Anda di halaman 1dari 25

EKSTRAK BATANG SERAI

1. Dea Sisilia Rahayu (1041411047)


2. Desy Nurul Ardianti (1041411050)
3. Dian Shara Silvia Sari (1041411053)
4. Novita Suparyanti (1041411112)
5. Avianti Burhan Saputri (1041511196)
LATAR BELAKANG
Sereh (Cymbopogon nardus L) merupakan tanaman yang
cukup melimpah di Indonesia. Sereh mengandung saponin,
flavonoid, polifenol, alkaloid, dan minyak atsiri. Saponin merupakan
kelompok glikosida yang tersusun oleh aglikon bukan gula yang
berikatan dengan rantai gula. Sifat antimikroba dari senyawa
saponin disebabkan oleh kemampuan senyawa tersebut berinteraksi
dengan sterol pada membran sehingga menyebabkan kebocoran
protein dan enzim‐enzim tertentu.   Flavonoid terdiri dari flavon,
flavonon, isoflavon, antosianin, dan leukoantosianidin. Senyawa ini
berfungsi sebagai antioksidan dan antimikroba. Antioksidan
flavonoid dapat mencegah oksidasi lipid dengan mengikat
(mengkhelat) logam‐logam yang bersifat prooksidan. Senyawa
flavonoid lipofilik memiliki aktivitas antimikroba karena memiliki
kemampuan penetrasi dalam membran sel.
SKEMA KERJA
Ekstraksi Metode Remaserasi

Ditimbang serbuk simplisia sebanyak 250 g, dimasukkan toples

Diekstraksi dengan pelarut etanol 96%

Direndam selama 3 hari, pada 6 jam pertama setiap 15 menit di aduk

Diganti cairan penyari pada hari ke-2 dan ekstrak disimpan dalam erlenmeyer

Disaring kembali ekstrak dan campurkan hasil pada erlenmeyer yang sama

Dipindahkan dalam cawan porselen kemudian ekstrak dipekatkan


UJI BEBAS ETANOL
a. Uji estenfikasi
Ekstrak batang serai ditambah larutan asam asetat dan asam sulfat

Dipanaskan.
(hasil positif berbau ester pisang)

b. Uji reaksi warna


Ekstrak batang serai ditambah larutan asam sulfanilat, HCl,
NaNO2, dan NaOH

Dipanaskan.
(hasil positif warna merah framboze)
Uji Susut Pengeringan
Ditimbang 0,5 g ekstrak dalam kurs yang sudah dikonstankan

Dipanaskan dalam oven dengan suhu 105 0C selama 30 menit sampai bobot konstan

Uji Kadar Abu


Ditimbang 0,5 g ekstrak dalam kurs yang sudah dikonstankan

Dipanaskan dalam muffle furnace dengan suhu 600 0C selama 3 jam

Ditimbang sampai bobot konstan


KADAR ABU TIDAK LARUT ASAM

 Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu


ditambah dengan 25ml asam sulfat encer

 Disaring bagian yang tidak larut dalam asam dengan


kertas whatman, dicuci dan dipijarkan

 Ditimbang sampai bobot


konstan
Uji Kromatografi Lapis Tipis

Dilarutkan sedikit ekstrak dalam etanol

Ditotolkan pada lempeng KLT GF 254 nm

Dielusi dengan campuran eluen Toluen dan Etil Asetat (8:1)


yang telah dijenuhkan sampai batas elusi

Diamati pada lampu UV 254 nm

Disemprot dengan penampak bercak vanilin-H2SO4

Dihitung Rf dan HRf nya


Uji Angka Lempeng Total

Ditimbang 1 g ekstrak dimasukkan dalam 9 ml NaCl steril sebagai pengenceran 10 -1

Dilanjutkan seri pengenceran sampai 10-6

Masing-masing pengenceran diambil 1 ml dimasukkan dalam media PCA

Diinokulasi pada media tersebut dengan teknik pour plate

Diinkubasi selama 1 hari pada suhu 30 0C


Uji Angka Kapang Khamir

Ditimbang 1 g ekstrak dimasukkan dalam 9 ml NaCl steril sebagai pengenceran 10 -1

Dilanjutkan seri pengenceran sampai 10-4

Masing-masing pengenceran diambil 1 ml dimasukkan dalam media PDA

Diinokulasi pada media tersebut dengan teknik pour plate

Diinkubasi selama 5 hari pada suhu ruang


RENDEMEN

Cawan + isi = 205,780 g


Cawan kosong = 153, 552 g
52, 228 g

% Rendemen= Berat Ekstrak


Berat Simplisia x 100%
= 52, 228 g
252, 681 g
x 100%
= 20, 669 %
Jadi rendemen ekstrak daun ketela adalah 20, 669%
SUSUT PENGERINGAN
Kurs Kurs + ekstrak Kurs kosong (g) Ekstrak (g)
(g)
Sebelum dioven 23,0457 22,5113 0,5344
Setelah dioven 23,0257 22,5113 0,5144

Susut Pengeringan = Berat ekstrak – Berat Abu Konstan


x 100%
Berat ekstrak
= 0,5344 g – 0,5144 g
x 100%
0,5344 g
= 3,74 %
KADAR ABU

Kurs Kurs + ekstrak Kurs kosong (g) Ekstrak (g)


(g)
Sebelum dimafel 22,0609 21,5450 0,5159
Setelah dimafel 21,5703 21,5450 0,0253

kurs + ekstrak = 22,0609 g


berat ekstak = 0,5159 g
PERSEN ABU
Kadar Abu = Berat Abu setelah dipijar
x 100%
Berat ekstrak sebelum dipijar
= 0,0253 g
1,5159g
x 100%
= 4,90 %
Jadi kadar abu ekstrak daun ketela adalah 4,90 %
KADAR ABU TIDAK LARUT ASAM

Ket. kurs+abu (g) Kurs (g) Abu (g)

ekstrak 22,0609 21,5392 0,5217

Abu lart. asam 30,4820 30,4647 0,0173

Kurs + Zat = 22,0609 g


Zat = 0,5159 g
KADAR ABU TIDAK LARUT ASAM

Kadar abu tidak larut asam = Berat Abu Konstan


x 100%
Berat Zat
= 0,0173 g
x 100%
0,5217 g
= 3,32 %
Jadi kadar abu tidak larut asam ekstrak daun kettela adalah 3,32%.
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
UV 254 nm
Rf dan HRf sampel
- Coklat merah
Rf 1 = 3,8 / 8 = 0,47 HRf = 47
Rf 2 = 4,3 / 8 = 0,54 HRf = 54
Rf 3 = 5,9 / 8 = ,74 HRf = 74
-Hijau
Rf 4 = 3,5 / 8 = 0,44 HRf = 44
Rf 5 = 4,5 / 8 = 0,56 HRf = 56
Rf 6 = 6,2 / 8 = 0,78 HRf = 78
Rf 7 = 6,6 / 8 = 0,82 HRf = 82
NO 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 CFU

1 TBUD 80 1 - - -

ANGKA LEMPENG TOTAL


NO 10-1 10-2 10-3 10-4 CFU

1 19 10 7 1 1,9 x 10 2

ANGKA KAPANG KHAMIR


PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini digunakan sampel batang serai. Batang
serai ditimbang dan diekstraksi dengan metode Remaserasi
menggunakan cairan penyari etanol 96%. Remaserasi dilakukan
selama 3 hari dimana pada hari ke-2 dilakukan penggantian
cairan penyari, perlu dilakukan pengadukan pada 6 jam pertama
tiap 15 menit untuk meratakan konsentrasi larutan diluar butir
serbuk simplisia sehingga tetap terjaga keseimbangan
konsentrasi larutan diluar dan didalam sel. Digunakan cairan
penyari etanol karena etanol bersifat universal sehingga
diharapkan senyawa yang terkandung didalam simplisia dapat
larut. Ekstrak yang dihasilkan kemudian diuapkan diatas
waterbath untuk menghilangkan etanol sehingga didapatkan
ekstrak kental dengan rendemen 20,699%. Kemudian dilakukan
proses standarisasi mutu ekstrak antara lain :
PARAMETER UJI MUTU NON SPESIFIK
1. Susut Pengeringan
Merupakan presentase senyawa yang hilang selama
proses pemanasan. Tujuan dari uji ini adalah untuk
memberikan batasan maksimal besarnya senyawa yang
hilang pada proses pengeringan. Berdasarkan
percobaan susut pengeringan ekstrak batang serai
adalah 3,74% sehingga memenuhi persyaratan kurang
dari 10 %.
2. Uji Kadar Abu dan Abu Tidak Larut Asam
Tujuan dari parameter ini adalah untuk memberikan gambaran
kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari
proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Pengujian dimulai
dengan memanaskan sampel dalam tanur (muffle furnace) pada
suhu 600 selama 3 jam abu yang dihasilkan kemudian ditimbang
hingga bobot konstan. Berdasarkan pengujian kadar abu ekstrak
daun serai adalah 4,90% sehingga memenuhi persyaratan sesuai
MMI jilid V yaitu sebesar tidak lebih dari 9,5 %. Dari uji kadar
abu dilanjutkan dengan kadar abu tidak larut asam. Berdasarkan
pengujian kadar abu tidak larut asam adalah 3,32% sehingga
tidak memenuhi persyaratan MMI Jilid V yaitu sebesar 2 %.
UJI BEBAS ETANOL
  Uji bebas etanol ekstrak maserasi dilakukan dengan
cara esterifikasi etanol dimana ekstrak batang serai
ditambahkan asam asetat dan asam sulfat pekat
kemudian dipanaskan, bila tidak ada bau ester berarti
pada ekstrak sudah tidak terdapat etanol (Anonim 1987).
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah masih ada
kandunga etanol dalam ekstrak.
Dalam uji bebas etanol didapat hasil ekstrak batang
serai tidak berbau ester pisang dan tidak berwarna merah
framboze atau coklat sehingga dapat disimpulkan bahwa
ekstrak batang serai sudah tidak mengandung etanol.
PARAMETER UJI MUTU SPESIFIK
1. Uji Organoleptis
Bau: khas aromatik ekstrak
Warna : hijau kehitaman
Bentuk : ekstrak kering

2. Uji ini Kromatografi Lapis Tipis.


Metode ini dipilih karena dalam pengerjaan memerlukan waktu
yang singkat dan jumlah cuplikan yang digunakan juga sangat
sedikit. Berdasarkan hasil percobaan sampel ekstrak batang serai
yang ditotolkan pada lempeng silika gell dan dielusi terbentuk
noda berwarna coklat merah dan hijau, setelah dilihat dibawah
UV 254nm. Bercak warna coklat merah tersebut menunjukan
bahwa didalam sampel mengandung senyawa sitral.
UJI CEMARAN MIKROBA
Dilakukan uji ALT dan AKK. ALT merupakan uji untuk
mengetahui adanya kontaminasi bakteri sedangkan AKK
merupakan uji untuk mengetahui adanya kontaminasi kapang
dan khamir. Pada uji ALT sampel diencerkan dengan NaCl
steril hingga pengenceran 10 -6 dan AKK hingga 10 -4.
Berdasarkan pengujian ALT ekstrak batang serai tidak
memenuhi persyaratan SPC (Standart Plate Count ) yaitu
TBUD.Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain : proses penanaman yang kurang aseptis, penyimpanan
ekstrak yang kurang baik. Sehingga untuk mengatasi masalah
tersebut dapat ditambahkan bahan pengawet contohnya
nipagin pada ekstrak untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme. Sedangkan untuk AKK didapat hasil 1,9 x
10 2 CFU.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai