Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI

“KELARUTAN”

KELOMPOK A2 :

Farida Kumalasari ( 219791 ) Fatiha Munifatul Hikmah (219794)


Fika Riyanti (219797) Floryana Martyna (219800)
Gilang Satria Maulana Putra (219803) Ibnu Afif (219806)
Irwansyahrul Putra (219809) Jorghi Patahunan (219812)
Khairul (219815) Lidya Januarti (219818)
Maria Elly Naikofi (219821) Meily Dini Kurniawati (219824)
Muhammad Aldeska Putra (219827) Muhammad Fakhawarizmi (219830)

DOSEN PEMBIMBING:
Dian Kartikasari M.Farm., Apt
Weni Puspita, M.Farm., Apt

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK


2021 / 2022
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan kelarutan suatu zat
2. Menjelaskan pengaruh cosolvent terhadap kelarutan zat
3. Menjelaskan pengaruh surfaktan terhadap kelarutan zat

B. DASAR TEORI
Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut di
dalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan suatu zat dipengaruhi
oleh beberapa factor antara lain pH, temperatur, jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel
zat, konstanta dieletrik, dan adanya zat - zat lain seperti surfaktan, pembentuk kompleks
dan lain–lain.
Pelepasan suatu zat dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat – sifat
fisika, kimia beserta formulasi zat tersebut. Pada prinsipnya obat baru dapat diabsorpsi
setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk
mempertinggi efek farmakologi dari sediaan tersebut adalah dengan menaikkan kelarutan
zat aktifnya.
Kadang–kadang suatu zat lebih mudah larut dalam pelarut campuran dibandingkan
dengan pelarut tunggalnya. Fenomena ini dikenal dengan istilah co- solvency dan pelarut
yang dalam bentuk campuran dapat menaikkan kelarutan zat disebut co-solvent. Etanol,
gliserin, dan propilenglikol adalah co-solvent yang umum dalam bidang farmasi untuk
pembuatan eliksir.
Selain co-solvent bahan yang sering digunakan untuk meningkatkan kelarutan adalah
surfaktan. Molekul surfaktan terdiri dari dua bagian yaitu bagian polar dan non polar.
Apabila didispersikan dalam air pada konsentrasi rendah, molekul – molekul surfaktan
terpisah. Jika konsentrasi ditingkatkan, terjadi penggabungan antar molekul membentuk
agregat yang disebut misel. Konsentrasi pada saat misel terbentuk disebut konsentrasi
misel kritik (CMC).
Sifat dari misel ini adalah kemampuannya untuk menaikkan kelarutan suatu zat – zat
yang biasanya sukar larut dalam air. Proses ini dikenal sebagai solubilisasi. Solubilisasi
terjadi karena molekul zat yang sukar larut berasosiasi dengan misel membentuk larutan
yang jernih. Lokasi molekul zat terlarut dalam misel tergantung pada pelarut zat tersebut.
Molekul non polar akan masuk ke bagian non polar dari misel sedangkan molekul –
molekul polar akan teradsorpsi pada permukaan misel.
C. MONOGRAFI BAHAN
1. Asam Salisilat

ACIDUM SALICYLICUM
Asam Salisilat

Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau srbuk berwarna putih; hampir tidak
berbau; rasa agak manis dan tajam.
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%) P ; mudah
larut dalam kloroform p dan dalam eter P ; larut dalam amonium asetat P, dinatrium
hidrogenfosfat P, kalium sitrat P dan natrium sitrat P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat dan penggunaan : Keratolitikum, anti fungi.

2. Propilenglikol

PROPYLENGLYCOLUM
Propilenglikol

(+)-propana-1,2-diol
C3H8O2
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak berbau; rasa agak manis;
higroskopik.
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95 %) P dan dengan
klorofrom P; larut dalam
6 bagian eter P; tidak dapat campur dengan eter minyaktanah P dan dengan minyak
lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat dan penggunaan : Zat tambahan; pelarut.
3. Alkohol 70%
AETHANOLUM
Etanol
Alkohol

Pemerian: Cairan tak bewarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak; bau khas;
rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform p dan dalam eter P.
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; di tempat sejuk,
jauh dari nyala api.
Khasiat dan penggunaan: Zat Tambahan.

4. NaOH
NATRII HYDROXYDUM
Natrium Hidroksida

Pemerian: Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering,keras, rapuh dan
menunjukkan susunan hablur; putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif.
Segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%)P.
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat dan penggunaan: zat tambahan.

D. ALAT & BAHAN


Alat yang digunakan :
 Buret 50 ml  Klem dan statif
 Gelas ukur 100 ml  Erlenmeyer
 Batang pengaduk  Gelas kimia
 Pengaduk magnetik  Labu takar
 Sentrifugasi  Pipet gondok
Bahan yang digunakan :
 Asam salisilat 20 gram
 NaOH 0,1 M 500 ml
 Alkohol 70%
 Indikator PP
 Propilenglikol
 Kertas saring
 Tween 80 20 gram

E. CARA KERJA
1. Pengaruh campuran pelarut terhadap kelarutan zat

2. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan zat


F. HASIL PENGAMATAN & PEMBAHASAN
Hasil
Air (% v/v) Alkohol (% v/v) Propilenglikol (% v/v)
60 0 40
60 10 30
60 20 20
60 30 10
60 40 0

1. Air = 60
100 𝑋 30 𝑚𝐿 = 18 𝑚𝐿
Alkohol = 0
100 𝑋 30 𝑚𝐿 = 0 𝑚𝐿
40
Propilenglikol =
100 𝑋 30 𝑚𝐿 = 12 𝑚𝐿
60
2. Air =
100 𝑋 30 𝑚𝐿 = 18 𝑚𝐿
10
Alkohol =
100 𝑋 30 𝑚𝐿 = 3 𝑚𝐿
30
Propilenglikol =
100 𝑋 30 𝑚𝐿 = 9 𝑚𝐿
60
3. Air =
100 𝑋 30 𝑚𝐿 = 18 𝑚𝐿
20
Alkohol =
100 𝑋 30 𝑚𝐿 = 6 𝑚𝐿
20
Propilenglikol =
100 𝑋 30 𝑚𝐿 = 6 𝑚𝐿
60
1. Air =
100 𝑋 30 𝑚𝐿 = 18 𝑚𝐿
30
Alkohol =
100 𝑋 30 𝑚𝐿 = 9 𝑚𝐿
10
Propilenglikol =
100 𝑋 30 𝑚𝐿 = 3 𝑚𝐿
60
5. Air =
100 𝑋 30 𝑚𝐿 = 18 𝑚𝐿
Alkohol = 40
100 𝑋 30 𝑚𝐿 = 12 𝑚𝐿
0
Propilenglikol =
100 𝑋 30 𝑚𝐿 = 0 𝑚𝐿

1. Tabel pengaruh campuran pelarut terhadap kelarutan zat


No. Campuran pelarut (30 mL) Volume titran % Kadar
(Air : Alkohol : Propilenglikol) % v/v
1. 60 : 0 : 40 5,0 mL 0,690
2. 60 : 10 : 30 5,5 mL 0,759
3. 60 : 20 : 20 6,0 mL 0,829
4. 60 : 30 : 10 6,5 mL 0,898
5. 60 : 40 : 0 7,0 mL 0,967

5,0 𝑚𝐿 𝑥 0,1 𝑚𝐿 𝑥 138,12


1. % kadar = 10 𝑥 1000 𝑋 100%
69,06
= 10.000 𝑋 100%
= 0,690 %
5,5 𝑚𝐿 𝑥 0,1 𝑚𝐿 𝑥 138,12 𝑚𝐿
2. % kadar = 10 𝑥 1000 𝑋 100 %
75,96
= 10.000 𝑋 100 %
= 0,759 %
6,0 𝑚𝐿 𝑥 0,1 𝑚𝐿 𝑥 138,12 𝑚𝐿
3. % kadar = 10 𝑥 1000 𝑋 100 %
82,872
= 10.000 𝑋 100 %
= 0,829 %
6,5 𝑚𝐿 𝑥 0,1 𝑚𝐿 𝑥 138,12 𝑚𝐿
4. % kadar = 10 𝑥 1000 𝑋 100 %
89,778
= 10.000 𝑋 100 %
= 0,898 %
7,0 𝑚𝐿 𝑥 0,1 𝑚𝐿 𝑥 138,12 𝑚𝐿
5. % kadar = 10 𝑥 1000 𝑋 100 %
96,684
= 10.000 𝑋 100 %
= 0,967 %
2. Tabel pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan zat
No. Larutan Tween 80 (30 mL) Volume titran % Kadar

1. 0,1 mg/mL 3,0 mL 0,414


2. 0,5 mg/mL 3,5 mL 0,483
3. 1,0 mg/mL 4,0 mL 0,553
4. 5,0 mg/mL 4,5 mL 0,6215
5. 10 mg/mL 5,0 mL 0,691
Jumlah tween 80 yang diambil dari konsentrasi 0,1;0,5;1;5; dan 10 mg/mL
1) kadar kelarutan : 0,1 mg/mL = 0,1 x 30 = 3 mg/30 mL
2) kadar kelarutan : 0,5 mg/mL = 0,5 x 30 = 15 mg/30 mL
3) kadar kelarutan : 1 mg/mL = 1 x 30 = 30 mg/30 mL
4) kadar kelarutan : 5 mg/mL = 5 x 30 = 150 mg/30 mL
5) kadar kelarutan : 10 mg/mL = 10 x 30 = 300 mg/30 mL

3,0 𝑚𝐿 𝑥 0,1 𝑚𝐿 𝑥 138,12 𝑚𝐿


1. % kadar = 10 𝑥 1000 𝑋 100%
41,43 𝑚𝐿
= 10.000 𝑋 100 %
= 0,414 %

3,5 𝑚𝐿 𝑥 0,1 𝑚𝐿 𝑥 138,12 𝑚𝐿


2. % kadar = 10 𝑥 1000 𝑋100 %
48,342
= 10.000 𝑋 100 %
= 0,483 %
4,0 𝑚𝐿 𝑥 0,1 𝑚𝐿 𝑥 138,12
3. % kadar = 10 𝑥 1000 𝑋 100 %
55,248
= 10.000 𝑋 100 %
= 0,553 %
4,5 𝑚𝐿 𝑥 0,1 𝑚𝐿 𝑥 138,12
4. % kadar = 10 𝑥 1000 𝑋 100 %
62,154
= 10.000 𝑋 100 %
= 0,6215 %
5,0 𝑚𝐿 𝑥 0,1 𝑚𝐿 𝑥 138,12
5. % kadar = 10 𝑥 1000 𝑋 100 %
69,06
= 10.000 100 %
= 0,691 %
\\

Pembahasan

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk
larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang
larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu
dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.
Kelarutan dalam besaran kuantitatif didefinisikan sebagai konsentrasi zat terlarut
dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, sedangkan secara kualitatif didefinisikan
sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler
homogen. Menurut U.S. Pharmacopeia dan National Formulary definisi kelarutan obat
adalah jumlah ml pelarut di mana akan larut 1 gram zat terlarut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pH, temperatur, jenis pelarut, bentuk
dan ukuran partikel, konstanta dielekrik pelarut, dan surfaktan, serta efek garam. Semakin tinggi
temperature maka akan mempercepat kelarutan zat, semakin kecil ukuran partikel zat maka
akan mempercepat kelarutan zat, dan dengan adanya garam akan mengurangi kelarutan zat.
Seringkali zat terlarut lebih lebih larut dalam campuran pelarut daripada dalam satu pelarut saja.
Gejala ini dikenal dengan melarut bersama (cosolvency), dan pelarut yang dalam kombinasi
menaikkan kelarutan zat disebut cosolvent.
Pada praktikum kali ini kita mengujikan 2 macam percobaan yaitu, pengaruh pelarut campur dan
pengaruh penambahan surfaktan. Pada percobaan pengaruh pelarut campur, dilakukan dengan
mengambil pelarut air, etanol, dan propilenglikol dalam konsentrasi yang telah ditentukan ke dalam
erlenmeyer, kemudian ditambahkan asam salisilat yang disertai pengocokan sampai terbentuk
larutan yang jenuh. Setelah jenuh, masing-masing larutan dengan konsentrasi berbeda disaring
kemudian dipipet sebanyak 10 ml ke dalam erlenmeyer, disertai penambahan indikator pp sebanyak
3 tetes lalu dilakukan titrasi alkalimetri dengan larutan baku NaOH. Berdasarkan hasil titrasi
diperoleh volume titrasi yang berbeda untuk masing-masing konsentrasi pelarut yang juga berbeda.
Untuk percobaan pengaruh penambahan surfaktan, pembuatan larutan jenuh asam salisilat
dengan pelarut tween 80. Kemudian dititrasi dengan larutan baku NaOH, tak lupa pula
ditambahkan indikator pp. Hasil titrasi, diperoleh volume titrasi yang berbeda.
Berdasarkan farmakope Indonesia V, sifat asam salisilat adalah mudah larut dalam etanol.
Sedangkan, berdasarkan Farmakope Indonesia III sifat bahan yang mudah larut adalah 1 molekul
bahan tersebut dapat larut dalam 1-10 bagian pelarutnya. Ditinjau dari literatur, asam salisilat yang
dilarutkan hanya dengan aquadest tentunya akan lebih sukar larut jika dibandingkan dengan
menggunakan pelarut alkohol. Percobaan ini sangat penting dalam bidang farmasi, sebab dapat
membantunya memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat,
membantu mengatasi kesulitan- kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan
farmasetis (di bidang farmasi) dan lebih jauh lagi, dapat bertindak sebagai standar atau uji
kemurnian.

Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada pelarut campur, semakin tinggi nilai konstanta dielektrik maka kelarutan zat semakin
meningkat.
2. Pada pengaruh surfaktan, penambahan surfaktan akan meningkatkan kelarutan suatu zat.
3. Uji kelarutan asam salisilat secara kuantitatif menunjukan asam salisilat sukar larut dalam air, hal
ini sesuai literatur bahwa asam salisilat sukar larut dalam air.
4. Semakin tinggi konsentrasi tween 80 yang ditambahkan maka semakin banyak pula volume
NaOH yang dibutuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi tween 80 maka
akan semakin tinggi pula kelarutan asam salisilat terhadap tween 80.

Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta.
Raymond Arief, Nurul Hidayah Base. 2009. Praktis Farmasi. Makassar: EGC. Arisanty, dkk. 2018.
Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Makassar.
Hardianti, Dianeti. 2015. Laporan Farmasi Fisika. Tasikmalaya.

Anda mungkin juga menyukai