Anda di halaman 1dari 10

TITRASI ASIDI-ALKALIMETRI

( REAKSI ASAM BASA )

A. TUJUAN UMUM

Praktikum mampu mengidentifikasi zat dalam suatu sampel serta mampu


menetapkan kadarnya menggunakan reaksi asam-basa.

B. TEORI
Titrasi asam-basa sering disebut asidi-alkalimetri, yaitu titrasi yang
menyangkut reaksi dengan asam atau basa, diantaranya asam kuat dengan basa
kuat, asam kuat dengan basa lemah, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat
dengan garam dari asam lemah, dan basa kuat dengan garam dari basa lemah
(Meyliana W, 2012).
Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode kimia analisa kuantitatif
yang didasarkan pada prinsip titrasi asam-basa. Asidi-alkalimetri berfungsi
untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan secara analisa
volumetri. Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi
antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal
dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga
dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton
(basa) ( Wood Kleinfelter. 1980 ).
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap
senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam,
sebaliknya alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat
asam dengan menggunakan baku basa (Jimmy, Ahyari. 2008).
Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan
indikator. Menurut W. Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik
kompleks dalam bentuk asam atau dalam bentuk basa yang mampu berada
dalam keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan dapat saling berubah
warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada konsentrasi H + tertentu atau pada
pH tertentu (W, Charles.1991)
Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan
pH larutan selama titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH pada saat dan di
sekitar titik ekuivalen karena hal ini berhubungan erat dengan pemilihan
indikator agar kesalahan titrasi sekecil-kecilnya. Larutan asam bila direaksikan
dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa
akan hilang dengan terbentuknya zat baru yang disebut garam yang memiliki
sifat berbeda dengan sifat zat asalnya. Karena hasil reaksinya adalah air yang
memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH-
maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan. Pada reaksi
penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu
ditentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekivalen adalah keadaan dimana jumlah
mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik
ekivalen pada reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan
pemilihan indikator merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik
ekivalen. Pemilihan indikator didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam
yang terjadi pada saat titik ekivalen (Raymon, Chang. 2004).
Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan
konsentrasi asam atau basa yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini
dilakukan dengan titrasi asam-basa. Titrasi adalah cara penentuan konsentrasi
suatu larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah
diketahui konsentrasinya. Bila titrasi menyangkut titrasi asam-basa maka disebut
dengan titrasi asidi-alkalimetri (Phiin’s. 2010).
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang
perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan
sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk
memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat
mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indiator
yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi
dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indiator disebut sebagai titik
akhir titrasi (Raymon, Chang. 2004).
Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan
sempurna yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan
warna indikator. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah asam
lemah atau basa lemah. Asam lemah dan basa lemah ini umumnya senyawa
organik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang mengkontribusi
perubahan warna pada indikator tersebut. Jumlah indikator yang ditambahkan
kedalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit mungkin, sehingga indikator
tidak mempengaruhi pH larutan dengan demikian jumlah titran yang diperlukan
untuk terjadi perubahan warna juga seminimal mungkin (Jimmy, Ahyari. 2008)

a. Titrasi asam kuat – basa kuat


Asam kuat dan basa kuat dalam air akan terurai sempurna, misalnya reaksi asam
klorida dengan Natrium Hidroksida adalah sebagai berikut:
−¿+ H O¿
2
+¿+Cl ¿
+¿ +OH−¿ → Na ¿¿
−¿+ Na ¿
+¿+Cl ¿
H
Ion hidrogen dan hidroksil membentuk air sedangkan ion-ion yang lain tidak
berubah, sehingga hasil akhir dari reaksi ini adalah larutan NaCl yang netral. Kurva
titrasi dapat ditentukan dengan menghitung nilai pH melalui konsentrasi ion (OH -
atau H+) yang ada dalam larutan pada setiap tahap penambahan asam atau basa.
b. Titrasi asam lemah – basa kuat
Reaksi asam lemah dengan basa kuat, misalnya asam asetat (CH 3COOH) dengan
NaOH, karena asam asetat hanya terurai sebagian maka penentuan pH harus melalui
konstanta kesetimbangan (Ka).
−¿¿

HOAc → H +¿+OAc ¿

Ka=¿ ¿

(Raymon, Chang. 2004)

C. Alat dan Bahan Praktikum


1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum asidi alkalimetri ini adalah sebagai berikut:
Tabel. 1 Alat Praktikum Asidi Alkalimetri
No. Nama Alat Ukuran Jumlah
1 Batang pengaduk 1
2 Gelas kimia 100 mL 1
3 Labu takar 100 mL 1
4 Pipet tetes 1
5 Sudip - 1
6 Tabung reaksi 1
7 Timbangan 1

2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum asidi alkalimetri ini adalah sebagai
berikut:
Tabel. 2 Bahan Praktikum Asidi Alkalimetri
No. Nama Bahan Rumus Kimia Bentuk (Wujud)
1. Indikator Fenolftalein PP Cair (Tidak
berwana-Merah)
2. Natrium Hidroksida NaOH Padat
3. Etanol C2H5OH Cair
4. Aquadest H2O Cair

D. CARA KERJA
ANALISIS ASAM SALISILAT

250 mg sampel yang ditimbang seksama

larutkan dalam 15 ml etanol 95% netral


Tambahkan 20 ml air

Titrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan indikator pp

Larutkan larutan sampai berubah menjadi merah


muda.
Pembuatan Etanol

15 ml etanol 95%

tambahkan 1 tetes merah fenol

kemudian tambahkan bertetes-tetes NaOH 0,1 N hingga larutan


berwarna merah.

PERHITUNGAN

DIK : V Naoh = 16,60 ml

N Naoh = 0,1 N

Berat A.Salisilat = 250 mg

BM=BE = 138,12

DIT : Kadar Asam Salisilat ?

Jawab :
% Kadar A.Salisilat = ML Naoh + N Naoh X BE X 100%

Mg Sampel

% Kadar A.Salisilat = 16,60 X 0,1 N X 138,12 X 100%

250 mg

% Kadar A.Salisilat = 229,27 X 100%

250 mg

% Kadar A.Salisilat = 91,70 %

PEMBAHASAN

Analisa volumetri banyak digunakan pada analisis reaksi kimia. Analisa volumetri
merupakan pengukuran kadar berdasarkan volume titrasi. Titrasi merupakan suatu
metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah
diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang
terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam-basa maka
disebut sebagai titrasi asam-basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi
reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan
reaksi kompleks dan lain sebagainya. Dalam praktikum kali ini, dilakukan percobaan
titrasi asam-basa dimana titrasi ini merupakan reaksi penetralan. Pada titrasi asam-basa
dikenal dua metode yaitu asidimetri dan alkalimetri. Jika larutan bakunya asam disebut
asidimetri sedangkan jika larutan bakunya asam disebut alkalimetri. Jenis-jenis titrasi
asam-basa meliputi asam kuat-basa kuat, asam kuat-basa lemah,asam lemah-basa kuat,
asam kuat-garam dari asam lemah, dan basa kuat-garam dari basa lemah. Asidimetri dan
alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antarion hydrogen yang berasal dari
asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat
netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam)
dengan penerima proton (basa). Beberapa senyawa yang ditetapkan kadarnya secara
asidi-alkalimetri dalam Farmakope Indonesia Edisi IV adalah : amfetamin sulfat dan
sediaan tabletnya, ammonia, asam asetat glacial, asam asetilsalisilat, asam benzoate,
asam fosfat, asam klorida, asam nitrat, asam retinoat, asam salisilat, asam sitrat, asam
sorbet, asam sulfat, asam tartrat, asam undesilenat, benzyl benzoate, busulfan dan
sediaan tabletnya, butyl paraben, efedrin dan sediaan tabletnya, etanzinamida, etil
paraben, etisteron, eukuinin, furosemide, glibenklamid, kalamin, ketoprofen,
kloralhidrat, klonidin hidroklorida, levamisol HCl, linestrenol, magnesium hidroksida,
magnesium oksida, meprobamat, metenamin, metil paraben, metil salisilat, naproksen,
natrium bikarbonat serta sediaan tablet dan injeksinya, natrium hidroksida, natrium
tetraborat, neotigmin metilsulfat, propil paraben, propin tiourasil, sakarin natrium dan
zink oksida.
Pada Titrasi asam-basa ini digunakan sampel yaitu asam salisilat. Pada titrasi ini
digunakan metode alkalimetri karena sampel yang digunakan adalah asam dan
penitrannya adalah larutan basa yaitu KOH dan NaOH sehingga reaksi yang terjadi
nantinya adalah reaksi penetralan. Asam salisilat ditimbang sebanyak 250 mg dan
setelah itu dilarutkan dengan etanol netral. Penggunaan etanol netral dalam pelarutan
sampel dikarenakan sampel tidak dapat larut dengan air. Etanol yang digunakan adalah
etanol yang netral karena etanol biasa mempunyai pH yang dapat mempengaruhi sifat
keasaman dari asam salisilat dan dapat menyebabkan kadarnya tidak sesuai dengan
yang sebenarnya. Cara pembuatan etanol netral yaitu ke dalam 15 ml etanol 95% di
tambahkan 1 tetes Fenol Merah setelah itu di tambahkan bertetes-tetes NaOH 0,1 N
hingga larutan berwarna merah muda atau pink. Pada pembuatan etanol netral
digunakan etanol 95% karena ketika ditambahkan NaOH. Pada percobaan ini digunakan
indikator merah fenol atau fenol red dengan trayek pH 6,8-8,4 dengan menunjukkan
perubahan warna dari kuning ke merah muda atau pink. Namun pada percobaan
perubahan warna yang terjadi yaitu dari warna orange ke pink . Hal ini mungkin
disebabkan karena penambahan etanol netral yang berwarna ungu sehingga ketika
ditambahkan indikator FM menyebabkan larutan berubah warna menjadi orange dan
ketika telah mencapai titik akhir titrasi larutan kembali menjadi warna ungu. Hal
tersebut menunjukkan bahwa larutan telah kembali menjadi netral.
Setelah dilakukan titrasi maka didapatkan dapat dihitung persentase kadar dari
sampel. Persentase kadar asam salisilat yang didapatkan yaitu 91,70%. Menurut
Farmakope Indonesia Edisi III, asam salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan
tidak lebih dari 101,0% C7H6O3 dihitung terhadap zat yang telah. Kadar yang sudah
diuji tidak sesuai dengan farmakope Indonesia. Kadar asam salisilat pada percobaan
rendah karena volume titrasinya juga sedikit. Ketidaksesuaian hasil pengamatan dengan
literatur mungkin disebabkan karena adanya kesalahan-kesalahan saat praktikum antara
lain kesalahan pemipetan larutan, kesalahan pembacaan skala buret, atau
ketidakmurnian sampel.
Perubahan warna suatu indikator tergantung konsentrasi ion hydrogen (H +) yang
ada dalam larutan dan tidak menunjukkan kesempurnaan reaksi atau ketetapan
netralisasi. Indikator pH asam basa adalah suatu indikator atau zat yang dapat berubah
warna apabila pH lingkungan berubah. Misalnya brotimol biru (BB), dilarutkan asam
menjadi warna kuning, tetapi dalam larutan basa menjadi warna biru.
Adapun mekanisme dari reaksi antara asam salisilat dengan kalium hidroksida
yaitu pada saat asam salisilat direaksikan dengan kalium hidroksida maka atom H + pada
asam salisilat lepas sehingga pada hasil reaksi salisilat mengikat atom K+ sehingga
menjadi kalium salisilat dan air.

PENUTUP

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari percobaan ini yaitu sebagai
berikut :
1. Titrasi asam basa merupakan reaksi netralisasi dimana terdapat dua metode
yaitu asidimetri dan alkalimetri.
2. Kadar asam salisilat pada percobaan yaitu 91,70% sedangkan pada
Farmakope Indonesia edisi III yaitu tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih
dari 101,0%.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sunarya,Yayan dkk.2007.”Mudah dan Aktif Belajar Kimia”.PT Grafindo


Media Pratama : Bandung (P:168-169, 173)
2. Cairns,Donal.2004.”Intisari Kimia Farmasi Edisi 2”.EGC : Jakarta
(P:133)
3. Achmad,Hiskia.1996.”Kimia Larutan”.PT Citra Aditya Bakti : Bandung
(P:170-171)
4. J.Bassett dkk.1994.”Buku Ajar VOGEL Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik”.EGC : Jakarta (P:261)
5. Watson,David G.2007.”Analisis Farmasi edisi 2”.EGC : Jakarta
(P:71,75)
6. Gandjar,Ibnu Gholib.2007.”Kimia Farmasi Analisis”.Pustaka Pelajar :
Yogyakarta (P:
7. Tim Penyusun.2014.”Penuntun Praktikum Kimia Analisis”.STIFA :
Makassar (P:6)
8. Chang,Raymond.2004.”Kimia Dasar edisi 3”.Erlangga : Jakarta (P:96)
9. Barsasella,Diana.2012.”Kimia Dasar”.Trans Info Media : Jakarta
(P:148-149)
10. Mulyono,HAM.2005.”Membuat Reagen Kimia di Laboratorium”.PT.
Bumi Aksara : Jakarta (P:82-83)
11. Dirjen POM.1979.”Farmakope Indonesia Edisi III”.Depkes RI : Jakarta
(P:43, 56, 65, 96, 412, 689, 704)
LAMPIRAN

Hasil Akhir Titrasi Asam Salisilat

Anda mungkin juga menyukai