ANALISIS ASPIRIN
Asam asetil salisilat (aspirin) memiki rumus molekul C9H8O4, dengan berat
molekul 180,16. Aspirin berbentuk hablur putih, umumnya seperti jarum atau
lempengan tersusun, atau serbuk hablur putih, tidak barbau atau barbau lemah. Stabil
diudara kering, didalam udara lembab secara bertahap terhidrolisa menjadi asam
salisilat dan asam asetat. Aspirin sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, larut
dalam kloroform, dan dalam eter, agak sukar larut dalam eter mutlak (Ditjen POM,
1995). Struktur aspirin adalah sebagai berikut :
Aspirin merupakan senyawa ester fenil yang tersubstitusi. Sebagaimana
bentuk ester aromatik pada umumnya, aspirin mempunyai gugus rawan yang sangat
peka dengan kata lain aspirin relatif tidak stabil terhadap pengaruh hidrolisis terhasifis
asam spesifik dan basa spesifik. Ditambah bentuk kurva yang sigmoid sebagai hasil
hidrolisis antar aspirin. (Gisvold, Wilson. 1982).
Pada pembuatan aspirin, reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi. Ester
merupakan turunan asam karboksilat yang gugus –OH dari karboksilnya diganti
dengan gugus –OR dari alkohol. Ester dapat dibuat dari asam dengan alkohol, atau
dari anhidrida asam dengan alkohol. Suatu ester asam karboksilat ialah suatu senyawa
yang mengandung gugus –CO2R dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril.
Alkohol dengan asam karboksilat dan turunan asam karboksilat membentuk ester
asam karboksilat. Reaksi ini disebut reaksi esterifikasi (Fessenden & Fessenden,
1986).
Rekristalisasi adalah pemisahan bahan padat berbentuk kristalin. Untuk
memurnikan senyawa tersebut perlu dilakukan rekristalisasi. Untuk merekristalisasi
suatu senyawa kita harus memilih pelarut yang cocok dengan senyawa tersebut.
Setelah senyawa tersebut dilarutkan ke dalam pelarut yang sesuai kemudian
dipanaskan(refluks) sampai semua senyawanya larut sempurna. Salah satu factor
penentu keberhasilan proses kristalisasi dan rekristalisasi adalah pemilihan zat pelarut
(Austin, 1984).
C. Alat dan Bahan
1. Alat:
a. Gelas beker
b. Corong
c. Pengaduk kaca
d. Labu ukur
e. Pipet tetes
f. Botol kaca
g. Vial
h. Filter penyuntik
2. Bahan:
a. Sampel aspirin 10 mg
b. Metanolair
D. Cara Kerja
1. Analisis Aspirin
2. Uji UV-Vis
Grafik HPLC
Analisis dengan HPLC:
y = 554,62 x + 31,946
4293 = 554,62 x + 31,946
4261,054 = 554,62 x
x = 7,68 ppm
Kinerja HPLC
Parameter Aspirin
Resolusi
3,3 x 10 -4
Jumlah plat
1,466 x 10 -4
Tinggi plat (mm)
1,023 x 106
Factor selektivitas -
8,152 ppm8
N9h
LoD (ppm)
LoQ (ppm)
Faktor kapasitas
Jumlah 6815390,668
√ √ √
D. Pembahasan
Aspirin merupakan obat anti inflamasi non steroid yang mempunyai efek analgesik,
antipiretik, anti inflamasi, anti trombotik, dan urikosurik. Aspirin sedikit larut dalam air,
namun larut dalam alkohol, eter, kloroform, dan gliserin. Pada praktikum dimulai dengan
proses rekristalisasi. Dalam proses ini menggunakan benzena panas. Dalam memilih
pelarut tersebut dikarenakan memiliki sifat yang sama yaitu bersifat non polar. Reaksi
yang terjadi dalam praktikum ini yaitu:
C9H8O4 (aq) + C6H6 (aq) → C15H6 (aq) + 4H2O (l)
Setelah dilarutkan, larutan akan dimasukkan ke dalam labu ukur dan ditutup agar
tidak menguap. Karakterisasi yang pertama adalah karakterisasi menggunakan UV-Vis.
Sampel akan diletakkan dalam tabung kemudian dimasukkan dalam UV-Vis untuk
diproses. Hasil analisis yang tertuang dalam bentuk excel kemudian dibuat kurva kalibrasi
antara absorbansi dan panjang gelombang. Dari grafik didapatkan panjang gelombang
minimum yaitu 284 nm dengan absorbansi 0,919.
Karakterisasi kedua dengan menggunakan metode HPLC. Sebelum dianalisis, larutan
disaring dengan filter untuk menghasilkan partikel dengan ukuran kecil. Hal ini bertujuan
agar saat dianalisis dengan HPLC akan mudah dan mendapatkan hasil yang tepat.
Berdasarkan grafik yang diperoleh dari konsentrasi vs luas area maka didapat
persamaan: y= 554,62 x + 31,946 dengan linearitas 0,9998. Dari persamaan tersebut,
maka dapat dicari konsentrasi dari aspirin hasil sintesis sebesar 45,48 ppm dan 7,68 ppm.
Waktu retensi yang diperoleh dari metode HPLC ini adalah sebesar 8,068 dan 12,998
dengan resolusi sebesar 3,3 x 10-4. Jumlah Plat (N) yang diperoleh sebesar 1,466 x 10-4 dan
tinggi plat sebesar 1,023 x 106 mm dengan faktor kapasitas sebesar 0,611.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari praktikum kali ini adalah
1. Rekristalisasi adalah pemisahan bahan padat berbentuk kristalin. Untuk memurnikan
senyawa tersebut perlu dilakukan rekristalisasi. Untuk merekristalisasi suatu senyawa
kita harus memilih pelarut yang cocok dengan senyawa tersebut. Setelah senyawa
tersebut dilarutkan ke dalam pelarut yang sesuai kemudian dipanaskan(refluks)
sampai semua senyawanya larut sempurna.
2. Waktu retensi yang diperoleh dari metode HPLC ini adalah sebesar 8,068 dan 12,998
dengan resolusi sebesar 3,3 x 10-4. Jumlah Plat (N) yang diperoleh sebesar 1,466 x 10-
4
dan tinggi plat sebesar 1,023 x 106 mm dengan faktor kapasitas sebesar 0,611.
Saran
Sebaiknya saat praktikum, mahasiswa memahami dan mengikuti cara kerja seluruh
praktikum agar larutan yang dibuat sesuai dengan buku panduan.
Daftar Pustaka
Baysinger, Grace.Et all. 2004. CRC Handbook Of Chemistry and Physics. 85th ed.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen. Kesehatan RI. Hal.
1112-1116.
Fessenden & Fessenden. 1986. Kimia Organik Jilid 2 Edisi 3. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Wilson, O.C., dan Gisvold, O. 1982. Buku Teks Wilson – Kimia. Farmasi dan Medisinal
Organik Edisi VIII. Semarang: IKIP Semarang. Press
Austin. Gorge T. 1984. Shereve’s Chemical Process Industries. 5th ed. McGra- Hill Book Co:
Singapura
Lampiran
Mengetahui, Semarang, 24 Maret 2022
Dosen Pengampu Praktikan
…………………………………. Natasya Margaretha ST
NIP. NIM.4301420087