Anda di halaman 1dari 2

Nama : Avianti Burhan Saputri

NIM : 1041511196

Aktivitas Antidiabetika Ekstrak Etanol Herba Sambiloto

(Andrographis paniculata Nees (Acanthaceae))

1. Pendahuluan
Herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees, Acanthaceae) merupakan salah satu
bahan obat tradisional yang paling banyak dipakai di Indonesia. Adanya efek antidiabetes
dari herba sambiloto telah ditunjukkan baik pada kelinci maupun penderita diabetes.
Namun demikian, baik ekstrak segar maupun ekstrak keringnya mempunyai efek yang
kurang menguntungkan, yaitu menunjukkan daya inhibisi terhadap respirasi jaringan. Pada
pengujian dengan menggunakan uji toleransi glukosa, komponen non-polar dari herba
sambiloto tidak menunjukkan adanya aktivitas sebagai penurun gula darah. Efek sebagai
penurun gula darah ditunjukkan oleh komponen polar, yaitu ekstrak etanol yang diperoleh
dari serbuk yang telah diekstraksi secara berturut-turut dengan heksana dan etilasetat.
2. Metode
2.1 Ekstraksi dan penyiapan bahan uji
Pada percobaan sebelumnya serbuk simplisia diekstraksi secara berturut-turut secara
sinambung menggunakan alat Soxhlet dengan pelarut heksana, etilasetat dan etanol. Dalam
percobaan ini, serbuk diekstraksi langsung dengan cara perkolasi menggunakan etanol 95%
dan ekstrak yang diperoleh dipekatkan pada tekanan diperendah pada suhu tidak lebih dari
60o C menggunakan alat penguap putar (rotary evaporator). Bahan uji dibuat dengan
mensuspensikan ekstrak kental dalam larutan tragakan 1% dalam air.
2.2 Uji toleransi glukosa
Pengujian toleransi glukosa ini dilakukan menurut metode Varley & Gowenblock8,10).
Tiap kelompok uji terdiri dari 3 (tiga) ekor tikus jantan (Wistar, Biofarma Bandung) dan
secara keseluruhan terdiri dari lima kelompok, yaitu: kelompok kontrol (hanya diberi
tragakan 1%), kelompok dosis 0,5 g/kg bb, 1,0 g/kg bb dan 2,0 g/kg bb, serta kelompok
pembanding yang diberi tolbutamid 50 mg/kg bb. Sebelum percobaan tikus dipuasakan
selama 18 jam, tetapi air minum tetap diberi. Setiap tikus diberi bahan uji sesuai dengan
kelompoknya dan satu jam kemudian diberi larutan glukosa 10% pada dosis 2,0 g/kg bb
secara oral. Glukosa darah ditentukan pada 30, 60, 90 dan 150 menit setelah pemberian
glukosa.
2.3 Penentuan konsentrasi glukosa darah Glukosa darah
Glukosa darah ditentukan secara enzimatis dengan pereaksi GOD-PAP diikuti dengan
kolorimetri. Sampel darah diambil dari vena ekor tikus atau mencit, lebih kurang 0,1 ml
darah disentrifugasi pada 300 rpm selama 10 menit. Pada 0,02 ml serum ditambahkan 0,2 ml
larutan deproteinase dan disentrifugasi pada 3000 rpm selama 10 menit. Pada 0,1 ml
supernatan ditambahkan 2 ml pereaksi warna (GOD-PAP). Setelah diiinkubasi pada suhu
kamar selama 30 menit serapan larutan pada 546 nm dibaca menggunakan Clinicon
Photometer (Boehringer-Mannheim).
3. Hasil dan Pembahasan
Pada uji toleransi glukosa, ekstrak etanol herba sambiloto tidak mempunyai efek
menurunkan glukosa darah pada dosis 0,5 g/kg bb. Pada dosis ini kadar glukosa darah lebih
besar dari kelompok kontrol. Setelah diinduksi dengan glukosa, kadar glukosa darahnya tidak
turun hingga 120 menit sejak pemberian glukosa. Sedangkan pada kelompok kontrol, glukosa
darah naik dan setelah 30 menit turun hingga mendekati konsentrasi glukosa darah normal.
Efek penurunan glukosa darah pada uji toleransi glukosa mulai terlihat pada dosis 1,0 g/kg bb
dan efek yang lebih besar diberikan oleh dosis 2,0 g/kg bb. Data ini menunjukkan adanya
korelasi positif antara dosis dengan efek. Pada dosis tertinggi yang digunakan, efek
hipoglisemik dari ekstrak etanol sambiloto pada uji toleransi glukosa masih lebih rendah
dibandingkan dengan tolbutamid pada dosis 50 mg/kg bb yang digunakan sebagai
pembanding.
4. Kesimpulan
Ekstrak etanol herba sambiloto mempunyai efek menurunkan glukosa darah pada uji
toleransi glukosa dengan efek yang meningkat dengan peningkatan dosis pada kisar dosis
yang diberikan (0,5-2,0/kg bb). Ekstrak ini menunjukkan aktivitas yang lebih bermakna (P =
0,05) pada mencit diabetes yang diinduksi dengan aloksan.

Anda mungkin juga menyukai