Anda di halaman 1dari 29

Sirup Kering

kel L – 4 :
1. Vira Dwi Alfiana 1041511183

2. Mita Rosmelinda 1041511190

3. Avianti Burhan S 1041511196


Tujuan & Dasar Teori
Tujuan : dapat membuat dan mengevaluasi sirup kering
Dasar Teori :

Sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat
akan digunakan, sediaan tersebut dibuat padat umumnya untuk bahan obat
yang tidak stabil dan tidak larut dalam pembawa air seperti ampisilin,
amoksisilin, dll. Agar campuran setelah ditambah air membentuk dispersi
yang homogen, maka dalam formulanya digunakan bahan pensuspensi.
Komposisi suspensi sirup kering biasanya terdiri dari bahan pensuspensi,
pembasah, pemanis, pengawet, penambah rasa/aroma,buffer, dan zat warna

(Depkes RI, 1995).


Alasan dipilih nya bentuk sediaan sirup kering antara lain :

1. Bahan aktif amoksisilin didalam air diperkirakan efek antibiotiknya


akan terdegradasi dikarenakan cincin beta lactam rusak.

2. Untuk mengatasi masalah stabilitas fisika yang sering ditemukan


dalam suspensi konvensional.

3. Formulasi untuk direkonstitusi mengurangi berat akhir sediaan karena


tidak terdapat pelarut/pembawa air sehingga mengurangi biaya
transportasi dan resiko transportasi.

(Agoes Goeswin,2012).
ANALISIS BAHAN
1.Amoksisilin
Mengandung tidak kurang dari 90% C6H19N3O5S dihitung terhadap zat anhidrat mempunyai
potensi setara dengan tidak kurang dari 900 mg dan tidak lebih dari 1050 mg/mg C6H19N3O5S
dihitung terhadap zat anhidrat
Pemerian: serbuk hablur,putih,praktis,tidak berbau
Kelarutan: sukar larut dalam air dan metanol,tidak larut dalam benzena, dalam karbon tetraklorida
dan dalam kloroform
Khasiat: antibiotika
(Depkes 1979 ; FI edisi III ,Jakarta RI)
Amoksisilin oral suspensi mengandung setara dengan 125mg/5ml
(Martindule edisi XXVIII, 1982 hal 1091)
2. CMC Na
 Pemerian : serbuk atau butiran, putih atau putih kuning gading, tidak berbau
atau hampir tidak berbau, higroskopik.
 Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air, membentuk ssuspensi koloidal, tidak
larut dalam etanol (95%) P, dalam eter P, dan dalam bentuk organik lain.
 Stabilitas : Stabil dan higroskopis, dibawah kondisi kelembapan tinggi dapat mengabsorbsi
(> 50 % ) air.
 Konsentrasi : 0,1-1,0%
(HPE Ed. IV Hal 78)
3. Aerosil
Fungsi : absorben,antikoloid agent,glidan,suspending agent, bahan penghancur
tablet,pengemulsi
Kosentrasi yang digunakan :
-emulsion stabilizer : 1,0-5,0%
-glidant : 0,1-1,0%
-suspending and thicktning agent : 2,0-10%
(Raymond C Rowe,dkk. 2009:442)
4. Methylis Parabenum/Nipagin
 Pemerian : Hablur atau serbuk tidak berwarna atau kristal putih, tidak berbau atau berbau
khas lemah dan mempunyai rasa sedikit panas.
 Kelarutan : Mudah larut dalam etanol, eter ; praktis tidak larut dalam minyak; larut dalam
400 bagian air
 Fungsi : Zat pengawet
 Konsentrasi : 0,015 – 0,2%
(Handbook of Pharmaceutical Excipient : 391)
5. Propyl Parabenum/Nipasol
 Pemerian : Kristal putih, tidak berbau, dan tidak berasa
 Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) P; mudah larut dalam air dan etanol 30%
 Fungsi : Zat pengawet
 Konsentrasi : 0,01-0,02%
6. Saccharum pulvis
Pemerian : serbuk hablur tidak berwarna atau masa hablur atau
serbuk berwarna putih atau berbentuk hablur, tidak berbau, rasa
manis
Kelarutan : larut dalam 0,5 bagian air dan dalam 370 bagian etanol
95%
Khasiat : pengisi dan pemanis
Kosentrasi : 10-50%
(HPE edisi VI hal 711)
7.PVP
Pemerian: serbuk putih/putih kekuningan, berbau lemah/tidak bebau
Kelarutan : tergantung dari bobot molekul rata-rata praktis larut eter
Kegunaan penghancur, suspending agent,pengikat tablet
Kosentrasi sebagai suspending agent 5%
(Depkes 1979 FI III dan HPE edisi VI hal 582)
8. Aethanolum (Etanol)
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah
bergerak, bau khas rasa panas.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P, dalam
eter P.
Kasiat : Zat tambahan
(FI Ed III Hal 65)

9. Corrigen Coloris
FDC Green No. 3 0,015%
FDC Yellow No. 6 0,4%
FDC Red No. 3 0,015%

(HPE Hal 149-150)


FORMULA
R/ Amoksisilin 125 mg/5ml
CMC Na 0,5%
Saccharum Pulv 20%
Nipagin 0,1%
Aerosil 1,5%
Nipasol 0,01%
PVP 1% 50ml
Etanol q.s
FDC yellow 0,4%
Aquadest ad 100%
ALAT DAN BAHAN
Alat Bahan
1. Lumpang dan Alu
2. Ayakan no. 18 dan 20
1. Amoksisilin
3. Loyang 2. CMC Na
4. Baskom
3. Saccharum Pulv
5. Neraca Kasar
6. Neraca Analitik
4. Nipagin
7. Sudip 5. Nipasol
8. Batang Pengaduk
6. Aerosil
9. Pipet tetes
10.Gelas ukur 7. PVP
11.Almari pengering 8. Etanol
12.Magnetic Stirrer
9. FDC yellow
13.Stopwatch
14.Piknometer 10. Aquadest
CARA KERJA
Digerus dan dicampur
Dibuat larutan pvp 1%
Amoksisilin Trihidrat,
Ditimbang masing- dalam etanol 50ml,
CMC Na, Saccharum
masing bahan, dan ditambahkan dengan
Pulv., Nipagin, dan
direplikasi 3x Corrigen Coloris (FDC
Nipasol didalam
Yellow)
lumpang

Dikeringkan dalam Dimasukkan larutan pvp


almari pengering suhu Diayak ayakan no. 20 1% ke dalam lumpang
40°-50°, kemudian mesh tersebut, sedikit demi
ditambahkan aerosil sedikit sampai lembab,

Ditimbang dan dibagi


tiga, kemudian dua
bagian untuk dievaluasi
Cara Evaluasi Sediaan
2. WAKTU
1. ORGANOLEPTIS REKONSTITUSI

Dilakukan Dimasukkan granul ke dalam


botol 60ml
pengamatan,seperti:
Ditambahkan dengan aquadest
60ml ke dalam botol

wa ba ben ras
Dikocok sampai semua
terlarut merata

rna u tuk a Dicatat waktu yang


dibutuhkan untuk menjadi
suspensi
3. VOLUME SEDIMENTASI

Dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi yang berskala

Diukur volume awal sebelum mengendap (V0)

Diamati pada waktu hari ke 1, 2, 3, dan 4 sampai


diperoleh volume akhir sedimentasi (Vn)

Dihitung rasio volume akhir endapan terhadap volume


awal dari suspense F = Vn / Vo

Dihitung kecepatan sedimentasi dengan rumus V = ∆s /


∆t

Syarat: F mendekati 1 = partikel suspense terdispersi


meratadalam cairan pembawa
4. TIPE SUSPENSI

Didiamkan dan diamati


Ditentukan tipe suspensi
Dikocok sediaan suspense pemisahan / pengendapannya
berdasarkan sifat-sifat relative
dalam botol dengan waktu yang telah
partikel
ditentukan

Sifat relative partikel flokulasi dan deflokulasi sediaan suspensi


Deflokulasi Flokulasi
1. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah 1. Partikel merupakan agregat yang bebas
satu dengan yang lain
2. Kecepatan sedimentasi lambat. Karena 2. Kecepatan sedimentasi adalah besar karena
masing-masing partikel mengendap terpisah partikel mengendap sebagai flok
3. Sedimentasi terbentuk lambat 3. Sedimentasi terbentuk cepat
4. Membentuk cake yang keras dan sukar 4. Sedimen mudah terdispersi kembali akan
untuk terdispersi kembali membentuk suspense kembali
5. Suspensi berwujud menyenangkan 5. Suspensi sedikit tak menyenangkan
( Anief,
1999 )
5. UKURAN PARTIKEL
a. Kalibrasi Skala Okuler
Ditempatkan Dihimpitkan garis
Ditentukan garis Ditentukan
micrometer awal skala okuler
dibawah dengan garis awal
kedua skala yang harga skala
tepat berhimpit
mikroskop skala objektif okuler

b. Pembuatan Preparat
Diencerkan suspensi yang akan Dibuat sediaan yang cukup diatas objek
dievaluasi glass

c. Grouping

Dibagi jarak ukur yang


Ditentukan ukuran partikel Diukur partikel dan
diperoleh menjadi beberapa
terkecil dan terbesar dari digolongkan dalam grup
bagian yang gasal (minimal
seluruh partikel yang telah ditentukan
5 bagian)
d. Penentuan sistem monodispers dan polidispers

Ditentukan
harga logaritma Polidispers jika
Ditentukan
Ditentukan purata partikel antilog SD >
Ditentukan 20- harga Standar
harga logaritma (SD Geometrik) 1,2.
25 partikel dari Deviasi (SD)
masing-masing dan antilog SD Monodispers
seluruh sediaan purata yang
partikel purata yang jika antilog SD
bersangkutan
bersangkutan ⦤ 1,2
(SD Geometrik)
6. BOBOT JENIS

Dibersihkan piknometer,
Ditimbang piknometer + Dibilas piknometer,
dikeringkan, dan
air, dihitung volume air ~ dikeringkan, diisi dengan
ditimbang piknometer
volume piknometer suspense
kosong

Ditimbang piknometer +
suspense, dihitung ρ
Dilakukan replikasi 3x
suspensi dan BJ
suspensi
7. EVALUASI VISKOSITAS
Diukur viskositas sediaan
Sediaan sirup dengan viscometer
kering Brookfield dengan cara
direkonstitusi spindle dipasang pada
dengan gantungan spindle dan
penambahan diturunkan sehingga batas
aquadest spindle tercelup ke dalam
cairan yang diukur

Dicatat dan
dihitung
viskositasnya

Syarat
η air = 0,8904 cps
ρ air = 0,99707 gram / ml
8. EVALUASI MC GRANUL
Ditimbang 1 gram granul kering, diletakkan merata
didalam cawan moisture meter yang telah
dibersihkan

Ditekan tombol start, ditunggu 15 menit sampai suhu


80°C

Dilayar muncul angka sebagai kadar moisture dan


granul

Syarat:
MC granul 2-4% dari granul yang
ditimbang
( Lachman, 1994: 655 )
9. SUDUT DIAM

Ditimbang 100 gram granul

Dimasukkan corong waktu alir lewat


dinding hingga habis
Diambil 2 penggaris untuk mengukur
tingginya
Dihitung sudut diam dengan rumus
tan α = h / R
Syarat: Sudut Diam Sifat Alir
< 25° Sangat Baik
25°-30° Baik
30°-40° Sedang
>40° Sangat Jelek

( Sukiman, 2007 ; 151 )


Data Pengamatan
1. Organoleptis
 
SEBELUM   SESUDAH WAKTU REKONSTITUSI
REKONSTITUSI REKONSTITUSI
Bentuk Granul Cair 60 detik
Warna Orange Orange
Rasa Manis kepahitan Manis kepahitan
Bau Khas pahit Khas pahit
2. Volume Sedimentasi
WAKTU TINGGI SEDIMENTASI (mL)

Jam ke- 1 0,2

Jam ke- 2 0,6

Jam ke- 3 0,8

Hari ke- 1 1,5

Hari ke- 2 2,5

Hari ke- 3 3

Hari ke- 4 4,5

Hari ke- 5 5

Hari ke- 6 7,5

Volume Sedimentasi = Vu = 7,5 = 0,75


Vo 10
3. Uji MC Granul
MC = 0,40
Syarat = 2-4 % (Lachman, 1986).
Kesimpulan : sediaan tidak memenuhi persyaratan MC granul.
4. Sudut Diam

No. t (detik) d (cm) h (cm)

1 4 9,50 3

2 3,4 9,50 2,5

3 3,6 11 2

Rata-rata 10 2,5

tan = 2,5 = 0,0145 sehingga sifat alir dr sirup sangat baik.


5 Sudut Sifat Alir
Diam
< 25oC Sangat baik
25-30 Baik
30-40 Sedang
5. Viskositas > 40 Sangat
jelek
Viskositas sirup kering 544 cps
6. Bobot Jenis
Bobot pikno + air = 20, 6310 gram
Bobot pikno = 10,2778 gram
Bobot air = 10, 3532 gram
Ρ air (25) = 0,99707 gr/mL (HPE Ed. II)
Volume pikno = volume air
Volume air = bobot air = 10,3532 gram = 10,3836 mL
Ρ air 0,99707

Bobot pikno +sampel = 21,6005 gram


Bobot pikno = 10,2778 gram
Bobot sampel = 11, 3223 gram
Ρ sampel = bobot sampel = 11,3223 gram = 1,0904 gr/mL
Vol air 10,3836 mL
BJ sampel = p sampel = 1,0904 gr/mL = 1,0936
P air 0,99070 gr/ml

Syarat BJ tidak kurang atau sama dengan1,21


BJ sampel = 1,0936 (memenuhi syarat)
7. Ukuran Partikel
No Ukuran Partikel Log Ukuran partikel
1 5 0,6989
2 10 1
3 7 0,8451
4 9 0,9542
5 6 0,7781
6 12 1,0792
7 8 0,9031
8 7 0,8451
9 5 0,6989
10 10 1
11 14 0,6021
12 3 0,4771
13 9 0,9542
14 11 1,0414
15 14 1,1461
16 6 0,7781
17 8 0,9031
18 12 1,0792
19 7 0,8451
Rata-rata20= 0,8766 8 0,9031
SD = 0,1654
Anti log SD = 1,4634
SD tidak lebih atau samadengan 1,2 maka ukuran partikel polidispers.
Pembahasan
Dalam praktikum kali ini, dibuat sediaan sirup kering. Sirup kering merupakan
sediaan suspensi yang bahannya kering dan dapat ditambahkan pelarut ketika
akan digunakan. Bahan aktif yang digunakan adalah amoksisilin, bahan ini
secara kimia tidak stabil dalam air, karena dalam air amoksisilin dapat
mengalami degradasi karena terhidrolisis oleh air dan menghindari masalah
stabilitas fisika karena amoksisilin sukar larut dalam air.
Dalam formulasi sirup kering amoxicillin, selain zat aktif amoxicillin
ditambahkan bahan tambahan seperti CMC Na sebagai suspending agent,
saccharum pulv untuk pengisi/ pemanis, nipagin dan nipasol untuk zat
pengawet, nipagin sebagai antifungi dan nipasol sebagai antimikroba,
sehingga penggunaan keduanya akan menambah daya pengawet, aerosil untuk
mengurangi kadar air, pvp sebagai suspending agent, etanol sebagai pelarut
dari amoksisilin karena sukar larut dalam air dan untuk membentuk massa
granul, corrigen corrigen coloris sebagai pewarna dan corrigen odoris sebagai
pembau.
Dilakukan evaluasi sediaan, sebelum rekonstitusi
oganoleptis, mc, dan sudut diam, dan setelah rekonstitusi
meliputi waktu rekonstitusi, tipe sedimentasi, ukuran
partikel, viskositas, BJ, volume sedimentasi.
Sebelum rekonstitusi, dilakukan uji organoleptis, bentuk: granul,
warna: orange, rasa: manis agak pahit, dan bau: khas amox.
Mc bertujuan untuk mengetahui kadar air dalam granul, syarat 2-
4% (Lachman, 1986). Untuk pengujian mc, didapat hasil 0,40 sehingga
tidak masuk rentang mc, hal ini dikarenakan pengeringan granul yang
kurang sempurna, granul mengandung sacch pulv yang menyebabkan
granul menjadi higroskopis.
Sudut diam untuk mengetahui fluiditas granul secara tidak
langsung dengan mengukur tinggi dan diameter dari gundukan granul.
Diperoleh hasil 0,0145 sehingga sifat alir granul sangat baik.
Setelah rekonstitusi, dilakukan uji organoleptis, bentuk larutan, warna:
orange, rasa: manis agak pahit, dan bau: khas amox. Uji waktu
rekonstitusi, diperoleh waktu kelarutan dari dry sirup 60 detik.
Ukuran partikel diperoleh bahwa dry sirup yang diuji merupakan tipe
polidisperse >1,2, dengan nilai antilog sd 1,4634.
Viskositas, bertujuan untuk melihat kekentalan dari sediaan yang
dibuat. Digunakan alat viskosimeter brookfield. Diperoleh nilai
viskositas 544 cps.
Pengujian bobot jenis, bertujuan untuk melihat kemurnian dari
senyawa obat dengan bantuan piknometer bertermometer. Syarat dari
BJ sediaan larutan oral sebesar 1,21-1,23 (Depkes RI, 1995:38).
Diperoleh bahwa sediaan yang di uji memenuhi persyaratan uji BJ
yaitu 1,o936.
Tinggi sedimentasi, untuk melihat kecepatan mengendap dari sediaan.
Dengan menuangkan 10ml dalam gelas ukur 10ml, dan diamati tiap 1
jam.
Kesimpulan
 Pembuatan sediaan dry sirup menggunakan metode granulasi basah

 Uji organoleptis : bentuk cair, warna orange, rasa manis agak pahit, dan bau

khas obat
 Ukuran partikel : termasuk dalam polidispers yaitu lebih dari 1,2
 Bobot jenis : memenuhi syarat Bj yaitu 121-1,23 (Depkes RI,1995:38)

 Viskositas : 544 cps


 Waktu rekonstitusi : 60 detik

 MC granul : 0,40 %
 Kecepatan alir : 3,7 detik (baik)
 Sudut diam : 0,0145
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai