Anda di halaman 1dari 14

KASUS ROTD

ANITA ROSALIANTI
2048401003
ELY FITRIANI
2048401008
PENGERTIAN ROTD
(Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan)
Pengertian :
ROTD adalah sebuah respon (tubuh) terhadap obat yang (memberikan
efek) merugikan dan tidak diinginkan, terjadi pada (penggunaan) dosis
normal
yang digunakan manusia untuk profilaksis, diagnosis, terapi penyakit, atau
modifikasi fungsi fisiologis (WHO, 1972). Pelaporan langsung tentang
ROTD
merupakan salah satu metode farmakovigilan (Avery et al, 2011).

Depkes2 (2008) mendefinisikan Reaksi obat yang tidak dikehendaki


(ROTD) yang biasa dikenal sebagai adverse drug reaction (ADR) sebagai
kejadian cedera pada pasien selama proses terapi akibat penggunaan
obat. Definisi tersebut memberikan perbedaan pengertian dengan kejadian
obat yang tidak diharapkan (adverse drug event) dan efek obat yang
merugikan (adverse drug effect).
ROTD
(Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan)

Lanjut Pengertian :

Adverse drug event diartikan sebagai respon yang tidak diharapkan


terhadap terapi obat dan mengganggu atau menimbulkan cedera
pada penggunaan obat dosis normal.
Definisi adverse drug event menegaskan bahwa ROTD ada yang
berkaitan dengan efek farmakologi/mekanisme kerja (efek samping)
ada yang tidak berkaitan dengan efek farmakologi (reaksi
hipersensitivitas).
Adapun pengertian adverse drug effect adalah sama dengan ROTD,
namun ROTD dilihat dari sudut pandang pasien sedangkan adverse
drug effect dari sudut pandang obat.
DAFTAR ISI

1. Contoh Kasus ROTD


2. Klasifikasi
3. Mekanisme Kerja Obat
4. Indikasi Obat
5. Kontraindikasi
A . Contoh kasus ROTD 1

1. Kasus Bapak IU (65 th)

Awalnya Tn IU merasakan mata kiri perih karena terkena sabun kemudian me


mbasuh mata dengan air namun tidak membaik, lalu pasien membeli tetes mata i
nsto, namun tidak memberikan efek pasien pun berinisiatif untuk pergi ke apotek
membeli obat mata yang termasuk obat keras dan harus menggunakan resep
dokter namun pasien tetap meminta obat tersebut hingga akhirnya diberikan
pasien pun tidak membaca aturan pakai yang seharusnya hanya 3 tetes setiap 6 ja
m sehingga setelah menggunakan obat tersebut mata pasien malah semakin perih,
dan saat obat diteteskan terasa panas.
Akhirnya pasien pergi ke Puskesmas dan memberitahukan kepada dokter mengen
ai obat yang digunakan hasilnya kornea mata pasien mengalami kerusakan.

Dari beberapa kasus tersebut membuktikan bahwa apoteker sangat besar tanggun
g jawabnya dalam penyerahan obat agar obat yang pasien dapat tepat baik dosis,
indikasi serta cara penggunaan maka pengobatan yang didapat akan efektif.
Klasifikasi Obat :
Klasifikasi :

A. TIPE ROTD
kasus di atas termasuk dalam tipe ROTD tipe A
karena pasien tidak membaca aturan pakai sehinggga menyebab
kan toksisitas obat dan munculnya efek samping terhadap obat te
rsebut.

B. PENANGANAN
Untuk penanganan mengenai pasien dengan kasus tersebut kita
dapat mengurangi dosis atau hentikan pemberian dan pertimban
gan pemberian terapi penyerta.
Mekanisme Kerja Obat, Indikasi dan Kontraindikasi

A. Mekanisme Kerja Obat


Erlamycetin bekerja dengan cara menghambat pembentukan protein
yang dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk dinding sel bakteri.

B. Indikasi Obat
Digunakan pada pengobatan konjungtivitis bakteri yang
disebabkan oleh Escherichia coli, Haemophilus influenzae, Staphyloc
occus aureus, dan Atreptococcus haemolyticus.

C. Kontraindikasi
Hindari penggunaan pada pasien dengan kondisi:Pasien dengan riwa
yat hipersensitivitas atau reaksi toksik terhadap obatIbu hamil dan m
enyusuiMemiliki riwayat diskrasia darahGendang telinga berlubang (
tetes telinga).
Efek Samping Obat (Erlamycetin) :
Mual, muntah,Sakit kepala,Perih dan iritasi sementara (tetes mata) Otot
oksisitas (gangguan pada fungsi pendengaran),Demam

Interaksi Obat
-Mengganggu tindakan kontrasepsi oral.
-Phenobarbitone dan rifampin dapat mengurangi kerja kloramfenikol.
-Pada pasien anemia dapat menurunan efek zat besi dan vitamin B12.

Toksisitas Obat
Keracunan obat adalah kondisi yang disebabkan oleh kesalahan dalam p
enggunaan obat, baik dosis yang berlebihan maupun kesalahan dalam m
engombinasikan obat.
Contoh Kasus ROTD 2

2. Kasus bayi dari ibu M


Pada bulan Desember 2013 di Aceh, ibu M membawa bayi L yang baru
berusia 34 hari ke salah satu RSUD atas rujukan seorang dokter. Bayi
mengalami diare dan dokter menyarankan untuk di infus namun seorang
perawat yang masih praktek lapangan di Rumah Sakit tersebut melakukan
kesalahan dengan memberikan obat ranitidin dan norages kepada bayi
tersebut yang seharusnya diberikan kepada bayi lain yang sama dirawat di
RSUD tersebut.

Akibatnya bayi dari ibu M mengalami muntah – muntah dan lemas serta
perut kembung semua tenaga kesehatan bertanggung jawab untuk
keselamatan pasien baik itu dokter yang meresepkan dan mendiagnosa,
apoteker yang menyiapkan dan memberikan obat serta perawat yang
memberikan kepada pasien maka perlu dilakukan kerja sama dari semua
tenaga kesehatan agar tidak terjadi lagi hal seperti kasus tersebut.
KLASIFIKASI
A. TIPE ROTD
Kasus di atas termasuk dalam tipe ROTD tipe B karena
Rumah Sakit melakukan kesalahan dengan memberikan obat
ranitidin dan norages kepada bayi tersebut yang seharusnya
diberikan kepada bayi lain yang sama dirawat di RSUD
tersebut.

B. PENANGANAN
Untuk penanganan mengenai pasien dengan kasus tersebut
kita dapat hentikan pemberian dan menghindari pemberian oba
t di waktu yang akan datang.
MEKANISME KERJA OBAT RANITIDIN

Ranitidin merupakan antagonis kompetitif reversibel reseptor histamin pada


sel parietal mukosa lambung yang berfungsi untuk mensekresi asam lambu
ng. Ranitidin mensupresi sekresi asam lambung dengan 2 mekanisme:
Histamin yang diproduksi oleh sel ECL gaster diinhibisi karena ranitidin men
duduki reseptor H2 yang berfungsi menstimulasi sekresi asam lambung
Substansi lain (gastrin dan asetilkolin) yang menyebabkan sekresi asam la
mbung, berkurang efektifitasnya pada sel parietal jika reseptor H2 diinhibisi.

Sekali pemberian ranitidin oral dengan dosis 50,100, 150, dan 200 mg men
gurangi produksi asam lambung dari stimulasi pentagastrin berturut-turut se
banyak 42%, 75%, 85%, dan 95% pada subjek sehat. Pemberian ranitidin 1
50 mg dosis tunggal produksi asam lambung basal terinhibisi sebanyak 70
% pada 5 jam setelah pemberian dan 38% setelah 10 jam. Pada pasien ulk
us duodenal, pemberian ranitidin 150 mg b.i.d mengurangi 70% tingkat kea
saman lambung selama 24 jam, serta mengurangi produksi asam lambung
nokturnal sebanyak 90%.
INDIKASI

Ranitidin adalah obat yang digunakan untuk menangani gejala atau penyaki
t yang berkaitan dengan produksi asam berlebih di dalam lambung. Produk
si asam lambung yang berlebihan dapat membuat memicu iritasi dan perad
angan pada dinding lambung dan saluran pencernaan.
Ranitidin akan menghambat sekresi asam lambung berlebih. Beberapa kon
disi yang dapat ditangani dengan ranitidin adalah tukak lambung, sakit maa
g, penyakit refluks asam lambung (GERD), dan sindrom Zollinger-Ellison.

KONTRAINDIKASI

Kontraindikasi ranitidin jika terjadi porfiria akut atau hipersensitivitas terhada


p ranitidin atau komponen obat tersebut. Peringatan penggunaan ranitidin u
ntuk menyesuaikan dosis pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan li
ver, memberikan bolus intravena secara perlahan, serta menghentikan dan
mengganti ranitidin dengan penghambat pompa proton pada gastroesopha
geal reflux disease (GERD) yang tidak menunjukkan respon pada pemberi
an selama 6-8 minggu.
Efek Samping dan Bahaya Ranitidin

Beberapa efek samping :


-Mual dan muntah, Sakit kepala, Insomnia, Vertigo, Ruam, Konstipasi
dan Diare.

Segera periksakan ke dokter jika Anda mengalami efek samping yang le


bih serius, seperti:

-Nyeri perut.
-Tidak nafsu makan.
-Urine tampak keruh.
-Kulit mudah memar atau terluka.
-Detak jantung meningkat atau menurun.
-Rambut rontok.
-Kebingungan.
-Halusinasi.
-Penyakit kuning.
Sekian materi yang dapat kami sampaikan kurang dan
lebihnya kami mohon maaf, semoga materi yang kami
sampaikan dapat bermanfaat
dan kami ucapkan,

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai