, suatu
campuran dapat dikatakan homogen karena susunannya seragam sehingga tidak
teramati adanya bagian-bagian yang berlainan bahkan dengan mikroskop optik.
Larutan (solution) terdiri atas zat pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pelarut
atau zat pendispersi yaitu tempat menyebarnya partikel-partikel zat terlarut.
Sedangkan zat terlarut adalah zat yang terdispersi di dalam pelarut. Fase larutan
yang terdiri dari solute dan solvent dapat berupa gas, zat cair, atau zat padat. Semua
gas merupakan larutan karena dapat bercampur dengan sesamanya (Sumardjo,
2008).
Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan
jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang
berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan padat dalam
cairan. Disamping itu terdapat larutan dalam keadaan padat (misalnya gelas,
pembentukan kristal campuran) (Voight, 1994).
Kelarutan suatu senyawa dinyatakan dalam gr/lt. Besarnya kelarutan suatu
senyawa adalah jumlah maksimal senyawa bersangkutan yang larut dalam sejumlah
pelarut tertentu pada suatu suhu tertentu dan merupakan larutan jenuh yang ada
dalam kesetimbangan dengan bentuk padatnya (Roth, 1988).
Kelarutan suatu zat dalam pelarut sangat ditentukan oleh kecocokan sifat
antara zat terlarut dengan pelarut. Zat terlarut dipilih berdasarkan atas kesamaan
sifat kepolarannya terhadap pelarut yang digunakan. Pelarut polar akan melarutkan
solute yang polar dan pelarut non polar akan melarutkan solute yang non polar atau
disebut juga dengan Like Dissolve Like. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui jenis pelarut yang tepat untuk digunakan. (Al-Ashary, 2010)
Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar lain. Air melarutkan
fenol, alkohol, aldehid, keton amina dan senyawa lain yang mengandung oksigen
dan nitrogen yang dapat membentuk ikatan hidrogen dalam air. Pelarut nonpolar
tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah,
karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan
ikatan kovalen dan elektrolit yang berionisasi lemah karena pelarut aprotik, dan
tidak dapat membentuk jembatan hidrogen dengan nonelektrolit. Oleh karena itu
zat terlarut ionik dan polar tidak larut atau hanya dapat larut sedikit dalam pelarut
nonpolar (Martin, 2008).
Pelarut semipolar seperti keton dan alkohol dapat menginduksi suatu derajat
polaritas tertentu dalam molekul pelarut nonpolar, sehingga menjadi dapat larut
dalam alkohol, contohnya benzena yang mudah dapat dipolarisasikan. Kenyataanya,
senyawa semipolar dapat bertindak sebagai pelarut perantara yang dapat
menyebabkan bercampurnya cairan polar dan nonpolar. Sesuai dengan itu, aseton
menaikkan kelarutan eter di dalam air (Martin, 2008).
Untuk obat-obat yang akan dibuat dalam sediaan berbentuk larutan harus
diperhatikan kelarutannya karena dapat mempengaruhi absorbsinya. Penambahan
surfaktan dan pelarut atau kosolven merupakan salah satu upaya peningkatan
kelarutan suatu obat yang mempunyai kelarutan kecil atau praktis tidak larut dalam
air (Noviza, 2015).
Obat yang memiliki kelarutan rendah akan mengakibatkan laju disolusinya
juga rendah sehingga absorbsinya kurang sempurna dan memiliki bioavailabilitas
yang rendah pula (Widjaja, 2014).
Asam salisilat adalah asam karboksilat yang tidak berwarna, kristal organik.
Asam salisilat akan beracun jika tertelan dalam jumlah yang besar, tetapi dalam
jumlah kecil digunakan sebagai pengawet makanan dan antiseptik dalam pasta gigi.
Asam salisilat juga digunakan sebagai bahan tambahan yang penting dalam banyak
produk perawatan kulit untuk pengobatan jerawat, psoriasis, kapalan, keratosis
pilaris dan kutil. Gugus karboksil (COOH) dapat bereaksi dengan alkohol,
membentuk beberapa ester yang berguna. Nama ini berasal dari kata latin untuk
pohon willow (Salix), yang didapat diperoleh dari kulit batangnya (Pubchem, 2017).
Salisilat termasuk dalam golongan obat anti inflamasi non steroid ( AINS).
Mekanisme kerja adalah menghambat sintesis Prostaglan-din dengan menghambat
kerja enzim siklooksigenase pada pusat termoregulator di hipothalamus dan perifer.
Salisilat digunakan sebagai analgetik,antipiretik, anti inflamasi, antifungi (Darsono,
2002).

Al-Ashary, M.N., Supriyanti, F.M.T., dan Zackiyah. 2010. Penentuan Pelarut


Terbaik dalam Mengekstraksi Senyawa Bioaktif dari Kulit Batang
Artocarpus heterophyllus. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. Vol (1) No.2.
Hal 155
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga
Darsono, Lusiana. 2002. Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan Parasetamol.
JKM. Vol. 2. No. 1
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Dirjen POM
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Jakarta:
Pustaka Pelajar.
Martin, A. 2008. Farmasi Fisika. Jakarta: UI Press
Moulana, Ryan.,dkk. 2012. Efektifitas Penggunaan Jenis Pelarut dan Asam dalam
Proses Ekstraksi Pigmen Antosianin Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus
sabdariffa L). Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia. Vol. 4
No. 3.
Noviza, Deni, Nine Febriyanti & Salman Umar. 2015. Solubilsasi Parasetamol
dengan Ryoto Sugar Ester dan Propilen glikol. Jurnal Sains Farmasi &
Klinis, 1(2), 133-134.
Pubchem. 2017. Asam Salisilat. Tersedia online di
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/salicylic_acid#section=Top.
[diakses pada 17 April 2017].
Roth, H.J., dan Gottfried Blaschke. 1988. Analisis Farmasi. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Sulistyaningrum, S.K., Nilasari, H., dan Effendi, E.H. (2012).
Penggunaan Asam. Salisilat Dalam Dermatologi. J Indon Med Assoc.
62(7).
Sumardjo, Damin. 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC.
Suyatno. 2006. Kimia. Jakarta : Grasindo
Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: P.T.
Kalman Media Pustaka.
Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Widjaja, B., Achmad Radjaram, Herwinda Widi Utami. 2014. Studi Kelarutan Dan
Disolusi Kompleks Inklusi Ketoprofen-Hidroksipropil -Siklodekstrin
(Dibuat Dengan Metode Kopresipitasi). Jurnal Farmasi dan Ilmu
Kefarmasian Indonesia. Vol.1 No.1 hal 31.

Anda mungkin juga menyukai