Anda di halaman 1dari 100

Yana Handayana

Search
Skip to content

Curriculum Vitae

Medimart
o HATI-HATI OBAT PALSU

Pembuatan Air reverse osmosis

Refferences
o Pembuatan Air reverse osmosis
o PEMBUATAN TABLET

DUNIA FARMASI
PEMBUATAN TABLET
January 12, 2009 Yana Samanoe 49 Comments

60 Votes
TEORI SEDIAAN TABLET

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Definisi
Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai tablet atau
tablet kompresi .(USP 26, Hal 2406)
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. (FI IV,
Hal 4)
I.2 Kriteria Tablet
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1.
Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan;
2.
Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;
3.
Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;
4.
Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan;
5.
Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;
6.
Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;
7.
Bebas dari kerusakan fisik;
8.
Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;
9.
Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;
10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.
(Proceeding Seminar Validasi, Hal 26)
I.3 Keuntungan Sediaan Tablet
Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
1.
Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih;
2.
Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis;
3.
Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga memudahkan
proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan;
4.
Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/diperkecil.
Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai keuntungan, antara lain :
1.
Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk sediaan oral yang
paling ringan dan paling kompak), memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan
pengangkutan;
2.
Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif yang tepat/teliti)
dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran
serta variabilitas kandungan yang paling rendah;

3.
4.
5.
6.
7.

Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil;
Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil;
Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air;
Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet;
Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah; tidak memerlukan
langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram
atau berhiasan timbul;
8.
Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan,
terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi;
9.
Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas terkendali);
10. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang tidak enak, dan
untuk terapi lokal (salut enterik);
11. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya produksinya lebih rendah;
12. Pemakaian oleh penderita lebih mudah;
13. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik,
dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.
(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294 dan Proceeding Seminar
Validasi, Hal 26)
I.4 Kerugian Sediaan Tablet
Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunya beberapa kerugian, antara lain
:
1.
Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak sadar/pingsan);
2.
Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :

Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat amorfnya,
flokulasi, atau rendahnya berat jenis;

Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup besar atau
tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau kombinasi dari sifat
tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus diformulasi sedemikian rupa);

Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi, atau zat aktif
yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban udara, memerlukan enkapsulasi
sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul menjadi lebih baik daripada tablet.
(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294)
Tetapi jika dibandingkan dengan keuntungannya, kerugian sediaan tablet jauh lebih sedikit
sehingga sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak dijumpai di perdagangan.
I.5 Masalah-Masalah Dalam Pembuatan Tablet
Permasalahan yang mungkin timbul adalah berkenaan dengan bagaimana cara membuat
sediaan yang baik dan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Untuk membuat sediaan yang baik diperlukan data preformulasi yang meliputi stabilitas,
organoleptik, sifat fisikokimia, dan data-data lain yang menunjang sehingga dapat diperkirakan
bahan baku yang cocok untuk terbentuknya suatu sediaan yang baik dan tercapainya tujuan
penggunaan.
Adapun masalah-masalah yang mungkin terjadi :
1.
OTT zat aktif (meleleh, berubah warna, terurai, dan sebagainya).

2.

Stabilitas zat aktif :


a.
Untuk zat yang rusak oleh adanya air, dibuat dengan metode pembuatan tablet yang
tidak menggunakan air dan perlu diperhatikan pelarut yang digunakan untuk granulasi.
b.
Untuk zat yang mudah teroksidasi dengan pemanasan dan sinar UV, digunakan metode
pembuatan tablet yang tidak memakai pemanasan dan sinar UV dalam prosesnya.
c.
Untuk zat yang higroskopis, jangan menggunakan metode granulasi basah memakai
mucilago amyli karena massa cetak yang terjadi sulit untuk dikeringkan. Hal ini dapat
diatasi dengan penambahan adsorben seperti Aerosol < 3%.
d.
Untuk zat yang tidak tahan air dan pemanasan dapat digunakan metode pembuatan
tablet dengan cara kempa langsung atau granulasi kering

Untuk zat dengan jumlah kecil (jumlah fines <30%) dapat dibuat dengan KL

Untuk zat dengan jumlah besar (jumlah fines >30%) dapat dibuat dengan GK.
3.
Pemilihan bahan pembantu yang cocok
Untuk penentuan eksipien perlu diperhatikan OTT dengan zat aktif. Di samping itu, bahan
pembantu yang digunakan harus mempunyai titik leleh yang cukup tinggi sehingga pada
pencetakan tidak meleleh.
4.
Jumlah fines total
Jumlah fines yang ditambahkan pada masa cetak maksimal 30%, idealnya 15%. Jika lebih
besar akan menyusahkan pada pencetakan tablet.
5.
Perbandingan bobot jenis zat aktif dengan pembawa (jika terlalu jauh hendaknya jumlah
fine sesedikit mungkin)
6.
Konsentrasi Mg stearat sebagai lubrikan maksimal 2%. Jika terlalu besar akan terjadi
laminating.
7.
Penggunaan mucilago amyli sebagai pengikat pada proses pembuatan tablet akan
mempersulit disolusi zat aktif dari dalam granul karena mucilago amyli yang sudah kering
sulit ditembus air. Untuk mengatasinya, perlu ditambah pembasah (Tween 80 0.05%-0.15%)
sehingga tablet mempunyai waktu hancur lebih baik.
8.
Pada penggunaan PVP sebagai pengikat, PVP sebaiknya dilarutkan dalam alkohol 95%.
Tetapi pada tahap awal, volume alkohol yang digunakan tidak diketahui sehingga dapat
diberikan sebagai serbuk.
9.
Penggunaan amylum yang terlalu banyak (maksimal 30%) menyebabkan tablet tidak dapat
dicetak karena kompresibilitasnya sangat jelek.
10. Amylum yang digunakan sebagai penghancur luar haruslah amylum kering karena dengan
adanya air akan menurunkan kemampuannya sebagai penghancur. Pengeringan amylum
dilakukan pada suhu 70 C karena pada suhu ini tidak terjadi gelatinasi dari amylum.
11. Pada pembuatan tablet dengan metode KL, sebagai pembawa dapat digunakan kombinasi
Avicel dengan Primogel atau Avicel dan Starch 1500 dengan perbandingan 7:3 (penelitan
Aliyah) atau 3:1. Karena Avicel memiliki kompresibilitas yang baik tapi alirannya kurang
baik, maka untuk memperbaiki alirannya dapat digunakan Primogel atau Starch 1500.
12. Untuk mengatasi kekeringan granul akibat pengeringan yang tidak terkontrol maka perlu
penambahan humektan yaitu gliserin atau propilen glikol 1 4% dihitung terhadap
mucilago.
Gliserin ditambahkan pada mucilago (pengikat) untuk mempermudah homogenitas gliserin
pada tablet, sama halnya dengan penambahan Tween untuk zat aktif hidrofob pada mucilago.
Penambahan gliserin dan Tween adalah untuk tujuan:

Gliserin : dikhawatirkan pada waktu pengeringan air hilang/menguap semua

Tween : dikhawatirkan komposisi yang digunakan menolak air, sehingga perlu


penambahan Tween agar tablet tidak pecah.
Jumlah Tween yang tepat tergantung pada:

Jumlah zat aktif

Jumlah bahan pembantu yang digunakan


13. Jumlah aerosil yang ditambahkan tidak boleh lebih dari 3% karena aerosil bersifat
voluminous dan menyerap air sehingga tablet dapat membatu yang menyebabkan waktu
hancur lebih lama.
14. Bila bobot tablet terlalu tinggi dan bervariasi
Kemungkinan disebabkan oleh:

Distribusi pada hoover yang disebabkan proses getaran. Sehingga yang kecil terdesak,
granul yang besar akan keluar lebih dahulu, karena ada proses pemampatan. Oleh karena
itu perlu diusahakan ukuran granul yang seragam.

Aliran granul yang kurang baik

Distribusi partikel tidak normal, karena bobot jenis berbeda jauh, sehingga aliran jelek.

Lubrikan kurang sehingga alirannya jelek.


15. Jika zat aktif larut air:

Jangan menggranulasi dengan air

Sebagai pengikat, gunakan pelarut yang tidak melarutkan massa tablet.


Ketentuan : misalkan digunakan pelarut X, boleh saja ada zat yang larut dalam pelarut X
yang digunakan sebagai pelarut pengikat, tetapi maksimal 30%.
Permasalahan-Permasalahan Khusus
1.
Campuran Eutektik
Timbang kedua zat aktif secara proporsional, masukan dalam mortir dan digerus. Bila
meleleh berarti eutektik.
Cara lain adalah setelah dicampur kedua zat aktif tambahakan musilago pakai air, bila tidak
kering berarti eutektik, atau musilago diganti dengan PVP alkohol.
2.
Pembuatan tablet Etambutol
Harus disalut dengan pahan penyalut yang larut alkohol larut asam lemak tetapi tidak larut
air, lebih baik disalut dengan Cetosel. Etambutol jika digranulasi dengan PVP/alkohol akan
semakin melengket. Jadi cetak langsung atau granulasi kering/slugging. Dengan
slugging,kekompakan akan turun, friabilitas menjadi tinggi. Teknik penambahan PVP :
tambahkan dulu PVP kedalam massa cetak sampai homogen lalu ditambahkan alkohol
sehingga jumlahnya tepat.
3. Vitamin C
Jangan gunakan Avicel, ini mempercepat oksidasi vitamin C. Bisa digunakan PVP tapi jelek.
Pakai musilago dalam ruang hampa udara/bisa juga dipakai Cetosel dalam
alkohol/eksplotab/starch. Jangan digunakan dengan granulasi basah karena waktu hancurnya
akan jelek.
Yang baik gunakan Avicel adalah selama tidak OTT dengan zat aktif. Avicel dapat digunakan
untuk cetak langsung, atau juga granulasi basah tetapi sebagai pengisi. Jika Avicel tidak larut
air dapat bertindak sebagai fasa luar dan fasa dalam. Jika Avicel sebagai fasa luar, amilum
kering dihilangkan sehingga komposisi FL :
R/ Avicel
6%

4.

5.
6.

7.

Talk
1% (dikurangi)
Mg Stearat
1%
Demikian juga jika digunakan Aerosil sebagai fasa luar, talk dikurangi karena telah berfungsi
juga sebagai glidan.
Starch
Starch yang baik jumlahnya 30%, jika zat jumlahnya tinggi bila ditambah Starch 1500 30%
maka bobot tablet akan semakin besar sedangkan yang harus ditambahkan adalah lubrikan,
pelincir, maka starch ditambahkan kurang dari 30% yang membuat aliran menjadi jelek.
Untuk mengatasi hal ini, gunakan Avicel yang dapat bertindak sebagai pengisi juga
penghancur.
Kombinasi Starch 1500 dan Eksplotab baik untuk pembuatan tablet secara cetak langsung
sebagai penghancur, jangan digunakan sebagai pengisi.
Pembuatan Granulasi Kering
ARC 591 jangan memakai alkohol yang mengandung air (pakai alkohol yang tidak berair).
Jika mengandung air sulit direkonstitusi.
Penggunaan Pharmacot, Etocel, PVP
Hanya untuk zat aktif yang tidak boleh kena air (karena akan terurai). Kombinasi Starch
1500/Avicel hanya untuk cetak langsung, jumlah Avicel dikurangi dan Starch-nya 30%.
Starch 1500 tidak boleh untuk granulasi basah sebagai pengisi karena Starch dengan air akan
membentuk gel yang dapat berfungsi sebagai pengikat yang sangat kuat. Tetapi sebagai
penghancur untuk SL dapat digunakan dengan teknik granulasi basah.
Penanganan Ekstrak untuk Tablet
Ekstrak kental larutkan dulu dalam etanol 70% kemudian dikeringkan dengan SL. Untuk
ekstrak Belladona 1:3.

Masalah Pada Beberapa Senyawa Aktif

Papaverin HCl, jika digunakan air dapat larut maka gunakan pelarut yang tidak melarutkan
zat tersebut.

Zat hidrofob seperti Fenilbutazon, Vioform, Parasetamol, Ester Kloramfenikol dapat


dilakukan penambahan Tween 80 0,01% bobot tablet atau saponin 5% bobot tablet
(ditambahkan mucilago amyli sebanyak 0,03%)

Diazepam, jika dibuat granul akan kasar, oleh karena itu dapat dihaluskan terlebih dahulu.

Untuk vitamin C dan Parasetamol, gunakan pelarut non air, keringkan dengan
dehumidifier.

Fe mempunyai bobot jenis yang tinggi, maka gunakan pengikat PVP dalam alkohol karena
jika digunakan air akan terjadi oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+.

Untuk vitamin B12, gerus 1 g + etanol + SL (99 g), keringkan jika minta dispensasi bahwa
tidak ada yang hilang selama proses berarti 100 g sebanding dengan 1 g vitamin B12.
Selain itu, vitamin B12 terikat sangat kuat dengan mucilago amyli sehingga waktu hancurnya
lama. Avicel dengan mucilago amyli membentuk adonan lengket yang sukar digranulasi.
Kadarnya sangat kecil, perlu diajukan uji keseragaman kandungan.

Penisilin VK terbaik dibuat dengan cara slugging

Mg(OH)3 + alukol terbaik digunakan cetak langsung, dapat granulasi basah menggunakan
PVP dalam alkohol, jika menggunakan mucilago amyli, kapasitas penetralan dapat turun.

Alukol berat jenis tinggi untuk tablet (aliran baik), berat jenis rendah dapat digunakan
untuk suspensi, tablet kunyah, voluminous.
Etambutol, tablet cepat basah. Granulasi dengan alkohol atau disalut atau ditambahkan
etambutol sebagai fines.
Alukol + ekstrak Belladona, gunakan SL sebagai pengisi. Karena ekstraknya pahit, jarang
untuk obat kunyah. Bila dibuat obat kunyah maka tambahkan asam siklamat dan sakarin
untuk mengatasi rasa pahit. Alukol dengan antasid lain, OTT terhadap CMC. Perlu dilakukan
uji penetralan terhadap bahan baku dan tablet (minta dispensasi).
Untuk garam-garam Kalsium, Ca Pantotenat dan lainnya tidak dapat memakai mucilago
amyli sebagai pengikat sebab akan terbentuk massa seperti lem.
Mg-stearat dan Eksplotab, bila zat aktif bersifat asam, jangan menggunakan Mg stearat dan
Eksplotab, ganti saja Mg-stearat dengan asam stearat.
Antibiotika, terutama yang tidak tahan pemanasan, dilakukan dengan slugging atau
dehumidifier (dengan alkohol + air) disedot pada suhu 30 C tetapi hasilnya kurang baik,
sebab potensi akan menurun karena kontak dengan air.
Ekstrak untuk tablet, ekstrak kental dilarutkan dulu dalam etanol 70%, baru dikeringkan
dengan SL. Ekstrak Belladona 1:3 artinya dalam 3 bagian ada 1 bagian. Contohnya jika
diinginkan 20 mL ekstrak Belladona maka yang diambil adalah 60 mL, digerus halus dan
dicampurkan dengan pengisi sedikit demi sedikit.
Untuk zat-zat berkhasiat yang sangat pahit seperti Kloramfenikol harus disalut
(dispensasi). Kloramfenikol palmitat tidak bisa dibuat tablet karena masih ada sisa asam
palmitat yang menyebabkan tablet mudah pecah karena sukar diikat.
INH dan PAS tidak dapat dibuat kombinasi dalam tablet karena PAS diabsorbsi di usus
tidak boleh terdisolusi di lambung (?).

Catatan Lain
1.
Fines
Maksimum 30% dari bobot tablet termasuk Fase Luar (FL) jika lebih dapat terjadi capping.
Jumlah yang berbeda, distribusi berbeda dapat diatasi dengan hoover yang tidak bergetar dan
atau adanya pengaduk.
2.
3.

4.
5.
6.
7.

Eksplotab
Tidak tahan asam, hanya untuk penghancur luar, tidak bisa untuk granulasi basah, digunakan
3-5%, maksimum 25%.
Starch 1500
Pengisi tablet untuk cetak langsung. Jika ada air akan menjadi gel sehingga zat aktif
terhambat, daya mengembang kurang sehingga waktu hancur menjadi jelek. Pengisi tablet
tidak lebih dari 30%.
Avicel pH 101,102,103 baik untuk tablet cetak langsung
Jika jumlah zat aktif kecil dan berbentuk hablur, resiko ketidakseragaman kandungan zat
aktif besar jika dibuat secara cetak langsung, karena kurang homogen.
Untuk cetak langsung gunakan zat aktif yang halus dengan aliran baik.
Jika basis kasar dan zat aktif halus, maka distribusi menjadi tidak merata karena terjadi
distribusi ukuran partikel yang tidak merata, terutama saat pencetakan, akibat getaran.

8.

Vitamin B12 untuk cetak langsung harus dihaluskan terlebih dahulu. Gunakan pengisi
manitol, bukan dengan SL.
9.
Untuk antibiotika, pilih pengikat yang tidak mengubah potensi.
10. Mekanisme umum hancurnya tablet adalah pembasahan, penetrasi air, pengembangan, dan
hancur. Untuk cetak langsung, jika kecepatan aliran masa cetak 1,5 g/dt atau lebih sudah
cukup baik.
11. Jika zat aktif 200 mg per tablet, siap-siap untuk dibuat secara cetak langsung.
12. Dalam evaluasi waktu hancur tablet, tinjau mekanisme waktu hancur, surfaktan,
desintegrator lebih baik yang hidrofob.
13. PVP mudah ditembus air.
14. Ac di sol 3% sebagai penghancur luar untuk memperbaiki waktu hancur.
Granulasi dibuat terpisah dengan pertimbangan jumlah granul sama banyak, distribusi granul
sama di mana perbandingan granul A dan B sama, kelemahan distribusi tidak selalu sama.
15. Ukuran (mesh) 18-20; 20-22; yang biasa 16-16
Jika granul pengikatnya lemah, gunakan pengayak dengan ukuran mesh sama
16. Zat aktif dengan bobot jenis tinggi (umumnya BJ zat anorganik), granulasi seperti biasa, FL
sekecil mungkin.
17. CaCO3 dapat digunakan sebagai penghancur di dalam lambung yang akan menyerap asam
lambung dan berubah menjadi CO2.
Permasalahan Dalam Pencetakan Tablet
Masalah-masalah yang dapat muncul selama proses pencetakan tablet secara umum, seperti :

Capping : pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas/bawah tablet dari badan tablet

Laminasi : pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih

Chipping : keadaan dimana bagian bawah tablet terpotong

Cracking : keadaan dimana tablet pecah, lebih sering di bagian atas-tengah

Picking : perpidahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan punch

Sticking : keadaan dimana granul menempel pada dinding die (ada adhesi)

Mottling : keadaan dimana distribusi zat warna pada permukaan tablet tidak merata
Masalah Lain Pada Pencetakan Tablet Secara Khusus
1.
Lengket pada Cetakan
Manifestasinya :

Melekat pada die dan sulit untuk dikeluarkan

Bunyi keras pada mesin

Tablet kopak, jelek, sisi tablet kasar, kadang-kadang hitam


Penyebab :

Antiadheren kurang

Lubrikan kurang atau tidak tepat


Contoh : Tablet asetosal dengan Mg stearat lengket, seharusnya digunakan asam stearat
(yang mikronize karena fungsi lubrikan adalah antar partikel sehingga kalau halus akan
terselimuti oleh lubrikan).

Kandungan air (aspek kadar air) tinggi akan menyebabkan penempelan pada die,
sedangkan kadar air rendah dapat menyebabkan laminating atau capping.

Kemungkinan karena interaksi kimia atau fisika, contoh interaksi fisika etoksi
benzamin dengan kafein, gliseril guaiakolat dengan prometazin HCl, yaitu terjadinya
pelelehan sehingga adhesivitas tinggi dan akhirnya menjadi lengket.

Bahan baku dengan titik leleh sangat rendah, sehingga kesulitan dalam masalah
pencetakan, contoh : Ibuprofen, Gliseril guaiakolat, Siprofloksasin (Antibiotik turunan
Imidazol).
Penyelesaian Masalah :

Meningkatkan antiadheren dan lubrikan

Penggantian lubrikan yang cocok

Mengurangi jumlah granul yang kasar

Mengurangi jumlah air tapi jangan sampai berada di bawah optimum, karena tablet
menjadi kurang baik. Jika sudah diketahui jumlah pembasah yang paling baik maka agar
pembasahnya pas, dilakukan dengan menambahkan pembasah ke dalam larutan pengikat,
yaitu bahan pembantu yang tidak menguap tapi basah, contoh Propilen glikol atau
gliserin.

Jika terjadi lengket mungkin karena punch dan die yang rusak, sebab kalau cacat pada
punch, maka akan melekat sehingga ratakan punch dan die.

Kalau mungkin pencetakan pada suhu rendah dan humuditas rendah karena khusus
untuk bahan aktif dengan titik leleh rendah atau terjadi campuran eutektik maka zat
campuran eutektik semakin mudah menyerap air. Contoh : Kombinasi ampisilin dengan
asam klavulanat, dimana asam klavulanat mudah hancur dengan kelembaban dan
temperatur yang tinggi. Oleh karena itu, pembuatannya dilakukan dalam suhu dan RH
yang rendah.

Perubahan bahan pengisi, bahan pengisi dengan titik leleh tinggi dan dapat
mengadsorbsi, seperti SiO2 dan aerosil (adsorben). Penambahan aercsil pada tablet akan
menyebabkan penampilan tablet yang bagus, jernih dan mengkilat, namun waktu hancur
semakin panjang.

2.

Lengket pada pons


Manifestasi :

Terkelupasnya bagian tablet karena permukaan tablet melekat pada pons. Penyebab
sama dengan tadi

Kurangnya anti adheren

Kandungan air tinggi

Lengket pada pons


Penanggulangannya sama :

Ubah ukuran granul

Tambah adsorben

Perbaiki alat

Alat dipoles, sehingga adhesivitas tablet dan pons sangat kecil.


3.
Capping/Laminating
Capping : copot

Laminating : belah
Penyebab :

Terjebaknya udara pada tablet karena granul sangat halus

Porositas tinggi, khususnya pada penggunaan pons yang baru, yaitu dengan adanya
udara yang terjebak antara pons dan die

Kekerasan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi (ada yang optimal)

Granul yang terlalu kering, cara : tambahkan dalam pelarut pengikat tambahkan
bahan cair dan tidak mudah menguap

Zat pengikat yang kurang tepat.

Pengikat yang jumlahnya terlalu sedikit (tepat tetapi jumlahnya kecil)


Penanggulangannya

Pembuatan granul diulang jika penyebabnya adalah kelebihan atau kekurangan


pengikat atau tidak cocok.

Tambahkan pengikat kering seperti gom arab, sorbitol, PVP, sakarin, NHPC, LHPC 21,
Metilselulosa dengan konsistensi tinggi, sehingga meningkatkan kekompakan tablet.

Pengurangan ukuran partikel dari granul, karena spesifikasi ukuran harus sama.
4.
Sumbing atau retak-retak pada permukaan tablet
Manifestasinya :
Akibat dari ketiga masalah sebelumnya : laminating, lengket atau kadang-kadang karena
pons yang terlalu dalam.
Penyelesaian :

Pons dan die supaya di poles

Untuk ukuran granul yang besar, kurangi partikel granul.

Diganti pons dan die

Tambahkan pengikat kering


5.

Keseragaman bobot (FI III)


Penyebab pertama :

Aliran kurang baik

Distribusi ukuran granul yang tidak tepat, sebab dengan demikian mungkin saja
timbul porositas tinggi, yang tidak dapat menjamin keseragaman bobot karena adanya
distribusi baru pada saat pencetakan.

Sistem pencampuran yang tidak benar, sehingga mesin harus terkunci baik terutama
pons bawah karena dapat berubah-ubah sehingga bobot berbeda-beda.
Penyelesaian masalah :

Perbaiki atau ulangi proses pembuatan granul, perbaikan ukuran granul, pengikat,
granulasi, perbaikan pencampuran massa cetak.

Perbaikan mesin tablet yaitu validasi mesin tablet.

Kecepatan aliran dapat menyebabkan bobot tablet yang berbeda-beda. Penyebab


kecepatan aliran : kandungan air tinggi sehingga adesivitas tinggi dan aliran menjadi
kurang ; porositas tinggi, udara terjebak banyak karena fines dan pengikat yang tidak
cocok atau kurang. Jumlah fines meningkat, porositas meningkat, aliran tidak baik.
Penyebab kedua : distribusi granul tidak baik.
Penyelesaian Masalah :

Kurangi kadar air

Pembuatan granul baru sehingga menyebabkan porositas kecil, distribusi granul


optimal sehingga aliran bagus.
Keseragaman Kandungan (FI IV hlm.999)
Dilakukan bila :

Kadar bahan aktif dibawah 50 mg

Bila perbandingan kadar bahan aktif dengan bobot tablet lebih kecil dari pada 50%
Penyebab jeleknya keseragaman kandungan :

Karena aliran jelek

Pencampuran pregranulasi tidak benar maka tentukan dulu homogenitas zat aktif dalam
granul (di pabrik)

Karena kadar fines tinggi maka porositas tinggi (bobot berbeda-beda)

Kandungan air yang tinggi sehingga aliran kurang baik

Kondisi mesin tidak benar.


Penyelesaian masalah

Perbaikan ukuran granul meliputi pencampuran, perubahan pengikat, granulasi.

Kalibrasi mesin.
I.6 Jenis Sediaan Tablet
(Catatan Kuliah P Charles + Teori dan Praktek Farmasi Industri, Lachman Hal 706-717)

Berdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas :


a. Tablet Kempa
Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk/granul
menggunakan pons/cetakan baja.
b. Tablet Cetak
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada lubang
cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan kristal yang terbentuk selama
pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yang diberikan

Berdasarkan tujuan penggunaan, tablet terdiri atas :


1. Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan
a. Tablet Konvensional Biasa
Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang biasanya terdiri
dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan eksipien seperti:

Pengisi (memberi bentuk) : laktosa

Pengikat (memberi adhesivitas/kelekatan saat bertemu saluran pencernaan):


musilago amili, amilum

Desintegrator (mempermudah hancurnya tablet)


b. Tablet Kempa Multi/Kempa Ganda
Adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu siklus kompresi tunggal
sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas 2 atau lebih lapisan. Disebut juga sebagai tablet
berlapis.
Keuntungannya dapat memisahkan zat aktif yang inkompatibel (tidak tersatukan)

c.

d.
e.
f.

g.

h.
i.

2.

Tablet Lepas Lambat


Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut melepaskan
dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul dengan dosis
pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup
untuk beberapa waktu tertentu. (misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam, dsb).
Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)
Adalah tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan
lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus.
Tablet Lepas Terkendali
Yang pelepasan zat aktifnya terkendali pada waktu-waktu tertentu.
Tablet Salut Gula
Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik berwarna
maupun tidak.
Tujuan: melindungi zat aktif terhadap lingkungan udara (O2, lembab), menutup rasa dan
bau tidak enak, menaikkan penampilan tablet.
Tablet Salut Film
Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, bewarna atau tidak dari bahan polimer yang
larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna. Penyalutan tidak perlu berkalikali.
Tablet Efervesen
Tablet kempa yang jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena mengeluarkan
CO2..Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum.
Tablet Kunyah
Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah sebelum
ditelan.

Tablet Kempa Digunakan dalam Rongga Mulut


a. Tablet Bukal
Tablet kempa biasa berbentuks oval yang ditempatkan di antara gusi dan pipi. Biasanya
keras dan berisi hormon. Bekerja sistemik, tererosi atau terdisolusi di tempat tersebut
dalam waktu yang lama (secara perlahan).
b. Tablet Sublingual
Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan di bawah lidah, berisi nitrogliserin.
Biasanya untuk obat penyempitan pembuluh darah ke jantung (angina pectoris) sehingga
harus cepat terlarut agar dapat segera memberi efek terapi. Diabsorbsi oleh selaput lendir
di bawah lidah.
c.
Tablet Hisap/Lozenges
Tablet yang mengandung zat aktif dan zat-zat penawar rasa dan bau, dimaksudkan untuk
disolusi lambat dalam mulut untuk tujuan lokal pada selaput lendir mulut.
d.
Dental Cones (Kerucut Gigi)
Yaitu suatu bentuk tablet yang cukup kecil, dirancang untuk ditempatkan di dalam akar
gigi yang kosong setelah pencabutan gigi. Tujuannya biasanya untuk mencegah
berkembangbiaknya bakteri di tempat yang kosong tadi dengan menggunakan suatu
senyawa antibakteri yang dilepaskan secara perlahan-lahan, atau untuk mengurangi
perdarahan dengan melepaskan suatu astringen atau koagulan. Pembawa yang umum
digunakan adalah Na bikarbonat, NaCl atau suatu asam amino.

3.

Tablet Kempa Digunakan Melalui Liang Tubuh


a. Tablet Rektal
Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara rektal (dubur) yang
tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.
a. Tablet Vaginal
Tabler kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan dalam vagina yang di
dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya. Biasanya mengandung antiseptik,
astringen. Digunakan untuk infeksi lokal dalam vagina dan mungkin juga untuk
pemberian steroid dalam pengobatan sistemik.

4.

Tablet Kempa untuk Implantasi


Tablet Implantasi/Pelet
Dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin tablet harus steril. Dimaksudkan untuk implantasi
subkutan (Untuk KB, 3-6 bulan, mencegah kehamilan).

5.

Tablet Cetak untuk Penggunaan Lain (Di Lachman disebutkan Jenis Tablet untuk
Membuat Larutan)
a. Tablet Triturat untuk Dispensing
Adalah tablet yang dihaluskan dulu atau disiapkan untuk penggunaan tertentu.
Tablet kempa atau cetak berbentuk kecil umumnya silindris digunakan untuk
memberikan jumlah zat aktif terukur yang tepat untuk peracikan obat (FI IV).
Digunakan sebagai tablet sublingual atau dilepaskan di atas lidah dan ditelan dengan air
minum.
b.

Tablet Hipodermik
Tablet cetak/kempa yang dibuat dari bahan mudah larut/melarut sempurna dalam air.
Umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi steril dalam ampul dengan
menambahkan pelarut steril (FI IV)
c.
Tablet Dispensing
Tablet yang digunakan oleh apoteker dalam meracik bentuk sediaan padat/cair.
Dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air dengan volume tertentu, oleh ahli farmasi
atau konsumen, untuk mendapatkan suatu larutan obat dengan konsentrasi tertentu.
Berdasarkan Rute Pemberian :
1. Tablet oral (dalam mulut)
2. Tablet rektal
3. Tablet vaginal
4. Tablet implantasi
Berdasarkan Penyalutan :

1.
2.
3.

Tablet polos
Tablet salut gula
Tablet salut film

Berdasarkan Pelepasan Zat Aktif :


1. Tablet pelepasan biasa
2. Tablet lepas lambat
3. Tablet lepas tunda
4. Tablet lepas terkendali

BAB II
METODE DAN BAHAN PEMBUATAN TABLET
II.1 Metode Pembuatan Tablet
Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi basah, granulasi
kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan sediaan tablet ini biasanya
disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan
terhadap panas atau lembab, kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain sebagainya.
Berikut merupakan penjelasan singkat dari ketiga macam metode tersebut :
a.

Granulasi Basah, yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi
partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat
sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi.Metode ini biasanya digunakan
apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas.Umumnya untuk zat aktif yang sulit
dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsipdari metode
granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai
mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai
pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang
mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga
bahan tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah.
Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang
terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang
ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada
awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai
tercapai dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh
massa basah atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan
alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas
permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan
granul diayak kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang dugunakan dan
ukuran tablet yang akan dibuat.
Keuntungan metode granulasi basah :
Memperoleh aliran yang baik

Meningkatkan kompresibilitas
Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
Mengontrol pelepasan
Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses
Distribusi keseragaman kandungan
Meningkatkan kecepatan disolusi
Kekurangan metode granulasi basah:
Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi
Biaya cukup tinggi
Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara
ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air
b.

Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien
dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah
lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul).
Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan
pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik,
digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa
langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban.
Pada proses ini komponenkomponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu
ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut
slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk
untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal bila slug
yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar
granulasi kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor
yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua
penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya, dan dengan
bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini mampu menghasilkan tekanan
tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara penggiling.
Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :
Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
Zat aktif susah mengalir
Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
Keuntungan cara granulasi kering adalah:

Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk
berat dan pengeringan yang memakan waktu

Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab

Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat


Kekurangan cara granulasi kering adalah:

Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug


Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam

c.

Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi


silang

Metode Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran
zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu.
Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun
hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut
tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl,
NaBr dan KCl yang mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah
untuk langsung dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan
tablet kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh). secara umum sifat zat
aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah; alirannya baik, kompresibilitasnya
baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa
tablet. Sedangkan keuntungan metode kempa langsung yaitu :

Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit

Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, maka waktu yang
diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat, tenaga dan mesin yang
dipergunakan juga lebih sedikit.

Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab

Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses granul, tetapi
langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi partikel halus, sehingga tidak
melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu.

Kerugian metode kempa langsung :

Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisi dapat
menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya dapat menyebabkan kurang
seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet.

Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung karena itu
biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan sehingga
pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan mahal. Dalam beberapa kondisi pengisi
dapat berinteraksi dengan obat seperti senyawa amin dan laktosa spray dried dan
menghasilkan warna kuning. Pada kempa langsung mungkin terjadi aliran statik yang
terjadi selama pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga keseragaman zat aktif dalam
granul terganggu.

Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus bersifat; mudah
mengalir; kompresibilitas yang baik; kohesifitas dan adhesifitas yang baik
II.2 Bahan Pembantu Granulasi Basah
A. Pengisi

Adalah zat inert yang ditambahkan dalam formula tablet yang ditujukan untuk membuat bobot
tablet sesuai dengan yang diharapkan
Biasanya tablet yang mengandung zat aktif dengan dosis kecil memerlukan zat pengisi yang
banyak. Jika dosis besar maka pengisi sedikit atau tidak sama sekali.
1. Avicel (mikrokristalin selulosa)

Bentuk 103 memiliki keunggulan dibandingkan dengan 101, 102 karena volume
spesifiknya kecil, aliran lebih baik dan waktu hancur lebih singkat.

Insoluble, non-reaktif, aliran kurang baik, kapasitas pegang 50%.

Menghasilkan tablet yang keras dengan tekanan kecil (kompresibilitas baik) dan
friabilitas tablet rendah, waktu stabilitas panjang.

Menghasilkan pembasahan yang cepat dan rata sehingga mendistribusikan cairan


penggranul ke seluruh massa serbuk; menghasilkan distribusi warna dan obat yang
merata.

Bertindak sebagai pembantu mengikat, menghasilkan granul yang keras dengan


sedikit fines.

Bisa bersifat pengikat kering, disintegran, lubrikan dan glidan.

Penggunaannya membutuhkan lubrikan; penggunaannya dapat dikombinasi dengan


laktosa, manitol, starch, kalsium sulfat.

Membantu mengatasi zat-zat yang jika overwetting (terlalu basah) menjadi seperti
clay yang sukar digranulasi dan ketika kering granulnya menjadi keras dan resisten
terhadap disintegrasi. Contoh: kaolin, kalsium karbonat.

Avicel dalam GB memperbaiki ikatan pada pengempaan, mengurangi capping dan


friabilitas tablet.

Avicel membantu obat larut dengan air agar homogen, mencegah migrasi pewarna
larut air dan membantu agar evaporasi cepat dan seragam.

Untuk obat dengan dosis kecil, Avicel digunakan sebagai pengisi dan pengikat
tambahan.

60% avicel PH 101 dan 40% amilum sebagai pasta 10% membuat massa lembab
mudah digranulasi, membentuk granul yang kuat pada pengeringan dengan sedikit fine
daripada pasta yang hanya terbuat dari amilum.

Bentuk PH 101: serbuk, PH 102: granul, PH 103: serbuk


Sebagai disintegran :

Merupakan disintegran yang sangat baik terutama pada konsentrasi 10% atau lebih
tinggi.

Pada GB Avicel tidak bersifat disintegran.

Perhatian: pada konsentrasi tinggi, Avicel dapat menyebabkan tablet lengket pada
lidah saat akan digunakan.
2.
Kalsium sulfat trihidrat

Digunakan sebagai pengisi untuk granulasi dengan jumlah zat aktif 20-30%.

Sinonim: terra alba, snow white filler.

Insoluble, non-higroskopis.

Semakin tinggi grade-nya semakin putih, pengisi paling murah, bisa dipakai untuk zat
aktif asam, netral, basa; punya kapasitas abisaorbisai yang tinggi untuk minyak.

Pengikat yang disarankan: PVP, MC, starch paste.


3.
Kalsium fosfat dibasic

Digunakan sebagai pengisi dan pengikat untuk kempa langsung dengan memiliki
ukuran paling kecil, tidak mahal, tidak dapat digunakan bersama senyawa asam atau
garam asam

Jika digunakan cairan pengikat yang terlalu banyak maka jadi lengket dan keras, tidak
dapat digranul sehingga solusinya dikombinasi dengan starch/Avicel
4.
Laktosa
(Lachman Tablet)

Inkompatibel dengan: senyawa yang sangat basa, asam askorbat, salisilamid,


pyrilamine maleat, phenilephrine HCl

Granul laktosa hidrat mengandung kadar lembab 4-5%

Laktosa adalah gula peredukasi bereaksi dengan amin menghasilkan reaksi Maillard

Isomer: dan (dalam campuran berada dalam kesetimbangan kedua bentuk)


(Lachman Industri)

Pengisi yang paling umum, ada 2 bentuk: hidrat dan anhidrat

Jarang bereaksi dengan obat (hidrat dan anhidrat)

Untuk GB pakai laktosa HIDRAT; laktosa anhidrat tidak mengalami reaksi Maillard
(dengan zat aktif mengandung amina dengan adanya logam stearat), tetapi menyerap
lembab.

Secara umum tablet menunjukkan release rate yang baik, granulnya cepat kering,
disintegrasi tablet tidak banyak dipengaruhi oleh kekerasan
(Handbook of Pharm Excipient)

Keburukan: laktosa dpr berubah warna dengan adanya basa amin dan Mg-stearat

Dikenal 4 macam bentuk: granul kasar (60-80 mesh), granul halus (80-100 mesh),
granul spray dried (100-200 mesh), dan laktosa anhidrat

Dikenal sebagai gula susu.


Spray-dried Lactose
(Lachman Industri)

Untuk pengisi kempa langsung, umumnya digabung dengan Avicel. Jika tunggal
digunakan dalam konsentrasi 40-50% sebagai pembawa

Sifat direct compression-nya berkurang jika kadar air < 3%; dapat dicampur dengan
20-25% zat aktif tanpa kehilangan sifat direct compression-nya

Kapasitas pegang 20-25% terhadap zat aktif; punya aliran baik dan karakteristik
pengikatan yang lebih baik dibandingkan laktosa biasa

Kelemahan: dapat menghitam dengan adanya lembab, amin, atau senyawa lain yang
mengandung furaldehid

Gunakan lubrikan netral atau asam


5.
Sukrosa

Bisa berfungsi sebagai pengisi/pengikat

Jika digunakan sebagai pengikat tunggal, sukrosa membentuk granul yang keras dan
tablet lebih cenderung terdisolusi daripada terdisintegrasi. Oleh karena itu banyak
dikombinasi dengan pengisi insoluble lain

Jika digunakan sebagai pengisi kering, biasanya digranulasi dengan pengikat larut air
atau hidroalkohol. Kekerasan granul tergantung jumlah pengikat yang digunakan.
Campuran air dan alkohol akan menghasilkan granul yang lebih lunak.

6.

7.

8.

9.

Memiliki banyak bentuk, paling sering digunakan bentuk confectioner untuk GB


yang mengandung 3% pati jagung untuk mencegah caking

Sukrosa digunakan sebagai pemanis dalam tablet kunyah dan digunakan sebagai
pengikat untuk memperbaiki kekerasan tablet

Kelemahan: tablet yang dibuat dengan komposisi sebagian besar sukrosa akan
mengeras pada penyimpanan. Sukrosa bukan gula pereduksi tetapi menjadi coklat pada
penyimpanan dan higroskopis

Turunan sukrosa yang dapat digunakan untuk kempa langsung:


a.
Sugartab : 90-93% sukrosa, 7-10% invert sugar
b.
Di Pac
: 97% sukrosa, 3% modified dekstrin
c.
Nu Tab : 95% sukrosa, 4% gula invert, 1% corn starch, Mg stearat
Dekstrosa

Penggunannya terbatas pada GB sebagai pengisi dan pengikat

Digunakan mirip dengan sukrosa, cenderung menghasilkan tablet yang keras terutama
jika menggunakan dekstrosa anhidrat

Menjadi coklat pada penyimpanan


Manitol

Pengisi yang baik untuk tablet kunyah karena rasanya enak, sedikit manis, halus,
dingin (negatif heat solution)

Non-higroskopis, aliran jelek, membutuhkan lebih banyak cairan pengikat

Dapat digunakan untuk formulasi vitamin, menghasilkan granul yang lebih halus dari
sukrosa atau dekstrosa

Kadar lembab granul yang dibuat dari sukrosa, dekstrosa, dan manitol setelah
pengeringan semalam pada 140-150 F adalah 0,2%

Hanya sedikit yang terabisaorbisai di saluran cerna, jika digunakan banyak dapat
bersifat laksatif
Emdex dan Celutab
(Lachman Industri)

Dapat bereaksi dengan amin pada suhu dan kelembaban tinggi

Bebas mengalir dan dapat dikempa langsung, mengandung 8-10% lembab, kekerasan
tablet dapat meningkat setelah pengempaan

Starch terhidrolisa mengandung 90-92% dekstrosa dan 3-5% maltosa

Dapat digunakan sebagai pengganti manitol pada talbet kunyah karena manis dan
berasa halus.
Starch 1500 (penjelasan ada di bagian Pengikat)

B. Adsorben

Adsorben harus memiliki titik leleh yang tinggi. Dengan titik leleh tinggi setelah terjadi
lelehan pertama akan terbentuk massa yang bertitik leleh lebih tinggi.

Manfaat adsorben: mencegah tablet basah oleh lelehan zat aktif, jika tablet basah maka
tablet akan lengket dalam cetakan. Bekerja menyerap lelehan zat aktif.
Contoh:
1. Avicel
2. Bolus alba

3. Kaolin, bentonit, Mg silikat, MgO, trikalsium fosfat


4. Aerosil
C. Pengikat

Pengikat bisa berupa gula dan polimer.

Pengikat yang berupa polimer alam: starch, gum (acacia, tragacanth, gelatin)

Pengikat yang berupa polimer sintetik: PVP, metilselulosa, etilselulosa,


hidroksipropilselulosa

Bisa dengan cara kering/basah. Cara basah lebih sedikit membutuhkan bahan.

Jumlah larutan pengikat yang dibutuhkan untuk 3 kg pengisi tercantum pada tabel
(Lachman Tablet halaman 161)
1.
Starch (amylum)
(Lachman Tablet)

Dapat digunakan sebagai pengisi, pengikat, dan penghancur

Dalam bentuk musilago amili 5-10%

Cara: suspensikan starch 1:1/2-1 dalam air dingin, tambahkan 2-4 kali air mendidih
dengan pengadukan konstan sampai starch mengembang menjadi transparan yang dapat
diencerkan

Cara lain: suspensi starch dalam air dipanaskan

Mengandung kadar air 11-14%; akan menyebabkan tablet terdisintegrasi dengan cepat
(hal 161)

Pembuatannya harus hati-hati agar diperoleh musilago yang baik, tidak terhidrolisis,
dan tidak mengarang

Pemakaian terbaik maksimal 30%. Jika dosis zat aktif besar, starch diganti dengan
penghacur yang lebih baik, yaitu avicel.

Tablet yang mengandung amilum dengan konsentrasi tinggi menunjukkan tablet yang
rapuh dan sukar dikeringkan

Amilum yang tidak dimodifikasi tidak mempunyai sifat kompresibilitas yang baik dan
mempunyai friabilitas yang besar, dan akan terjadinya capping pada tablet jika digunakan
dalam jumlah besar
Sebagai disintegran:

Pemakaian: 1-20%, merupakan disintegran yang paling umum digunakan

Mekanisme kerja dengan membentuk ikatan hidrogen saat pengempaan dan pecah
atau mengembang saat air masuk mell pori (kapiler)

Pemakaiannya disesuaikan dengan jenis starch, tekanan pengempaan, dan kandungan


air massa cetak

Perhatian: sebelum digunakan, starch harus dikeringkan pada suhu 80-90 C untuk
menghilangkan air yang terabisaorpsi
2.
Starch 1500
(Lachman Tablet)

Dapat digunakan sebagai pengikat basah, kering, dan disintegran

Starch 1500 maksimal mengandung 20% fraksi larut air yang berfungsi sebagai
pengikat sedangkan sisanya bersifat sebagai disintegran

Starch 1500 dibutuhkan 3-4 kali lebih banyak daripada musilago amili untuk
menghasilkan tablet dengan kekerasan yang sama
Sebaiknya tidak digunakan sebagai pengisi pada GB karena akan menghasilkan gel
yang berfungsi sebagai pengikat yang sangat kuat
Sebagai disintegran dapat ditambahkan kering, pada fasa luar.

(Lachman Industri)

Aliran bagus, merupakan directly compressible starch

Dapat dikempa sendiri, tetapi jika dicampur dengan 5-10% obat membutuhkan
lubrikan tambahan (misalnya 0,25% colloidal silicon dioxide)

Mengandung 10% lembab dan menyebabkan tablet menjadi lunak jika dikombinasi
dengan Mg stearat > 0,5%, sebagai pengganti digunakan asam stearat

3.

4.

5.

6.

Sebagai disintegran:

Merupakan disintegran yang baik dan ditambahkan dalam campuran kering (dalam
fasa dalam dan atau fasa luar pada metoda granulasi kering atau kempa langsung, atau
dalam fasa luar pada metoda granulasi basah)

Perhatian: tidak boleh diberikan pada massa basah


Amilum pragelatinasi

Merupakan pati yang sudah dimasak dan dikeringkan lagi. Dapat digunakan sebagai
pengganti starch paste karena lebih mudah larut dalam air hangat tanpa pemanasan

Dapat ditambahkan kering ke dalam serbuk kemudian dibasahkan dengan air


membentuk massa lembab
Gelatin

Digunakan pada konsentrasi 5-10% sebanyak 1-5% dari formula

Sudah jarang digunakan, digantikan PVP, MC. Cenderung menghasilkan tablet yang
keras dan memerlukan disintegran yang aktif

Dapat digunakan untuk senyawa yang sulit diikat

Kelemahan: rentan bakteri dan jamur

Jika masih diperlukan pengikat yang lebih kuat, dapat digunakan larutan gelatin dalam
air 2-10%, yang dibuat dengan menghidrasi gelatin dalam air dingin selama beberapa
jam/semalam kemudian dipanaskan sampai mendidih, larutan gelatin harus dipertahankan
hangat sampai digunakan karena akan menjadi gel pada pendinginan
Larutan sukrosa

Membentuk granul keras, kekerasan diatur dari konsentrasi sukrosa 20-85%

Sangat baik sebagai pembawa soluble dyes dan menghasilkan warna beragam

Digunakan untuk menggranulasi tribasic fosfat yang umumnya memerlukan pengikat


yang lebih kohesif dari musilago amili; pada tablet ferro sulfat, bertindak sebagai
pengikat dan pelindung ferrosulfat dr oksidasi

Senyawa lain yang pengikatnya bisa berupa gula: aminofilin, asetopheretidin,


asetaminofen, meprobamate
Larutan akasia

Digunakan pada konsentrasi 10-25%; untuk mengurangi mephenesin (dosis besar dan
sukar digranulasi)

Menghasilkan granul yang keras tetapi tidak mengeras pada penyimpanan

Kelemahan: dapat terkontaminasi mikroba

Kadang ditambah lubrikan cair PEG 6000 untuk membantu pencetakan tablet dan
disintegrasi tablet
7.
PVP

Nama dagang: Kollidon atau Plasdon

Inert, larut air dan alkohol, digunakan dalam konsentrasi 3-15%, sedikit higroskopis,
tidak mengeras selama penyimpanan (baik untuk tablet kunyah)

Tablet efervesen bisa dibuat menggunakan PVP dalam etanol anhidrat. Jangan
menggunakan isopropanol anhidrat karena meninggalkan bau pada granul.

Konsentrasi 5% menghasilkan kompresibilitas yang baik dari serbuk Natrium


bikarbonat dan asam sitrat sehingga tablet bereaksi cepat dan disolusi cepat.

PVP baik untuk tablet kunyah terutama untuk alumunium hidroksida, Mg(OH)2
8.
Selulosa
a. Metil selulosa

1-5% larutan air; larutan 5% menghasilkan kekerasan yang sama dengan musilago
amili

Dapat digunakan untuk menggranulasi soluble/insoluble powder; pengikat yang


baik untuk eksipien laktosa, manitol, dan gula

Keuntungan: dapat dikompres cepat, tidak mengeras pada penyimpanan


b. CMC Na

5-15%

Inkompatibel dengan Mg, Ca, Al, dan garamnya

Menghasilkan granul yang lebih rapuh dari PVP kecenderungan untuk mengeras;
umumnya tablet mempunyai waktu disintegrasi yang lebih lama
c. Etil selulosa

Larutan dalam alkohol. Low grades digunakan sebagai pengikat 2-10% dalam
etanol

Dapat digunakan untuk menggranulasi serbuk yang sukar digranulasi:


asetaminofen, kafein, meprobamat, ferofu, arat, dan dapat digunakan sebagai pengikat
non air untuk serbuk yang tidak tahan air seperti asam askorbat

Dapat memperlambat disintegrasi


9.
Polivinil alkohol

Larut air, mirip akasia tapi tidak terlalu rentan dengan bakteri

Membentuk granul yang lebih lunak dari acacia, menghasilkan tablet yang disintegrasi
lebih cepat dan tidak mengeras pada penyimpanan
10. PEG 6000

Sebagai pengikat anhidrat, dimana air dan alkohol tidak dapat digunakan

PEG 6000 merupakan padatan putih yang meleleh pada 70-750C dan mengeras pada
56-630C
11. N-HPC (Nisso-HPC)

Larut dalam air dan pelarut organik alkohol, propilen glikol, metilen klorida, aseton
dan kloroform. Jika digunakan sebagai pelarut pada granulasi basah N-HPC dilaruntukan
dalam air atau alkohol.

Cara:

a. Melarutkan dalam air

N-HPC ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk kuat
20-30% air dipanaskan sampai 600C dan N-HPC ditambahkan perlahan-lahan
sambil diaduk. Setelah itu ditambahkan sisa air. Dengan cara ini pelarutan lebih cepat.

a. Melaruntukan dalam pelarut organik


D. Flavour
(Lachman Industri)

Digunakan untuk tablet kunyah

Penambahan pewangi dapat dilakukan dalam keadaan kering, biasanya sebagai fasa luar,
sedangkan yang cair ditambahkan dengan menyemprotkan ke dalam massa cetak

Flavour yang digunakan adalah bentuk flavour oil yang diabsorbsikan ke adsorben

Jumlah yang digunakan maksimal 0,5-0,75%


E. Disintegran
Fungsi
: untuk memecah tablet
Cara pakai: saat granulasi
sebelum dicetak (paling baik)
1.
Starch (amylum)
2.
Starch 1500
3.
Sodium starch glycolate (primogel, explotab)

Pemakaian: 1-20% dengan konsentrasi optimum 4%

Explotab tidak dapat sebagai penghancur dalam

Mekanisme sama dengan starch secara umum, merupakan starch termodifikasi


sehingga mampu menyerap air 200-300%

Waktu disintegrasi ditentukan pula oleh besarnya tekanan pengempaan

Perhatian: pada suhu dan kelembaban yang tinggi dapat memperlama waktu
disintegrasi sehingga memperlambat waktu disolusi
4.
Selulosa (selulosa, metilselulosa, CMC, CMC-Na, Avicel, Acdisol)

Acdisol merupakan ikatan silang dari CMC-Na dan sangat baik untuk digunakan
sebagai disintegran karena larut air dan memiliki afinitas yang besar pada air.

Acdisol ini digolongkan pada super disintegran. Penggunaan 2-5%.


5.
Gums (agar, pectin, tragacant, guar gum)

Pemakaian: 1-10%

Bukan merupakan disintegran yang baik, karena kapasitas pengembangannya yang


relatif rendah
6.

Clays

Pemakaian: 2-10%, sifat hilang jika digranulasi

Bukan merupakan disintegran yang baik, karena dapat menyebabkan perubahan warna
secara keseluruhan
7.
Alginat (asam alginat dan Na-alginat)

Pemakaian: 1-5% (asam alginat) atau 2,5-10% (Na-alginat)

Memiliki afinitas yang besar terhadap air

F. Lubrikan

Konsentrasi optimum: 1%

Fungsi: sebagai eksipien untuk menghilangkan gesekan/friksi saat pengempaan dan


penarikan tablet ke luar cetakan

Jenis:
a. Water soluble: banyak digunakan untuk tablet larut air seperti tablet/serbuk effervescent
b. Water insoluble: paling banyak dan digunakan konsentrasi rendah

Mekanisme:
a. Fluid type lubricant
Membentuk lapisan cair antara massa cetak dengan logam cetakan. Dapat meninggalkan
noda pada tablet
a. Boundary type lubricant

Dengan berinteraksi antara gugus polar lubrikan dengan molekul pada permukaan logam.
Tipe ini memiliki adheren terhadap cetakan lebih baik
Lubrikan dapat menyebarkan tekanan saat pengempaan dan meningkatkan bobot jenis
partikel secara keseluruhan
Semakin kecil ukuran granul, dibutuhkan lubrikan yang semakin banyak
Secara umum lubrikan dapat memperlama waktu hancur tablet dan menurunkan
kecepatan disolusi karena sifatnya yang hidrofob
Perhatian: aspirin tidak stabil dengan adanya senyawa alkaline, misalnya lubrikan alkalin
stearat. Penggantinya dapat digunakan talk.
Lubrikan carbowax seringkali diberikan dalam bentuk larutan alkohol
Ketika lubrikan ditambahkan saat granulasi, mereka akan membentuk lapisan di sekitar
granul sehingga dapat mengurangi kerusakan tablet setelah dikempa. Pembentukan lapisan
ini juga akan menyebabkan tablet menjadi labih berpori, elastik, mudah melar, dan
memberikan hasil tablet yang lebih besar sehingga tablet mudah pecah
Lubrikan seringkali ditambahkan secara kering ketika semuanya telah homogen, dan
dicampur pada 2-5 menit akhir dari total waktu pencampuran 10-30 menit
Metode penambahan lubrikan di akhir (sebagai fasa luar-setelah granul dibentuk)
memberikan hasil yang lebih baik terhadap kekerasan tablet dan kemudahannya untuk
dikeluarkan dibandingkan dengan metode penambahan lubrikan saat dilakukan granulasi
Sebagai lubrikan tunggal, Mg-lauril sulfiat pada konsentrasi yang lebih rendah dapat
dikombinasi dengan Mg-stearat

Water soluble lubricant


Asam borat
Sodium chloride

: 1%
: 5%

Water insoluble lubricant


Logam (Mg, Ca, Na) stearat : -2%
Asam stearat
: -2%

DL-Leusine
:1-5%
Carbowax 4000/6000
: 1-5%
Sodium oleat
: 5%
Sodium benzoat
: 5%
Sodium asetat
: 5%
Sodium lauril sulfat
: 1-5%
Mg-lauril sulfat
: 1-2%
Sodium benzoat + sodium asetat: 1-5%

Sterofex
: -2%
Talk
: 1-5%
Waxes
: 1-5%
Stearowet
: 1-5%
Gliseril behapte (Compritol 888):
dapat pula sebagai pengikat, dapat
dikombinasi dengan Mg-stearat

G. Glidan

Secara umum, fine silica > Mg stearat > talk murni

Talk mengandung sejumlah kecil Al silikat dan Fe. Harus hati-hati untuk zat aktif yang
penguraiannya dikatalisis oleh Fe
1.
Cab-O-Sil : 5-10%
2.
Corn starch : 5-10%
3. Aerosil
: 1-3%
4. Talk
: 5%
5.
Syloid
: 0,1-0,5%
H. Anti Adheren

Yang paling baik adalah yang larut air, dan yang paling efisien adalah DL-Leusine

Biasa digunakan pada produk yang mengandung vitamin E dosis tinggi karena cenderung
terjadi picking
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Talk
: 1-5%
Logam stearat : <1%
Cab-O-Sil
: 0,1-0,5%
Syloid
: 0,1-0,5%
Corn starch
: 3-10%
DL-Leusine
: 3-10%
Na-lauril sulfat: <1%

II.3 Perkembangan Formula Tablet


Pada bagian ini akan diterangkan pembuatan tablet dan permasalahannya. Karena umumnya
bahan disini berasal dari catatan atau pengalaman, maka tidak ada pustaka pada bagian ini.
Bagian ini dibuat untuk pertimbangan pemilihan metode dan formulasi teoritik, aplikasi formula
teoritik, dan penanggulangan permasalahan yang mungkin terjadi pada pembuatan.
I.
Granulasi Basah
1. Zat Aktif A
Fase Dalam (92%)
Zat Aktif
Sesuai dosis
Amilum Kering 10% bobot total
Musilago amili 10% bobot total (atau 1/3 bobot tablet)
Laktosa
q.s

Fase Luar (8%)


Mg Stearat
1%
Talk
2%
Amilum kering 5%
Pada tablet yang dinuat dengan menggunakan musilago amili sebagai pengikat, disolusi
zat aktif dari dalam granul akan dipersulit, karena musilago amili yang sudah kering sulit
ditembus sehingga disolusi zat aktif dari granul akan lebih sukses. Selain itu, pengeringan
granul memerlukan waktu yang lebih lama dan memerlukan suhu pengeringan yang
tinggi. Amilum harus dalam keadaan kering, jika fungsinya sebagai penghancur. Jika
bercampur dengan air maka sifat penghancurnya akan berkurang. Amilum kering yang
bisa digunakan adalah amprotab. Sifat dari amilum kering : kompresibilitas kecil, waktu
hancur granul lama sehingga menyebabkan waktu hancur tablet menjadi lama, dan
friabilitas yang jelek.
2. Pengikat diganti PVP untuk zat yang sukar dikompresi. PVP larut dalam air, tetapi
penguapannya akan diperlama sehingga digunakan pelarut etanol 95%.
Fase Dalam (92%)
Zat aktif A
sesuai dosis
PVP
2%
Eatanol
q.s
Amilum kering 10% dari bobot total
Laktosa
q.s
Fase Luar (8%)
Mg Stearat
1%
Talk
2%
Amilum kering 5%
PVP sifatnya higroskopis, sehingga dapat mengakibatkan tablet menjadi basah, tapi
sebenarnya dengan 2% tidak terlalu bermasalah. Jika sedikit bermasalah dapat digunakan
aerosil sebanyak 1% sehingga formula fase luar menjadi : Mg Stearat 1%, Talk 1%,
Aerosil 1%, Amilum kering 5%, tapi formula ini jarang digunakan.
3. Amilum kering bukan penghancur FD yang baik, maka dapat ditambahkan ac-di-sol (
3%) untuk memperbaiki waktu hancur. Tetapi karena ac-di-sol mahal harganya maka
sebagai alternatif dapat digunakan starch 1500 atau primogel/eksplotab sebagai
penghancur fasa luar. Formula akan menjadi :
Fase Dalam (92%)
Zat aktif A
sesuai dosis
PVP
2%
Eatanol
q.s
Amilum kering 10% dari bobot total atau
Ac-di-sol
3%
Laktosa
q.s

Fase Luar (8%)


Mg Stearat
1%
Talk
2%
Amilum kering 5% atau
Acdisol
3% atau
Eksplotab
5% atau
Starch 1500
5%
Umumnya starch 1500 dan eksplotab digunakan sebagai penghancur luar, jarang
digunakan sebagai penghancur fasa dalam.
4. Laktosa mempunyai kompresibilitas yang buruk sehingga friabilitasnyapun buruk. Untuk
memperoleh tablet yang lebih baik, maka laktosa dapat diganti dengan avicel. Terdapat
tiga jenis avicel yang sering digunakan yaitu : Avicel pH 101 (berbentuk serbuk,
umumnya digunakan dalam formulasi GB), Avicel pH 102 (berbentuk granul, umumnya
digunakan dalam formulasi Gkdan KL), Avicel pH 103 (berbentuk granul dengan ukuran
lebih kecil dan dapat menghasilkan waktu hancur yang lebih cepat). Formula tablet akan
menjadi :
Fase Dalam (92%)
Zat aktif A
sesuai dosis
PVP
2%
Eatanol
q.s
Amilum kering 10% dari bobot total atau
Ac-di-sol
3%
Avicel
q.s
Fase Luar (8%)
Mg Stearat
1%
Talk
2%
Amilum kering 5% atau
Acdisol
3% atau
Eksplotab
5% atau
Starch 1500
5%
II. Granulasi Kering
Digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab, misalnya antibiotik.
1 Fase Dalam (97%)
Zat aktif A
sesuai dosis
Amilum kering 10%
Laktosa
q.s
Fase Luar (3%)

Mg stearat
Talk

1%
2%

Pembuatan slug : FD + FL = 97% + 1,5% = 98,5%, lalu dicetak dan


dihancurkan (slug) hingga kecepatan aliran 4 gr/dt. Setelah jadi slug kemudian
ditambahkan sisa FL (1,5%)
2. Karena kompresibilitas laktosa buruk, maka dapat diganti dengan :
Fase Dalam (97%)
Zat aktif A
sesuai dosis
Amilum kering 10%
LHPC 21
10%
Laktosa
q.s
Karena laktosa memiliki sifat aliran yang jelek, laktosa dapat diganti dengan
avicel.
Fase Dalam (97%)
Zat aktif A
sesuai dosis
Amilum kering 10%
LHPC 21
10%
Avicel
q.s
LHPC 21 juga dapat penghancur sehingga amilum kering dapat dihilangkan.
Penggunaan LHPC 21 akan meningkatkan ongkos produksi karena harga LHPC 21
mahal. LHPC 21 dapat diganti dengan eksplotab/primorgel atau starch 1500.
Fase Dalam (97%)
Zat aktif A
Eksplotab/starch 1500
Avicel

sesuai dosis
5%
q.s

Modifikasi fase luar hampir sama dengan modifikasi fase luar pada formulasi GB.
III. Kempa Langsung
Digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab dan dosisnya kecil. Formulasi
KL dibatasi oleh jumlah fine (serbuk yang tidak mempunyai sifat aliran (seperti talk, mg
stearat, dan zat aktif). Jumlah maksimal dari fine adalah 30%. Umumnya dosis zat aktif yang
digunakan adalah dibawah 50% agar keseragaman kandungan produk akhir bagus. Jika
terlalu besar sebaiknya disluging. Syarat-syarat zat aktif untuk cetak langsung adalah :
mempunyai sifat aliran yang bagus, kohesif, kompresibilitas.
1. Zat aktif A
Laktosa spray dried
Mg stearat
Talk
Amilum kering

sesuai dosis
q.s
1%
2%
5%

2. Digunakan kombinasi avicel dan eksplotab. Avicel memiliki kompresibilitas yang baik,
tetapi alirannya kurang baik. Untuk memperbaik alirannya maka diguanakan eksplotab.
Selain itu eksplotab berfungsi pula sebagai penghancur.
Zat aktif A
sesuai dosis
Avicel : Eksplotab (3:7)
q.s
Mg stearat
1%
Talk
2%
3. Digunakan kombinasi starch 1500 dan avicel (3:1) yang dikenal pula sebagai running
powder. Running powder ini memiliki sifat aliran dan kompresibilitas yang baik. Tapi
daya hancur running powder tidak bagus, sehingga dapat ditambahkan penghancur luar
seperti amilum kering, eksplotab, atau ac-di-sol.
Zat aktif A
Avicel : Starch 1500 (3:1)
Mg stearat
1%
Talk
2%
Amilum kering
5% atau
Eksplotab
Ac-di-sol

sesuai dosis
q.s

5% atau
3%

Contoh Perhitungan Tablet


I. Granulasi Basah
Contoh
: Zat aktif paracetamol 500 mg
Direncanakan bobot tablet 700 mg, dibuat 1000 tablet
Formula

: Fase Dalam (92%)


Paracetamol
500
g
Amilum 10% dari bobot tablet
70
g
Musilago amili 10% (1/3 FD) 21,5 g
Laktosa
52,5 g
644
g
Fase Luar (8%)
Mg stearat
Talk
Amilum kering

Cara menghitung :
Musilago amili
= 1/3 x 644 g = 215 g
setelah dikeringkan = 10% x 215 g = 21,5 g
Laktosa = 644 (500 + 70 + 21,5) = 52,5 g

1%
2%
5%

Misalnya : Granul FD yang diperoleh 600 g dengan kadar air 2%, maka untuk kadar
air 0%, bobot granulnya = 0,98 x 600 = 588 g. Jumlah tablet yang
diperoleh = 588/644 x 1000 tablet = 913,04 tablet.
Fase luar yang ditambahkan :
Mg stearat
Talk
Amilum kering 5%

1%
= 1/92 x 600 g = 6,52 g
2%
= 2/92 x 600 g = 13,04 g
= 5/92 x 600 g = 32,60 g

Bobot tablet yang diperoleh

600 g + 6,52 g + 13,04 g + 32,6 g


913,04

= 714,27 g
II. Granulasi Kering
Contoh
: Zat A 400 mg; bobot tablet 600 mg; jumlah tablet 1000 tablet
Formula

: Fase dalam (97%)


Zat A
Amilum 10% bobot tablet
Laktosa

400
g
60
g
122
g
582
g

Fase Luar (3%)


Mg stearat 1%
Talk
2%
Slug (98,5%)

6
12

g
g

Zat A
Amilum
Laktosa
Mg stearat
Talk

400
g
60
g
122
g
3
g
6
g
591
g
Misalnya : slug yang diperoleh = 500 mg, maka sisa FL yang ditambahkan :
Mg stearat
= 500/591 x 3
=
2,538 g
Talk
= 500/591 x 6
=
5,076 g
Slug + sisa FL
= 500 g + 7,614 g
= 507,614 g
Jumlah tablet yang diperoleh
= 500/591 x 1000
= 846,024 g
Bobot tablet
= 507,614/846,024
0,6 g
III.Kempa Langsung
Contoh
: Zat A 25 mg; bobot tablet 250 mg; dibuat 1000 tablet
Formula

: Zat A
Pengisi q.s

25

g
217,5 g

Mg stearat (1%)
Talk (2%)

2,5 g
5
g
250
g

Bahan siap dikempa menjadi tablet..!!!!!

BAB III
EVALUASI TABLET
A. Evaluasi Granul
Evaluasi granul terutama dilakukan untuk formula baru atau pada modifikasi formula. Untuk
formula yang sama evaluasi granul tidak perlu dilakukan. Evaluasi granul meliputi:
1. Granulometri
Granulometri adalah analisis ukuran dan repartisi granul (penyebaran ukuran-ukuran granul).
Dalam melakukan analisis granulometri digunakan susunan pengayak dengan berbagai ukuran.
Mesh terbesar diletakkan paling atas dan dibawahnya disusun pengayak dengan mesh yang
makin kecil.

Timbang 100 gr granul


Letakkan granul pada pengayak paling atas
Getarkan mesin 5-30 menit, tergantung dari ketahanan
granul pada getaran
Timbang granul yang tertahan pada tiap-tiap pengayak
Hitung persentase granul pada tiap-tiap pengayak

Tujuan granulometri adalah untuk melihat keseragaman dari ukuran granul. Diharapkan ukuran
granul tidak terlalu berbeda. Granulometri berhubungan dengan sifat aliran granul. Jika ukuran
granul berdekatan, aliran akan lebih baik. Diharapkan ukuran granul mengikuti kurva distribusi
normal.
2. Bobot Jenis
a.
Bobot jenis sejati
Bobot jenis sejati diukur dengan piknometer gas Beckman
b.
Bobot jenis nyata
Ke dalam gelas takar masukkan 100 g granul . Baca volume.

Bobot jenis nyata = bobot/volume


c.

Obat jenis nyata setelah pemampatan


Ke dalam gelas takar masukkan 100 g granul. Mampatlkan 500 x dengan alat volumeter .
Lihat volume setelah pemampatan.
Bj nyata setelah pemampatan = bobot/volume setelah pemampatan
Pemampatan 500 x

BJ nyata

BJ nyata setelah pemampatan

3. Kadar Pemampatan
%T = Vo V500
Vo
%T = Kadar pemampatan
Vo = Volume sebelum pemampatan
V500 = Volume setelah pemampatan 500 x
%T < 20 atau ^V<20 ml
granul memiliki aliran yang baik
Kadar pemampatan dan berat jenis dapat untuk menilai aliran.
4. Kompresibilitas
% K= Dapt Davc x 100 %
Dapt
Davc = Berat jenis nyata sebelum pemampatan
Dapt = Berat jenis nyata setelah pemampatan 500 x
Jika % K : 5 10 % aliran sangat baik
11 20 % aliran cukup baik
21 25 % aliran cukup
>26 % - aliran buruk
5. Aliran
a. Metode corong
(128)/132
Mengukur kecepatan aliran 100 g granul menggunakan
corong kaca dengan dimensi sesuai. Metode corong dapat
dilakukan dengan 2 cara :
a.
cara bebas
b.
cara tidak bebas (paksa)digetarkan

Biasanya jika 100 g granul mengalir dalam 10 detik maka aliran baik.
b. Metode sudut istirahat
Masukkan 100 g granul (tutup bagian bawah corong)
Tampung granul di atas kertas grafik
Hitung x. Jika x = 25- 30
sangat mudah mengalir
30- 40
mudah mengalir
40- 45
mengalir
> 45
kurang mengalir
6. Kandungan Lembab
Kandungan lembab diukur dengan pemanasan (gravimetric) menggunakan alat seperti
Moisture Balance .
% KB = W1/W x 100 %
% KB = Kandungan bobot
% KL = Wa/W1 x 100 %
% KL = Kandungan lembab
Wa = W W1
W = bobot mula-mula
W1 = bobot setelah pengeringan
B. Evaluasi Tablet (Produk Akhir)
1. Visual /Organoleptik
a. Rupa, dengan cara visual menggunakan loop agar permukaan tablet lebih jelas terlihat
b. Bau
c. Rasa
2. Sifat fisika kimia
1. Keseragaman ukuran
a. Keseragaman tebal
b. Keseragaman diameter
2. Kekerasan
3. Friabilitas
4. Keragaman sediaan
a. Keragaman bobot
b. Keseragaman kandungan
5. Waktu hancur
6. Disolusi
7. Uji kadar zat aktif
3. Uji Keamanan/Toksisitas
Untuk menguji apakah ada bahan-bahan lain yang toksik dalam tablet
4. Uji Mikrobiologi

Terutama dilakukan pada tablet yang mengandung bahan-bahan yang mudah ditumbuhi oleh
mikroorganisme. Sering kali tablet bersalut lebih banyak dikontaminasi oleh bakteri
disbandingkan oleh tablet tidak bersalut karena kelembaban internal tablet salut merupakan
kondisi yang cocok untuk pertumbuhan bakteri.
Lingkungan produksi yang kurang bersih juga merupakan likungan yang sesuai untuk
pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu beberapa industri memberikan persyaratan kemurnian
yaitu batas angka mikroba.
Uji Friabilitas Tablet
Data friabilitas digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang
dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman.
Friabilitas diukur dengan friabilator (gambar terlampir). Prinsipnya adalah menetapkan bobot
yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada
proses pengukuran friabilitas, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu
yang digunakan adalah 4 menit. Jadi ada 100 putaran.
Mula-mula tablet dibersihkan dahulu dari debunya kemudian ditimbang dengan seksama. Untuk
tablet dengan bobot < 650 mg, timbang sejumlah tablet hingga beratnya mendekati 6,5 g. Untuk
tablet dengan bobot > 650 mg, timbang tablet sebanyak 10 buah. Masukan seluruh tablet yang
telah ditimbang ke dalam friabilator. Jalankan alat selama 4 menit. Setelah selesai, keluarkan
tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan seksama. Hitung persentase bobot yang
hilang selama pengujian. Untuk tablet yang baik (dipersyaratkan di Industri), bobot yang hilang
tidak boleh lebih dari 1 %.
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam proses pengukuran
friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam
perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan (bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian
harus diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah
dilakukan.
(USP & NF 1994)
Penyimpanan Tablet
Tablet harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan terlindung dari cahaya, lembab,
gesekan dan guncangan mekanik. Kondisi penyimpanan khusus harus dicantumkan dalam etiket.
Tablet harus cukup bertahan selama proses penanganan, misal pada saat pengemasan dan
transportasi, tanpa harus kehilangan intregitasnya.
Untuk tablet efervesen, harus disimpan pada wadah yang tertutup sangat rapat atau kemasan
yang kedap terhadap lembab dan mungkin perlu ditambahkan zat adsorbent seperti silika gel.
Kondisi khusus penyimpanan dan pengemasan direkomendasikan pada monograpi masingmasing .
(The International Pharmacopoeia 3rd ed Vol.4 hal 28)
Uji Disolusi <1231>
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam
masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa
tablet harus dikunyah. Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak kecuali bila
dinyatakan dalam masing-masing monografi. Bila pada etiket dinyatakan bahwa sediaan bersalut
enterik, sedangkan dalam masing-masing monografi, uji disolusi atau uji waktu hancur tidak secara

khusus dinyatakan untuk sediaan bersalut enterik, maka digunakan cara pengujian untuk sediaan lepas
lambat seperti yang tertera pada uji Pelepasan Obat <961>, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi. Dari jenis alat yang diuraikan disini, pergunakan salah satu sesuai dengan yang tertera dalam
masing-masing monografi.
Alat 1. Alat terdiri dari sebuah wadah bertutup yang terbuat dari kaca atau bahan transparan lain
yang inert, suatu motor, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan keranjang berbentuk
silinder. Wadah tercelup sebagian di dalam suatu tangas air yang sesuai berukuran sedemikian sehingga
dapat mempertahankan suhu dalam wadah pada 37 0,5 C selama pengujian berlangsung
dan.menjaga agar gerakan air dalam tangas air halus dan tetap. Bagian dari alat, termasuk lingkungan
tempat alat diletakkan tidak dapat memberikan gerakan, goncangan atau getaran signifikan yang
melebihi gerakan akibat perputaran alat pengaduk. Penggunaan alat yang memungkinkan
pengamatan contoh dan pengadukan selama pengujian berlangsung. Lebih dianjurkan wadah disolusi
berbentuk silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160 mm hingga 175 mm, diameter dalam 98
mm hingga 106 mm dan kapasitas nominal 1000 ml. Pada bagian atas wadah ujungnya melebar,
untuk mencegah penguapan dapat digunakan suatu penutup yang pas. Batang logam berada pada
posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada tiap titik dari sumbu vertikal wadah
berputar dengan halus dan tanpa goyangan yang berarti. Suatu alat pengatur kecepatan digunakan
sehingga memungkinkan untuk memilih kecepatan putaran yang dikehendaki dan mempertahankan
kecepatan seperti yang tertera dalam masing-masing monografi dalam batas lebih kurang 4%.
Komponen batang logam dan keranjang yang me-rupakan bagian dari pengaduk terbuat dari baja
tahan karat tipe 316 atau yang sejenis sesuai dengan spesifi-kasi pada Gambar 1. Kecuali
dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, gunakan kasa 40 mesh. Dapat juga digunakan
keranjang berlapis emas setebal 0,0001 inci (2,5 m). Sediaan dimasukkan ke dalam keranjang
yang kering pada tiap awal pengujian. Jarak antara dasar bagian dalam wadah dan keranjang
adalah 25 mm 2 mm selama pengujian berlangsung.
Alat 2. Sama seperti Alat 1, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang terdiri dari daun dan
batang sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih
dan 2 mm pada setiap titik dari sumbu vertikal wadah dan berputar dengan halus tanpa goyangan
yang berarti. Daun melewati diameter batang sehingga dasar daun dan batang rata. Dayung
memenuhi spesifikasi pada Gambar 2. Jarak 25 mm 2 mm antara daun dan bagian dalam dasar
wadah dipertahankan selama pengujian berlangsung. Daun dan batang logam yang merupakan
satu kesatuan dapat disalut dengan suatu penyalut inert yang sesuai. Sediaan dibiarkan tenggelam
ke dasar wadah sebelum dayung mulai berputar. Sepotong kecil bahan yang tidak bereaksi
seperti gulungan kawat berbentuk spiral dapat digunakan untuk mencegah mengapungnya
sediaan.
Uji kesesuaian alat Lakukan pengujian masing-masing alat menggunakan 1 tablet Kalibrator
Disolusi FI jenis disintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan disintegrasi sesuai
dengan kondisi percobaan yang tertera. Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada
dalam rentang yang diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari kalibrator yang
bersangkutan.
Media disolusi Gunakan pelarut seperti yang tertera dalam masing-masing monografi. Bila
Media disolusi adalah suatu larutan dapar, atur pH larutan sedemikian hingga berada dalam batas

0,05 satuan pH yang tertera pada masing-masing monografl. [Catatan Gas terlarut dapat
membentuk gelcmbung yang dapat merubah hasil pengujian. Oleh karena itu, gas terlarut harus
dihilangkan terlebih dahulu sebelum pengujian dimulai.]
Waktu Bila dalam spesifikasi hanya terdapat satu waktu, pengujian dapat diakhiri dalam waktu
yang lebih singkat bila persyaratan jumlah minimum yang terlarut telah dipenuhi. Bila
dinyatakan dua waktu atau lebih, cuplikan dapat diambil hanya pada waktu yang ditentukan
dengan toleransi 2%.
Prosedur untuk kapsul, tablet tidak bersalut dan tablet bersalut bukan enterik
Masukkan sejumlah volume Media disolusi seperti yang tertera dalam masing-masing monografi
ke dalam wadah, pasang alat, biarkan Media disolusi hingga suhu 37 0,5, dan angkat
termometer. Masukkan 1 tablet atau 1 kapsul ke dalam alat, hilangkan gelembung udara dari
permukaan sediaan yang diuji dan segera jalankan alat pada laju kecepatan seperti yang tertera
dalam masing-masing monografi. Dalam interval waktu yang ditetapkan atau pada tiap waktu
yang dinyatakan, ambil cuplikan pada daerah pertengahan antara permukaan Media disolusi dan
bagian atas dari keranjang berputar atau daun dari alat dayung, tidak kurang 1 cm dari dinding
wadah. Lakukan penetapan seperti yang tertera dalam masing-masing monografi. Lanjutkan
pengujian terhadap bentuk sediaan tambahan.
Bila cangkang kapsul mengganggu. penetapan, keluarkan isi tidak kurang dari 6 kapsul
sesempuma mungkin, larutkan cangkang kapsul dalam sejumlah volume Media disolusi seperti
yang dinyatakan. Lakukan penetapan seperti yang tertera dalam masing-masing monografi. Buat
koreksi seperlunya. Faktor koreksi lebih besar 25% dari kadar pada etiket tidak dapat diterima.
Interpretasi Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan dipenuhi bila
jumlah zat aktif yang terlarut dari sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan. Lanjutkan
pengujian sampai tiga tahap kecuali bila hasil pengujian memenuhi tahap S atau S. Harga Q
adalah jumlah zat aktif yang terlarut seperti yang tertera dalam masing-masing monografi,
dinyatakan dalam persentase kadar pada etiket, angka 5% dan 15% dalam tabel adalah persentase
kadar pada etiket, dengan demikian mempunyai arti yang sama dengan Q.
Tabel Penerimaan
Tahap Jumlah yang
diuji

Kriteria Penerimaan

S1

Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5%

S2

S3

12

Rata-rata dari 12 unit (S1 +S2) adalah sama dengan atau lebih
besar dari Q dan tidak satu unit sediaan yang lebih kecil dari Q
-15%
Rata-rata dari 24 unit (S1 + S2+ S3) adalah sama dengan atau
lebih besar dari Q, tidak lebih dari 2 unit sediaan yang lebih
kecil dari Q -15% dan tidak satu unit pun yang lebih kecil dari
Q 25%.

Uji Waktu Hancur Tablet Dan Kapsul

Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera
dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet atau kapsul
digunakan sebagai tablet isap atau dikunyah atau dirancang untuk pelepasan kandungan obat
secara bertahap dalam jangka waktu tertentu atau melepaskan obat dalam dua periode berbeda
atau lebih dengan jarak waktu yang jelas di antara periode pelepasan tersebut. Tetapkan jenis
sediaan yang akan diuji dari etiket serta dari pengamatan dan gunakan prosedur yang tepat untuk
6 unit sediaan atau lebih.
Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna.
Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan yang tertinggal pada kasa alat uji
merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas, kecuali bagian dari penyalut atau
cangkang kapsul yang tidak larut.
Alat
Alat terdiri atas suatu rangkaian keranjang, gelas piala berukuran 1000 ml, termostat
untuk memanaskan cairan media antara 35 hingga 39 dan alat untuk menaikturunkan keranjang
dalam cairan media pada frekuensi yang tetap antara 29 kali hingga 32 kali per menit melalui
jarak tidak kurang dari 5,3 cm dan tidak lebih dari 5,7 cm. Volume cairan dalam wadah
sedemikian sehingga pada titik tertinggi gerakan ke atas, kawat kasa berada paling sedikit 2,5 cm
di bawah permukaan cairan dan pada gerakan ke bawah ber-jarak tidak kurang dari 2,5 cm dari
dasar wadah. Waktu yang diperlukan bergerak ke atas adalah sama dengan waktu yang
diperlukan untuk bergerak ke bawah dan perubahan pada arah gerakan merupakan perubahan
yang halus, bukan gerakan yang tiba-tiba dan kasar. Rangkaian keranjang bergerak vertikal
sepanjang sumbunya, tanpa gerakan horizontal yang berarti atau gerakan sumbu dari posisi
vertikalnya.
Rangkaian keranjang Rangkaian keranjang terdiri atas 6 tabung transparan yang kedua
ujungnya terbuka, masing-masing dengan panjang 7,75 cm 0,25 cm, diameter dalam lebih
kurang 21,5 mm dan tebal dinding lebih kurang 2 mm, tabung-tabung ditahan pada posisi
vertikal oleh dua lempengan plastik, masing-masing dengan diameter 9 cm, tebal 6 mm, dengan
enam buah lubang, masing-masing berdiameter lebih kurang 24 mm dan berjarak sama dari pusat
lempengan maupun antara lubang satu dengan lainnya. Pada permukaan bawah lempengan
dipasang suatu kasa baja tahan karat berukuran 10 mesh nomor 23 (0,025 inci). Bagian-bagian
alat dirangkai dan dikencangkan oleh tiga buah baut melalui kedua lempengan plastik. Suatu alat
pengait dipasang pada alat yang menaikturunkan rangkaian keranjang melalui satu titik pada
sumbunya, digunakan vntuk menggantungkan rangkaian keranjang.
Rancangan rangkaian keranjang dapat sedikit berbeda asalkan spesifikasi tabung kaca
dan ukuran kasa dipertahankan.
Cakram Tiap tabung mempunyai cakram berbentuk silinder dengan perforasi, tebal 9,5
mm 0,15 mm dan diameter 20,7 mm 0,15 mm. Cakram dibuat dari bahan plastik transparan
yang sesuai, mempunyai bobot jenis antara 1,18 hingga 1,20. Terdapat lima lubang berukuran 2
mm yang tembus dari atas ke bawah, salah satu lubang melalui sumbu silinder, sedangkan
lubang lain paralel terhadapnya dengan radius jarak 6 mm. Pada sisi silinder terdapat 4 lekukan
dengan jarak sama berbentuk V yang tegak lurus terhadap ujung silinder. Ukuran tiap lekukan
sedemikian hingga bagian yang terbuka pada dasar silinder luasnya 1,60 mm persegi dan pada
bagian atas silinder lebar 9,5 mm dan dalam 2,55 mm. Seluruh permukaan cakram licin.

Prosedur
Tablet tidak bersalut Masukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang,
masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan air bersuhu 37 2 sebagai
media kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi. Pada akhir
batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet:
semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi
pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur
sempurna.
Tablet bersalut bukan enterik Masukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari
keranjang, bila tablet mempunyai penyalut luar yang dapat larut, celupkan keranjang dalam air
pada suhu kamar selama 5 menit. Kemudian masukkan cakram pada tiap tabung dan jalankan
alat, gunakan cairan lambung buatan LP bersuhu 37 2 sebagai media. Setelah alat dijalankan
telama 30 menit, angkat keranjang dan amati semua tablet. Bila tablet tidak hancur sempurna,
ganti dengan cairan usus buatan LP bersuhu 37 2 dan teruskan pengujian hingga jangka
waktu keseluruhan, termasuk pencelupan dalam air dan cairan lambung buatan LP adalah sama
dengan batas waktu yang dinyatakan dalam masing-masing monografi ditambah 30 menit,
angkat keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau
2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari
18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
Tablet salut enterik Masukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, bila
tablet mempunyai penyalut luar yang dapat larut, celupkan keranjang dalam air pada suhu kamar
selama 5 menit. Tanpa menggunakan cakram jalankan alat, gunakan cairan lambung buatan LP
bersuhu 37 2 sebagai media. Setelah alat dijalankan selama satu jam, angkat keranjang dan
amati semua tablet: tablet tidak hancur, refak atau menjadi lunak. Kemudian masukkan satu
cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan cairan usus buatan LP bersuhu 37 2
sebagai media selama jangka waktu 2 jam ditambah dengan batas waktu yang dinyatakan dalam
masing-masing monografi atau bila dalam monografi dinyatakan hanya tablet salut enterik, maka
hanya selama batas waktu yang dinyatakan.dalam monografi. Ajigkat keranjang dan amati semua
tablet: semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna,
ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur
sempurna.
Tablet bukal Lakukan pengujian dengan prosedur seperti yang tertera pada Tablet tidak
bersalut, tanpa menggunakan cakram. Setelah 4 jam, angkat keranjang dan amati semua tablet:
semua tablet harus hancur. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian
dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
Tablet sublingual Lakukan pengujian dengan prosedur seperti yang tertera pada Tablet
iidak bersalut, tanpa menggunakan cakram. Amati tablet dalam batas waktu yang dinyatakan
dalam masing-masing monografi: semua tablet harus hancur. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak
hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang
diuji harus hancur sempurna.
Kapsul gelatin keras Lakukan pengujian dengan prosedur seperti yang tertera pada
Tablet tidak bersalut, tanpa menggunakan cakram. Sebagai pengganti cakram digunakan suatu
kasa berukuran 10 mesh seperti yang diuraikan pada rangkaian keranjang, kasa ini ditempatkan
pada permukaan lempengan atas dari rangkaian keranjang. Amati kapsul dalam batas waktu yang
dinyatakan dalam masing-masing monografi, semua kapsul harus hancur, kecuali bagian dari

cangkang kapsul. Bila 1 tablet atau 2 kapsul tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12
kapsul lainnya: tidak kurang 16 dari 18 kapsul yang diuji harus hancur sempurna.
Kapsul gelatin lunak Lakukan pengujian dengan prosedur seperti yang tertera pada
Kapsul gelatin keras.

BAB IV
CONTOH TABLET

Daftar Tablet pada USP 26 2003


Acepromazine maleate, 15
Acetaminophen,
Acetazolamide, 41
Acetohexamide, 43
Acetohydroxamide acid, 44
Acyclovir, 50
Albendazole, 54
Albuterol, 56
Allopurinol, 64
Alprazolam, 66
Alumina,
Aminobenzoate potassium, 117
Aminocarproic acid, 120
Aminoglutethimide 122
Aminopentamide sulfate, 124
Aminophylline, 127
Aminosalicylate sodium, 128
Amiosalycylic acid, 130
Amitriptyline HCl, 133
Amodiaquine HCl, 138
Amoxicillin, 142
Ampicillin, 150
Anileridine HCl, 156
Apomorphine HCl, 166
Ascorbic acid, 171
Asian ginseng, 2762
Aspirin, 175
Astemizole, 185
Atenolol, 186
Atropine sulfate, 193

Azatadine maleate, 197


Azathioprine, 198
Bacampicillin HCl, 204
Baclofen, 209
Barium hydroxide lime sulfate, 212
Bendroflumethiazide, 216
Benztropine mesylate, 228
Bethametasone, 234
Betaxolol, 244
Bethanecol chloride, 245
Biperiden HCl, 250
Bisacodyl, 252
Bromocriptine mesylate, 268
Bromopheniramine maleate, 272
Bumetadine, 275
Bupropion HCl, 280
Buspirone HCl, 282
Busulfan, 283
Butabarbital sodium, 286
Butalbital,
Caffeine,
Calcium, 299, 302, 309, 311, 314
Captopril, 320
Carbamazepine, 324
Carbidopa, 329
Carbinoxamine maleate, 330
Carboxymethylcellulose sodium, 343
Corisoprodol, 341
Carteolol HCl, 345
Cascara, 348
Cefaclor, 352
Cefadroxil, 354
Cefixime, 362
Cefpodoxime proxetil, 380
Cefprozil, 381
Cephalexine, 396
Cepharadine, 402
Chlorambucil, 406
Chloramphenicol, 409
Chlordiazepoxide, 415
Chloroquine phosphate, 424
Chlorothiazide, 426
Chlorpeniramine maleate, 430
Chlorpromazine HCl, 436

Chlorpropamide, 437
Chlorthalidone, 441
Chlorzoxazone, 442
Cimetidine, 454
Ciprofloxacin, 460
Clarithromycin, 466
Clemastine fumarate, 468
Clomiphene citrate, 485
Clonazepam, 488
Clonidine HCl, 489
Clozapine, 500
Codein, 507, 508
Colchicine, 509
Cortisone acetate, 518
Cyclizine HCl, 526
Cyclobenzaprine HCl, 527
Cyclophosphamide, 530
Cyproheptadine HCl, 536
Dapsone, 543
Dehydrocholic acid, 547
Demeclocycline HCl, 550
Desipramine HCl, 552
Dexchlorpheniramine maleate, 570
Dextroamphetamine sulfate, 578
Diazepam, 589
Dichlorpenamide, 594
Diclofenac sodium, 596
Dicyclomine HCl, 599
Diethylcarbamazine citrate, 602
Diethyl propion HCl, 604
Diethyl stilbestrol, 605
Diflunisal, 609
Digitalis, 611
Digoxin, 616
Dihydrotachisterol, 621
Dihydroxyalumunium Na-carbonat, 624
Diltiazem HCl, 628
Dimenhydrinace, 630
Diphenhydramine, 638
Diphenoxylate, 641
Dipyridamole, 645
Dirithromycin, 646
Disulfiram, 649
Divalproex sodium, 650
Docusate sodium, 658

Doxycycline hydate, 670


Doxylamine succinate, 672
Dydrogestrone, 677
Dyphylline, 679
Enalapril maleate, 700
Ephedrine, 1806
Ergocalciterol, 717
Ergoloid mesylate, 720
Ergonovine maleate, 722
Ergotamine tartrate, 725
Erythromycin, 731
Estrogen, 748
Estropipate, 753
Ethacrinic acid, 755
Ethambutol HCl, 756
Ethynil estradiol, 759
Ethionamide, 760
Ethotoin, 764
Ethynodiol diacetate, 765
Etidronate disodium, 768
Etodolac, 770
Famotidine, 775
Fenoprofen calcium, 780
Ferrous sulfate, 788
Finasteride, 791
Flecainide acetate, 793
Fludrocortisone acetate, 796
Fluoxetine, 817
Fluoxymesterone, 819
Fluphenazine HCl, 823
Flurbiprofen, 828
Folic acid, 832
Furozolidone, 836
Furosemide, 839
Gemfibrozil, 850
Glipizide, 859
Glucosamine, 2765
Glyburide, 866
Glycopirrolate, 870
Griseofulvin, 877
Guaifenesine, 880
Guanabenz acetate, 886
Guanadrel sulfate, 886

Guanathidine monosulfate, 888


Guanfacine, 890
Haloperidol, 894
Hydralazine HCl, 909
Hydrochlorthiazide, 910
Hydrocodone bitartrate, 912
Hydrocortisone, 916
Hydroflumethiazide, 926
Hydromorphone HCl, 928
Hydroxychloroquine sulfate, 932
Hydroxyzine HCl, 937
Hyoscyamine, 940
Ibuprofen, 947
Imipramine HCl, 958
Indapamide, 961
Iodoquinol, 995
Iopanoic acid, 1000
Isoniazide, 1026
Isopropamide iodide, 1027
Isosorbide dinitrate, 1037
Isoxsuprine HCl, 1042
Ketoconazole, 1047
Ketorolac thromethamine, 1050
Labetalol HCl, 1053
Letrozole, 1061
Leucovorin calcium, 1063
Levamisole HCl, 1065
Levocarnithine, 1069
Levodopa, 1071
Levonogestrel, 1072
Levorphanol tartrate, 1074
Liothyronine sodium, 1085
Liotrix, 1068
Lisinopril, 1087
Lithium carbonate, 1089
Loperamide HCl, 1093
Lorazepam, 1098
Lovastatin, 1100
Magaldarate, 1106
Magnesia, 1109
Magnesium trisilikat, 1120

Maprotiline HCl, 1128


Mazindol, 1129
Mebendazole, 1132
Mecamylamine HCl, 1134
Meclizine HCl, 1136
Medroxyprogesterone acetate, 1140
Megestrole acetate, 1143
Melphalan, 1144
Menadiol sodium diphosphate, 1146
Meperidine HCl, 1152
Mephenytoin, 1153
Mephobarbital, 1154
Meprobamate, 1158
Mercaptopurine, 1159
Mesolamine, 1165
Mesoridazine besylate, 1167
Mestranol, 1168
Metaproterenol sulfate, 1172
Methadone HCl, 1177
Methamphetamine HCl, 1178
Methazolamide, 1179
Methdilazine HCl, 1181
Methenamine, 1183
Methimazole, 1186
Methocarbamol, 1188
Methotrexate, 1191
Methyclothiazide, 1196
Methylcellulose, 1200
Methyldopa, 1201
Methylergonovine maleate, 1207
Methylpenidate HCl, 1208
Methylprednisolone, 1210
Methyltestosterone, 1215
Methysergide maleate, 1216
Metoclopramide, 1219
Metolazone, 1220
Metoprolol tartrate, 1223
Metronidazole, 1228
Metyrapone, 1229
Minicycline HCl, 1240
Minoxidil, 1241
Mitotane, 1243
Molindone HCl, 1245
Moricizine HCl, 1253
Nadolol, 1260

Nafcillin sodium, 1263


Nalidixic acid, 1266
Naltrexone HCl, 1269
Naproxen, 1274
Niacin, 1305
Niacinamide, 1306
Nifedipine, 1313
Nitrofurantoin, 1317
Nitroglycerin, 1321
Norethindrone, 1328
Norfloxacin, 1335
Norgestrel, 1337
Nystatin, 1343
Oxandrolone, 1358
Oxazepam, 1359
Oxprenolol HCl, 1361
Oxtriphylline, 1362
Oxybutynin chloride, 1366
Oxycodone HCl, 1368
Oxymetholone, 1376
Oxytetracycline, 1379
Pancreatin, 1391
Pancrealipase, 1394
Papaverine HCl, 1396
Paramethasone acetate, 1398
Penbutolol sulfate, 1403
Penicillamine, 1406
Penicillin, 1413
Pergolide, 1436
Perphenazine, 1439
Phenazopyridine HCl, 1443
Phendimetrazine tartrate, 1444
Phenelzine sulfate, 1446
Phenmetrazine HCl, 1447
Phenobarbital, 1449
Phentermine HCl, 1454
Phenylbutazone, 1458
Phenylpropanolamine HCl, 1464
Phenytoin, 1467
Phytonadione, 1476
Pimozide, 1480
Pindolol, 1482
Piperazine citrate, 1486
Praziquantel, 1524

Prednisolone, 1529
Prednisone, 1536
Primaquine phosphate, 1538
Primadone, 1539
Probenecide, 1541
Probucol, 1543
Procainamide HCl, 1545
Prochlorperazine maleate, 1553
Procyclidine HCl, 1554
Promazine HCl, 1560
Promethazine HCl, 1562
Propantheline bromide, 1565
Propoxyphene napsylate, 1574
Propranolol HCl, 1579
Propylthiouracil, 1585
Protriptyline HCl, 1588
Pyrazinamide, 1596
Pyridostigmine bromide, 1598
Pyridoxine HCl, 1600
Pyrilamine maleate, 1601
Pyrimetamine, 1602
Pyrvinium pamoate, 1604
Quazepam, 1604
Quinidine sulfate, 1609
Quinin sulfate, 1612
Ranitidine, 1618
Rauwolfia serpentina, 1621
Repaglinide, 1642
Reserpine, 1627
Riboflavine, 1637
Ritrodine HCl, 1653
Saccharin sodium, 1658
Salsalate, 1663
Scopolamine HBr, 1670
Selegiline HCl, 1674
Sennosides, 1679
Simethicone, 1682
Simvastatin, 1684
Sodium bicarbonate, 1690
Sodium chloride, 1693
Sodium fluoride, 1696
Sodium salicylate, 1705
Sucralfate, 1719

Sulfadiazine, 1729
Sulfadimethoxine, 1732
Sulfamethizole, 1736
Sulfametoxazole, 1737
Sulfapyridine, 1741
Sulfasalazine, 1743
Sulfinpyrazone, 1745
Sulfisoxazole, 1745
Sulindac, 1747
Tamoxifen citrate, 1755
Terbutaline sulfate, 1776
Testolactone, 1780
Theopylline, 1805
Thiabendazole, 1811
Thiamine HCl, 1815
Thiethylperazine maleate, 1818
Thioguanine, 1821
Thioridazine HCl, 1825
Thyroid, 1831
Timolol maleate, 1840
Tocainide HCl, 1850
Tolazamide, 1851
Tolbutamide, 1854
Tolmetin sodium, 1855
Trazodone HCl, 1859
Triamcinolone, 1863
Triazolam, 1874
Trichlormethiazide, 1876
Trifluoperazine HCl, 1882
Triflupromazine HCl, 1885
Trihexyphenidyl HCl, 1888
Trimeperazine tartrate, 1891
Trimethoprim, 1893
Trioxsalem, 1895
Triprolidine HCl, 1898
Trisulfapyrimidines, 1901
Ubidecarenone, 2854
Ursodiol, 1914
Valerian, 2856
Verapamil HCl, 1925
Warfarin sodium, 1938

Zalcitabine, 1950
Zidovudine, 1953
Daftar Tablet pada BP 2001
Acebutolol, 1827
Acenocoumarol /Nicoumalone, 1828
Acetazolamide, 1828
Aciclovir, 1832
Aciclovir , Dispersible, 1833
Alimemazine /Trimeprazine, 1837
Allopurinol, 1837
Aloxiprin, 1839
Aluminium Hydroxide, 1842
Amiloride, 1843
Aminoglutethimide, 1844
Aminophylline, 1845
Amiodarone, 1847
Amitriptyline, 1847
Ascorbic Acid, 1858
Aspirin and Caffeine, 1860
Aspirin, 1858
Aspirin , Dispersible, 1858
Aspirin , Effervescent Soluble, 1859
Aspirin , Enteric-coated, 1859
Atenolol, 1862
Atropine, 1864
Azapropazone, 1865
Azathioprine, 1866
Baclofen, 1867
Bendroflumethiazide /Bendrofluazide, 1872
Benorilate, 1874
Benzatropine, 1875
Betamethasone Sodium Phosphate, 1887
Betamethasone, 1886
Bisacodyl, 1889
Bromocriptine, 1893
Brompheniramine, 1893
Bumetanide, 1895
Bumetanide and Slow Potassium, 1896
Busulfan, 1899
Calcium and Colecalciferol, 1902
Calcium and Ergocalciferol, 1903

Calcium Carbonate , Chewable, 1904


Calcium Folinate, 1905
Calcium Gluconate, 1907
Calcium Gluconate , Effervescent, 1907
Calcium Lactate, 1908
Captopril, 1909
Carbamazepine, 1910
Carbimazole, 1911
Cascara, 1914
Cefaclor , Slow, 1916
Cefalexin, 1920
Cefuroxime Axetil, 1927
Chlorambucil, 1929
Chlordiazepoxide Hydrochloride, 1933
Chloroquine Phosphate, 1937
Chloroquine Sulphate, 1938
Chlorphenamine /Chlorpheniramine, 1941
Chlorpromazine, 1942
Chlorpropamide, 1943
Chlortalidone, 1944
Choline Theophyllinate, 1946
Cimetidine, 1949
Ciprofloxacin, 1950
Clemastine, 1954
Clomifene, 1962
Clonidine, 1964
Co-amilofruse, 1968
Co-amilozide, 1970
Co-amoxiclav, 1971
Co-beneldopa , Dispersible, 1973
Co-careldopa, 1974
Co-codamol, 1975
Co-codaprin, 1976
Co-codaprin , Dispersible, 1977
Co-dergocrine, 1980
Co-dydramol, 1982
Co-magaldrox, 1990
Co-proxamol, 1990
Co-tenidone, 1992
Co-triamterzide, 1993
Co-trimoxazole, 1996
Co-trimoxazole , Dipersible, 1996
Co-trimoxazole , Paediatric, 1997
Codeine Phosphate, 1980
Colchicine, 1985
Colecalciferol, 1985

Colistin, 1989
Cortisone, 1991
Cyanocobalamin, 1999
Cyclizine, 2000
Cyclopenthiazide, 2000
Cyclophosphamide, 2002
Cyproheptadine, 2002
Cyproterone, 2003
Dapsone, 2006
Desipramine, 2008
Dexamethasone, 2009
Dexamfetamine, 2010
Dextromoramide, 2012
Diazepam, 2015
Diazoxide, 2016
Dichlorophen, 2016
Diclofenac, 2018
Diclofenac , Slow, 2018
Dicycloverine /Dicyclomine, 2020
Diethylstilbestrol, 2021
Diflunisal, 2023
Digitoxin, 2024
Digoxin, 2025
Dihydrocodeine, 2027
Diloxanide, 2027
Dimenhydrinate, 2028
Dipipanone and Cyclizine, 2030
Dipyridamole, 2031
Disulfiram, 2034
Docusate, 2041
Domperidone, 2042
Dosulepin /Dothiepin, 2045
Doxycycline , Dispersible, 2049
Droperidol, 2051
Dydrogesterone, 2052
Ephedrine Hydrochloride, 2056
Ergocalciferol, 2057
Ergometrine, 2059
Ergotamine Sublingual, 2059
Erythromycin Ethyl Succinate, 2063
Erythromycin Stearate, 2064
Erythromycin, 2062
Estropipate, 2065
Ethambutol, 2067

Ethinylestradiol, 2067
Etodolac, 2070
Famotidine, 2072
Fenbufen, 2076
Fenoprofen, 2076
Ferrous Fumarate and Folic Acid, 2080
Ferrous Fumarate, 2080
Ferrous Gluconate, 2081
Ferrous Sulphate, 2082
Ferrous Sulphate , Prolonged-release, 2082
Flavoxate, 2082
Flecainide, 2084
Flucytosine, 2088
Fludrocortisone, 2088
Fluphenazine, 2099
Flurbiprofen, 2102
Fluvoxamine, 2104
Folic Acid, 2105
Fosfestrol, 2108
Furosemide /Frusemide, 2111
Gemfibrozil, 2115
Glibenclamide, 2119
Gliclazide, 2120
Glipizide, 2121
Gliquidone, 2121
Glyceryl Trinitrate, 2125
Griseofulvin, 2128
Guanethidine, 2129
Haloperidol, 2139
Hydralazine, 2143
Hydrochlorothiazide, 2143
Hydroflumethiazide, 2153
Hydrotalcite, 2154
Hydroxychloroquine, 2156
Hyoscine Butylbromide, 2157
Hyoscine, 2159
Ibuprofen, 2162
Imipramine, 2164
Indoramin, 2165
Inositol Nicotinate, 2166
Iopanoic Acid, 2176
Isoniazid, 2183

Isosorbide Dinitrate, 2185


Isosorbide Mononitrate, 2186
Isradipine, 2189
Labetalol, 2194
Levodopa, 2198
Levonorgestrel and Ethinylestradiol, 2198
Levothyroxine /Thyroxine, 2199
Liothyronine, 2204
Lisinopril, 2206
Lithium Carbonate, 2207
Lithium Carbonate , Slow, 2207
Lofepramine, 2208
Loprazolam, 2210
Lorazepam, 2212
Lormetazepam, 2212
Magnesium Trisilicate , Compound, 2219
Mebeverine, 2222
Megestrol, 2223
Melphalan, 2226
Menadiol Phosphate, 2228
Meptazinol, 2230
Mepyramine, 2230
Mercaptopurine, 2231
Metformin, 2231
Methadone, 2234
Methotrexate, 2235
Methylcellulose, 2236
Methyldopa, 2237
Methylphenobarbital, 2238
Methylprednisolone, 2239
Methysergide, 2240
Metoclopramide, 2242
Metoprolol Tartrate, 2244
Metronidazole, 2247
Mianserin, 2249
Minocycline, 2251
Mitobronitol, 2253
Morphine, 2256
Morphine Sulphate , Prolonged-release, 2257
Moxisylyte /Thymoxamine, 2258
Nabumetone, 2259
Nalidixic Acid, 2260
Naproxen, 2264

Neomycin, 2266
Neostigmine, 2268
Niclosamide, 2268
Nicotinamide, 2269
Nicotinic Acid, 2269
Nicotinyl Alcohol, 2270
Nimodipine, 2272
Nitrazepam, 2274
Nitrofurantoin, 2275
Norethisterone, 2276
Norfloxacin, 2277
Nortriptyline, 2279
Nystatin, 2280
Orciprenaline, 2285
Orphenadrine Hydrochloride, 2287
Oxazepam, 2287
Oxprenolol, 2287
Oxybutynin, 2288
Oxymetholone, 2289
Oxytetracycline, 2291
Pancreatin, 2293
Paracetamol, 2296
Paracetamol , Dispersible, 2296
Paracetamol , Soluble, 2297
Penicillamine, 2299
Pentazocine, 2303
Pentobarbital, 2303
Perphenazine, 2307
Pethidine, 2309
Phenelzine, 2309
Phenindione, 2310
Phenobarbital Sodium, 2311
Phenobarbital, 2311
Phenoxymethylpenicillin, 2313
Phenytoin, 2317
Phytomenadione, 2319
Pimozide, 2320
Pindolol, 2321
Piperazine Phosphate, 2323
Pizotifen, 2325
Poldine, 2326
Polythiazide, 2327
Potassium Chloride , Effervescent, 2330
Potassium Chloride , Slow, 2330

Potassium Iodate, 2332


Prazosin, 2333
Prednisolone, 2335
Prednisolone , Enteric-coated, 2336
Primidone, 2338
Probenecid, 2339
Procainamide, 2340
Prochlorperazine Buccal, 2345
Prochlorperazine, 2344
Procyclidine, 2346
Proguanil, 2346
Promazine, 2349
Promethazine Hydrochloride, 2350
Promethazine Teoclate, 2351
Propantheline, 2352
Propranolol, 2353
Propylthiouracil, 2354
Protriptyline, 2355
Pseudoephedrine, 2356
Pyrazinamide, 2356
Pyridostigmine, 2357
Pyridoxine, 2357
Pyrimethamine, 2358
Quinidine Sulphate, 2359
Quinine Bisulphate, 2360
Quinine Sulphate, 2361
Ranitidine, 2364
Ritodrine, 2367
Salbutamol, 2372
Selegiline, 2374
Senna, 2377
Sodium Bicarbonate , Compound, 2381
Sodium Chloride, 2384
Sodium Citrate, 2385
Sodium Fluoride, 2389
Sodium Valproate, 2396
Sodium Valproate , Enteric-coated, 2396
Sotalol, 2400
Spironolactone, 2402
Stanozolol, 2404
Sulindac, 2409
Sulfasalazine, 2407
Sulfinpyrazone, 2408

Sulpiride, 2410
Tamoxifen, 2412
Temazepam, 2415
Tenoxicam, 2416
Terbutaline, 2417
Terfenadine, 2419
Tetracycline, 2424
Thiamine, 2425
Thioridazine, 2427
Tiabendazole, 2428
Timolol, 2429
Tioguanine, 2431
Tocopheryl Succinate , Alpha, 2433
Tolazamide, 2433
Tolbutamide, 2434
Tranexamic Acid, 2435
Tranylcypromine, 2436
Triamcinolone, 2440
Trifluoperazine, 2441
Trihexyphenidyl /Benzhexol, 2442
Trimethoprim, 2443
Trimipramine, 2443
Triprolidine, 2444
Ursodeoxycholic Acid, 2447
Verapamil, 2450
Verapamil , Prolonged-release, 2450
Vigabatrin, 2451
Warfarin, 2456
Zuclopenthixol, 2462
Daftar Tablet pada Codex
Acetazolamide 708
Acetylcysteine 710
Acyclovir 711
Allopurinol 716
Aminophlline 721
Amitriptyline 725
Ammonium Chloride 727
Amoxycillin 728

Amphotericin 731
Ampicillin 733
Apomorphine 739
Aspirin 741
Atenolol 747
Atropine 748
Azathioprine 751
Baclofen 753
Benzylpenicillin 760
Betamethasone 765
Caffeine 771
Captopril 772
Carbamazepine 774
Cefuroxime 779
Cephalexin 780
Chlorambucil 785
Chlorampenicol 786
Chlordiazepoxide 790
Chlormethiazole 792
Chloroquine 794
Chlorpheniramine 797
Chlorpromazine 799
Chlorthalidone 802
Cimetidine 803
Codeine 813
Cortisone 817
Cyclophosphamide 819
Dapsone 823
Dexamethasone 824
Diazepam 830
Diclofenac 835
Diethylcarbamazine 839
Diethylpropion 839
Digoxin 840
Doxycycline 850
Ergometrine 852
Ergotamine 854
Erythromycin 855
Ethacrynic acid 861
Ethinyloestradiol 863
Fenoprofen 864

Ferrous salts 866


Fludrocortisone 870
Fluphenazine 871
Folic acid 873
Furosemide 875
Glibenclamide 882
Glyceryl trinitrate 884
Griseofulvin 888
Haloperidol 892
Hydralazine 897
Hydrochorothiazide 899
Hydrocortisone 901
Ibuprofen 908
Imipramine 911
Isoniazid 928
Isosorbide 931
Ketoprofen 933
Levodopa 96
Lithium salts 940
Lorazepam 942
Meprobamate 945
Mesalazine 946
Methadone 947
Methotrexate 949
Methyldopa 952
Methylprednisolone 953
Metoclopramide 956
Metronidazole 959
Miconazole 964
Morphine 966
Naproxen 971
Nifedipine 975
Nitrazepam 979
Nitrofurantoin 980
Norethisterone 983
Nystatin 984
Orphenadrine 986

Paracetamol 987
Pethidine 993
Phenobarbitone 994
Phenoxymethylpenicillin 998
Phenytoin 1001
Piperazin 1008
Piroxicam 1010
Prednisolone 1013
Primidone 1018
Prochorperazine 1020
Promethazine 1022
Propanolol 1025
Quinidine 1029
Quinine 1032
Ranitidine 1034
Riboflavine 1037
Salbutamol 1041
Sodium valproate 1046
Spironolactone 1046
Sulphadimidine 1049
Sulphamethoxazole 1051
Tamoxifen 1055
Tetracycline 1062
Theophylline 1067
Thyroxine 1073
Timolol 1074
Tolbutamide 1076
Triamcinolone 1078
Trimethoprim 1082
Verapamil 1083
Daftar Tablet pada FI IV
Aloksiprin 76
Alopurinol 74
Alprazolam 80
Alprenolol hidroklorida 82
Amfetamin sulfat 100
Amilorida hidroklorida 89
Aminofilin 91

Ampisilin 105
Antalgin 538
Asam aminokaproat 36
Asam asetilsalisilat 32
Asam asetilsalisilat didapar 33
Asam askorbat 39
Asam folat 42
Asam nalidiksat 45
Asetaminofen 650
Asetazolamida 25
Asetosal 32
Atenolol 115
Atropine sulfat 116
Azatioprin 121
Besi (II) fumarat 379
Betametason 136
Bisakodil 146
Bromokriptin mesilat 151
Dusulfan 156
Dapson 278
Deksametason 288
Diazepam 304
Dietilkarbamazin sitrat 302
Difenhidramin teoklat 325
Digitalis 315
Digitoksin 316
Digoksin 319
Diltiazem hidroklorida 323
Dimenhidrinat 325
Dipiridamol 332
Efedrin hidroklorida 350
Efervesen asam asetilsalisilat 35
Ekstrak beladon 127
Ergometrin maleat 354
Ergonovin maleat 354
Eritromisin 358
Eritromisin etilsuksinat 359
Eritromisin stearat 359
Etambutol hidroklorida 62
Fenfluramin hidroklorida 374
Fenobarbital 660
Fenoksimetilpenisilin 665

Fitonadion 674
Furosemida 402
Glibenklamida 411
Griseofulvin 420
Guaifenesin 422
Haloperidol 425
Hidroklortiazida 434
Hiosin hrobromida 445
Ibuprofen 445
Isoniazid 473
Kalsium laktat 165
Karbamazepin 170
Karisoprodol 176
Ketokonazol 486
Klemastin fumarat 231
Klomifen sitrat 240
Klonidin hidroklorida 244
Klordiazepoksida 199
Klordiazepoksida hidroklorida 201
Klorfeniramin maleat 211
Klorokuin fosfat 208
Klorpromazin hidroklorida 215
Klorpropamida 215
Klortalidon 216
Klorzoksazon 218
Kotrimoksazol 770
Kuinidin sulfat 727
Kuinin sulfat 732
Lepas tunda asam asetilsalisilat 34
Levamisol hidroklorida 491
Levotiroksin natrium 495
Lorazepam 505
Luminal 660
Mebendazol 522
Merkaptopurin 533
Metadon hidroklorida 536
Metampiron 538
Metenamin mendelat 540
Metformin hidroklorida 535
Metildopa 547
Metilergometrin maleat 548

Metilergonovin maleat 548


Metoklopramida hidroklorida 556
Metoprolol tartrat 542
Metronidazol 561
Nadolol 573
Naproksen natrium 579
Natrium aminosalisilat 582
Natrium bikarbonat 604
Neostigmin bromide 607
Nistatin 626
Nitrazepam 615
Nitrogliserin 619
Norethisteron 622
Noretindron 622
Papaverin hidroklorida 647
Parasetamol 650
Penisilin V 665
Piperazin fosfat 682
Piperazin sitrat 681
Pirazinamida 722
Piridoksin hidroklorida 724
Prazikuantel 690
Prazosin hidroklorida 692
Prednisone 697
Primakuin fosfat 698
Probenesid 700
Propanolol hidroklorida 710
Propel flourasil 714
Ranitidine hidroklorida 734
Reserpin 739
Sefaleksin 182
Sefradin 182
Siklofosfamida 267
Simetidin 224
Siproheptadin hidroklorida 272
Skopolamin hidrobromida 445
Sublingual isosorbid dinitrat 475
Sulfametoksazol dan trimetoprim 770
Tamoksifen sitrat 773
Tiamina hidroklorida 785
Tolbutamida 799

Triheksifenidil hidroklorida 805


Vaginal nistatin 626
Vaginal klotrimazol 248
Verapamil hidroklorida 825
Vitamin B1 785
Vitamin K1 674
Daftar Tablet pada Fornas
Acipheco 7
Alopurinol 17
Alprenolol 18
Alukol 19
Aluminium hidroksida 19
Aminofilina 20
Amitriptilina 22
Amobarbital 23
Amobarbital natrium 24
Amodiakina 25
Antalgin 108
Antazolina 28
Antinfluenza Dep Kes 6
APC 7
Asam asetilsalisilat 5
Asam asetilsalisilat kamfer opium 6
Asam asetilsalisilat kofeina fenasetina 7
Asam askorbat 8
Asam folat 11
Asam nikotinat 12
Asetaminofen 3
Asetaminofen asetilsalisilat kofeina 4
Asetazolamida 4
Asetosal 5
Atropine difenoksilat 33
Barbital 39
Beladon 39
Bendrofluazida 40
Benzheksolium 41
Benzotropina 42
Besi (II) fumarat 129
Besi (II) glukonat 130
Besi (II) sulfat 131
Betametason 47

Betametason fosfat 48
Biperidena 50
Bisakodil 51
Busulfan 53
Butobarbital 54
Dapson 93
Deksametason 93
Deksamfetamina 96
Deksklorofeniramina 97
Dekstrometorfan 100
Dekstromoramida 101
Diazepam 103
Didrogesteron 116
Dienesterol 106
Dietilkarbamazina 101
Dietilstilbestrol 102
Difenhidramina teoklat 114
Digilanida C 173
Digitalis 107
Digitoksin 107
Digoksin 108
Diiodoksikinolina 109
Dikorfenamida 105
Diloksanida 109
Dimenhidrinat 114
Dimetusteron 111
Dioktil sulfosuksinat 111
Doksikorton 114
Dover 219
Efedrina 118
Efervesen asetosal 6
Ergometrina 123
Ergonovina 123
Ergotamina 124
Eritromisina 125
Etambutol 12
Etundron 16
Etunilestradiol 15
Etusteron 16
Fenetisilina 236
Fenfluramina 128
Fenilbutazon 240
Fenindamina 237

Fenitoina 242
Fenobarbital 237
Fenoksimetilpenisilina 240
Fenolftalein 238
Fitomenadion 244
Fludrokortison 131
Flufenazina 131
Fluprednisolon 133
Ftalilsulfatiazol 243
Furosemida 133
Gliserol trinitrat 141
Glutetimida 140
Griseofulfina 140
Guanetidina 143
Haloperidol 143
HCT 150
Heksamina 146
Heksamina mandelat 146
Hidralazina 149
Hidroflumetiazida 156
Hidroklortiazida 150
Hidrokodon 150
Hidrokortison 150
Hidroksizina 158
Hiosina 159
Hiosina metilbromida 161
Imipramina 163
INH 167
Iodokloroksikinolina 77
Isokarboksazida 167
Isoksuprina 169
Isoniazid 167
Isoprenalina 168
Isopropamida 169
Isoproterenol 168
Kalek 57
Kalsiferol 57
Kalsium benzamidosalisilat 55
Kalsium glukonat 55
Kalsium laktat 57
Kalsium pantotenat 57
Karbamazepina 59

Karbarson 59
Karbimazol 60
Karbinoksamina 61
Karbromal 62
Kina 266
Kinidina 264
Kinina bisulfat 264
Kinina hidroklorida 265
Kinina sulfat 266
Kiniofon 266
Kliokinolina 77
Klomifen 80
Klorambusil 64
Klordiazepoksida 68
Klorfeniramina 69
Klorguanida 69
Klorkina 73
Klorpromazina 70
Klorpropamida 72
Klortalidon 74
Klortiazida 75
Kodeina 82
Kolina teofilinat 75
Kolistina 84
Kortison 87
Lanatosida-C 173
Lapis 312
Levodopum 175
Levotiroksina 176
Liotironina 179
Mebhidrolina 181
Meditren 166
Melfalan 182
Menadion 182
Mepakrina 184
Mepenzolium 184
Mepiramina 186
Meprobamat 185
Merkantopurina 186
Metampiron 188
Metandienon 189
Metandrostelonon 189
Metantelina 189
Metenamina 146

Metenamina mendelat 146


Metilklotiazida 192
Metildopum 192
Metildopum hidroklortiazida 193
Metilergometrina 193
Metilergonovina 193
Metilpredmisolon 195
Metiltestosteron 196
Metiltiourasil 197
Metimazol 190
Metionina 191
Metisergida 197
Metronidazol 197
Multivitamin 199
Natrium bikarbonat 207
Natrium subkarbonat 207
Neomisina 208
Neostigmina 210
Niklosamida 210
Nikotinamida 211
Nistatina 214
Nitrazepam 212
Nitrofurantoina 212
Nitrogliserin 141
Noretandrolon 213
Noreundron 213
Noretundron asetat 213
Noretusteron 213
Noretusteron asetat 213
Novobiosina 214
Oksifensiklimina 222
Oksitosina 225
Opial 226
Opium majemuk 219
Orsiprenalina 219
Papaveretum 226
Papaverina 226
Paraminosalisilat 228
Parasetamol 3
PASNA 228
Penisilina-V 240
Pentaeritritol 230
Pentobarbital 231

Perfenazina 232
Petidina 234
Piperazina adipat 247
Piperazina sitrat 247
Piridoksina 262
Piridostigmina 262
Pirimetamina 263
Pirvinum 263
Polimiksina 249
Politiazida 250
Prednisolon 251
Prednison 254
Primakina 254
Primidon 254
Proguanil 69
Prokainamida 255
Proklorperazina 256
Promazina 258
Prometazina hidroklorida 259
Prometazina teoklat 260
Propanolol 267
Propantelina 260
Propiltiourasil 261
Propisilina 261
Ragi 271
Reseprina 266
Riboflavina 269
Sakarina 270
Sakaromises 271
Salisilamida 271
Salut kering 312
Sefaleksina 62
Sianokobalamina piridoksina tiamina 89
Siklofosfamida 90
Sikloserina 91
Sinkofen 76
Siproheptadina 91
Sisip 312
Skopolamina 159
Skopolamina metilbromida 161
Spironolakton 274
Stilbestrol 102
Sublingual 312
Sulfadiazina 277

Sulfadimetoksida 277
Sulfadimidina 278
Sulfafurazol 281
Sulfaguanidina 279
Sulfametazina 278
Sulfamerazina 279
Sulfametizol 280
Sulfametoksazol 280
Sulfametoksipiridazina 280
Sulfasomidina 281
Sulfisoksazol 281
Sulfisomidina 281
Tiamina 288
Tietilperazina 288
Tioridazina 289
Tiroksina 176
Tolazolina 291
Tolbutamida 291
Triamsinolon 292
Trifluoperazina 295
Triheksifenidil 41
Trimoksazol I 296
Trimoksazol II 296
Tripelenamina 296
Trisulfa 297
Trisulfapirimidina 297
Vioform 77
Vitamin-B kompleks 302
Vitamin-B1 288
Vitamin-B2 269
Vitamin-B6 262
Vitamin-C 8
Vitamin-D 57
Vitamin-K 182
Warfarin 303

BAB V
TABLET KHUSUS
A. TABLET EFFERVESCENT

I. Pendahuluan
I. 1. Tablet Effervecent
Tablet Effervecent adalah tablet yang mengeluarkan buih ketika dimasukkan ke dalam
air. Buih yang keluar tersebut adalah gas karbondioksida yang dihasilkan dari reaksi antara asam
organik dengan garam turunan karbonat. Gas korbondioksida ini membantu mempercepat
hancurnya tablet dan meningkatkan kelarutan zat aktif. Selain itu gas korbondiokasida ini juga
memberi rasa segar seperti halnya pada minuman kaleng berkarbonasi. Di samping
menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga menghasilkan rasa yang enak karena adanya
karbonat yang membantu memperbaiki rasa beberapa obat tertentu. Dengan rasa asam sedikit
berlebih, sehingga berasa sedikit asam ini merupakan faktor tambahan yang membuat sediaan
efervesen dapat diterima di masyarakat.
Kandungan tablet effervecent merupakan campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan
Natrium bikarbonat, yang jika dilarutkan dalam lingkungan berair akan bereaksi menghasilkan
karbondioksida yang berasal dari penguraian basa bikarbonat akibat penetralan oleh asam.
Reaksinya cukup cepat dan biasanya selesai dalam waktu 1 menit atau kurang. Tablet
effervescent harus disimpan dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab, sedangkan
pada etiket tertera tidak langsung ditelan.
I. 2. Keuntungan dan Kerugian Effervecent
Keuntungan yang dimiliki tablet effervescent, antara lain;
1.
Memungkinkan penyiapan larutan dalam waktu seketika, yang mengandung dosis yang
tepat
2.
Rasa menyenangkan karena karbonisasi membantu menutup rasa zat aktif yang tidak enak
3.
Tablet biasanya cukup besar dan dapat dikemas secara individual sehingga bisa
menghindari masalah ketidakstabilan zat aktif dalam penyimpanan.
4.
Mudah menggunakannya karena tablet dilarutkan terlebih dulu dalam air baru diminum
5.
Bentuk sediaan dengan dosis terukur tepat.
Kerugian yang terdapat pada tablet effervescent, antara lain;
1.
Kesukaran untuk menghasilkan produk yang stabil secara kimia
2.
Kelembaban udara selama pembuatan produk mungkin sudah cukup untuk memulai
reaktifitas effervescen
I. 3. Pembuatan Efervescent
Tablet effervecent dibuat dengan beberapa metode yaitu dengan cara granulasi basah,
granulasi kering, dan dengan metode fluidisasi. Metode fluidisasi dengan metode wurster,
menggunakan suatu alat semprot khusus yang dilangkapi dengan saluran penyemprot bahan
pengikat dan saluran udara pemanas.
Tablet effervecent memerlukan kondisi kerja dan metode khusus dalam pembuatannya
karena dalam tablet ini terdapat dua bahan yang tidak dapat tersatukan yaitu garam natrium
bikarbonat dan asam organik sebagai penghasil karbondioksida. Reaksi kedua bahan ini akan
dipercepat dengan adanya air, maka dari itu tablet Efervescent selama perjalanannya mulai akhir
produksi sampai ke tangan pasien tidak boleh sedikitpun kontak dengan air. Selain itu suhu
tinggi juga dapat mempercepat perusakan bahan tablet, sehingga juga harus dijaga pada suhu
yang relatif rendah.

Proses pembuatan tablet efervesen membutuhkan kondisi khusus, kelembabab harus relatif
rendah dan suhu harus dingin untuk mencegah granul atau tablet melekat pada mesin karena
pengaruh kelembaban dari udara.

a. Granulasi Basah
Umumnya sama dengan tablet konvensional
Prosesnya:
1.
Cara Pemanasan.
Biasanya komponen asam yang dipanaskan. Karena proses ini sangat tidak konstan dan sulit
dikendalikan jarang digunakan.
2.
Granulasi dengan Cairan Reaktif.
Bahan penggranulasi yang efektif adalah air. Proses berdasarkan penambahan sedikit air (0,10,5%) yang disemprotkan pada campuran sehingga terjadi reaksi menghasilkan granul.
Granul yang masih lembab ditransfer ke mesin tablet kemudian dikempa lalu tablet masuk ke
dalam oven terjadi proses pengeringan untuk menghilangkan air sehingga tablet menjadi
stabil.
3.
Granulasi dengan Cairan Non Reaktif.
Cairan yang digunakan adalah etanol atau isopropanol. Cairan ditambahkan perlahan-lahan
ke dalam campuran pada mesin pencampur. Dalam hal ini perlu ditambahkan pengikat kering
seperti PVP. Setelah itu masa granul dimasukkan ke dalam oven lalu dikeringkan. Kemudian
dihaluskan lagi baru dicetak.
b. Granulasi Kering
Dilakukan dengan dua cara:
1.
Cara Slugging
Dibuat bongkah-bongkah tablet ukuran besar menggunakan mesin tablet kemudian tablet
dimasukkan ke dalam mesin granulasi untuk dihaluskan menjadi ukuran yang dikehendaki
2.
Cara Kompaktor
Menggunakan mesin khusus rol kompaktor yang mengempa serbuk premix menjadi bentuk
pita/lempeng diantara dua rol yang berputar berlawanan. Bahan dihaluskan menjadi granul
dalam mesin granul.
I. 4. Bahan Tambahan Tablet Effervecent
Perlu diperhatikan bahwa bahan yang digunakan dalam tablet effervecent seharusnya
mempunyai kandungan lembab yang sangat rendah dan sewaktu pembuatan sediaan ini harus
dilakukan pada tempat yang kering.
Karakteristik komponen tablet Efervesen:
1.
Dalam banyak hal prinsip yang digunakan dalam memproduksi tablet efervesen sama
dengan yang digunakan untuk tablet konvensional. Banyak dari proses dan alat proses yang
sama. Demikian juga sifat umum granul yang diperlukan untuk memdapatkan tablet yang
sesuai persyaratan seperti:
a.
Ukuran partikel

b.
c.
d.
e.
f.
2.

Bentuk partikel
Granulometri
Keseragaman distribusi
Aliran bebas granul
Granul harus dapat dikompresi

Satu sifat bahan baku yang dipilih untuk digunakan dalam tablet efervesen yang lebih
penting dari tablet konvensional yaitu kondisi lembabnya, artinya bahan baku yang
digunakan harus kering.
Apabila bahan baku yang digunakan tidak kering (mengandung lembab) maka terjadi reaksi
asam dan karbonatnya akan menyebabkan produk menjadi tidak stabil secara fisik dan
terurai. Sekali dimulai reaksi maka akan berlanjut lebih cepat karena produk samping reaksi
adalah pertambahan air.
Contoh:
CH2COOH
CH2COOH
CH2COOH

3NaHCO3

CH2COONa
CHCOONa
CH2COONa

+ 3 CO2 + 3 H2O

Oleh karena itu bahan baku yang digunakan harus dalam keaadan anhidrat (kering) dengan
sedikit kadar lembab yang diabsorpsi. Molekul air memang masih ada tapi sangat sedikit
karena air dibutuhkan sedikit untuk kebutuhan mengikat granul karena granul yang
terlampau kering tidak dapat dikempa.
3.

Kelarutan merupakan sifat bahan baku yang penting dalam tablet efervesen. Jika komponen
tablet tidak larut, reaksi efervesen tidak akan terjadi dan tablet tidak akan terdisintegrasi
secara cepat. Kecepatan kelaurtan lebih penting dari kelarutan karena zat yang terlarut
lambat dapat merintangi desintegrasi tablet dan larut lambat menghasilkan residu yang tidak
disukai setelah tablet terdisintegrasi.

I. 4. 1. Sumber Karbondioksida
Sumber karbondioksida dari tablet efervesen didapat dari garam-garam karbonat. Karena
garam ini dapat menghasilkan 53 % karbondioksida. Garam yang sering digunakan adalah
natrium bikarbonat dan natrium karbonat. Natrium bikarbonat dengan kosentrasi dalam air
0,85% menunjukan pH 8,3. natrium karbonat dengan konsentrasi 1 % dalam air mempunyai pH
11,5. Natrium karbonat menunjukan pula efek stabilisasi di dalam tablet efervesen karena
kemampuannya mengabsorbsi lembab terlebih dahulu yang dapat mencegah permulaan reaksi
efervesen. Oksigen dapat pula menjadi sumber efervesen dengan sumbarnya dapat digunakan
natrium perborat anhidrat.
I. 4. 2. Sumber Asam
Sumber asam yang umumnya digunakan pada tablet efervesen dapat digolongkan
menjadi;

a. Asam Makanan, antara lain :


1. Asam Sitrat, merupakan asam yang paling sering digunakan karena harganya
yang murah. Asam sitrat dapat larut dengan mudah dan cepat, dan dalam bentuk
granul dapat mengalir dengan bebas. Terdapat juga bentuk anhidratnya sehingga
mempunyai sifat higrokopis.
2. Asam Tartrat, asam ini mempunyai kelarutan yang lebih besr dari asam sitrat.
b. Asam anhidrat
Jika asam anhidrat dilarutkan dalam air maka akan terjadi hidrolisi yang membebaskan
bentuk asamnya yang dapat bereaksi dengan sumber karbondioksida. Contohnya adalah
suksinat anhidrat.
a. Garam Asam
Garam ini dapat digunakan karena dalam larutan, garam ini dapat menghasilkan proton
dan menghasilkan larutan dengan pH dibawah 7. Contohnya adalah natrium hidrogen
fosfat, natrium dihidrogen fosfat, dan natrium bisulfit.
I. 4. 3. Bahan Tambahan Lainnya
Bahan tambahan lainnya pada tablet efervesen antara lain seperti bahan pengikat, bahan
pengisi, dan lubrikan. Namun bahan-bahan ini penggunaannya dalam jumlah yang terbatas.
Seperti halnya pengisi, hanya digunakan sedikit saja, karena dalam formula tablet efervesen
sudah banyak mengandung karbonat dan asam.
a. Pengikat dan zat penggranul
Untuk pembuatan tablet efervesen dengan metode granulasi penggunaan pengikat seperti gelatin,
amilum dan gom tidak dapat digunakan karena kelarutan lambat atau karena kandungan residu
air tinggi yang dapat mempercepat ketidakstabilan tablet efervesen. Pengikat efektif untuk tablet
efervesen adalah PVP. PVP ditambahkan pada serbuk yang digranulasi dalam keadaan kering
kemudian dibasahi oleh cairan penggranulasi yaitu isopropanol, etanol atau hidroalkohol.
Alkohol tidak bersifat pengikat tapi ditambahkan sebagai zat penggranulasi untuk pelarut PVP.
b. Pengisi
Biasanya hanya dibutuhkan sedikit pengisi karena zat yang menghasilkan efervesen sudah cukup
besar. Natrium bikarbonat merupakan pengisi yang baik. Pengisi lain adalah Na. Klorida, Na.
Sulfat dan Na. Bikarbonat.

c. Lubrikan
Lubrikan yang larut air atau zat yang dapat terdispersi dalam air dapat digunakan sebagai
lubrikan. Serbuk natrium benzoat dan PEG 8000 merupakan lubrikan larut air yang efektif.

II. CONTOH FORMULA (VITAMIN C)


II. 1. Formulasi
Satu tablet effervescent dibuat dengan bobot 1,5 gram.
Formula untuk 1 buah tablet effervescent :
Vitamin C
500 mg
Pyridoxine
20 mg
PVP 3%
45 mg
Sukrosa 15%
225 mg
Asam sitrat monohidrat
208 mg
Asam tartrat
222,9 mg
Natrium bikarbonat
249,5 mg
PEG 8000
30 mg
II. 2. Perhitungan
Bobot tablet effervescent 1500 mg
Fasa dalam bobot 98% = 98/100 1500 mg = 1470 mg
Fasa luar (terdiri dari pelincir) bobot 2% = 2/100 1500 mg = 30 mg
Fasa dalam terdiri dari zat aktif, asam, basa, pengikat, dan pengisi.
Bobot asam dan basa = fasa dalam (zat aktif + pengikat + pengisi)
= 1470 mg ( 520 + 45 + 225 ) mg
= 680 mg
Asam sitrat monohidrat:
BM = 210,13
Bilangan ekivalen = 3
Bobot ekivalen = 210,13/3 = 70,04
Asam tartrat:
BM = 150,09
Bilangan ekivalen = 2
Bobot ekivalen = 150,09/2 = 75,05
Natrium bikarbonat:
BM = 84,01
Bilangan ekivalen = 1
Bobot ekivalen = 84,01/1 = 84,01
70,04 mol ekivalen + 75,05 mol ekivalen + 84,01 mol ekivalen = 680 mg
229,1 mol ekivalen = 680 mg
mol ekivalen = 2,97
Asam sitrat monohidrat = 70,04 2,97 = 208 mg
Asam tartrat = 75,05 2,97 = 222,9 mg
Natrium bikarbonat = 84,01 2,97 = 249,5 mg
Pertimbangan pemilihan bahan-bahan dalam formula dan metode pembuatan

Bobot tablet yang dipilih 1500 mg karena bobot tersebut cukup untuk bobot tablet
effervescent

Dosis asam askorbat yang dipilih 500 mg/hari karena dosis tersebut dapat digunakan
untuk pengobatan sariawan akibat defisiensi vitamin C.

Jumlah pyridoxine yang dikonsumsi per hari sebanyak 2,2 mg harus terpenuhi untuk lakilaki dan 2 mg untuk perempuan. Pyridoxine yang digunakan untuk pengobatan anemia
sideroblastik dan untuk merawat kelainan metabolisme akibat defisiensi pyridoxine
memiliki dosis sebesar 100-400 mg per hari. Dosis pyridoxine yang dipilih dalam
formula ini sebesar 20 mg/hari karena masih termasuk rentang dosis yang dapat
digunakan untuk profilaksis dan defisiensi pyridoxine, juga untuk memenuhi bobot tablet
effervescent sebesar 1,5 gr.

Pengikat yang digunakan dipilih PVP karena PVP merupakan pengikat yang larut air dan
konsentrasi yang dipilih 3% karena PVP yang digunakan sebagai pengikat dalam
formulasi dan teknologi Farmasi sebesar 0,5-5%

Pengisi yang digunakan adalah sukrosa karena pengisi yang digunakan dalam tablet
effervescent adalah gula. Konsentrasi yang dipilih 15% karena sukrosa yang digunakan
sebagai pengisi pada formulasi dan teknologi Farmasi 2-20%.

Asam yang digunakan adalah kombinasi antara asam sitrat monohidrat dan asam tartrat
karena dengan kombinasi akan diperoleh tablet effervescent yang bik. Bila digunakan
asam sitrat monohidrat tunggal maka granul yang dihasilkan lengket dan lunak sehingga
tidak dapat dikempa, sedangkan bila digunakan asam tartrat tunggal maka akan
dihasilkan tablet effervescent yang keras dan retak-retak.

Basa yang digunakan adalah natrium bikarbonat karena basa tersebut biasa digunakan
dalam kombinasi dengan asam tartrat.

Lubrikan yang digunakan harus larut air sehingga dipilih PEG 8000

Metode pembuatan yang dipilih adalah granulasi kering karena zat aktif merupakan
vitamin yang tidak tahan panas sehingga dengan granulasi kering maka tidak diperlukan
proses pengeringan yang memerlukan panas.

Penimbangan dilakukan untuk membuat 500 buah tablet effervescent


Asam askorbat
500 mg 500 = 250 g
Pyridoxine
20 mg 500 = 10 gr
PVP 3%
45 mg 500 = 22,5 gr
Sukrosa 15%
225 mg 500 = 112,5 gr
Asam sitrat monohidrat208 mg 500 = 104 gr
Asam tartrat
222,9 mg 500 = 111,45 gr
Natrium bikarbonat
249,5 mg 500 = 124,75 gr
PEG 8000
30 mg 500 = 15 gr

II.3 Prosedur Pembuatan


Metode Granulasi Kering
1. Zat aktif dan eksipien masing-masing dihaluskan dlam tempat yang terpisah.
2. Dicampur menjadi satu kemudian dicampur hingga homogen.
3. Massa serbuk dislugging, kemudian dihancurkan hingga derajat kehalusan tertentu.
4. Diayak dengan pengayak nomor 16 mesh.
5. Dilakukan uji aliran granul yang diperoleh. Aliran yag diperoleh harus sebesar 10
gr/detik. Jika tidak diperoleh aliran sebesar itu, harus dilakukan slugging kembali hingga
diperoleh aliran yang dikehendaki.
6. Setelah granul memiliki aliran 10 gr/detik, pada granul ditambahkan lubrikan. Granul
siap dikempa menjadi tablet dengan bobot 1,5 gr.
II.4. Evaluasi Granul
II.4.1 Tujuan
Untuk memeriksa apakah granul yang terbentuk memenuhi syarat atau tidak untuk dikempa.
II.4.2 Prosedur
i) KandunganAir (hanya untuk granul hasil granulasi basah)
a.
Penentuan dilakukan dengan menggunakan 5 gr granul yang diratakan pada piring
logam, kemudian dimasukkan dalam alat penentuan kadar air (Moisture Ballance).
b.
Atur panas yang digunakan (70 0C) lalu diamkan beberapa waktu sampai diperoleh
angka yang tetap (dalam bentuk %). Piring logam dipanaskan hingga bobot tetap sebelum
digunakan.
ii) Kecepatan Aliran (Menggunakan Flow Tester)
a.
Sejumlah tertentu granul dimasukkan kedalam alat penentuan (corong) penguji aliran.
b.
Alat dijalankan dan dicatat waktu yang dibutuhkan oleh massa granul untuk melewati
corong.
c.
Hasil dinyatakan dalam satuan gr/det. Kecepatan aliran yang ideal adalah 10 gr/det
iii) Kadar Pemampatan
a.
Masukkan 100 gr granul dalam gelas ukur 250 mL , Volume mula-mula dicatat sebagai
ketukann 0 (Vo).
b.
Lakukan pengetukan, dan volume pada ketukan ke 10, 50, 100, diukur.
c.
Timbang bobot granul yang digunakan untuk pengujian ini.
d.
Hitung kadar pemampatan dengan persamaan berikut ini:
Kp = [(Vo-Vt)/Vo] x 100 %

Kp = kadar pemampatan
Vo = volume granul sebelum pemampatan
Vt = volume granul pada t ketukan
Penafsiran hasil : Granul memenuhi syarat jika Kp < 20%.
iv) Bobot jenis
a. Bobot jenis nyata

Sejumlah gram granul dimasukkan ke dalam gelas ukur.

Catat volumenya dan timbang bobot granul yang digunakan untuk pengujian ini.

Hitung bobot jenis nyata dengan persamaan berikut ini :


P = W/V
P = bobot jenis nyata
W = bobot granul
V = volume granul tanpa pemampatan
b. Bobot jenis mampat

Sejumlah gram granul dimasukkan ke dalam gelas ukur pada alat dengan
menggunakan corong panjang. Catat volumenya (Vo).

Gelas ukur diketuk-ketukkan sebanyak 10 dan 500 kali. Catat volumenya (V 10 dan
V500).

Timbang bobot granul yang digunakan untuk pengujian ini.

Hitung bobot jenis mampat dengan persamaan berikut ini :


Pn = W/Vn
Pn = bobot jenis mampat
W = bobot granul
Vn = volume granul pada n ketukan
v) Indeks kompresibilitas
Hitung dengan persamaan : [(Pn-P)/Pn] x 100 %
vi) Perbandingan Haussner
Hitung dengan persamaan berikut ini :

Angka Haussner = BJ setelah pemampatan/BJ sebelum pemampatan.

Penafsiran hasil : Granul memenuhi syarat jika angka Haussner > 1.


II.5 Evaluasi Tablet
II.5.1 Tujuan
Untuk memeriksa apakah tablet memenuhi persyaratan resmi (Farmakope) atau non resmi (Non
Farmakope) atau tidak.
II.5.2 Prosedur
i) Pemeriksaan penampilan
Meliputi pemeriksaan visual yaitu bebas dari kerusakkan, dari kontaminasi bahan baku atau
dari pengotoran saat proses pembuatan.
ii) Keseragaman ukuran

20 tablet diambil secara acak, Setiap tablet diukur diameter dan tebalnya dengan jangka
sorong. Diameter tablet tidak boleh lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.
iii) Keseragaman bobot
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan dengan
menimbang 20 tablet satu persatu dan dihitung bobot rata-rata tablet. Jika ditimbang satu
persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot
rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak satu tablet pun
yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari hanya yang ditetapkan kolom
B. ( FI ed III hlm. 7).
iv) Kekerasan tablet
20 tablet diambil secara acak, kemudian diukur kekerasannya dengan alat Stokes Mensato.
Tekanan yang diperlukan untuk memecahkan tablet terukur pada alat dengan satuan Kg/cm2.
Kekerasan yang ideal 10 Kg/cm2.
v) Friabilitas
a. Bersihkan 20 tablet dari debu kemudian ditimbang (Wo). Masukkan tablet ke dalam alat,
kemudian jalankan selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm.
b. Setelah 4 menit, hentikan alat, tablet dikeluarkan, lalu dibersihkan dari debu dan timbang
(W1).
c.Indeks friabilitas (f) = (Wo -W1)/Wo X 100%
vi) Friksibilitas
20 tablet diambil secara acak, bersihkan dari debu, kemudian ditimbang (Wo), kemudian
dimasukkan ke dalam friksibilator. Alat diputar 25 rpm selama 4 menit, kemudian tablet
dibersihkan dari debu dan ditimbang (W1).
Friksibilitas = (Wo W1)/W1 X 100 %.
vii) Uji Disolusi
Masukkan sejumlah volume media disolusi sesuai monografi, alat dipasang dan biarkan
media hingga mencapai suhu 370 + 0,50C
Masukkan 1 tablet kedalam alat, hilangkan gelembung udara dari permukaan sediaan, dan
jalankan alat pada laju kecepatan seperti yang tercantum pada monografi.
Dalam interval waktu yang ditetapkan, ambil cuplikan pada daerah pertengahan antara
media disolusi dan bagian atas keranjang atau dayung, tidak kurang dari 1 cm dari dinding
wadah. Lakukan penetapan kadar sesuai monografi.
III. DAFTAR PUSTAKA
1.
2.

Pharmaceutical Excipients. 2nd edition. Editor: Ainley Wade and Paul J. Weller. 1994.
London: The Pharmaceutical Press. Page 436-478, 123-125, 522-523, 392-399, 500-504
Martindale, The Extra Pharmacopeia 29TH Edition, Council Of The Royal
Pharmaceutical Society Of Great Britain, London, The Pharmaceutical Press, 1989, hal.
1208-1209

3.

The Pharmaceutical CODEX, Principle and Practice of Pharmaceutics. 12 nd ed. 1994.


London: The Pharmaceutical Press.

B. TABLET KUNYAH
I. Pendahuluan
Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah. Memberikan residu dengan rasa enak dalam
rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. Jenis tablet ini
digunakan dalam formulasi tablet untuk anak, terutama formulasi multivitamin, antasida, dan
antibiotika tertentu. Tablet kunyah dibuat dengan cara dikempa, umumnya menggunakan
manitol, sorbitol atau sukrosa sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi, mengandung bahan
pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan rasa (FI IV 1995).
Karakteristik :
1. memiliki bentuk yang halus setelah hancur;
2. mempunyai rasa enak dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak.
Keuntungan :
1. ketersediaan hayati lebih baik dan dapat meningkatkan disolusinya;
2. kenyamanan bagi penderita dengan meniadakan perlunya air untuk menelan;
3. sebagai pengganti bentuk sediaan cair yang memerlukan kerja obat yang cepat;
4. meningkatkan kepatuhan penderita terutama anak-anak dengan rasa yang enak.
Kekurangan :
Zat aktif yang rasanya tidak baik dan dosis yang tinggi sangat sulit dibuat tablet kunyah.
II. Faktor Formulasi
Beberapa faktor yang terlibat dalam formulasi tablet kunyah diantaranya adalah jumlah
zat aktif, aliran, lubrikan, disintegrasi, kompresibilitas, kompatibilitas-stabilitas, dan
pertimbangan organoleptik. Empat faktor pertama di atas merupakan faktor yang umum untuk
tablet biasa dan juga tablet kunyah, meskipun demikian sifat organoleptik zat aktif merupakan
faktor yang paling utama. Formulator dapat menggunakan satu pendekatan atau lebih untuk
sampai pada penentuan formula dan proses yang menghasilkan produk dengan sifat organoleptik
yang baik. Produk harus mempunyai sifat aliran, kompresibilitas dan stabilitas yang dapat
diterima.
Pada umumnya, jika jumlah zat aktif dalam tablet sedikit dan rasanya sedikit buruk maka
formulasinya mudah. Sebaliknya jika jumlah zat aktif besar dan rasanya buruk sangat sulit
diformulasikan menjadi tablet kunyah.

Faktor aliran, lubrikan, desintegran, kompresibilitas, kompatibilitas dan sama halnya


untuk tablet biasa. Sedangkan pertimbangan organoleptik adalah sebagai berikut :
1.
Rasa dan Penyedap
Secara fisiologis, rasa dalah respon panca indera sebagai hasil angsangan kimiawi pada ujung
rasa di lidah. Rasa asin/asam diperoleh dari zat yang mampu terionisasi dalam larutan.
Banyak zat aktif organik merangsang respon pahit. Walaupun tidak mampu terionisasi dalam
air, kebanyakan disakarida, sakarida, aldehid dan sedikit alkohol memberikan rasa manis.
Istilah penyedap (flavor) berkaitan dengan sensasi gabungan rasa dan bau.
2. Aroma
Misal tablet kunyah diberi aroma jeruk diformulasi baik rasa manis dan sedikit asam.
3.
Raba mulut
Raba mulut adalah sentuhan yang dihasilkan tablet dalam mulut ketika dikunyah. Raba mulut
sangat penting dalam tablet kunyah. Umumnya tekstur pasir atau bergetah tidak dikehendaki
dalam tablet. Sedangkan sensasi dingin dan sejuk dengan tekstur licin seperti manitol,
disukai.
4.
Pasca efek
Pasca efek yang umum dari banyak senyawa adalah pasca rasa (after taste) yaitu rasa yang
timbul dalam mulut setelah tablet hilang. Misalnya beberapa garam besi meninggalkan rasa
karat, sakarin memberikan rasa pahit dalam mulut.
Pasca efek umum yang lain adalah sensasi mati rasa sebagian dari permukaan lidah, misalnya
antihistamin seperti piribenzamin-HCl menimbulkan rasa pahit kemudian mati rasa.
5.
Pengkajian masalah formulasi
Bila memungkinkan, langkah pertama dalam formulasi tablet kunyah adalah memperoleh
profil lengkap dari zat aktif. Profil ini biasanya menuntun keberhasilan paling efisien dari
produk stabil dan bermutu sebab zat aktif biasanya menetapkan pemilihan senyawa pengisi,
pembawa, pemanis, penyedap, dan lain-lain.
Profil zat aktif secara ideal harus mengandung informasi berikut :
a. Sifat fisik : warna, bau, rasa, pasca rasa, raba mulut, kristal, serbuk, amorf/cairan, cairan
berminyak;
suhu mencair, melebur, sifat polimorfisa, lembab, kelarutan dalam air, stabilitas
zat aktif, kompresibilitas.
b. Sifat kimiawi :
strukutur kimia dan golongan kimia;
reaksi utama dari golongan kimia tersebut;
tidak tersatukannya zat aktif.
c. Dosis zat aktif dan batas pada ukuran dosis akhir.
d. Informasi lain yang terkait.
III. Teknik Formulasi
Masalah formulasi mencakup rasa yang dikehendaki atau rasa yang buruk. Produk yang
diinginkan harus dihindari dari rasa yang tidak enak dengan menambahkan flavor, pemanis, serta
untuk mendapatkan raba mulut yang enak dan kompresibilitas yang dapat diterima. Beberapa
teknik yang digunakan untuk mengatasi masalah formulasi adalah sebagai berikut :
1.
Menyalut dengan granulasi basah
Walaupun proses granulasi basah terutama diperlukan untuk mudah mengalir dan dikempa
pada zat halus di bawah kondisi tertentu, metode granulasi basah dapat berguna dalam
penyalutan partikel zat aktif guna mengurangi rasanya.

Contoh formulasi tablet kunyah vitamin C :


Zat
mg/tablet
Asam askorbat (berlebih 10%)
275
Ethocel 7 cp, 10% dalam isopropanol
q.s.
NuTab
275
Sta-Rx-1500
50
Na-sakarin
1
Lake (FD&C)
q.s.
Penyedap
q.s.
Mg-stearat
5
Pembuatan :

Asam askorbat + Ethocel, keringkan semalam pada suhu 50 C di oven, diayak dengan
ayakan 16 mesh;

Tambahkan NuTab + Sta-Rx-1500, kocok 15 menit;

Tambahkan campuran Na-sakarin, lake, penyedap, dan Mg-stearat yang sebelumnya telah
diayak;

Campur kemudian dicetak.


Formula di atas menggunakan ethocel yang merupakan polimer yang tidak larut dalam air, di
mana vitamin C disalut dengan cara granulasi basah. Tujuannya untuk meningkatkan stabilitas
dan mencegah terlalu asam.
Pada umumnya cara ini merupakan pendekatan yang paling sederhana untuk menutupi rasa.
Granulasi basah tertentu dapat dilakukan tanpa penambahan eksipien seperti laktosa, manitol,
sorbitol, sukrosa, dan lain-lain. Walaupun pendekatan ini serupa dengan granulasi basah biasa,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
1. Zat penggranulasi harus membentuk selaput pada permukaan zat aktif;
2. Tidak mempunyai rasa dan bau yang tidak enak;
3. Tidak larut dalam saliva;
4. Tidak mempengaruhi disolusi zat aktif setelah ditelan.
Idealnya pengisi rasa manis seperti gula perlu dimasukkan dalam granulasi, disintegran baik
dimasukkan dalam granulasi basah untuk menjamin disolusi yang baik setelah granul itu
dikunyah. Prosedur tersebut merupakan prosedur konvensional. Saat ini banyak digunakan
metode suspensi udara. Dalam teknik tersebut, partikel zat aktif yang akan disalut disuspensikan
dalam aliran udara panas yang terkendali kecepatan tinggi langsung melalui lempeng perforasi
dalam tabung salut. Partikel zat aktif melakukan aliran putaran lewat penembak atomisasi zat
penyalut dalam larutan/suspensi. Setelah partikel basah, partikel tersebut disingkirkan dari
daerah semprotan dan dikeringkan dalam aliran udara panas dan disalut ulang. Putaran tersebut
dilanjutkan sampai ketebalan salut yang diinginkan tercapai. Pengaliran partikel zat aktif
meningkatkan pemaparan luas permukaan guna penyalutan dan pengeringan yang lebih efisien.
Walaupun perbaikan rasa dengan penyalutan menarik karena sederhana, tetapi metode ini hanya
cukup untuk zat aktif yang rasanya tidak enak.
2.

Mikroenkapsulasi

Mikroenkapsulasi adalah suatu metode penyalutan partikel zat aktif atau tetesan-tetesan
cairan dengan polimer yang menyalut rasa dan membentuk mikrokapsul dengan ukuran 5
5000 m. Mikroenkapsulasi dapat dibuat dengan berbagai metode, yaitu :
a.
Metode Pemisahan Koaservasi
Metode koaservasi adalah metode pengendapan makromolekul dari larutannya menjadi 2
lapisan cairan. Dalam metode ini ada 3 langkah yaitu :
i)
Pembentukan tiga fasa kimia yang tidak bercampur yaitu fasa pembawa air, fasa
inti (zat aktif), dan fasa penyalut. Caranya : fasa penyalut dilarutkan dalam fasa
pembawa cair kemudian ditambahkan zat aktif sehingga terjadi suspensi. Proses
pemisahan dilakukan dengan berbagai cara diantaranya :

menaikkan suhu;

menambahkan cairan bahan pelarut yang bercampur baik dengan fasa


pembawa sehingga makromolekul mengendap;

menambahkan garam;

menambahkan polimer lain yang tidak tercampurkan misalnya gelatin


(ditambah gom arab).
ii)
Terbentuk campuran di mana makromolekul terdapat paling banyak. Di sini mulai
proses penyalutan (diaduk).
iii) Pengeringan partikel pada suhu rendah.
Untuk metode koaservasi, zat salut yang biasa digunakan adalah CMC, selulosa asetat
ftalat (CAP), etilselulosa, gelatin, polivinil alkohol, gelatin-gom arab, shellac, dan
beberapa malam tergantung pada penggunaannya.
b.
Metode Suspensi Udara
Zat aktif disuspensikan dalam udara.
c.
Metode Semprot Beku
Proses semprot beku adalah pendinginan zat yang dicairkan jadi bentuk partikel halus
selama perjalanannya dari penembak semprotan dan wadah penyemprotan pada suhu di
bawah titik beku.
Contoh formula : Tablet kunyah Asetaminofen (Mikroenkapsulasi)
Zat
mg/tablet
Mikrokapsul (100 mesh)
Asetaminofen
327
Penyalut (selulosa-malam)
35
Eksipien
393
Manitol
Mikrokristalin selulosa (Avicel)
Talk
Sakarin
Gom Guar
Flavor
Mg-stearat
3.

Dispersi solida
Zat aktif dengan rasa yang tidak enak dapat dicegah dengan mengadsorpsikannya pada
substrat yang mampu mempertahankan tetap teradsorpsi dalam mulut tetapi setelah di saluran
cerna zat aktif dilepaskan. Contoh Dekstrometorfan dengan menggunakan substrat Mg-

trisilikat. Adsorbat sudah tersedia di perdagangan dalam bentuk serbuk termikronisasi yang
mengandung zat aktif 10% b/b (tinggal dicampur lalu dicetak).
Contoh formula :
Zat
mg/tablet
Adsorbat Dekstrometorfan-HBr 10% (berlebih 2%) 76,5
Benzokain
2,5
Flavor
10
Mg-stearat
10
Sorbitol (kristalin)
1301
Pembuatan :

Sorbitol diayak 10 mesh

Campur adsorbat, benzokain, flavor dengan dari jumlah sorbitol yang diperlukan

Tambahkan sisa sorbitol, aduk, lalu tambahkan Mg-stearat. Aduk dan cetak sehingga
diperoleh tablet kunyah dengan kekerasan 6 kp.

4.

5.

6.

7.

Ada beberapa metode dalam pembuatan adsorbat :


a.
Metode pelarut : zat aktif dilarutkan dalam pelarut yang mudah menguap, tambahkan
substrat (zat padat), campur kemudian pelarutnya diuapkan lalu dihaluskan.
b.
Metode pencairan : zat aktif dan pembawa dilebur bersama-sama dengan pemanasan
pada suhu yang cocok (tidak merusak zat aktif). Kemudian campuran didinginkan secara
cepat dan terjadi pemadatan (dilakukan dalam penangas es). Kemudian padatan tersebut
diserbuk menjadi partikel yang diinginkan.
Pertukaran ion
Pertukaran ion adalah pertukaran reversibel dari ion-ion antara fasa solida dan cairan dan
tidak ada perubahan permanen dalam struktur solida. Dalam hal ini, solida adalah zat
penukar ion sedangkan ionnya adalah zat aktif. Apabila digunakan sebagai pembawa zat
aktif, zat penukar ion menjadi suatu sarana untuk mengikat zat aktif pada matriks polimer
yang tidak larut dan dapat secara aktif menutup rasa dan bau dari zat aktif yang diformulasi
menjadi tablet kunyah.
Pembentukan garam/turunannya
Dilakukan upaya modifikasi komposisi kimia zat aktif sehingga senyawa itu kurang larut
dalam saliva karena itu rangsangannya kurang pada ujung rasa atau memodifikasi zat aktif
menjadi tidak berasa. Misalnya kloramfenikol menjadi kloramfenikol stearat.
Penambahan asam amino dan hidrolisat protein
Dengan menggabungkan asam-asam amino dan garam-garamnya atau campurannya akan
mengurangi rasa pahit dari penisilin. Asam amino yang umum digunakan adalah sarkosin,
alanin, taurin, asam glutamat, dan glisin. Misalnya rasa ampisilin diperbaiki secara nyata
dengan menggranulasikannya dengan glisin, kemudian ditambahkan amilum, lubrikan,
glidan, penyedap, pemanis lalu dicetak.
Kompleks inklusi
Pembentukan kompleks inklusi yaitu molekul zat aktif masuk ke dalam lubang-lubang
molekul zat pengompleks membentuk kompleks stabil. Kompleks ini mampu menutup rasa
pahit zat aktif dengan menurunkan jumlah partikel zat aktif yang terpapar atau mengurangi
kelarutan zat aktif pada waktu dikunyah.

Gaya yang terlibat dalam kompleks inklusi adalah gaya Van der Waals dan -siklodekstrin
(digunakan sebagai zat pengompleks inklusi) merupakan molekul oligosakarida dari amilum,
manis, dan tidak toksik. Ada 3 metode utama dalam pembuatan siklodekstrin, dua
diantaranya adalah skala laboratorium sedangkan yang lainnya adalah skala industri. Untuk
skala laboratorium adalah sebagai berikut :
a.
Siklodekstrin dilarutkan dalam air panas yang dicampur zat aktif, kemudian
didinginkan dan terjadi penghabluran dari senyawa inklusi (pada pengeringan).
b.
Zat aktif tidak larut air dilarutkan dalam pelarut organik yang tidak bercampur dengan
air, dikocok dengan siklodekstrin dalam air yang pekat, akan terjadi senyawa
terkristalisasi yang mengendap, kristal dicuci untuk menghilangkan zat aktif yang tidak
membentuk kompleks, lalu dikeringkan.
8.
Kompleks molekular
Pembentukan kompleks molekular melibatkan zat aktif dan molekul organik pengompleks,
dan kompleks ini dapat menutup rasa yang pahit atau bau yang tidak diinginkan. Metode ini
menurunkan kelarutan zat aktif dalam air.
IV. Eksipien
Proses granulasi basah, granulasi kering dan cetak langsung pada tablet konvensional
dapat juga diterapkan pada tablet kunyah. Dalam hal ini, perlu diperhartikan kadar lembab,
kemungkinan kompatibel, aliran, kompresibilitas, distribusi ukuran granul. Selain itu, hal yang
perlu diperhatikan adalah kemanisan, mampu kunyah, dan raba mulut. Banyak eksipien yang
umum digunakan dalam tablet konvensional dapat juga digunakan dalam tablet kunyah.
Beberapa eksipien untuk tablet kunyah yang umum digunakan adalah sebagai berikut :
A. Flavoring (Penyedap)
1. Pemanis
Pemanis alam dan pemanis buatan yang paling banyak digunakan adalah :
Yang perlu diperhatikan status peraturan dalam negara.
2. Aroma
Misal aroma vanila, jeruk, strawberry, coklat, peppermint.
B. Pewarna
Pewarna yang digunakan dalam tablet kunyah bertujuan untuk :

meningkatkan daya tarik estetika

memberi identitas pada produk dan membuat perbedaan antar produk

menutup warna yang kurang menarik

mengimbangi dan menyesuaikan penyedap yag digunakan dalam formulasi


Ada dua bentuk pewarna yang digunakan :
1) Warna Celup
Adalah senyawa kimia yang menunjukkan pewarnaan apabila dicelupkan dalam suatu
larutan, biasanya mengandung 80-93% murni.
Pewarna celup untuk tablet kunyah biasanya digunakan 0,01-0,03%. Pewarna celup yang
digunakan pada metode granulasi basah biasanya dilarutkan dalam cairan granulasi.
Pelaksanaan granulasi dan pengeringan untuk meminimalkan migrasi larutan pewarna
celup harus dibuat dalam besi tahan karat atau wadah kaca untuk menghindari
inkompatibilitas antara zat warna dan wadah. Harus dilakukan penyaringan untuk
menghilangkan partikel yang tidak larut. Larutan pewarna celup dalam air dapat disimpan

selama beberapa jam dan jika lebih dari 24 jam perlu diawetkan dengan penambahan
suatu zat pengawet untuk mencegah pertumbuhan mikroba, misalnya propilenglikol,
asam fosforik, Na-benzoat, dan asam sitrat.
Selama penyimpanan, penggunaan dan proses pewarna celup harus dilindungi terhadap :

zat pengoksidasi terutama klorin dan hipoklorit;

zat pereduksi terutama gula invert, beberapa penyedap, ion logam (Al, Zn, Fe,
dan Sn), asam askorbat;

pH yang ekstrim, misalnya pH < 5, zat warna tidak tahan;

mikroba terutama jamur dan bakteri;

pemanasan dengan suhu yang tinggi dan waktu yang lama (jadi pewarnaan
harus diproses pada suhu rendah dan waktu singkat);

pemaparan cahaya matahari langsung.


2) Warna Lake
Pewarba lake tidak larut dan biasanya didispersikan. Oleh karena itu yang sangat penting
diperhatikan adalah ukuran partikel harus halus. Umumnya makin kecil ukuran partikel,
makin tinggi daya pewarnaan lake karena bertambahnya luas permukaan.
Lake dibuat dengaan presipitasi dan mengadsorpsikan pewarna celup pada substrat yang
tidak larut air. Biasanya sebagai substrat digunakan Alumina hidrat. Lake yang digunakan
untuk tablet kunyah cetak langsung : 0,1-0,3%. Stabilitas lake terhadap cahaya dan panas
lebih tinggi dibandingkan warna celup dan kompatibel dengan banyak komponen yang
digunakan dalam tablet kunyah. Lake biasanya digunakan dalam pembuatan tablet
kunyah dengan metode cetak langsung.
VII. Pembuatan
Empat aspek yang penting dalam pembuatan tablet kunyah adalah :
1.
sifat tersatukannya zat aktif dengan zat warna;
2.
distribusi ukuran partikel;
3.
kadar lembab yang memenuhi syarat;
4.
sifat kekerasan tablet.
A.

Antasida
Kebanyakan sediaan padat antasida dibuat dalam bentuk tablet kunyah. Formulasi antasida
sangat sulit mengingat sifat dan jumlah zat aktif. Umumnya zat aktif terdiri dari logam,
astringent, berasa seperti kapur atau berasa pasir dan kombinasi ini menyebabkan rasa yang tidak
enak saat dikunyah. Antasida yang umumnya digunakan dalam kombinasi dari 2 atau lebih untuk
menghasilkan efek terapeutik yang baik adalah sebagai berikut : Alumunium hidroksida (80-600
mg), Ca-karbonat (194-850 mg), Mg-hidroksida/Mg-oksida (65-400 mg), Mg-trisilikat (20-500
mg), dan lain.
Sebagai tambahan digunakan zat lain seperti :simetikon (dimetikon, dimetillpolisiloksan)
dengan dosis 20-40 mg/tablet sebagai antiflatulen; peppermint oil 3 mg/tablet digunakan sebagai
karminatif dan asam alginat 200-400 mg.
Contoh formula : Tablet kunyah antasida dengan metode cetak langsung
Zat
mg/tablet
Al(OH)3 dan Mg-karbonat
325
Di-Pac DTE
675
Avicel
75

Starch
Ca-stearat
Flavor
Pembuatan : campur semua zat, cetak. Tablet
11 SCA unit.

30
22
q.s.
kunyah yang diharapkan mempunyai kekerasan 8-

B.

Obat batuk/obat flu


Formulasi biasanya untuk anak-anak. Umumnya dosis kurang dari atau sama dengan dosis
dewasa. Obat yang umum adalah aspirin, asetaminofen, klorfeniramin, pseudoefedrin, dan
dekstrometorfan.
Sifat umum yang diperoleh dari zat aktif tersebut adalah rasa tidak enak, misalnya aspirin berasa
asam sedangkan yang lain pahit.
Semua zat aktif yang telah disebutkan mempunyai sifat kompresibilitas yang cukup baik, kecuali
asetaminofen. Jadi untuk asetaminofen dipilih metode granulasi basah sedangkan zat aktif lain
digunakan metode cetak langsung.
Contoh formula :
1.
Tablet kunyah Asetaminofen : metode granulasi basah
Zat
mg/tablet
Asetaminofen
120
Manitol
720
Na-sakarin
6
Larutan pengikat
21,6*
Peppermint oil
0,5
Syloid 244
0,5
Banana, Permaseal F-4932
2
Anise, Permaseal F-2837
2
NaCl (serbuk)
6
Mg-stearat
27,5
* Mengandung 5,4 mg gom arab dan 16,2 mg gelatin
Pembuatan :

Siapkan larutan pengikat yang terdiri dari gom arab (serbuk) 15 g, gelatin (granul) 45 g,
dan air ad 400 ml

Ayak manitol dan Na sakarin dengan ayakan 40 mesh

Campur dengan Asetaminofen. Tambahkan 180 ml larutan pengikat untuk 1000 tablet

Granulasi dan keringkan 1 malam pada 140-150 F. Ayak dengan ayakan 12 mesh

Adsorpsikan peppermint oil pada syloid 244 dan campur dengan flavor dan NaCl

Campur granul kering dengan flavor lalu tambahkan Mg stearat

Cetak tablet dengan kekerasan 12-15 kp


Catatan : pengikat gom arab-gelatin menghasilkan tablet dengan kekerasan yang tinggi. Larutan
pengikat harus dibuat segar untuk menghindari pertumbuhan mikroba.
2.

Tablet kunyah Aspirin untuk anak-anak


Zat
AlOH (dried gel)

mg/ tablet
13

Aspirin
Talk
Primogel
NuTab
Mafco Magna Sweet
Flavor Jeruk

81
2
8
93,4
0,6
2

Pembuatan :

Kocok NuTab dan AlOH, tambahkan aspirin dan kocok (1)

Campur primogel, talk, flavor, dan Magna Sweet dan ayak 16 mesh (2)

Tambahkan (2) ke (1), kocok dan cetak


Kombinasi NuTab dan Magna Sweet sebagai pemanis untuk mengurangi rasa asam dari aspirin,
begitu juga dengan flavor jeruk. Dalam keadaan kering, tidak ada reaksi inkompatibilitas antara
aspirin dengan basa AlOH.
C.

Vitamin/Mineral/Food Supplement
Vitamin dan mineral mempunyai rasa yang tidak enak seperti asam, pahit, asin, rasa sabun,
hambar atau rasa seperti logam. Beberapa cara untuk menutup rasa tersebut :
1.
Rasa asam ditekan dengan cara :
2.
Ferro fumarat dan ferri pirofosfat terasa hambar. Untuk itu dilakukan proses penyalutan
dengan monogliserida atau digliserida dari asam lemak tersaturasi dengan teknik beku
semprot
3.
Rasa pahit seperti vitamin B kompleks disalut (salut tunggal) dengan monogliserida atau
digliserida
4.
Vitamin A dan D dalam bentuk bebas dilindungi dengan matriks gelatin, gula atau starch
dan pengawet
5.
Vitamin E dalam serbuk kering teradsorpsi
VIII. Evaluasi
Evaluasi tablet kunyah tidak diatur dalam FI IV. Beberapa parameter yang dievaluasi di bawah
sebagian besar mengacu pada evaluasi tablet konvensional.
3.
Evaluasi kimia
a.
Penentuan Kadar
Metode analisis yang sesuai (kromatografi, titrimetri, spektrofotometri, dan lain-lain) bisa
digunakan untuk menentukan kadar zat aktif pada sampel yang representatif (biasanya
aliquot dari 20 tablet yang dipilih acak yang dihaluskan). Jumlah kadar yang diperoleh
dinyatakan dalam persentase terhadap kadar obat di label. Nilai yang diperoleh harus
berada dalam batas-batas yang telah ditentukan untuk masing-masing zat aktif.
b.
Keseragaman Sediaan
Keragaman bobot tidak boleh melebihi 6% untuk tablet dengan kadar zat aktif lebih dari
50 mg atau 50% terhadap obot seluruhnya.
Keseragaman kandungan perlu dilakukan jika kandungan zat aktif kurang dari 50 mg.
Prosedur yang dilaksanakan sesuai dengan yang tercantum di FI IV.
3.

Evaluasi Fisik

a.

Pemeriksaan Fisik meliputi pemeriksaan terhadap adanya capping atau rengat dan
parameter penampilan lainnya.
b.
Kekerasan ambil 10 20 tablet secara acak, tetapkan kekerasan.
c.
Friabilitas 20 tablet digerus, ambil 6 gram, masukkan ke dalam friabilator selama 100
putaran, kemudian timbang bobot yang hilang. Nilai friabilitas tidak melebihi 4%.
d. Waktu hancur
e.
Disolusi
f.
Rasa
4.
Uji Stabilitas
a. Stabilitas dipercepat dengan suhu tertentu
b. Stabilitas dalam kondisi nyata
Pemeriksaan stabilitas meliputi :

Pada waktu tertentu, tentukan kadar zat aktif

Periksa terha dap adanya perubahan fisik (totol-totol pada tablet, migrasi zat warna,
kristalisasi zat aktif pada permukaan tablet, ada bau)

Periksa perubahan kekerasan, friabilitas, kecepatan disolusi, waktu hancur

Periksa stabilitas rasa


BAB IPENDAHULUANI . 1 . L a t a r B e l a k a n g
P e n g h a n t a r a n o b a t k e r e s e p t o r a t a u t e m p a t b e k e r j a n ya o b a t s e r i n g
t e r h a m b a t dengan adanya efek samping obat ataupun karena pelepasan obat tidak
sesuai pada tempat kerjanya. Untuk itu, obat dibuat dalam bentuk
controlled release
atausediaan lepas terkendali. Sediaan lepas terkendali ini mengatur pelepasan obat
did a l a m t u b u h ya n g d i m a k s u d k a n u n t u k me n i n g k a t k a n e f e k t i f i t a s o b a t
p a d a reseptornya.Sediaan
sustained release
a t a u s e d i a a n l e p a s l a m b a t me r u p a k a n b a g i a n d a r i bentuk
controlled relese
. S e d i a a n l e p a s l a m b a t m e r u p a k a n s e d i a a n y a n g menyebabkan obat
terlepas ke dalam tubuh dalam waktu yang lama.U n t u k m e m b u a t s e d i a a n l e p a s
lambat ini, dibutuhkan eksipien atau bahantambahan yang dapat
m e m b u a t z a t a k t i f a t a u o b a t d a p a t d i l e p a s k a n s e c a r a perlahan ke dalam
tubuh. Untuk itu, makalah ini akan membahas mengenai bahantabahan untuk membuat sediaan
lepas lambat.
I . 2 . R u mu s a n M a s a l a h
1.
Apa definisi dari sediaan
sustained release
?
2.
Bagaimana mekanisme dari sediaan

sustained release
?
3.
Eksipien apa saja yang dapat digunakan untuk membuat sediaan s
ustained release
?
4.
Bagaimana sifat dari eksipien yang digunakan untuk membuat sediaan
sustained release
?
I . 3 . Tuj u a n P e n u l i s a n
1.
Untuk mengetahui definisi dari sediaan
sustained release
.
2.
Untuk mengetahui mekanisme dari sediaan
sustained release
.
3.
Untuk mengetahui apa saja eksipien yang dapat digunakan untuk membuatsediaan
sustained release
.1
4.
Untuk mengetahui sifat-sifat eksipien yang digunakan untuk membuat sediaan
sustained release
.
I.4.Metode Penulisan
M e t o d e ya n g d i g u n a k a n p e n yu s u n d a l a m m e mb u a t m a k a l a h i n i a d a l a h metode
studi pustaka, yaitu dengan mencari informasi dari buku-buku referensi serta mencari
data dari situs internet yang terkait.
I . 5 . S i s t e ma t i k a P e n u l i s a n
BAB I PENDAHULUANI . 1 . L a t a r B e l a k a n g I . 2 . R u m u s a n
M a s a l a h I.3.Tujuan PenulisanI . 4 . M e t o d e
P en ul is an I.5.Sistematika PenulisanBA B
IIPEMBAHASAN II.1.Definisi
Sustained Release
II.2.Keuntungan dan Kerugian
Sustained Release
II.3.Sifat Fisikokimia dan Biologis SediaanII.4.Mekanisme Pelepasan Sediaan Lepas
LambatII.5.Metode formulasi sediaan lepas lambat I I . 6 . B a h a n P e mb a n t u P e l e p a s a n
Sediaan
Sustained Release
B A B I I I P E N U T U P III.1.Kesimpulan2

BAB IIPEMBAHASAN
II.1.Definisi Sustained Release
Sustained release merupakan bentuk sediaan yang dirancang untuk
melepaskano b a t n y a k e d a l a m t u b u h s e c a r a p e r l a h a n - l a h a n a t a u
b e r t a h a p s e h i n g g a pelepasannya lebih lama dan memperpanjang aksi obat
(Ansel, 1989).
Sehingga p e n g e r t i a n s e d i a a n s u s t a i n e d r e l e a s e y a i t u s e d i a a n y a n g
d i r a n c a n g u n t u k me m b e r i k a n a k t i v i t a s t e r a p e t i k d i p e r l a m a d e n g a n c a r a
p e l e p a s a n o b a t s e c a r a terus-menerus selama periode tertentu dalam sekali
pemberian.K e u n t u n g a n s e d i a a n s us t a i n e d r e l e a s e i n i a n t a r a l a i n s e d i a a n
t e r s e b u t d a p a t dikonsumsi dengan tidak begitu sering dibandingkan sediaan yang
diformulasikanuntuk lepas segera dengan komposisi obat yang sama dan sediaan ini dapat
lebiht e r j a g a s e c a r a t e r u s - me n e r u s d a l a m a l i r a n d a r a h . Tab l e t s u s t a i n e d
r e l e s a s e diformulasikan di mana bahan-bahan aktif dilingkupi dengan lapisan matriks tak l a r u t
s e h i n g g a p r os e s p e l a r u t a n b a h a n o b a t t e r j a d i m e l a l u i s u a t u l u b a n g
p a d a matriks. Pada beberapa formulasi, matriks dibuat mengembang menjadi
bentuk g e l s e h i n g g a o b a t t e r l e b i h d a h u l u a k a n l a r u t p a d a m a t r i k s k e m u d i a n
k e l u a r melalui lapisan matriks terluar.
II.2. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Sustained Release
Sediaan lepas lambat mempunyai beberapa keuntungan dibanding bentuk sediaankonvensional,
yaitu :
o
Frekuensi pemberian obat untuk mendapatkan efek tertentu berkurang.
o
Efek terapetik yang diperoleh lebih lama.
o
Lebih disukai dibanding sediaan konvensional karena lebih efisien.3
o
Efek merugikan dari obat dapat ditekan karena berkurangnya frekuensi pemberian obat
(tidak ada fluktuasi kadar obat dalam darah).Sedangkan kerugian bentuk sediaan lepas lambat
antara lain :

B i a ya p r o d u k s i l e b i h t i n g g i s e h i n g g a h a rga o b a t lebih mahal

Efektifitas pelepasan obat dipengaruhi dan dibatasi oleh lama tinggal di saluran cerna

J i k a s e d i a a n g a g a l m e m b e r i k a n p e l e p a s a n diperlambat, maka
konsentrasi toksik dari obat dapat terlampaui

Jika penderita mendapat reaksi samping obat atausecara tibatiba mengalami


keracunan maka untuk menghentikan obat dari sistem tubuh akan lebih sulit dibanding
sediaan konvensional

Tidak dapat digunakan untuk obat yang memiliki dosis besar (500 mg)
II.3.Sifat Fisikokimia dan Biologis Sediaan

Sifat fisikokimia dan biologis dari bahan obat yang akan diformulasikan sebagai tablet
lepas lambat merupakan faktor yang perlu diperhatikan.Sifat-sifat fisikokimia ini akan
mempengaruhi sifat fisikokimia tablet yang akan dihasilkan (Lee dan Robinson, 1978) :

DosisProduk yang digunakan peroral dengan dosis lebih besar dari 500 mg sangatsulit untuk
dijadikan sediaan lepas lambat karena pada dosis yang besar akand i h a s i l k a n v o l u m e
s e d i a a n ya n g t e r l a l u b e s a r ya n g t i d a k d a p a t d i t e r i ma sebagai produk oral.

Kelarutan

Saturday, 7 January 2012


Teknik sediaan solid (sustained release/ tablet lepas lambat)

BAB I
PENDAHULUAN
Bentuk sediaan lepas lambat (Sustained release) banyak mendapatkan perhatian dalam
pengembangan sistem penghantaran obat karena dibandingkan bentuk sediaan konvensional,
bentuk lepas lambat memiliki beberapa kelebihan. Antara lain sediaan lepas lambat dapat
mengurangi efek samping, mengurangi/menjarangkan jumlah penggunaan, mengurangi fluktuasi
obat dan secara umum dapat meningkatkan kenyamanan bagi pasien (Welling, 1997).
Kebanyakan bentuk lepas lambat (sustained release) dirancang supaya pemakaian satu unit dosis
tunggal menyajikan pelepasan sejumlah obat segera setelah pemakaiannya, secara tepat
menghasilkan efek terapeutik yang diinginkan secara berangsur-angsur dan terus menerus
melepaskan sejumlah obat lainnya selama periode waktu yang diperpanjang biasanya 8 sampai
12 jam (Ansel et al., 2005).
Menurut Rao et al, (2001), tujuan utama dari sediaan lepas lambat adalah untuk
mempertahankan kadar terapeutik obat dalam darah atau jaringan selama waktu yang
diperpanjang. Keunggulan bentuk sediaan ini menghasilkan kadar obat dalam darah yang merata
tanpa perlu mengulangi pemberian unit dosis.
Penghantaran obat ke reseptor atau tempat bekerjanya obat sering terhambat dengan adanya efek
samping obat ataupun karena pelepasan obat tidak sesuai pada tempat kerjanya. Untuk itu, obat
dibuat dalam bentuk controlled release atau sediaan lepas terkendali. Sediaan lepas terkendali ini

mengatur pelepasan obat di dalam tubuh yang dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas obat
pada reseptornya.
Sediaan sustained release atau sediaan lepas lambat merupakan bagian dari bentuk controlled
relese. Sediaan lepas lambat merupakan sediaan yang menyebabkan obat terlepas ke dalam tubuh
dalam waktu yang lama.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sediaan Lepas Lambat
Sediaan lepas lambat merupakan bentuk sediaan yang dirancang untuk melepaskan obatnya ke
dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap supaya pelepasannya lebih lama dan
memperpanjang aksi obat (Ansel et al., 2005).
Dalam beberapa keadaan penyakit, bentuk sediaan obat yang ideal adalah mampu memberikan
jumlah obat untuk sampai ke reseptor (tempat aksi obat) dan kemudian secara konstan
dipertahankan selama waktu pengobatan yang diinginkan. Pemberian obat dalam dosis yang
cukup dan frekuensi yang benar maka konsentrasi obat terapeutik steady state di plasma dapat
dicapai secara cepatdan dipertahankan dengan pemberian berulang dengan bentuk sediaan
konvensional peroral. Namun terdapat sejumlah keterbatasan dari bentuk sediaan konvensional
peroral (Collett and Moreton, 2002).
Adapun keterbatasan bentuk sediaan konvensional peroral adalah: melepaskan secara cepat
seluruh kandungan dosis setelah diberikan, konsentrasi obat dalam plasma dan di tempat aksi
mengalami fluktuasi sehingga tidak mungkin untuk mempertahankan konsentrasi terapetik
secara konstan di tempat aksi selama waktu pengobatan, fluktuasi konsentrasi obat dapat
menimbulkan overdosis atau underdosis jika nilai Cmax dan Cmin melewati jendela terapetik
obat. Obat dengan t1/2 pendek membutuhkan frekuensi pemberian lebih sering untuk
mempertahankan konsentrasi obat dalam jendela terapeutik, dan frekuensi pemberian obat yang

lebih sering dapat menyebabkan pasien lupa sehingga dapat menyebabkan kegagalan terapi
(Collett and Moreton, 2002).

Gambar 1 Kurva Hubungan antara Kadar Obat dalam Darah/Aktivitas


Obat terhadap Waktu dari Sediaan A: Conventional; B: Sustained release;
C: Prolonged Action (Sulaiman, 2007)

Gambar 1 menunjukkan perbandingan profil kadar obat di dalam darah yang diperoleh dari
pemberian bentuk sediaan konvensional, terkontrol (controlled-release), lepas lambat (sustainedrelease). Tablet konvensional atau kapsul hanya memberikan kadar puncak tunggal dan
sementara (transient). Efek farmakologi kelihatan sepanjang jumlah obat dalam interval
terapeutik. Masalah muncul ketika konsentrasi puncak dibawah atau diatas interval terapeutik,
khususnya untuk obat dengan jendela terapeutik sempit. Pelepasan orde satu yang lambat yang
dihasilkan oleh sediaan lepas lambat dicapai dengan memperlambat pelepasan dari bentuk
sediaan obat. Pada beberapa kasus, hal ini dapat diperoleh melalui proses pelepasan yang
kontinyu (Jantzen and Robinson, 1996).
Keuntungan bentuk sediaan lepas lambat dibandingkan bentuk sediaan konvensional adalah
sebagai berikut (Ansel et al., 2005):
a. Mengurangi fluktuasi kadar obat dalam darah.
b. Mengurangi frekuensi pemberian.
c. Meningkatkan kepuasan dan kenyamanan pasien.
d. Mengurangi efek samping yang merugikan.
e. Mengurangi biaya pemeliharaan kesehatan.

Kelemahan sediaan lepas lambat diantaranya adalah (Simon, 2001):


1) Kemungkinan terjadinya kegagalan sistem lepas lambat sehingga bahan aktif yang relatif
tinggi dilepas sekaligus (dose dumping).
2) Lebih sulit penanganan penderita apabila terjadi kasus keracunan atau alergi obat, karena
kandungan bahan aktif yang relatif lebih tinggi.

3) Harga obat biasanya lebih mahal karena biaya pengembangan dan produksi
yang relatif lebih tinggi.
Faktor - faktor yang berpengaruh dalam pembuatan sediaan lepas lambat:

a) Faktor - faktor biologis (Syukri, 2002)


1) Waktu paruh biologis
Waktu paruh biologis bertujuan menetapkan tingkatan terapi jangka waktu lama. Waktu paruh
pendek akan mengurangi frekuensi dosis. Obat-obat
dengan waktu paruh panjang lebih dari 8 jam tidak dipakai dalam bentuk
sediaan berkelanjutan karena efeknya sendiri sudah berkelanjutan, seperti
digoksin, warfarin dan fenitoin.
2) Absorbsi
Absorbsi bertujuan untuk memperoleh keadaan dimana rata - rata pelepasan jauh lebih rendah
dibandingkan rata - rata absorbsi.
3) Metabolisme
Obat - obat yaang dimetabolisme sebelum absorbsi baik pada lumen atau
jaringan usus dapat menunjukkan ketersediaan hayati yang menurun.
b) Faktor fisika kimia (Jantzen and Robinson, 1996):
1) Ukuran dosis
2) Kelarutan
Senyawa dengan kelarutan yang sangat rendah (< 0,01 mg/ml) sudah bersifat lepas lambat,
pelepasan obat dari bentuk sediaan dalam cairan gastrointestinal dibatasi oleh kecepatan
disolusinya.
3) Koefisien partisi
Senyawa dengan koefisien partisi yang rendah akan mengalami kesulitan
menembus membran sehingga bioavaibilitasnya rendah.
4) Stabilitas
Obat yang tidak stabil dalam usus halus akan menunjukkan penurunan bioavaibilitas jika
diberikan dalam bentuk sediaan lepas lambat.
Mekanisme Pelepasan Sediaan Lepas Lambat
Difusi

Pada mekanisme ini, obat dapat berdifusi keluar melalui sistem matriks.. Pada sistem reservoir,
inti obat dienkapsulasi dalam membran polimer, sehingga difusi obat melalui membran dapat
dikendalikan kecepatan pelepasannya. Mekanisme pelepasan obat yang terjadi berawal dari
terlarutnya obat di dalam membran dan diikuti oleh difusi dan terlepasnya obat dari permukaan
pada sisi lain dari membran.
Jika polimer tidak larut air, maka kelarutan obat dalam membran merupakan faktor penting yang
mendorong terjadinya difusi melintas membran. Sedangkan jika membran merupakan polimer
larut air, sebagian polimer akan terlarut membentuk saluran-saluran yang merupakan panjang
lintasan difusi yang bersifat konstan.
Disolusi
Obat disalut dalam bahan polimerik dan kecepatan disolusi polimer menentukan kecepatan
pelepasan obat. Sistem ini dapat digunakan untuk menahan pelepasan obat melalui cara yang
berbeda-beda. Salah satunya dengan menempatkan partikel-partikel obat ke dalam penyalut yang
masing-masing memiliki ketebalan yang bervariasi, akibatnya pelepasan obat akan terjasi secara
bertahap. Partikel obat yang memiliki lapisan penyalut yang paling tipis akan memberikan
pelepasan yang segera, sehingga dapat memenuhi konsentrasi obat yang dibutuhkan pada tahap
awal pemberian dosis, sedangkan lapisan penyalut yang lebih tebal akan memenuhi kadar obat
yang dibutuhkan utuk menjaga agar konsentrasi obat tetap konstan di dalam tubuh.
Osmosis
Penempatan membran semipermeabel di sekeliling tablet, partikel atau larutan obat,
menyebabkan adanya pembentukan perbedaan tekanan osmotik antara bagian dalam dan bagian
luar tablet sehingga memompa larutan obat keluar dari tablet melalui celah kecil dan
memberikan sifat pelepasan obat yang diperlama.
Pada sistem ini, membran semipermeabel digunakan untuk mengendalikan kecepatan pelepasan
obat. Kecepatan pelepasan obat dapat konstan selama konsentrasi obat melewati membran juga
tetap.
Swelling
Ketika suatu polimer kontak dengan air, maka terjadi penyerapan air yang menyebabkan polimer
dapat mengembang, sehingga obat yang terdispersi di dalam polimer akan berdifusi keluar.

Akibatnya, pelepasan obat bergantung pada dua proses kecepatan yang simultan yaitu antara
proses berdifusinya air ke dalam polimer dan peregangan rantai polimer.
Proses Erosi
Pada sistem ini, polimer pada matriks akan mengalami erosi atau pengikisan karena terbentuk
ikatan labil akibat reaksi yang terjadi secara hidrolisis maupun enzimatis. Seiring dengan
terkikisnya polimer, maka obat akan dilepaskan ke dalam medium di sekitarnya.

BAB III
PEMBAHASAN
Metode Formulasi Sediaan Lepas Lambat
Dalam penelitian ini dilakukan optimasi dengan model Simplex Lattice Design dengan
keuntungan model optimasi yang relatif sederhana dan rancangan formula yang terarah.
Nantinya diketahui pengaruh campuran Na CMC sebagai matriks dan Avicel PH 102 sebagai
filler terhadap sifat fisik tablet lepas lambat serta didapat proporsi yang optimum pada formula
tablet lepas lambat kaptopril.
Berbagai cara pembuatan dan mekanisme kerja sediaan lepas lambat antara lain:
a. Penyalutan
Penyalutan ini berfungsi mengendalikan ketersediaan bahan aktif dalam bentuk larutan.
Penyalutan serbuk bahan aktif dapat dilakukan dengan metode mikroenkapsulasi (Simon, 2001).
Mikroenkapsulasi adalah suatu proses di mana bahan-bahan padat, cairan bahkan gas pun dapat
dijadikan kapsul (encapsulated) dengan ukuran partikel mikroskopik, dengan membentuk salutan
tipis wall (dinding) sekitar bahan yang akan dijadikan kapsul (Ansel et al., 2005).
b. Sistem matriks
Pencampuran dengan matriks adalah dengan mencampurkan bahan obat yang akan dibuat
sediaan lepas lambat, digabungkan dengan bahan lemak atau bahan selulosa, kemudian diproses
menjadi granul yang dapat dimasukkan dalam kapsul atau ditablet (Shargel et al., 2005).
c. Sistem terkontrol membran atau reservoir
Membran dalam sistem ini berfungsi sebagai pengontrol kecepatan disolusi dari bentuk sediaan.
Agar obat dapat berdifusi kelar maka membran harus bersifat permeable terhadap obat misalnya
dengan hidrasi air di saluran gastrointestinal. Obat yang terlarut dalam komponen membran

seperti plasticizer tidak seperti sistem matriks hidrofil, polimer membran tidak bersifat
mengembang dan tidak mengalami erosi (Collett and Moreton, 2002).
d. Sistem pompa osmotik (osmotic pump)
Pelepasan obat dari sistem pompa osmotik dikontrol oleh suatu membran yang mempunyai satu
lubang (hole). Obat dimasukkan dalam suatu tablet inti yang bersifat larut air dan dapat
melarutkan obat ketika kontak dengan air. Tablet inti disalut dengan suatu membran
semipermiabel (dapat melewati air yang masuk ke dalam tablet inti dan melarutnya). Ketika
tablet inti terlarut maka timbul tekanan hidrostatik dan menekan larutan obat keluar melewati
lubang membran (Collett and Moreton, 2002).
Matriks
Matriks adalah zat pembawa padat yang di dalamnya obat tercampur secara merata (Shargel et
al., 2005). Suatu matriks dapat dibentuk secara sederhana dengan mengempa atau menyatukan
obat dan bahan matriks bersama sama.
Umumnya, obat ada dalam persen yang lebih kecil agar matriks memberikan perlindungan yang
lebih besar terhadap air dan obat berdifusi keluar secara lambat (Sulaiman, 2007). Terdapat 3
golongan bahan penahan yang digunakan untuk formulasi tablet dengan matriks (Lachman et al.,
1994):
a. Matriks tidak larut, inert
Polimer inert yang tidak larut seperti polietilen, polivinil klorida, etil selulosa dan kopolimer
akrilat telah banyak digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan tablet lepas lambat. Tablet
yang dibuat dari bahan ini dirancang untuk tetap utuh dan tidak pecah dalam saluran cerna.
b. Matriks tidak larut tetapi dapat terkikis
Matriks jenis ini mengontrol pelepasan obat melalui difusi pori dan erosi. Bahan-bahan yang
termasuk dalam golongan ini adalah asam stearat, stearil alkohol, malam carnauba, dan polietilen
glikol.
c. Matriks hidrofilik
Polimer hidrofilik selulosa biasanya digunakan sebagai bahan pengisi berdasarkan sistem matriks
yang ditablet. Efektivitas dari system matriks hidrofilik ini didasarkan pada proses hidrasi dari
polimer selulosa; pembentukan gel pada permukaan polimer; erosi tablet; dan pelepasan obat
yang berkesinambungan.

Keuntungan sistem matriks hidrofilik adalah sebagai berikut: sederhana, relatif murah dan aman,
mampu memuat dosis dalam jumlah yang besar (Collett and Moreton, 2002). Matriks yang
sering digunakan dalam sediaan lepas lambat salah satunya Na CMC.
Disolusi
Pelarutan merupakan proses dimana suatu bahan kimia atau obat menjadi terlarut dalam suatu
pelarut. Dalam sistem biologi pelarutan obat dalam media aqueous merupakan suatu bagian
penting sebelum kondisi sistemik. Laju pelarutan obat dengan kelarutan dalam air sangat kecil
dari bentuk sediaan padat yang utuh atau terdisintegrasi dalam saluran cerna sering
mengendalikan laju absorbsi sistemik obat (Shargel et al., 2005).

Gambar 2. Disolusi obat dari suatu padatan matriks (Martin et al., 1993)

Disolusi dikatakan sebagai hilangnya kohesi suatu padatan karena aksi dari cairan yang
menghasilkan suatu dispersi homogen bentuk ion (dispersi molekuler) sedangkan kecepatan
pelarutan atau laju pelarutan adalah kecepatan melarutnya zat kimia atau senyawa obat ke dalam
medium tertentu dari suatu padatan (Wagner, 197; Martin et al., 1993).
Proses disolusi obat dari suatu matrik ditunjukkan pada gambar 2. Secara keseluruhan kecepatan
disolusi dapat digambarkan oleh persamaan Noyes- Whitney yang mirip dengan hukum difusi
Fick (Shargel et al., 2005).
Optimasi Model Simplex Lattice Design
Optimasi adalah suatu metode atau desain eksperimental untuk memudahkan dalam penyusunan
dan interpretesi data secara matematis. Simplex Lattice Design merupakan suatu tehnik untuk

memprediksi profil sifat campuran bahan. Profil tersebut digunakan untuk memprediksi
perbandingan komposisi campuran bahan yang memberikan sifat optimum. Prosedur SLD
meliputi penyiapan variasi kombinasi bahan tambahan yang akan dioptimasi. Hasil kombinasi
formula SLD dapat digunakan untuk menetapkan respon yang optimal dan variasi kombinasi
bahan tambahan, sehingga dapat digunakan untuk memproduksi suatu sediaan yang memenuhi
syarat (Bolton, 1997).
Suatu formula merupakan campuran yang terdiri dari beberapa komponen. Setiap perubahan
fraksi dari salah satu komponen dari campuran akan merubah sedikitnya satu variabel atau bahkan
lebih fraksi komponen lain.

Pemerian Zat Aktif dan Matriks


a) Kaptopril
Kaptopril mengandung tidak kurang dari 97,5% dan tidak lebih dari 102% C9H15NO3S,
dihitung tehadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian serbuk hablur atau hampir putih; bau khas
seperti sulfide. Melebur pada suhu 104 sampai 110. Kelarutan mudah larut dalam air, dalam
metanol, dalam etanol, dan dalam kloroform (Depkes, 1995).
Kaptopril adalah senyawa aktif yang berfungsi sebagai inhibitor Angiotensin Converting Enzyme
(ACE inhibitor) yang banyak digunakan untuk pengobatan gagal jantung dan hipertensi karena
efektif dan toksisitasnya rendah. Kaptopril memiliki waktu paruh yang singkat sehingga cocok
untuk dibuat sediaan tablet lepas lambat. Sekitar 60 75% dari dosis kaptopril diabsorbsi dari
sistem gastrointestinal dan puncak konsentrasi plasma dicapai sampai sekitar 1 jam dengan
waktu paruh 3 jam serta Vd 2 liter/kg dan F 0,65.
Kaptopril mempunyai kelarutan yang baik (mudah larut dalam 250 ml air pada pH 1-8) dan
permeabilitas yang rendah (absorpsinya kurang dari 90 % sehingga termasuk BCS
(Biopharmaceutics Classification System) kelas III (Shargel et al., 2005).
b) Karboksimetilselulosa Natrium (Na CMC)
Karboksimetilselulosa Natrium adalah garam natrium dari
polikarboksimetil eter selulosa, mengandung tidak kurang dari 6,5 % dan tidak
lebih dari 9,5 % natrium (Na) dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
(Depkes, 1995).
Menurut Depkes (1979), dijelaskan Na CMC memiliki pemerian berupa serbuk atau granul
berwarna putih sampai krem. Na CMC merupakan senyawa higroskopis, sehingga mudah larut

dan terdipersi dalam air membentuk larutan koloidal. Na CMC tidak larut dalam etanol, eter
maupun pelarut organik lain.
Dalam aplikasinya di dunia farmasi, sering digunakan untuk bahan
penyalut, agen pensuspensi, stabilisator, bahan pengikat pada tablet, bahan
penghancur pada tablet dan kapsul serta bahan yang mampu meningkatkan
viskositas. Na CMC sering dijadikan pilihan utama untuk formulasi sediaan oral dan sediaan
topikal karena dapat meningkatkan viskositas. Merupakan matriks hidrofilik dimana mekanisme
pelepasan obatnya melalui erosi bentuk gel dan terdisolusi dalam media air serta melalui difusi
melewati lapisan matriks terhidrasi (Collett and Moreton, 2002).
c) Avicel PH 102
Avicel PH 102 merupakan nama dagang dari mikrokristalin selulosa yang memiliki sifat
kompresibilitas yang sangat baik dan merupakan bahan pengisi yang banyak digunakan dalam
kempa langsung. Avicel PH 102 dapat menghasilkan tablet yang cukup keras dengan sedikit
pengempaan. Avicel PH 102 dapat mengalami deformasi plastis pada proses pengempaan
sehingga menjadi lebih sensitif terhadap lubrikan. Tablet yang dihasilkan sifat alirnya cukup
baik, tidak larut dalam air (Sulaiman, 2007).
Avicel berbentuk serbuk kristal berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutannya yaitu tidak larut dalam air, sedikit larut dalam 5 % larutan
hidroksida. Senyawa ini stabil meskipun merupakan bahan yang higroskopis
(Rowe et al., 2006).
Selama pengempaan Avicel diduga menimbulkan perubahan bentuk yang
melepas stress menurut beberapa mekanisme. Proses ini akan menghasilkan tablet yang keras
dengan pengempaan yang rendah. Avicel PH 102 mempunyai ukuran partikel lebih besar dan
berguna untuk meningkatkan sifat alir (Agoes, 2008).

BAB IV
KESIMPULAN
Sustained release merupakan bentuk sediaan yang dirancang untuk melepaskan obatnya ke
dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap sehingga pelepasannya lebih lama dan
memperpanjang aksi obat. Tujuan utama dari sediaan lepas terkendali adalah untuk mencapai
suatu efek terapetik yang diperpanjang disamping memperkecil efek samping yang tidak

diinginkan yang disebabkan oleh fluktuasi kadar obat dalam plasma. Long acting menyatakan
durasi kerja obat yang relatif lama tanpa menjelaskan durasi pelepasan bahan aktif ari bentuk
sediaannya.
Keuntungan sediaan sustained release ini antara lain sediaan tersebut dapat dikonsumsi dengan
tidak begitu sering dibandingkan sediaan yang diformulasikan untuk lepas segera dengan
komposisi obat yang sama dan sediaan ini dapat lebih terjaga secara terus-menerus dalam aliran
darah. Tablet sustained relesase diformulasikan di mana bahan-bahan aktif dilingkupi dengan
lapisan matriks tak larut sehingga proses pelarutan bahan obat terjadi melalui suatu lubang pada
matriks. Pada beberapa formulasi, matriks dibuat mengembang menjadi bentuk gel sehingga obat
terlebih dahulu akan larut pada matriks kemudian keluar melalui lapisan matriks terluar.
Untuk mencapai fungsi pelepasan obat lepas lambat, sediaan sustained release memerlukan
bahan-bahan tambahan sebagai penunjang aksi mekanisnya. Bahan-bahan tersebut antara lain
Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC), Asam Alginat, Carbomer, Polymethacrylates, Hydroxy
Ethyl Celullosa (HEC), Asam Hyaluronat (Hyaluronan), Hidroksipropil Selulosa(HPC), Etil
Selulosa (Ethylcellulose), dan sebagainya.

Daftar Pustaka
1)http://www.scribd.com/document_downloads/direct/54929416
extension=doc&ft=1325411640&lt=1325415250&uahk=OV7mPErdFIC0mFgFGarVtoDnkHg.
2)

Diakses pada I januari 2012 jam 23.00 WIB.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25886/3/Chapter%20II.pdf. Diakses pada 3

januari 2012 jam 21.00 WIB.


3) http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/7206170176.pdf. Diakses pada 4 januari 2012

jam

23.00 WIB.
4) Ansel C Howard, 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Jakarta: UI Press.
5) Welling P.G., 1997. Pharmacokinetics: Processes, Mathematics, and Applications. 2nd
edition,Washington DC. p. 83

Anda mungkin juga menyukai