Anda di halaman 1dari 9

7 LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOTERAPI
ACARA 4 : ONSET KERJA OBAT

disusun oleh :

Nama :

NIM :

Kelompok :

Asisten :

DEPARTEMEN FARMAKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
I. Judul Praktikum
Onset Kerja Obat

II. Tujuan Praktikum


Mengetahui laju absorpsi obat dengan mengukur waktu antara
pemberian obat sampai timbulnya efek pada beberapa jalur pemberian.

III. Tinjauan Pustaka


A. Pengertian Onset
Onset adalah waktu yang dibutuhkan suatu obat untuk
memengaruhi tubuh atau waktu antara pemberian obat sampai
timbulnya efek. ( Fadhli,2016 )

B. Jalur Pemberian Obat


 Enteral
Pemberian obat yang masuk kedalam saluran pencernaan.
Contohnya : Peroral atau Perektal
 ParEnteral
Pemberian obat yang dinjeksikan kedalam tubuh dan
tidakm masuk kedalam saluran pencernaan.
Contohnya : Subcutan, Intramuskuler, IntraPeritoneal,
IntraVena
 Lain Lain
Pemberian selain kedua jalur diatas.
Contohnya : Topikal
( Neal, 2006 )
C. Nasib Obat dalam Tubuh
 Farmasetik
Farmasetik disebut juga disolusi, ini merupakan fase mulai
masuknya obat sampai munculnya atau keluarnya zat aktif
dalam obat. Proses ini membutuhkan disintegrasi dari obat
untuk mengeluarkan zat yang dapat menghasilkan efek .
( Kee, 1996 )
 Farmakokinetik
Fase yang menggambarkan apa yang dilakukan tubuh
terhadap obat. Fase ini meliputi 4 fase :
1. Absorpsi
Proses penyerapan obat kedalam pembuluh darah.
2. Distribusi
Proses penyebaran obat ke organ target melalui
sirkulasi darah
3. Metabolisme
Proses metabolisme dari obat hingga menimbulkan
efek.
4. Ekskresi ( eliminasi )
Proses pengeluaran obat ketika metabolisme telah
selesai.
( Ansel, 2006 )
 Farmakodinami
Farmakodinami adalah fase yang mengammbarkan apa
yang dilakukan obat terhadap tubuh atau dengan kata lain
adalah efek yang ditimbulkan oleh obat terhadap tubuh.
( Behrman , 2000 )

D. Strichnine
Stirchnine adalah zat beracun yang digunakan untuk menangani
gangguan binatang pada tumbuhan. Strichnine sering kali
digunakan sebagai Pestisida untuk membunuh tikus, tupai, burung
bahkan mamalia pengganggu tanaman. ( Masenga, 2013 )
IV. Materi dan Metode
Materi
 Hewan coba : 3ekor mencit
 Obat : Stichnine 5mg/kgBB 0,1%
 Alat : gelas beker, stopwatch, alat suntik,timbangan

Metode

Ambil 3 ekor mencit lalu ukur berat badannya

Tandai mencit 1 dengan PO mencit 2 dengan SC dan mencit 3 dengan IP

Masukkan Strichnine 0,1 % secara Peroral pada mencit PO

Injeksi Strichnine 0,1 % secara subkutan pada mencit SC

Injeksi Strichnine 0,1 % secara intra peritoneal pada mencit IP

Hitung waktu hingga timbulnya konvulsi pada setiap mencit

Hitung waktu hingga timbulnya kematian pada setiap mencit


V. Hasil Praktikum
Gambar Keterangan
Siapkan 3 mencit dan timbang
Berat badannya

Beri mencit 1 Strichnine 0,1%


secara peroral

Injeksi mencit 2 dengan Strichnine


0,1% secara Intra Peritoneal

Injeksi mencit 3 dengan Strichnine


0,1% secara Subcutan

Hitung waktu hingga timbul efek


konvulsi dan kematian
Onset konvulsi Onset Mati
Grup
Oral Subcutan IP Oral Subcutan IP
A - 149 276 - 187 332
B - 310 250 - 360 410
C - 137 143 - 177 177
D - 161 275 - 190 303
MEAN - 189,25 236 - 228,5 305.5

VI. Pembahasan
 Perhitungan Dosis
1. Mencit 1 PO
Diketahui
BB = 27 g
d = 5 mg/kgBB
K = 0,1%
Ditanya
V?
Jawab
𝐵𝐵×𝑑
V = 𝐾
(27×5)
= 0,1 ×10 ×1000

= 0,135 ml
Jadi volume yang digunakan 0,135ml

2. Mencit 2 SC
Diketahui
BB = 31 g
d = 5 mg/kgBB
K = 0,1%
Ditanya
V?
Jawab
𝐵𝐵×𝑑
V = 𝐾
(31×5)
= 0,1 ×10 ×1000

= 0,155 ml
Jadi volume yang digunakan 0,155ml
3. Mencit 3 IP
Diketahui
BB = 29 g
d = 5 mg/kgBB
K = 0,1%
Ditanya
V?
Jawab
𝐵𝐵×𝑑
V = 𝐾
(29×5)
= 0,1 ×10 ×1000

= 0,145 ml
Jadi volume yang digunakan 0,145ml
 Perbandingan Onset beberapa jalur pemberian
Onset konvulsi Onset Mati
Grup
Oral Subcutan IP Oral Subcutan IP
A - 149 276 - 187 332
B - 310 250 - 360 410
C - 137 143 - 177 177
D - 161 275 - 190 303
MEAN - 189,25 236 - 228,5 305.5
Menurut ( Neal, 2006 ) maka urutan laju absorbsi obat yang paling
lama adalah peroral, subcutan dan diikuti Intraperitoneal. Hal ini
berkaitan dengan masuknya obat kedalam pembuluh darah. Pada
pemberian Enteral obat harus berhasil diserap vili vili usus sebelum
masuk kedalam pembuluh darah, pada pemberian subcutan obat
juga perlu menembus muskulus lalu masuk kedalam pembuluh
darah, sedangkan untuk pemberian Intra peritoneal obat dapat
masuk kedalam pembuluh darah lebih cepat karena di rongga
peritoneal terdapat banyak pembuluh darah. Menurut hasil yang
kami dapatkan Onset Konvulsi dan Onset Mati yang tercepat
berasal dari obat yang diberikan secara Subcutan diikuti dengan
Intra Peritoneal hal ini bertentangan dengan literatur, ada beberapa
faktor kemungkinan yang salah satunya adalah kesalah injeksi pada
Intra Peritoneal sehingga menyebabkan proses absorpsi obat
menjadi lebih lama. Selain itu pada pemberian peroral tidak
ditemukannya efek konvulsi dan kematian hal ini diduga karena
mencit memuntahkan kembali Strichnine yang disuntikkan
kedalam lambungnya.
VII. Kesimpulan
1. Onset adalah waktu antara pemberian obat samapi munculnya efek.
2. Onset pemberian Subcutan lebih cepat dibanding Intra Peritoneal
karena terjadi kesalahan injeksi IP.
3. Pemberian Peroral tidak menimbulkan efek karena mencit
memuntahkan kembali Strichnine yang diberikan.

VIII. Daftar Pustaka

Ansel, H C. 2006. Kalkulasi Farmasetik. Jakarta : EGC


Behrman, R E. 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC
Fadhli, C. 2016. Perbandingan Onset dan Sedasi Ketamin-Xilazin dan
Propofol pada Anjing Jantan Lokal (Canis familiaris). Banda
Aceh : Jurnal Medika Veterinaria.
Kee, J L. 2000. Farmakologi. Jakarta : EGC
Masenga. 2013. Strychnine poisoning in African wild dogs (Lycaon
pictus) in the Loliondo game controlled area, Tanzania.
Tanzania : International Journal of Biodiversity and
Conservation.
Neal, M J. 2006. Farmakologi Medis. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai