FARMASETIKA DASAR
LABORATORIUM FARMASETIKA
PROGRAM STUDI FARMASI, DEPARTEMEN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG, JAWA TENGAH
2020
LABORATORIUM FARMASETIKA
PERCOBAAN KAPSUL
TANGGAL PRAKTIKUM :
I. TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui dan membuat sediaan kapsul
Kapsul adalah bentuk sediaan padat yang terbungkus dalam suatu cangkang
keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi
dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Syamsuni, 2006).
Pada umumnya kapsul terbuat dari gelatin yang mudah larut dalam lambung,
tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Gelatin terbuat dari
tulang sapi, kulit sapi, kulit babi dan kulit ikan (Anief, 2015).
Kapsul banyak digunakan dalam pemakaian obat dalam karena kapsul dapat
menutupi rasa dan bau yang tidak enak pada saat diminum (Syamsuni, 2006).
1. Tidak bisa untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori kapsul
tidak bisa menahan penguapan
2. Tidak bisa untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab)
3. Tidak bisa untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul
4. Tidak bisa untuk balita
5. Tidak bisa dibagi-bagi (misal setengah kapsul)
(Syamsuni, 2006)
2.5 Faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan pulveres dalam kapsul
Faktor-faktor yang harus diperhatikan :
1. Serbuk yang mempunyai bobot jenis yang ringan (voluminous) atau
berbentuk kristal harus digerus lebih dahulu sebelum dimasukkan ke
dalam kapsul. Misalnya garam kina, Na-salisilat, dan amidozon.
2. Serbuk yang mudah mencair seperti KI, NaI, NaNO2 akan merusak
dinding kapsul sehingga mudah rapuh karena bahan obat tersebut
bersifat higroskopis, yaitu menyerap air dari cangkang kapsul. Untuk
itu dapat diatasi dengan menambahkan bahan inert misalnya laktosa,
amilum.
3. Campuran bahan yang mempunyai titik lebur lebih rendah dari titik
lebur masing-masing bahan obat (titik eutektikum) seperti campuran
asetosal dengan aspirin/heksamin campuran kamfer dengan
salol/mentol/timol sehingga kapsul akan menjadi lembek bahkan
dapat lengket satu sama lain. Hal ini dapat diatasi dengan
menambahkan bahan yang inert, atau masing-masing bahan
dimasukkan dalam kapsul kecil, kemudian keduanya dimasukkan ke
dalam kapsul yang lebih besar.
4. Bahan cairan kental dalam jumlah sedikit dapat dikeringkan dengan
menambah bahan inert, baru kemudian dimasukkan ke dalam kapsul.
Akan tetapi, jika bahan tersebut jumlahnya besar atau banyak maka
harus dibuat menjadi massa pil lebih dahulu, baru kemudian
dimasukkan ke dalam kapsul.
5. Untuk minyak lemak, dapat langsung dimasukkan ke dalam kapsul
kemudian ditutup. Akan tetapi, minyak yang mudah menguap (minyak
atsiri), air, kreosot, dan alcohol akan merusak dinding kapsul. Hal ini
dapat diatasi dengan mengencerkan terlebih dahulu dengan minyak
lemak sampai kadarnya di bawah 40% sebelum dimasukkan ke dalam
kapsul.
(Syamsuni, 2006)
m.f.pulv.dtd.da.in.caps.No.X
s.t.d.d.I.caps Signatura
Keterangan :
R/ Amoxycillin mg 300
Paracetamol mg 300
Luminal mg 5
m.f.pulv.dtd.da.in.caps.No.X
s.t.d.d.I.caps
Cap Apotek
Apotek “LAL MEDIKA”
Jl. Banjarsari No. 12, Semarang
Telp. (021)1245901
Merilla Andini, S,Farm.,Apt
SIPA : 2019/3002/2020.12.5
SALINAN RESEP
No : 01 Tgl : 20 Januari 2018
Dari dokter : dr. Nanang , Sp.A Tgl : 15 Januari 2018
Untuk : Ana
Umur : 12 tahun
R/ Amoxycillin mg 300
Paracetamol mg 300
Luminal mg 5
Mf.pulv.d.t.d.da.in.caps.No.X
S.t.d.d.I.Caps
Det
7.1 Penimbangan
1 tablet Amoxycillin
1 tablet Paracetamol
1 tablet Luminal
Hasil
-dicampur
-dihomogenkan
Serbuk
Kapsul
-disiapkan kapsul sejumlah 12 buah
-dibuka cangkang kapsul
-dimasukan serbuk
-ditutup dengan penutup cangkang
-dibersihkan kapsul dengan kasa steril
-dimasukkan kedalam plasstik, diberi etiket
Hasil
VIII. KHASIAT
8.1 khasiat per bahan
8.1.1 Amoxycillin
Infeksi saluran pernafasan, infeksi kulit dan jaringan lunak, saluran
genitourinary, gonore.
(ISO Vol.52 hal 80)
8.1.2 Paracetamol
Meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit gigi, dan
menurunkan demam.
(ISO Vol.52 hal 31)
8.1.3 Luminal
Meringankan epilepsy, hipnotik, dan sedatif.
(FI ed III)
8.2 Tujuan pengobatan
Untuk meringankan infeksi saluran pernafasan, menurunkan demam dan
meringankan sakit kepala, dan meringankan epilepis, hipnotik, dan sedatif.
IX. ETIKET
9.1 Etiket
X. PEMERIAN BAHAN
10.1 Amoxillin
(FI ed III)
10.2 Paracetamol
(FI ed III)
10.3 Luminal
Serbuk hablur atau hablur kecil, putih berkilat, tidak berbau, tidak berasa, dapat
terjadi polimorfisme, stabil diudara, ph larutan jenuh lebih kurang 5.
(FI ed III)
XI. PEMBAHASAN
Praktikum yang dilakukan berjudul “Kapsul” dilaksanakan secara online pada hari
selasa, 31 Maret 2020 pada pukul 13.00-16.00. tujuan dari praktikum ini adalah agar
mahasiswa dapat mengetahui dan membuaat sediaan kapsul dengan baik dan benar.
Pada praktikum kali ini resep yang diberikan memiliki beberapa kekurangan
diantaranya yaitu pada bagian subscriptio berupa tanda tangan/paraf dokter tidak ada,
bagian inscriptio tidak tertera nomer telepon, dan lain-lain. Menurut Syamsuni (2007),
resep yang lengkap harus memuat tanda tangan/paraf dokter, dan penulisan resep
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pada percoaan ini digunakan alat berupa mortir, lap, neraca dua lengan, anak
timbangan, sudip, kain kasa. Sedangkan bahan yang dibutuhkan yaitu Amoxycillin,
Paracetamol, Luminal, kertas perkamen, plastik klip, dan etiket. Jadi yang pertama
dilakukan yaitu menghitung penimbangan jumlah tablet yang digunakan pada masing-
masing obat dengan menggunakan persamaan bobot tablet yang dibutuhkan dibagi zat
aktif dari obat dan dikali jumlah obat kapsul yang akan dibuat yaitu 6. Didapatkan
hasil yang dibutuhkan yaitu Amoxycillin 3,6 tablet dan dibulatkan menjadi 4 tablet,
Paracetamol 3,6 tablet dan dibulatkan menjadi 4 tablet, serta Luminal sebanyak 1
tablet. kemudian dihitung penimbangan bobot jumlah pada masing-masing obat
dengan menggunakan persamaan bobot 1 tablet dikali jumlah tablet yang digunakan
masing-masing obat. Didapatkan bobot total Amoxycillin, Paracetamol, dan Luminal
berturut-turut adalah 2.832,8 mg, 2.535,6 mg, dan 177,2 mg. Selanjutnya dihitung
penimbangan bobot tiap kapsul. Sebelum dihitung tentukan cangkang kapsul yang
akan digunakan, pada percobaan kali ini seharusnya digunakan ukuran cangkang
kapsul 000 karena memiliki kapasitas 1000 mg. Namun karena ketersediaan di lab
hanya ada ukuran kapsul 00 maka menggunakan kapasitas kapsul ukuran 00 dengan
kapasitas maksimum 600 mg, sehingga jumlah kapsul yang akan dibuat menjadi 12
kapsul atau 2 kalinya dari jumlah sebelumnya. Perhitungan bobot rata-rata satu kapsul
yaitu dengan persamaan bobot total bahan dibagi jumlah sediaan, dan diperoleh hasil
sebanyak 462,13 mg. Menurut Anief (2015) jika sudah melebihi bobot ideal (500 mg)
maka tidak diperlukan zat tambahan (saccharum lactis). Karena bobot yang dihasilkan
kurang dari 500 mg maka diberikan saccharum lactis dengan persamaan 600 mg
(kapasitas maksimum kapsul ukuran 00) dikurangin bobot satu kapsul yang sudah
didapatkan, sehingga diperoleh bobot saccharum lactis satu kapsul sebanyak 137,87
mg. Karena kapsul yang digunakan sebanyak 12, maka saccharum lactis tiap satu
kapsul dikali 12 dan diperoleh sebanyak 1.654,44 mg total bobot saccharum lactis
yang diperlukan. Menurut Depkes RI (1979), penambahan saccharum lactis pada
percobaan ini bertujuan untuk memenuhi berat ideal pulveres 500 mg/bungkus dan
menutupi rasa pahit dari bahan obat.
Menurut Ansel (1989), menyertakan timbangan bertujuan untuk mendapatkan
bobot bahan yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Setelah menyertakan timbangan
dapat dilakukan perhitungan penimbangan bahan baku obat sesuai dengan keinginan
dan kebutuhan dari resep tersebut.
Setelah semuanya ditimbang dan dihitung kemudian campurkan satu persatu,
sedikit demi sedikit dengan cara digerus dalam mortir dengan dimulai dari obat yang
memiliki bobot paling kecil. Menurut Depkes RI (1979), hal tersebut bertujuan agar
tidak ada bagian yang menempel di mortir terutama serbuk-serbuk halus berkhasiat
keras dalam jumlah kecil. Masukkan 1 tablet luminal dengan bobot 177,2 mg ke dalam
mortir, dan digerus halus hingga homogen, masukkan 4 tablet paracetamol dengan
bobot 633,9 mgke dalam mortir, digerus halus hingga homogen, selanjutnya
masukkan 4 tablet Amoxycillin dengan bobot 708,2 mg ke dalam mortir, digerus
hingga halus dan homogen. Serbuk yang telah homogen tersebut dikeluarkan dari
mortir sampai tidak bersisa dengan sudip dan ditampung dikertas perkamen.
Sebelumnya kertas perkamen yang dibutuhkan sudah tertata rapi. Kemudian bagi obat
di atas kertas perkamen hingga terbagi sama rata dengan pandangan mata. Setelah
terbagi sama banyak dan sama rata, selanjutnya siapkan kapsul dengan jumlah 12.
Kemudian cangkang kapsul dibuka, dan dipisahkan antara wadah dan penutup
cangkang. Serbuk dimasukkan ke dalam cangkang dengan cara di dorong kearah
serbuk dan ditekan-tekan hingga semua serbuk masuk ke dalam cangkang. Kemudian
wadah cangkang ditutup dengan tutup cangkang hingga rapat dan diratakan isinya
dengan cara digoyang-goyang. Menurut Murtini (2016), penutupan kapsul yang berisi
serbuk dapat dilakukan dengan cara biasa, yaitu menutupkan bagian tutup kedalam
badan kapsul tanpa penambahan bahan perekat. Kapsul dibersihkan dengan kasa steril
dengan cara diletakan diantara kedua sisi kasa kemudian digosok-gosok agar tidak ada
serbuk yang menempel dibagian luar kapsul. Menurut Syamsuni (2006)
Membersihkan cangkang kapsul dapat dilakukan dengan cara meletakkan kapsul
diantara sepotong kain (linen, wool) kemudian digosok-gosokkan. Kapsul yang sudah
bersih dimasukan ke dalam plastik klip atau plastik kemasan dan diberi etiket.
Menurut Syamsuni (2007) penyerahan obat dan perbekalan Kesehatan di bidang
farmasi atas dasar resep harus dilengkapi dengan etiket warna putih untuk obat dalam.
Sedangkan, warna biru untuk obat luar. Pada percobaan ini dilakukan untuk
pemakaian obat dalam maka digunakan etiket berwarna putih. Menurut Agustina
(2013) obat-obat yang termasuk obat keras seperti antibiotik, psikotropik, dan narkotik
harus diberi tambahan etiket tidak boleh diulang tanpa resep dokter karena berbahaya
apabila digunakan tanpa petunjuk dokter.
Pada percobaan ini, obat ditujukan kepada anak berumur 12 tahun berbentuk
kapsul. Menurut syamsuni (2006) Cangkang kapsul memiliki kelebihan yaitu tidak
berasa sehingga dapat menutupi obat yang berasa dan berbau tidak enak. Mudah
ditelan dan cepat hancur atau larut dalam perut sehingga obat cepat di absorpsi. Dokter
dapat mengombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang berbeda beda sesuai
kebutuhan pasien.
Sediaan bahan dibuat terdiri dari Amoxycillin yang berfungsi sebagai meredakan
infeksi saluran pernafasan, infeksi kulit dan jaringan lunak, saluran genitourinary,
gonore. Bahan kedua yaitu Paracetamol yang berfungsi untuk meringankan rasa sakit
pada keadaan sakit kepala, sakit gigi, dan menurunkan demam. Bahan yang ketiga
yaitu Luminal yang berfungsi untuk meringankan epilepsi, hipnotik, dan sedatif.
Campuran dari ketiga bahan ini berfungsi untuk meringankan infeksi saluran
pernafasan, menurunkan demam dan meringankan sakit kepala, dan meringankan
epilepis, hipnotik, dan sedatif.
Cara pemakaian dari obat ini yang sesuai dengan resep yaitu diminum tiga kali
sehari 2 kapsul sesudah makan, dan harus dihabiskan. Etiket yang digunakan pada
resep ini adalah etiket berwarna putih karena jenis kapsul obat minum atau obat dalam.
Kapsul adalah bentuk sediaan padat yang terbungkus dalam suatu cangkang keras
atau lunak yang dapat larut, yang biasanya mengandung satu atau lebih bahan obat dan
bahan inert lainnya. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat
dari pati atau bahan lain yang sesuai. Pada praktikum kali ini digunakan Amoxycillin
sebanyak 4 tablet, Paracetamol 4 tablet, dan Luminal 1 tablet yang tujuan
pengobatannya meringankan infeksi saluran pernafasan, menurunkan demam dan
meringankan sakit kepala, dan meringankan epilepis, hipnotik, dan sedatif. Cara
penggunaan kapsul dengan cara oral yaitu melalui mulut. Obat dalam bentuk sediaan
kapsul ini dibuat agar dapat menutupi obat yang berasa dan berbau tidak enak karena
kapsul tidak berasa. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam perut sehingga
obat cepat di absorpsi.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi keempat. Jakarta. UI Press.
Ansel, H. C., 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Ibrahim, F.,
Edisi IV, 605-619, Jakarta, UI Press.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi ke III. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2016. Informasi Spesialite Obat Vol 52. Jakarta : PT.ISFI.
Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Ilmu Farmasi. Jakarta: Kedokteran EGC.
Praktikan
Merilla Andini
NIM. 22010319140082