Anda di halaman 1dari 28

Laporan Praktikum

FARMASI FISIKA
BOBOT JENIS

Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Praktikum Farmasi Fisika

Oleh :

MAGRIFAH ALGEFINA SAIPE


821419092

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI
2020
Lembar Pengesahan
FARMASI FISIKA
“ Bobot Jenis ”

OLEH :

NAMA : MAGRIFAH ALGEFINA SAIPE


NIM : 821419092
KELAS : C-S1 FARMASI 2019
KELOMPOK : V (LIMA)

Gorontalo,November 2020 Nilai


Mengetahui,
Asisten

KARMILA H. TOI
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat
menyelesaikan laporan praktikum ini tepat pada waktunya.
Ucapan terima kasih, saya sampaikan kepada Dosen Pengampuh dan
Asisten Laboratorium, yang telah membimbing kami dengan penuh kesabaran
sampai kami dapat memahami materi dan praktik Farmasi Fisika utamanya yang
berhubungan dengan penugasan tentang Bobot Jenis.
Kepada rekan-rekan kelompok dan rekan praktikan lainnya yang saling
bahu-membahu dalam memberikan pemahaman akan materi, kami sampaikan
pula terima kasih.
Semoga kita semua diberikan kekuatan dan kepahaman ilmu selama
dalam menenpuh studi hingga selesai nanti, hingga dapat mengabdikan diri untuk
kebaikan kesehatan sesama. Aamiin Yarabbal’Alamin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, November 2020

Magrifah Algefina Saipe

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan....................................................................2
1.2.1 Maksud Percobaan.......................................................................................2
1.2.2 Tujuan Percobaan.........................................................................................2
1.2.3 Prinsip Percobaan.........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Dasar Teori...................................................................................................3
2.2 Uraian Bahan................................................................................................7
2.2.1 Alkohol.........................................................................................................7
2.2.2 Minyak Zaitun..............................................................................................8
BAB III METODE KERJA..................................................................................9
3.1 Alat...............................................................................................................9
3.2 Bahan...........................................................................................................9
3.3 Cara Kerja....................................................................................................9
BAB IV HASIL DAN PENGAMATAN.............................................................10
4.1 Tabel Hasil Pengamatan.............................................................................10
4.2 Perhitungan................................................................................................10
BAB V PEMBAHASAN......................................................................................11
BAB VI PENUTUP..............................................................................................14
6.1 Kesimpulan................................................................................................14
6.2 Saran...........................................................................................................14
6.2.1 Labolatorium..............................................................................................14
6.2.2 Asisten........................................................................................................14
6.2.3 Jurusan........................................................................................................14

ii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi Fisika merupakan suatu ilmu yang menggabungkan antara ilmu
Fisika dengan ilmu Farmasi. Ilmu Fisika mempelajari tentang sifat-sifat fisika
suatu zat baik berupa sifat molekul maupun tentang sifat turunan suatu zat.
Sedangkan ilmu Farmasi adalah ilmu tentang obat-obat yang mempelajari cara
membuat, memformulasi senyawa obat menjadi sebuah sediaan jadi yang dapat
beredar di pasaran. Gabungan kedua ilmu tersebut akan menghasilkan suatu
sediaan farmasi yang berstandar baik, berefek baik, dan mempunyai kestabilan
yang baik pula (Ansel, 1989).
Setiap zat memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik dari segifisik
maupun kimia. Sifat fisik yaitu sifat yang dapat kita amati secara langsung seperti
cairan, gas, dan padat, serta sifatnya yang dapat diukur seperti massa dan volume,
dan warna. Sedangkan sifat kimia yaitu sifat yang tidak dapat diamati secara
langsung seperti kelarutan dan kerapatan.
Bobot jenis ialah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan
bobot air dalam piknometer. Sedangkan kerapatan (density) ialah satuan dari
massa pervolume suatu zat, kerapatan (density) sendiri terbagi menjadi tiga yaitu
kerapatan bulk, kerapatan mampat, dankerapatan sejati. Dalam formulasi sediaan
cair, dikenal adanya berbagai bentuk sediaan, antara lain larutan, suspensi, emulsi,
sirup dan lain-lain. Sediaan-sediaan tersebut biasa terdiri atas satu atau lebih
komponen zatcair yang dapat berbeda secara fisis maupun kimianya. Untuk
sediaan dengan satu komponen, tidak terlalu dipermasalahkan. Lain hal nya
dengan sistem multikomponen, dimana sistem tersebut harus disusun oleh
komponen-komponen zat cair yang praktis dapat bercampur antara satu dengan
lainnya tanpa mengurangi efek terapinya (Lachman, 1994).
Berdasarkan uraian diatas, dan mengingat pentingnya seorang farmasis
mengetahui tentang bobot jenis maka dilakukanlah praktikum farmasi fisika ini
agar mahasiswa farmasi memahami mengenai bobot jenis, termasuk cara-cara
1
dalam melakukan pengukuran bobot jenis agar dalam memformulasikan suatu
obat dapat dihasilkan suatu sediaan akhir yang aman, berkhasiat dan berkualitas.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara penetapan bobot
jenis dan rapat jenis dari minyak zaitun dan air suling dengan menggunakan alat
piknometer.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Agar mahasiswa dapat menentukan bobot jenis dan rapat jenis dari
minyak zaitun dan air suling dengan menggunakan alat piknometer.
1.2.3 Prinsip Percobaan
Penentuan bobot jenis dengan menggunakan metode piknometer. Prinsip
metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan volume yang ditempati
cairan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori
Di bidang farmasi, selain bobot jenis juga digunakan untuk mengetahui
kemurnian suatu zat cair dengan menghitung berat jenisnya. Jika berat jenisnya
mendekati maka dapat dikatakan zat tersebut memiliki kemurnian yang tinggi.
Oleh karena itu percobaan ini dilakukan untuk mengetahui bobot jenis dan
kerapatan zat (Syamsuni,2007).
Bobot jenis adalah konstanta/tetapan bahan yang bergantung pada suhu
unutuk padat, cair, dan bentuk gas yang homogen. Didefinisikan sebagai
hubungan dari massa (m) suatu bahan terhadap volumenya. Atau bobot jenis
adalah suatu karakteristik bahan yang penting yang digunakan untuk pengujian
identitas dan kemurnian dari bahan obat dan bahan pembantu, terutama dari cairan
dan zat-zat bersifat seperti malam (Voigt, 1994).
Penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali
dinyatakan lain, didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu25 o
terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. bila suhu ditetapkan
dalam monografi, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat diudara pada suhu
yang di tetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila
suhu 25o C zat terbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang telahh tertera
pada masing-masing monografi dan mengacu pada air yang tetap pada suhu 25o C
(Voigt, 1994).
Zat yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari 1,00 lebih ringan daripada air.
Sedangkan zat yang memiliki bobot jenis lebih besar dari 1,00. Lebih berat
daripada air. Bobot jenis dapat dihitung atau untuk senyawa khusus dapat
ditemukan dalam United States Pharmacopeia (USP) atau buku acuan lain.Bobot
jenis suatu zat dapat dihitung dengan mengetahui bobot dan volumenya ( Ansel,
2006).
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis
yaitu (Lachman, 1994) :
3
1. Bobot janis sejati, adalah perbandingan antara massa dan volume zat padat
tanpa pori dan tanpa ruangrongga. Penentuan bobot jenis sejati bahan
berbentuk butir dan serbuk menuntut bahan tersebut berada dalam bentuk
sehalus mungkin, dilakukan dengan menggunakan metode piknometer
cairanatau metode manometer (Voigt, 1994).
2. Bobot jenis nyata, adalah volume yang membesar akibat adanya pori-pori yang
menyebabkan besarnya volume.
3. Bobot jenis efektif, adalah massa parikel dibagi volume partikel termasuk pori
yang tebuka dan tertutup. Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias
(bilangan bias). Kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini
dapat digunakan untuk pemeriksan konsentrasi dan kemurniaan senyawa aktif,
senyawa bantudan sediaan farmasi.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat menurut
moechtar (1989) adalah :
a. Temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya
dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula
halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku
sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya.
b. Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot
jenisnya juga menjadi lebih besar.
c. Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh
tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat,
bobot molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot
jenisnya.
d. Kekentalan/viskositas sutau zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya.
Rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam desimal, dari berat
suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat
mempunyai temperatur yang sama atau temperatur yang telah diketahui. Air
digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hidrogen atau udara untuk gas.
Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat
4
dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena
mudah didapat dan mudah dimurnikan (Ansel, 1989).
Bila kerapatan suatu benda lebih besar daripada kerapatan air, maka benda
akan tenggelam di dalam air. Bila kerapatan suatu benda lebih kecil, maka benda
akan mengapung. Untuk benda-benda yang mengapung, bagian volume sebuah
benda yang tercelup ke dalam cairan manapun sama dengan rasio kerapatan benda
terhadap kerapatan cairan. Rasio kerapatan sebuah zat terhadap kerapatan air
dinamakan berat jenis zat itu. Berat jenis merupakan bilangan tak berdimensi yang
sama dengan besarnya kerapatan in bila dinyatakan dalam gram per centimeter
kubuik ( atau dalam kilogram per liter) (Tripler,1998).
British standard mendefenisikan tiga istilah yang berlaku untuk partikel itu
sendiri. Partikel kepadatan massa partikel dibagidengan volumenya. Istilah yang
berbeda muncul dari cara dimana volume didefenisikan (Gibson, 2004) :
1. Kerapatan partikel sejati adalah ketika volume diukur tidak termasuk
baikterbuka dan tertutup pori-pori dan merupakan property fundamental
darisuatu material.
2. Kerapatan partikel nyata adalah ketika volume diukur meliputiintrapartikel
pori-pori.
3. Kerapatan partikel yang efektif adalah volume dilihat oleh fluida
bergerakmelewati partikel. Itu sangat penting dalam proses seperti
sedimentasiatau fluidization tetapi jarang digunakan dalam bentuk sediaan
padat.
Metode penentuan bobot jenis dan rapat jenis untuk cairan (Voigt,1994):
1. Metode Piknometer.Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan
dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkanwadah
untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer
akan bertambah hingga mencapai keoptimumantertentu dengan bertambahnya
volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.

5
2. Metode Neraca Hidrostatik.Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu
suatu bendayang dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar
beratvolume cairan yang terdesak.
3. Metode Neraca Mohr-Westphal.Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada
balok timbanganyang ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disetimbangkan
dengan bobotlawan. Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-
Westphaladalah penggunan waktu yang singkat dan mudah dlaksanakan.
4. Metode areometer.Penentuan kerapatan dengan areometer berskala (timbangan
benam, sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabunggelas
tercelup yang sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutupdengan pelelehan.
Prinsip Metode Piknometer ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan
penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer dilakukan dengan
menimbang air. Menurut peraturan apotek, harus digunakan piknometer yang
sudah ditera, dengan isi ruang dalam ml dan suhu tetentu (20oC). Ketelitian
metode piknometer akan bertambah sampai suatu optimum tertentu
denganbertambahnya volume piknometer. Optimun ini terletak sekitar isi ruang
30 ml. Ada dua tipe piknometer, yaitu tipe botol dengan tipe pipet (Roth, Herman
J, 1988).
Piknometer merupakan peralatan gelas yang digunakan untuk mengukur
massa jenis zat cair. Piknometer tersedia dalam berbagai ukuran. Ukuran yang
biasa tersediadi laboratorium kimia adalah piknometer dengan kapasitas 10 mL.
Piknometerumumnya terbuat dari gelas dengan bentuk badan bulat silinder.
Piknometer disertaidengan penutup yang terdapat rongga kapiler. Rongga kapiler
ini berguna untukmenghilangkan gelembung-gelembung udara yang sangat
mungkin berada dalam botol pada saat pengisian dengan zat cair (Khamidinal,
2009).
Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan
digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan
senyawa cair, digunakan pula untuk ujiidentitas dan kemurnian dari senyawa obat

6
terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya
larut suatu zat.
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : AlkoholRumus molekul : C2H5OH
Berat molekul : 46,07 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah


bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasa.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan
dalam eter P.
Kegunaan : Membersihkan piknometer dari mikroba
Khasiat : Sebagai desinfektan (mencegah pertumbuhan pencemaran
jasad renik) pada benda mati. Digunakan juga sebagai
antiseptik untuk menghambat mikroorganisme pada
jaringan hidup.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari cahaya,
ditempat yang sejuk, jauh dari jangkauan api.
2.2.2 Aquadest (Rowe, 2009)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air suling
Rumus Molekul : H2O

7
Berat Molekul : 18,02 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna.


Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan.
Kegunaan : Membersihkan piknometer.
Khasiat : Sebagai pelarut atau zat tambahan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
2.2.3 Minyak Zaitun (Dirjen POM, 1995)
Nama Resmi : OLEUM OLIVAE
Nama Lain : Minyak zaitun, oleum olivae, oliv oil,repied olive oil.
Rumus Molekul : CH3(CH2)12COOH
Berat Molekul : 228 g/mol
Rumus Struktur:

Pemerian : Minyak zaitun berupa cairan jernih, tidak berwarna atau


berwarna kuning transparan.
Kelarutan : Sedikit larut dalam etanol (95%), larut dalam eter, light
peteleum (50-700C), kloroform, dan karbon disulfida.
Kegunaan : Sebagai sampel yang akan diuji.
Khasiat : Sebagai alkalizing age
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

8
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat
Alat yang digunakan pada pelaksanaan praktikum penentuan bobot jenis
yaitu piknometer 50 ml, gelas ukur, corong, termometer, wadah stainless, neraca
analitik, oven, dan lap halus.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada pelaksanaan praktikum penentuan bobot jenis
yaitu aquades, alkohol 70%, es batu, minyak zaitun, dan tisu.
3.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dibersihkan piknometer dengan air suling kemudian dibilas dengan alkohol
70%.
3. Dipanaskan piknometer pada suhu 40o c, selama 15 menit.
4. Dikeluarkan piknometer dari oven lalu ditimbang massa piknometer kosong
50 ml pada neraca analitik sebanyak 3 kali.
5. Dimasukkan minyak zaitun ke dalam piknometer 50 ml.
6. Dimasukkan piknometer ke dalam wadah stainles yang sudah berisi es batu.
7. Diukur suhunya dengan termometer sampai mencapai suhu 25oc.
8. Setelah mencapai suhu 25oc, diangkat piknometer dan dibersihkan bagian
luar piknometer menggunakan tisu.
9. Ditimbang kembali piknometer pada neraca analitik sebanyak 3 kali.
10. Dihitung bobot jenis minyak zaitun.

9
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Tabel Pengamatan
Piknometer Kosong Piknometer Berisi Minyak Zaitun
29,7216 gr 68,9142 gr
29,7253 gr 68,8909 gr
29,7241 gr 68,9018 gr
∑= 29,7236 gr ∑ = 68,9023 gr
4.2 Perhitungan
Diketahui : b1 = 29,7236 gr
b2 = 68,9023 gr
V = 50 ml
ρair = 1 gr/ml
Ditanyakan : ρ minyak zaitun & d?
Penyelesaian :
a.) Bobot Jenis
m
ρ= v
b 2−b 1
= v
( 68,9023 gr) – ( 29,7236 gr)
= 50 ml

ρ = 0,78 gr/ml
b.) Rapat Jenis

ρ cair
d = ρ air

0,78 gr /ml
=
1 gr / ml
d = 0,78

10
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan
digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan
senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat
terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya
larutsuatu zat (Martin A, 1993).
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan bobot jenis dan rapat jenis dari
minyak zaitun dengan menggunakan metode piknometer. Penentuan dari metode
piknometer sendiri dengan cara penimbangan piknometer kosong dan piknometer
yang berisi sampel, selisih kedua timbangan dibandingkan volume larutan uji dan
hasilnya adalah bobot jenis dari larutan tersbut. Menurut Sutoyo (1993) penentuan
massa sampel pada metode piknometer yaitu selisih berat piknometer yang berisi
sampel dikurangi berat piknometer kosong. Adapun alat dan bahan yang
digunakan dalam praktikum ini antara lain alkohol 70%, aquades, es batu, corong,
gelas ukur, neraca analitik, minyak zaitun, piknometer 50 ml, termometer, tisu dan
wadah stainles.
Sampel cairan yang akan digunakan adalah minyak zaitun. Menurut Dirjen
POM (1995), minyak zaitun berupa cairan jernih, tidak berwarna atau berwarna
kuning transparan, dan beraroma wangi. Hal pertama yang dilakukan adalah
membersihkan piknometer menggunakan air suling lalu dibilas menggunakan
alkohol 70%. Menurut Pratiwi (2008), Alkohol dengan konsentrasi 70% dapat
berperan sebagai desinfektan dan mempercepat pembersihan alat dari benda asing
maupun mikrooraganisme.
Piknometer yang sudah dibersihkan, dikeringkan didalam oven dengan suhu
100°C selama 15 menit. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikkan
piknometer pada bobot sesungguhnya. Piknometer yang berada didalam oven
dikeluarkan untuk ditimbang berat murninya. Penimbangan piknometer kosong
dilakukan sebanyak 3 kali menggunakan neraca analitik. Menurut Lachman

11
(1994) piknometer yang ditimbang pada neraca analitik sebanyak 3 kali bertujuan
untuk mendapatkan berat piknometer yang murni atau ketelitian yang jelas.
Pada pikonometer yang telah ditimbang berat kosongnya akan dimasukkan
minyak zaitun cair hingga penuh atau sebanyak 50 ml untuk ditentukan bobot
jenisnya. Disamping itu, dilakukan kalibrasi pada termometer yang akan
digunakan dalam pengukuran suhu. Selanjutnya adalah pemindahan piknometer
yang telah berisi minyak zaitun tadi ke dalam wadah yang berisi es batu untuk
menurunkan suhu. Menurut Sinko (2011), bahwa penggunaan es batu merupakan
medium pendingin yang paling baik bila dibandingkan dengan medium pendingin
lainnya, karena es batu dapat menurunkan suhu dengan cepat tanpa mengubah
kualitas zatnya.
Pengukuran suhu digunakan termometer sampai mencapai suhu 25°C
karena suhu ini merupakan suhu yang konstan (termasuk pada suhu ruang).
Menurut Voight (1994), salah satu faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu
zat adalah suhu, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang akan diukur berat
jenisnya dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian
pula pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku
sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya. Oleh karena itu, digunakan suhu
dimana biasanya senyawa stabil, yaitu pada suhu 250C (suhu kamar).
Dilakukan penimbangan untuk piknometer yang telah berisi minyak zaitun
sebanyak 3 kali untuk mendapatkan ketelitiannya agar dapat dilakukan
perhitungan untuk bobot jenis dan rapat jenis dari hasil penimbangan tersebut.
Pada praktikum kali ini didapatkan berat rata-rata piknometer yang berisi minyak
zaitun yaitu 68,9023 gram dan berat untuk piknometer kosong yaitu 29,7236
gram. Sehingga dapat dilakukan perhitungan bobot jenisnya didapatkan hasil 0,78
g/ml dan rapat jenis yang dihasilkan 0,78. Menurut Dirjen POM (1995), bobot
jenis dari minyak zaitun yaitu 0,910-0,915 g/ml. Hasil ini menunjukkan selisih
perbandingan 0,13 dari hasil pada saat praktikum berlangsung.
Dari hasil praktikum ini terdapat hal-hal yang keliru seperti tidak sesuai
dengan bobot jenis minyak zaitun yang telah ditetapakan oleh Dirjen POM . Hal
12
ini disebabkan oleh kemungkinan kesalahan antara lain kurangnya ketelitian
praktikan pada saat menimbang piknometer menggunakan neraca analitik.

13
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa untuk
menetukan kerapatan dan bobot jenis dari minyak zaitun dapat dilakukan dengan
metode piknometer. Penentuan bobot jenis dilakukan dengan menimbang
piknometer kosong dan piknometer yang telah diisi sampel, lalu selisih
penimbangan dibagi dengan volume piknometer yang ditentukan sebagai bobot
jenis lalu dibandingkan dengan bobot jenis air suling untuk mendapatkan rapat
jenisnya. Hasil akhirnya didapat bahwa bobot jenis minyak zaitun adalah 0,78
g/ml dan untuk rapat jenis dari minyak zaitun adalah 0,78.
6.2 Saran
6.2.1 Saran untuk asisten
Tetap pertahankan sifatnya yang ramah kepada praktikan dan sebaiknya
bisa memberikan nilai kepada praktikannya dengan baik. Sebaiknya setelah
percobaan selesai praktikannya disuruh untuk menampilkan hasil praktikumnya
agar hasil praktikumnya tidak tercecer kemana-mana.
6.2.2 Saran untuk laboratorium
Tingkatkanlah pelayanan praktikum agar lebih baik lagi, agar praktikan-
praktikan bisa melakukan praktikum dengan nyaman. Sebaiknya bahan-bahan
yang sudah rusak di dalam laboratorium diperiksa agar praktikum yang dilakukan
dapat diminimalisir kesalahan yang dapat terjadi pada pengamatan
6.2.3 Saran untuk praktikan
Diharapkan kepada praktikan mampu memahami cara kerja sebelum
melakukan praktikum. Serta dapat berhati-hati dalam menggunakan alat yang
digunakan pada saat praktikum sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang tidak
diinginkan.
6.2.4 Jurusan
Diharapkan adanya penambahan dan perbaikan sarana serta prasarana
untuk menbantu dalam proses perkuliahan, dan juga mengingat adanya pandemi
14
diharapkan agar dapat memaksimalkan penyemprotan desinfektan ketika masuk
jurusan.

15
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi keempat. Jakarta: UI
Press.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia EdiSi IV. Jakarta : Depkes RI.
Lachman, L., Lieberman, H.A., and Kanig, J.L. 1994. Teori dan Praktik Industri
Farmasi. Jakarta: UI Press.
Gibson, M. 2004. Pharmaceutical Preformulation and formulation. Prancis : HIS
Health Group.
Haley, S., 2009, Propylparaben, In : Rowe, R.C., Sheckey, P. J., & Quinn, M. E.
(eds.), Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, 596-
597, Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association,
London.
Khamidinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia. Jogjakarta : Pustaka Pelajar.
Martin, A., Swarbick, J., dan A. Cammarata. 1993. Farmasi Fisik 2 Edisi III.
Jakarta: UI Press.
Moechtar. 1989. Farmasi Fisika. Jakarta : UI Press.
Pratiwi. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga.
Roth, J.H., dan Blaschke, G. 1998. Analisis Farmasi, Cetakan III. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., and Weller, P. J. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients Six Edition. London: Pharmaceutical Press.
Sinko, P. J. 2011. Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika Edisi 5. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Sutoyo. 1993. Fisika. Jakarta : Bina Usaha
Sutrisno. 1997. Fisika Dasar Mekanika. ITB: Bandung.
Syamsuni, H.A. 2007. Ilmu Resep. Jakarta : EGC.
Tipler, P. 1998. Fisika Untuk Sains Dan Teknik. Jakarta: Erlangga.
Voigt. 1984. Buku Ajar Teknologi Farmasi Edisi 5. Yogjakarta : Gadjah Mada
University Press.
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Alat dan Bahan
1. Alat
No. Nama Alat Gambar Fungsi
1. Corong Sebagai alat untuk
memmindahkan cairan

Untuk mengukur volume


2. Gelas Ukur sampel

3. Oven Sebagai wadah untuk


memanaskan pinometer

4. Lap Halus Sebagai pengalas untuk


meletakkan sediaan

5. Neraca analitik Untuk menimbang bahan


6. Piknometer Sebagai wadah untuk
menimbang minyak zaitun

7. Thermometer Untuk mengukur suhu


piknometer

8. Wadah Stainlis Sebagai wadah untuk es


batu

2. Bahan
No. Nama Bahan Gambar Fungsi
1. Aquadest Sebagai zat pelarut

2. Alkohol Untuk membersihkan alat


3. Es batu Untuk mendinginkan
piknometer sampai suhu
250C

4. Minyak Zaitun Sebagai sampel

5. Tisu Untuk membersihkan alat


Lampiran 2 : diagram alir

Bobot jenis sampel


Minyak Zaitun

Disiapkan alat dan bahan


Dibersihkan piknometer dengan air suling kemudian
dibilas dengan alkohol 70%
Dipanaskan piknometer pada suhu 40o c, selama 15 menit
Dikeluarkan piknometer dari oven lalu ditimbang massa
piknometer kosong 50 ml pada neraca analitik sebanyak 3
kali
Dimasukkanminyak zaitun kedalam piknomete 50 ml.
Dimasukkan piknometer yang sudah berisi es batu.
Diukur suhunya dengan thermometer sampai mencapai
suhu 25o c.
Diangkat piknometer setelah mencapai suhu 25oc, dan
dibersihkan bagian luar piknometer menggunakan tisu.
Ditimbang kembali piknometer pada neraca analitik
sebanyak 3 kali.
Dihitung bobot jenis minyak zaitun.

HASIL
0,78 gr/ml
Lampiran 3 : Skema Kerja

Dibersihkan Dipanaskan Dikeluarkan


piknometer piknometer pada piknometer dari
dengan airsuling suhu 40o c, oven lalu
kemudian dibilas selama 15 menit. ditimbang massa
dengan alcohol piknometerkosong
70%. 50 ml pada neraca
Analitik sebanyak
3 kali.

Dimasukkan Dimasukkan Diukur suhunya


minyak zaitun piknometer yang dengan
kedalam sudah berisi es thermometer
piknometer 50 batu. sampai mencapai
ml. suhu 25oc.

Dihitung bobot
Ditimbang jenis dan rapat
Diangkat piknometer
kembali jenis dari
Setelah mencapai suhu
piknometer pada minyak zaitun
25oc dan dibersihkan
neraca analitik
bagian luar piknometer
sebanyak 3 kali.
menggunakan tisu.

Anda mungkin juga menyukai