Anda di halaman 1dari 7

FARMAKOLOGI DASAR SEMESTER 2

ONLINE 26 MARET 2020

MATERI KE-3 : ABSORBSI OBAT

Absorbsi secara klasik didefinisikan sebagai suatu fenomena yang memungkinkan


suatu zat aktif melalui jalur pemberian obat melalui sistem peredaran darah, dan
penyerapan obat terjadi secara langsung dengan mekanisme perlintasan membran.
Fenomena ini bukan satu-satunya faktor penentu masuknya zat aktif kedalam tubuh,
pentingnya juga memperhatikan bentuk sediaan, perlunya zat aktif yang berada dalam
bentuk yang sesuai agar dapat menembus membran dan pentingnya kelarutan atau
keterlarutan zat aktif padat. Jadi kelarutan merupakan faktor yang dapat mengubah pH
ditempat penyerapan serta konsentrasi zat aktif juga merupakan faktor penentu laju
penyerapan ( Leon Sharger dan Andew B, 2005).

1. Rute Pemberian Obat Terdapat 2 rute pemberian obat yang utama, enteral dan
parenteral. Beberapa rute pemberian obat lain selain parenteral dan enteral adalah
inhalasi, transdermal (perkutan) atau intranasal untuk absorpsi sistemik.
Ketersediaan sistemik dan mula kerja obat dipengaruhi oleh aliran darah ke site
pemakaian, karakteristik fisiko kimia obat dan produk obat, dan kondisi patofisiologi
pada site absorpsi. Rute pemberian obat ditentukan oleh sifat dan tujuan dari
penggunaan obat sehingga dapat memberikan efek terapi yang tepat. Beberapa
obat tidak diberikan secara oral karena ketidakstabilan obat dalam saluran cerna
atau peruraian obat oleh enzim pencernaan dalam usus. Absorpsi obat setelah
injeksi subkutan lebih lambat dibanding injeksi intravena. Apabila suatu obat
diberikan melalui rute pemberian ekstravaskuler seperti oral, topikal, intranasal,
inhalasi dan rektal, maka obat pertama harus diabsorpsi ke dalam sirkulasi sistemik
dan kemudian berdifusi atau ditranspor ke site aksi sebelum menghasilkan aktivitas
biologis atau teurapetik. Prinsip umum dan kinetika absorpsi dari site ekstravaskuler
tersebut mengikuti prinsip yang sama seperti dosis oral, walau fisiologis site
pemakaian berbeda (Shargel,2012).
2. Sifat Membran Sel Untuk absorpsi obat sistemik, obat harus melintasi epitel
entestinal melalui atau antar sel epitel untuk mencapai sirkulasi sistemik.
Permeabilitas suatu obat pada site absorpsi ke daam sirkulasi sistemik berkait
dengan struktur molekul obat dan sifat fisik dan biokimia membran sel. Sekali obat
dalam plasma, obat harus melintasi membran biologis untuk mencapai site aksi. Oleh
karena itu, membran biologis bertindak sebagai sawar untuk pelepasan obat
(Shargel,2012). Absorpsi transeluler merupakan suatu proses pergerakan obat
melintasi suatu sel. Beberapa molekul obat yang tidak mampu melintasi membran
sel, tetapi bisa melewati celah antarsel dikenal dengan absorpsi obat paraseluler.
Beberapa obat kemungkinan diabsorbsi melalui mekanisme campuran yang
melibatkan suatu atau lebih proses (Shargel,2012). Membran merupakan struktur
utama dalam sel, mengelilingi keseluruhan sel dan bertindak sebagai pembatas
antara sel dan cairan interstisial. Secara fungsional, membran sel merupakan partisi
semipermeabel yang bertindak sebagai sawar selektif untuk lintasan molekul.
Pergerakan transmembran obat dipengaruhi oleh komposisi dan struktur membran
plasma. Membran sel terutama tersusun dari fosfolipid dalam bentuk dua lapis yang
terpisahkan dengan gugus karbohidrat dan protein. Ada teori yang menjelaskan
bahwa obat larut lemak cenderung lebih mudah untuk penetrasi ke membran
daripada molekul polar (Shargel,2012).

3. Perjalanan Obat Melintasi Membran Sel Perjalanan obat dalam melewati membran
sel memiliki bebrapa cara di antaranya ada difusi pasif, transport yang dipelantarai
pembawa yang terdiri dari transport aktif, difusi yang terfasilitasi dan transpor
intestinal yang diperantarai pembawa yang di uraikan dalam tahapan berikut.
 Difusi Pasif Secara teoritis, obat lipofilik dapat melintasi sel atau mengelilinginya.
Jika obat memiliki berat molekul rendah dan lipofilik, lipid membran sel bukan
merupakan sawar untuk difusi dan absorpsi obat. Difusi pasif merupakan proses
dimana molekul berdifusi secara spontan dari suatu daerah konsentrasi tinggi ke
suatu daerah konsentrasi rendah. Disebut pasif karena tidak ada energi eksternal
yang dikeluarkan (Shargel,2012). Difusi pasif merupakan proses absorpsi utama
untuk sebagian obat. Tenaga pendorong untuk difusi pasif ini adalah konsentrasi
obat yang lebih tinggi pada sisi mukosa dibandingkan dalam darah. Menurut
hukum Fick, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju difusi pasif
obat seperti derajat kelarutan obat dalam lemak, koefisien partisi, K dimana obat
yang lebih larut lemak akan memiliki nilai K yang lebih besar. Luas permukaan
membran juga mempengaruhi laju absorpsi obat (Shargel,2012). Disamping
berdifusi ke dalam sel, obat juga berdifusi ke dalam ruang sekitar sel sebagai
suatu mekanisme absorpsi. Pada difusi paraseluler, molekul obar dengan BM
lebih kecil dari 500 berdifusi ke dalam penghubung yang ketat atau ruang antar sel
epitelial usus (Shargel,2012).
 Transport yang Diperantarai Pembawa Suatu obat lipofilik dapat melintasi sel dan
ke sekitarnya. Jika obat mempunyai berat molekul rendah dan lipofilik, membran
sel lipid bukan merupakan penghalang difusi dan absorpsi. Dalam usus, obat dan
molekul lain dapat melintasi sel epitel usus dengan mekanisme difusi atay
diperantarai pembawa. Sejumlah sistem transpor yang diperantarai pembawa
khusus adadi dalam tuuh, terutama dalam usus untuk absorpsi ion dan nutrien
yang diperlukan tubuh (Shargel,2012).
 Perjalanan Obat Melintasi Membran Sel Perjalanan obat dalam melewati
membran sel memiliki bebrapa cara di antaranya ada difusi pasif, transport yang
dipelantarai pembawa yang terdiri dari transport aktif, difusi yang terfasilitasi dan
transpor intestinal yang diperantarai pembawa yang di uraikan dalam tahapan
berikut.
 Transpor Aktif Transpor aktif merupakan proses transmembran yang
diperantarai oleh pembawa yang memainkan peran penting dalam sekresi
ginjal dan bilier dari berbagai obat dan metabolit. Beberapa obat yang tidak
larut lemak yang menyerupai metabolit fisiologi alami diabsorpsi dari saluran
cerna dari proses ini. transpor aktif ditandai dengan transpor obat melawan
perbedaan konsentrasi dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Oleh
karena itu, sistem ini merupakan suatu sistem yang memerlukan energi.
Transpor aktif merupakan proses khusus yang memerlukan pembawa yang
mengikat obat membentuk kompleks obat-pembawa yang membawa obat
lewat membran dan kemudian melepaskan obat disisi lain dari membran. Obat
yang diabsorpsi yang diperantarai pembawa, laju absorbsi obat meningkat
dengan konsentrasi obat sampai molekul pembawa menjadi jenuh sempurna.
Pada konsentrasi obat yang lebih tinggi, laju absorbsi obat konstran atau orde
nol (Shargel,2012).
 Difusi yang Terfasilitasi Merupakan sistem transpor yang diperantarai
pembawa, berbeda dengan transpor aktif, obat bergerak oleh karena
perbedaan konsentrasi yaitu bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah. Sistem ini tidak memerlukan energi, namun karena diperantarai
pembawa, maka sistem dapat jenuh dan secara struktur selektif bagi obat
tertentu dan memperlihatkan kinetika persaingan bagi obat-obat dengan
struktur serupa (Shargel,2012).
 Transpor Intestinal yang Diperantarai Pembawa Beberapa obat di absorpsi
melalui pembawa ini karena kesamaan struktur dengan substrat alami
menurut Shargel, 2012:
a. Transpor Vesikuler Merupakan proses pencaplokan partikel atau bahan
terlarut oleh sel. Pinositosis dan fagositosis merupakan bentuk transpor
vesikuler yang berbeda dari tipe materi yang dicerna. Transpor vesikuler
ini merupakan proses yang diusulkan untuk absorpsi daru vaksin sabin
polio yang diberikan secara peroral dan berbagai molekul protein yang
besar.
b. Transpor Lewat Pori (Konvektif) Molekul yang sangat kecil dapat melintasi
membran secara cepat, jika membran mempunyai celah atau pori. Walau
pori tersebut tidak teramati secara langsung dengan mikroskop, model
permeasi obat melalui pori yang bersifat aqueous digunakan untuk
menjelaskan eksresi obat lewat ginjal dan pengambilan obat ke dalam
hati. Molekul-molekul kecil bergerak melewati kanal dengan difusi yang
lebih cepat dibandingkan pada bagian membrane
c. Pembentukan Pasangan Ion Obat elektrolit kuat merupakan molekul terion
dan bermuatan. Obat elektrolit kuat mempertahankan muatannyapada
semua nilai pH fisiologis dan penembusan membran rendah. Bila obat
terion dihubungkan dengan suatu ion dengan muatan berlawanan,
terbentuk pasangan ion dengan keseluruhan muatan pasangan adalah
netral. Komplek netral ini berdifusi dengan lebih mudah lewat membran.
4. Absorpsi Obat Oral Rute absorpsi obat secara oral merupakan rute paling lazim dan
populer dari pendosisan obat. Karena obat dapat absorbsi dengan mudah bila
dilakukan secara oral. Ada beberapa faktor penunjangp pada bentuk pembuatan
obat oral salah satunya bentuk sediaan obat harus di rancang untuk
mempertimbangkan rentang pH yang ekstrem, ada atau tidak adanya makanan,
degradasi enzim, perbedaan permeabilitas obat dalam darah yang berbeda dalam
usus, dan motilitas saluran cerna.
 Pertimbangan Anatomis dan Fisiologis Proses fisiologis pada saluran cerna
dapat dipengaruhi oleh diet, kandungan saluran cerna, hormon, sistem saraf
viseral, penyakit dan obat-obat. Proses fisiologi utama yang terjadi dalam sistem
GI adalah sekresi, pencernaan dan absorpsi. Proses absorpsi adalah masukan
unsur dari lumen ke usus ke dalam tubuh (Shargel,2012).

Obat-obat yang diberikan secara oral melintasi berbagai bagian saluran enteral
yang meliputi rongga mulut, esofagus, lambung, duodenum, jejunum, ileum,
kolon dan akhirnya keluar dari tubuh melalui anus. Total waktu transit yang
meliputi pengosongan lambung, transit usus halus dan transit kolonik yaitu 0,4
sampai 5 hari (Kirwan dan Smith, 1974). Bagian terpenting dalam absorpsi
adalah usus halus. Waktu transit dalam usus halus untuk sebagian besar subjek
sehat berentang dari 3 sampai 4 jam (Shargel,2012).

 Absorbsi Obat dalam Saluran Cerna Obat kemungkinan diabsorbsi melalui difusi
pasif dari semua bagian saluran cerna meliputi absorpsi sublingual, bukal, GI dan
rektal. Untuk sebagian besar obat, site optimul untuk absorbsi obat setelah
pemakaian oral adalah bagian atas usus halus atau daerah duodenum. Anatomi
duodenum yang khas memberi luas permukaan yang besar dari duodenum
disebabkan adanya lipatan-lipatan pada membran mukosa yang merupakan
tonjolan-tonjolan kecil yang dikenal dengan vili. Selanjutnya bagian duodenum
mengalami perfusi tinggi dengan jaringan kapiler, yang membantu
mempertahankan suatu perbedaan konsentrasi dari lumen usus dan sirkulasi
plasma (Shargel,2012).
 Motilitas Gastrointestinal Motilitas GI cenderung memindahkan obat sepanjang
jalur cerna, sehingga obat tidak tinggal pada site absorpsi. Waktu transit obat
dalam saluran cerna bergantung pada sifat fisikokimia dan farmakologis obat,
tipe bentuk sediaan, dan berbagai faktor fisiologis (Shargel,2012).
 Waktu Pengosongan Lambung Secara anatomis, obat yang ditelan akan
mencapai lambung secara cepat. Selanjutnya lambung mengosongkan isinya ke
dalam usus halus. Oleh karena itu duodenum mempunyai kapasitas terbesar
untuk absorpsi obat dari saluran cerna. Suatu penundaan dalam proses
pengosongan lambung akan memperlambat proses absorpsi obat dan
memperpanjang waktu mulai kerja obat.
Beberapa faktor yang menunda pengosongan lambung meliputi konsumsi
makanan tinggi lemak, minuman dingin dan obat antikolinergik (Burks dkk.,
1985).
 Motilitas Intestinal Pergerakan peristaltik normal mencampur kandungan
duodenum, membawa partikel obat kontak dengan sel mukosa usus. Obat haru
memiliki cukup waktu tinggal pada site absorbsi untuk proses absorbsi optimum.
Jika motilitas tinggi pada saluran intestinal seperti saat diare, obat mempunya
waktu tinggal yang sangat singkat dan sedikit kesempatan untuk absorbsi yang
memadai (Shargel,2012).
5. Perfusi Saluran Cerna Aliran darah ke saluran cerna merupakan hal penting untuk
membawa obat ke sirkulasi sistemik dan kemusia ke tempat kerja. Segera setelah
obat di absorpsi dari usus halus, obat masuk melalui Pengaruh Makanan pada
Absorpsi Obat dari Saluran Cerna Adanya makanan dalam saluran cerna dapat
mempengaruhi bioavailabilitas obat dari suatu produk obat oral. Makanan yang
mengandung asam amino, asam lemak dan berbagai nutrien kemungkinan
mempengaruhi pH usus dan kelarutan obat. Beberapa pengaruh makanan pada
bioavailabilitas suatu obat dari produk obat meluputi :
 pembuluh mesenterika menuju vena prota hepatika dan liver sebelum mencapai
sirkulasi sistemik (Shargel,2012).
1) Penundaan pengosongan lambung 2) Perangsangan aliran empedu 3) Perubahan
pH saluran cerna 4) Peningkatan aliran darah 5) Perubahan metabolisme luminan
dari senyawa obat 6) Interaksi fisika atau kimia makanan dengan produk obat atau
senyawa obat. Waktu pemberian obat berkait dengan makan sangat penting,
karena makanan berlemak dapat menunda waktu pengosongan lambbung diatas
2 jam. Produk yang digunakan utnuk mengendalikan asam lambung biasanya
digunakan sebelum makan, untuk mengantisipasi rangsangan sekresi asam
lambung oleh makanan (Shargel,2012).
2) Fenomena Dua Puncak Fenomena dua puncak berhubungan dengan perbedaan
dalam pengosongan lambung dan laju alir intestinal selama proses absorpsi
setelah dosis tunggal. Integritas obat juga merupakan faktor dalam fenomena dua
puncak.
e. Pengaruh Penyakit pada Absorpsi Obat Absorpsi obat dapat dipengaruhi oleh
beberapa penyakit yang menyebabkan perubahan pada alirah darah intestinal,
waktu pengosongan lambung, motilitas saluran cerna dan perubahan pada hal
lainnya. Beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi absorbsi yaitu :
1) Pasien akhloridria tidak mempunyai produksi asam lambung yang memadai.
Kekurangan produksi asam lambung menyebabkan obat bersifat basa lemah tidak
dapat membentuk garam larut dan tetap di dalam lambung dan tidak di absorpsi.
2) Pasien dengan penyakit parkinson mengalami kesulitan menelan dan sangan
menurunkan motilitas pencernaan. 3) Pasien dengan antidepresan trisiklik dan
obat antipsikotik megalami penurunan motilitas saluran cerna atau bahkan
obstruksi intestinal. Penundaan absorpsi obat terjadi terutama pada produk lepas-
lambat. 4) Pasien dengan gagal jantung kongestif mengalami penurunan aliran
darah dan mengalami edema pada dinding perut. Selain itu motilitas intestinal
lambat. Penurunan aliran darah ke usus dan penurunan motilitas intestinal
mengakibatkan penurunan absorbsi obat (Shargel,2012).

Anda mungkin juga menyukai