Anda di halaman 1dari 7

Makalah Farmakoepidemiologi

“Asal-usul farmakoepidemiologi”

Disusun oleh :

Nama: Sri Widodo

No: 29

Kelas: X-D

SMK KESEHATAN BHAKTI INSANI

Jl.Pakis Daleman Banjaran Teloyo Wonosari Klaten 57473


Email: binsaniklaten@gmail.com Web : binsaniklaten.blogspot.com

Telp: (0272) 33500335533321

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Farmakoepidemiologi muncul pada awal 1960 saat kekhawatiran tentang efek samping obat
muncul pada masyarakat sehingga mendorong terbentuknya metode dalam mempelajari
keamaan terapi obat (Storm dan Kimmel, 2008). Pada tahun 1960 FDA (Federal Drug
Administration) mulai mengumpulkan laporan efek samping obat, mengarah kepada
pembentukan program pemantauan obat berbasis rumah sakit. Sistem ini dikembangkan lebih
lanjut, dan farmakoepidemiolgi diusulkan menjadi disiplin ilmu baru yang mendukung sistem
ini. Pada saat yang sama, di Eropa farmasi klinis melakukan penelitian tentang penggunaan
obat baru. Awalnya penelitian penggunaan obat di fokuskan terhadap pemasaran, distribusi,
resep dan penggunaan obat dalam masyarakat dengan penekanan khusus pada dampak medis,
sosial, dan ekonomi yang dihasilkan. Selama bertahun-tahun database mengenai peresepan
obat telah berkembang. Farmakoepidemiologi sangat berperan dalam pengambilan keputusan
terapi yang paling tepat untuk pasien. Hal mendasar yang menjadi tantangan dalam
pengembangan farmakoepidemiologi adalah kurangnya sumber daya praktisi yang
berkemampuan akibat ketiadaan edukasi yang memadai. Hal ini mempengaruhi
pengembangan farmakoepidemiologi. Selama 50 tahun terakhir penelitian telah
dikembangkan dari penelitian deskriptif seperti menghitung tablet yang digunakan hingga
menilai efektivitas dan keamanan terapi obat dalam praktek klinis. Farmasi klinis memiliki
peranan penting dalam perkembangan di masa depan. Pada abad ke-20 farmakoepidemiologi
bergeser dari yang sepenuhnya berfokus terhadap efek samping obat dan studi hubungan
resiko, termasuk hasil klinis lain dan aspek ekonomi kesehatan terhadap penggunaan
narkoba, sehingga mengurangi perbedaan antara farmakoepidemiologi dan penelitian
penggunaan obat (Wettermark, 2013).
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Farmakologi?

2. Apa yang dimaksud dengan Farmaepidemiologi ? 3. Apa hubungan antara


Farmakoepidemiologi dan Farmakologi?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui pengertian dari Farmakologi

2. Mengetahui pengertian dari Farmakoepidemiologi 3. Mengetahui hubungan antara


Farmakoepidemiologi dan Farmakologi .
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 FARMAKOLOGI

Farmakologi berasal dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan). Farmakologi
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada sistem biologis.
Farmakologi dapat dirumuskan sebagai kajian terhadap bahan-bahan yang berinteraksi
dengan sistem kehidupan melalui proses kimia, khususnya melalui pengikatan
molekul-molekul regulator yang mengaktifkan atau menghambat proses-proses tubuh yang
normal (Betran G. Katzung). Ilmu yang mempelajari mengenai obat, mencakup sejarah,
sumber, sifat kimia dan fisik, komponen, efek fisiologi dan biokimia, mekanisme kerja,
absorpsi, distribusi, biotransformasi, ekskresi dan penggunaan obat (Farmakologi dan Terapi
UI). Dengan demikian, farmakologi merupakan ilmu pengetahuan yang sangat luas
cakupannya. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, beberapa bagiandari farmakologi ini
telah berkembang menjadi disiplin ilmu tersendiri dalam ruang lingkup yang lebih sempit,
tetapi tidak terlepas sama sekali dari farmakologi, misalnya farmakologi klinik, farmasi,
toksikologi, dan lain. Umumnya, para ahli farmakologi menggabungkan antar farmakologi
kedokteran atau farmakologi media (ilmu yang berkaitan dengan diagosis, pencegahan, dan
pengobatan penyakit) dengan toksikologi (ilmu yang mempelajari efek-efek yang tidak
diinginkan dari suatu obat dan zat kimia lain). Sejarah farmakologi dibagi menjadi 2 periode
yaitu periode kuno dan periode modern. Periode kuna (sebelum tahun 1700) ditandai dengan
observasi empirik penggunaan obat dapat dilihat di Materia Medika. Catatan tertuan dijumpai
pada pengobatan Cina dan Mesir. Claudius Galen (129-200 A.D), orang pertama yang
mengenalkan bahwa teori dan pengalaman empirik berkontribusi seimbang dalam
penggunanaan obat. Theophrastus von Hohenhein (1493-1541 A.D), atau Paracelcus: All
things are poison, nothing is without poison; the dose 4 alone causes a thing not to be
poison.” Johann Jacob Wepfer (1620-1695) the first to verify by animal experimentation
assertions about pharmacological or toxicological action. Periode modern dimulai pada abad
18-19, mulai dilakukan penelitian eksperimental tentang perkembangan obat, tempat dan cara
kerja obat, pada tingkat organ dan jaringan. Rudolf Buchhei. (1820-1879) mendirikan the
first institute of Pharmacologu di the University of Dorpat (Tartu, Estonia) in 1847
pharmacology as an independent scientific discipline. Oswald Schmiedeberg (1838-1921),
bersama seorang internist, Bernard Naunyn (1839- 1925). 2.2 EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari 3 kata dasar yaitu epi yang berarti
pada atau tentang, demos yang berati penduduk dan logos yang berarti ilmu pengetahuan.
Jadi Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk. Epidemiologi
didefinisikan juga sebagai Ilmu yang mempelajari tentang Frekuensi dan Distribusi
(Penyebaran) serta Determinat masalah kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat serta
Determinannya (Faktor – factor yang Mempengaruhinya). Suatu ilmu yang awalnya
mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan pada penyakit infeksi menular. Tapi
dalam perkembangannya hingga saat ini masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya
penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker,
penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena itu, epidemiologi telah
menjangkau hal tersebut.

2.3 FARMAKOEPIDEMIOLOGI

Farmakoepidemiologi mulai berkembang sekitar tahun 1960 ketika obat golongan hipnotik,
yaitu thalidomide menyebabkan efek teratogenik pada sebagian endemik. Berawal dari
kejadian tersebut dibentuk suatu studi untuk mengetahui hubungan antara obat dengan
pengaruh klinisnya agar dapat menghindari efek samping yang merugikan. Sehingga
menginisiasi beberapa 5 negara di Eropa untuk membentuk suatu badan yaitu International
Society for Pharmacoepidemiology (ISPE) tahun 1989. Menurut Brian L. Strom,
farmakoepidemiologi dapat diartikan sebagai suatu studi yang mempelajari manfaat serta
efek dari suatu obat pada populasi. Para praktisi kesehatan pun merasakan kebermanfaatan
yang signifikan mengenai ilmu ini, dilihat dari pentingnya peran dalam meningkatkan
kualitas hidup lintas populasi. Farmakoepidemilogi terdiri dari beberapa kata yaitu
pharmacon, epi, demos, dan logos yang berarti ilmu yang mempelajari mengenai efek suatu
obat terhadap suatu populasi. Farmakoepidemiologi bisa dibilang jembatan yang
menghubungkan Farmakologi klinik dan epidemiologi, Farmakoepidemiologi berkonsentrasi
pada dampak/ outcome klinis terapi seperti memahami efek obat yang bermanfaat dan tidak
dikehendaki, efek klinis interaksi antar obat, dan efek ketidakpatuhan medis.
Farmakoepidemiologi sangat berperan dalam pengambilan keputusan terapi yang paling tepat
untuk pasien. Hal mendasar yang menjadi tantangan dalam pengembangan
farmakoepidemiologi adalah kurangnya sumber daya praktisi yang berkemampuan akibat
ketiadaan edukasi yang memadai. Pada abad ke-20 farmakoepidemiologi bergeser dari yang
sepenuhnya berfokus terhadap efek samping obat dan studi hubungan resiko, termasuk hasil
klinis lain dan aspek ekonomi kesehatan terhadap penggunaan narkoba, sehingga mengurangi
perbedaan antara farmakoepidemiologi dan penelitian penggunaan obat .

2.4 HUBUNGAN ANTARA FARMAKOEPIDEMIOLOGI DAN FARMAKOLOGI


Farmakoepidemiologi mempunyai hubungan dengan Farmakologi klinis, Dimana
farmakoepidemiologi adalah suatu studi cabang ilmu yang menghubungkan disiplin ilmu
epidemiologi dan farmasi klinik bertujuan untuk mendalami efek suatu obat terhadap suatu
populasi. Namun belum ada yang menjelaskan perkembangan farmakoepidemiologi di
Indonesia secara kronologis, namun sudah banyak penelitian yang mengimplementasikan
epidemiologi sendiri. 6 Salah satunya prevalensi penyakit demam berdarah dengue pada 50
tahun terakhir mengalami peningkatan sebesar 30 kali lipat terutama pada negara yang
memiliki iklim tropis dan khususnya menyerang daerah pedesaan. Jumlah kasus DBD di
Indonesia cenderung meningkat dan setiap tahunnya selalu menjadi KLB di beberapa
provinsi, rentang tahun 1998 – 2004 ditemukan penderita DBD sebanyak 79.480 dengan
angka kematian lebih dari 800 orang. Tercatat 95% dari penderita DBD berada dalam
kelompok umur > 15 tahun. Dari kasus di atas dapat diketahui angka penyebaran penyakit
infeksi endemik di Indonesia. Dengan bantuan farmakologi klinik maka kekeliruan dalam
pengambilan keputusan terapi dapat di minimalisir atau Setiap tahun banyak orang meninggal
salah satunya pasien dirumah sakit akibat efek samping obat padahal telah diupayakan untuk
menghindari efek samping obat yang tidak diinginkan. Untuk menghindari kejadian tersebut,
dikembangkanlah suatu ilmu yang menghubungkan penggunaan obat dengan pengaruh
klinisnya pada suatu populasi yang dinamakan Farmakoepidemiologi. Farmakoepidemiologi
memiliki peran penting atau berhubungan erat dengan Farmakologi karena efek suatu obat
yang diketahui melalui ilmu farmakologi memiliki 2 sifat yaitu efek farmakologi dan efek
samping oleh karena itu dengan farmakoepidemiologi dapat diketahui serta meminimalisir
suatu kejadian efek samping obat di populasi serta dapat meningkatkan penggunaan obat
yang tepat (efek yang diinginkan) pada populasi masyarakat atau dengan kata lain
memberikan estimasi terhadap efek obat pada sebuah populasi atau dengan kata lain
memberikan solusi baru unyuk pemanfaatan obat dalam menghadapi permasalahan terkait
penggunaan obat

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

∙ Ilmu yang mempelajari mengenai obat, mencakup sejarah, sumber, sifat kimia dan fisik,
komponen, efek fisiologi dan biokimia, mekanisme kerja, absorpsi, distribusi,
biotransformasi, ekskresi dan penggunaan obat (Farmakologi dan Terapi UI)

∙ Farmakoepidemiologi adalah suatu studi cabang ilmu yang menghubungkan disiplin ilmu
epidemiologi dan farmasi klinik bertujuan untuk mendalami efek suatu obat terhadap suatu
populasi.

∙ Farmakoepidemiologi memiliki peran penting atau berhubungan erat dengan Farmakologi


karena efek suatu obat yang diketahui melalui ilmu farmakologi memiliki 2 sifat yaitu efek
farmakologi dan efek samping oleh karena itu dengan farmakoepidemiologi dapat diketahui
serta meminimalisir suatu kejadian efek samping obat di populasi serta dapat meningkatkan
penggunaan obat yang tepat (efek yang diinginkan) pada populasi masyarakat atau dengan
kata lain memberikan estimasi terhadap efek obat pada sebuah populasi.

Anda mungkin juga menyukai