Anda di halaman 1dari 3

Salisilamid

Permasalahan yang dihadapi saat pembuatan sediaan suspensi rekonstitusi salisilamid


adalah saat proses pembuatan massa sebelum digranulasi. Zat aktif salisilamid, pengawet
natrium benzoat, perasa natrium sakarin, pengisi laktosa, dan zat pengikat povidone yang telah
dimasukkan sebelumnya ke mortar ditambahkan etanol (pelarut povidone) pada proses granulasi.
Terdapat kesulitan untuk menentukan apakah kadar air masa sudah cukup untuk digranulasi atau
belum. Solusinya adalah dengan menambahkan sedikit demi sedikit etanol pada campuran, lalu
setiap penambahan dicek apakah sudah bisa digranulasi dengan diambil sedikit campuran dan
dikepalkan dengan tangan. Jika campuran yang dikepal tersebut saat dibelah langsung terbelah
menjadi dua dan tidak hancur berarti etanol yang ditambahkan pada campuran sudah cukup
untuk digranulasi. Setelah digranulasi kadar air campuran diperiksa agar berada pada rentang 1-
2%. Pemeriksaan pertama didapatkan kadar air campuran 2,89% (melebihi batas 2%) maka
campuran diratakan pada loyang alumunium dan dioven pada 50ºC selama 3 menit. Ternyata
setelah diukur kembali kadar air campuran hanya 0,56%. Hal ini akan mempengaruhi
kemampuan pvp sebagai pengikat dalam granul. Jika kadar air terlalu rendah maka massa akan
sulit terikat sehingga tidak terbentuk granul yang sempurna dan merata. Saat direkonstitusi jika
tidak terbentuk granul yang merata maka akan mudah terjadi caking karena partikel yang kecil
akan masuk diantara partikel-partikel besar. Jika sudah terjadi caking akan sangat sulit untuk
didispersikan kembali (dikocok) karena gabungan partikel tersebut bersifat kompak.

Pengamatan yang dilakukan pada sediaan suspensi kering salisilamid yang telah
direkonsitutsi diadalah pertumbuhan mikroorganisme, terjadinya cap-locking, dan perubahan
organoleptik meliputi warna, bau, dan rasa. Pengamatan dilakukan dari hari pembuatan sediaan
pada Rabu, 16 September 2019 (hari ke-0) hingga Selasa, 22 September 2019 (hari ke-6). Pada
pengamatan pertumbuhan mikroorganisme sulit diamati karena biasanya secara visual adanya
mikroorganisme diamati dari kekeruhan suatu cairan. Suspensi yang dibuat berwarna merah
muda agak gelap sehingga pengamatan pertumbuhan mikroorganisme sulit dilakukan. Tetapi
dapat disimpulkan tidak terdapat pertumbuhan mikroorganisme baik bakteri dan jamur pada
sediaan dengan penggabungan hasil dari pengamatan perubahan organoleptik sediaan. Perubahan
organoleptik yang terjadi hanyalah perubahan warna sediaan dikarenakan suspensi yang diamati
pada tabung sedimentasi telah pecah sehingga terbentuk fasa air yang warnanya sedikit lebih
gelap dibanding fasa minyak yang warnanya sama dengan warna sediaan yang dibuat. Tidak
terdapat perubahan bau dan rasa pada sediaan yaitu sediaan memiliki bau seperti perisa
strawberry dan rasa yang sangat manis. Hal ini dapat menyimpulkan bahwa tidak terjadi
pertumbuhan mikroba dikarenakan biasanya substansi yang telah ditumbuhi mikroba mengalami
perubahan bau dan rasa menjadi berbau tidak sedap dan rasanya menjadi pahit/asam. Pada
pengamatan cap-locking, tidak terjadi peristiwa cap-locking pada sediaan selama pengamatan.
Hal ini dapat terjadi karena tidak digunakan sukrosa/sirupus simplex pada formulasi sediaan.
Parasetamol

Permasalahan yang dihadapi saat pembuatan suspensi parasetamol adalah saat


pengembangan CMC Na dikarenakan suhu air yang digunakan kurang panas sehingga
dibutuhkan waktu yang lebih lama saat pengembangan serta pengembangan tidak terjadi pada
seluruh CMC Na yang dilaukan. Solusi yang dilakukan adalah dilakukan penimbangan dan
pengembangan ulang CMC Na dengan air panas yang suhunya sudah mencapai minimal 70ºC
sehingga selurun CMC Na terkembangi dengan sempurna.

Pengamatan yang dilakukan pada sediaan suspensi parasetamol adalah pertumbuhan


mikroorganisme, terjadinya cap-locking, dan perubahan organoleptik meliputi warna, bau, dan
rasa. Pengamatan dilakukan dari hari pembuatan sediaan pada Rabu, 16 September 2019 (hari
ke-0) hingga Selasa, 22 September 2019 (hari ke-6). Pada pengamatan pertumbuhan
mikroorganisme sulit diamati karena biasanya secara visual adanya mikroorganisme diamati dari
kekeruhan suatu cairan. Suspensi yang dibuat berwarna merah muda cerah sehingga pengamatan
pertumbuhan mikroorganisme sulit dilakukan. Tetapi dapat disimpulkan tidak terdapat
pertumbuhan mikroorganisme baik bakteri dan jamur pada sediaan dengan penggabungan hasil
dari pengamatan perubahan organoleptik sediaan. Perubahan organoleptik yang terjadi hanyalah
perubahan warna sediaan dikarenakan suspensi yang diamati pada tabung sedimentasi telah
pecah sehingga terbentuk fasa air yang warnanya sedikit lebih gelap dibanding fasa minyak yang
warnanya sama dengan warna sediaan yang dibuat. Tidak terdapat perubahan bau dan rasa pada
sediaan yaitu sediaan memiliki bau seperti perisa strawberry dan rasa yang sangat manis. Hal ini
dapat menyimpulkan bahwa tidak terjadi pertumbuhan mikroba dikarenakan biasanya substansi
yang telah ditumbuhi mikroba mengalami perubahan bau dan rasa menjadi berbau tidak sedap
dan rasanya menjadi pahit/asam. Pada pengamatan cap-locking, tidak terjadi peristiwa cap-
locking pada sediaan selama pengamatan. Hal ini dapat terjadi karena tidak digunakan
sukrosa/sirupus simplex pada formulasi sediaan.

Permasalahan yang dihadapi saat pembuatan lotion Virgin Coconut Oil (VCO) adalah
mengenai viskositas lotion yang relatif cair. Konsentrasi cera alba yang digunakan sebagai
peningkat viskositas dalam sediaan adalah 2%. Konsentrasi tersebut seharusnya ditingkatkan ke
3-4% agar viskositas sediaan bertambah. Penambahan cera alba disarankan tidak sampai 5%
karena setelah dibuat viskositas sediaan terlalu besar sehingga viskositasnya sudah menyerupai
krim. Lamanya penggunaan ultra turax sebagai stirrer juga sebaiknya diperhatikan. Pengadukan
saat pencampuran fase minyak dan fase air harus cukup lama untuk memastikan fase minyak
telah terdispersi sempurna dalam fasa air agar emulsi tidak pecah, tetapi tidak terlalu lama
sampai terbentuk busa.

Analisis titik kritis saat pembuatan sediaan adalah diantaranya suhu fase air dan fase
minyak harus sama atau berdekatan pada 70ºC. Saat tercapai suhu tersebut tegangan permukaan
air dan minyak menurun dikarenakan molekulnya yang lebih renggang akibat pemanasan. Hal
tersebut mengakibatkan pencampuran fasa minyak dalam fasa air lebih mudah sehingga fasa
minyak dapat terdispersi sempurna dalam fasa air membentuk globul. Sediaan lotion VCO
merupakan emulsi minyak dalam air sehingga konsentrasi fasa minyak perlu diperhatikan agar
tidak terjadi inversi fasa. Inversi fasa dapat terjadi pada penambahan fasa minyak yang melebihi
fasa air. Kecepatan pencampuran fasa air dan fasa minyak juga penting untuk diperhatikan.
Dibutuhkan kecepatan yang tinggi agar dapat dipastikan semua fasa minyak terdispersi dalam
fasa air dan membentuk globul dengan ukuran seragam. Oleh karena itu dalam pembuatan
sediaan digunakan ultra turax yang memiliki kecepatan pengadukan yang tinggi. Jika tidak
semua fasa minyak terdispersi pada fasa air dapat menimbulkan koalesensi yaitu pecahnya
emulsi karena globul fasa minyak menyatu menjadi fasa tunggal yang terpisah. Pada pembuatan
sediaan lotion juga perlu diperhatikan penerimaan sediaan. Ditambahkan oleum rosae sebagai
pengharum/pewangi agar penerimaan sediaan lebih baik. Penambahan oleum rosae pada sediaan
dilakukan pada tahap akhir bersamaan dengan penggenapan volume sediaan. Oleum rosae tidak
ikut dipanaskan bersama fasa minyak agar tidak terurai. Oleum rosae yang terurai tidak akan
memberikan fungsinya sebagai pewangi pada sediaan.

Pengamatan yang dilakukan pada sediaan lotion VCO adalah pertumbuhan


mikroorganisme dan perubahan organoleptik meliputi warna dan bau. Pengamatan dilakukan
dari hari pembuatan sediaan pada Rabu, 23 Oktober 2019 (hari ke-0) hingga Selasa, 29 Oktober
2019 (hari ke-6). Pada pengamatan pertumbuhan mikroorganisme sulit diamati karena biasanya
secara visual adanya mikroorganisme diamati dari kekeruhan suatu cairan. Warna emulsi adalah
putih sehingga pengamatan pertumbuhan mikroorganisme sulit dilakukan. Tetapi dapat
disimpulkan tidak terdapat pertumbuhan mikroorganisme baik bakteri dan jamur pada sediaan
dengan penggabungan hasil dari pengamatan perubahan organoleptik sediaan. Perubahan
organoleptik yang terjadi hanyalah perubahan warna sediaan dikarenakan emulsi yang diamati
pada tabung sedimentasi telah pecah sehingga terbentuk dua fasa, satu fasa yang warnanya
sedikit lebih gelap dibanding fasa lainnya yang warnanya sama dengan warna sediaan yang
dibuat. Tidak terdapat perubahan bau pada sediaan yaitu sediaan memiliki bau khas dari Oleum
rosae sampai hari pengamatan terakhir. Hal ini dapat menyimpulkan bahwa tidak terjadi
pertumbuhan mikroba dikarenakan biasanya substansi yang telah ditumbuhi mikroba mengalami
perubahan bau menjadi berbau tidak sedap dan warnanya akan berubah.

Anda mungkin juga menyukai