PRAKTIKUM FITOKIMIA
KROMATOGRAVI CAIR VACUM
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
1. Masliansyah (23175177A)
2. Eka Safitri (23175229A)
3. Linda Yulianti (23175232A)
4. Citra Nurmakruf (23175233A)
5. Carollus A. Rettob (23175234A)
6. Septiana Aulia A (23175238A)
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2019
A. TUJUAN
Mahasiswa mengetahui cara memisahkan senyawa dalam susatu esktrak atau
fraksi menggunakan mentode kromatografi cair vacum.
B. DASAR TEORI
ahli botani Rusia. Nama kromatografi diambil dari bahasa Yunani (chromato =
distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam
(stationary) dan fasa bergerak (mobile). Fasa diam dapat berupa zat padat atau zat cair,
sedangkan fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas (Yazid, 2005).
kromatografi cair vakum (KCV) adalah bentuk kromatografi kolom yang khususnya
berguna untuk fraksinasi kasar yang cepat terhadap suatu ekstrak. Kondisi vakuma
adalah alternatif untuk mempercepat aliran fase gerak dari atas ke bawah. Metode ini
sering digunakan untuk fraksinasi awal dari suatu ekstrak non-polar atau ekstrak
serapan. Bedanya terletak pada adanya isapan pompa vakum di bagian bawah kolom
ini. Alat ini dirancang mengingat pada kromatografi kolom serapan yang
pengerjaannya memakan waktu yang cukup lama. Prinsip pemisahan komponen kimia
berdasarkan adsorpsi dan partisi serta dipercepat dengan isapan pompa vakum.
Seperti halnya kromatografi kolom serapan, senyawa yang akan dipisahkan dilarutkan
dengan pelarut yang cocok kemudian dimasukkan dalam kolom isap, selanjutnya
ditambahkan eluen, eluen yang mengalir turun yang disebabkan oleh isapan pompa
Adsorben yang digunakan sedikit lebih berbeda yaitu 35 gram silica gel 7733 dan 10
Fasa diam yang digunakan dikemas dalam kolom yang digunakan dalam
KCV. Proses penyiapan fasa diam dalam kolom terbagi menjadi dua macam, yaitu
(Sarker , 2006):
a. Cara Basah
fasa diam dalam fase gerak yang akan digunakan. Campuran kemudian
dimasukkan ke dalam kolom dan dibuat merata. Fase gerak dibiarkan mengalir
hingga terbentuk lapisan fase diam yang tetap dan rata, kemudian aliran
dihentikan.
b. Cara kering
Manfaat dari kromatografi ini yaitu menentukan ciri senyawa aktif penyebab
efek racun atau efek yang bermanfaat, yang ditunjukkan oleh ekstrak tumbuhan kasar
bila diuji dengan sistem biologi. Dalam hal ini kita harus memantau cara ekstraksi dan
pemisahan pada setiap tahap, yaitu untuk melacak senyawa aktif tersebut sewaktu
ketidakmantapan senyawa itu, dan akhirnya mungkin saja diperoleh senyawa berupa
kristal tetapi keaktifan seperti yang ditunjukkan oleh ekstrak asal (Harborne, 1987).
C. ALAT DAN BAHAN
Alat : Alat kolom vakum, batang pengaduk, mortir dan stamfer, botol 100 ml, dan kapas.
Bahan : Fraksi herbal ciplukan, n-heksana, etil asetat, silika gel 60 for colom.
D. CARA KERJA
1. Persiapan sampel
3. Persiapan kolom
Pada percobaan ini, digunakan jenis fraksi herba ciplukan (fraksi etil asetat)
dan menggunakan 11 botol untuk tempat fase geraknya. Berat fraksi etil asetat yang
digunakan 0,947 gram. Pada botol 1 yang berisi N-heksan 100% berat subfraksi
sebesar 0,3457 dengan randemen 36.504% ; botol kedua berisi N-heksan : etil asetat (
8 : 2) berat subfraksi sebesar 0,787 gram dengan randemen 8,310 % ; botol ketiga
berisi N-heksan : etil aetat ( 6 : 4) berat subfraksi sebesar 0,1561 gram dengan
randemen 16,483 % ; botol keempat berisi N-heksan : etil asetat ( 4:6) berat subfraksi
sebesar 0,1149 gram dengan randemen 12,133 % ; botol kelima berisi N-heksan : etil
asetat (2:8) berat subfraksi sebesar 0,0362 gram dengan rendemen sebesar 3,822%;
botol keenam berisi etil asetat 100% berat sufraksi sebesar 0,141 gram dengan
randemen 14,889% ; botol ketujuh berisi etil asetat : methanol (8:2) berat subfraksi
sebesar 0,107 gram dengan randemen 11,298% ; botol kedelapan berisi etil asetat :
methanol (6:4) berat subfraksi sebesar 0,089 gram dengan randemen 9,398 % ; botol
kesembilan berisi etil asetat : methanol ( 4:6) berat subfraksi sebesar 0,159 gram
dengan randemen 16,789% ; botol kesepuluh berisi etil asetat : methanol (2:8) berat
subfraksi sebesar 0,096 gram dengan randemen 10,317%; botol kesebelas berisi
methanol 100% berat subfraksi 0,241 gram dengan randemen 25,448 %.
Dengan menggunakan metode kromatografi cair vakum (KCV) dimana
berguna untuk fraksinasi kasar dengan cepat pada herba ciplukan didapat 11 fraksi
dengan konsentrasi yang berbeda dengan organoleptis aroma yang khas, bentuk
subfraksi kering, dan warna yang dihasilkan setiap fraksi berbeda yaitu warna bening ,
orange, kuning , hijau tua, hijau, coklat kekuningan, coklat, coklat orange.
G. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan kami dapat menyimpulkan bahwa ada 11
jenis fraksi yang diperoleh yaitu fraksi pertama berwarna bening dengan
perbandingan 100% n-heksan, fraksi kedua berwarna orange dengan perbandingan
(8:2) n-heksan : etilasetat, fraksi ketiga berwarna kuning dengan perbandingan (6:4)
n-heksan : etilasetat, fraksi keempat berwarna hijau tua dengan perbandingan (4:6) n-
heksan : etilasetat, fraksi kelima berwarna hijau dengan perbandingan n-heksan :
etilasetat (2:8), fraksi keenam berwarna hijau dengan perbandingan etil asetat 100%,
fraksi ketujuh berwarna hijau dengan perbandingan etil asetat : metanol (8:2), fraksi
kedelapan berwarna coklat kekuingan dengan perbandingan etilasetat : metanol (6:4),
fraksi kesembilan berwarna coklat dengan perbandingan etilasetat : metanol (4:6),
fraksi kesepuluh berwarna cokelat kekuningan dengan perbandingan etilasetat :
methanol (2:8) dan fraksi kesebelas berwarna cokat orange dengan perbandingan
metanol 100%.
DAFTAR PUSTAKA
Rusli, R., Hardina, M.P., Muflihah, F. and Rahmadani, A., 2015. Profil kromatografi
senyawa aktif antioksidan dan antibakteri fraksi n-heksana daun Libo (Ficus variegata
Blume). Journal of Tropical Pharmacy and Chemistry, 3(2), pp.124-130.
lampiran 1
LAMPIRAN 2