Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER

SEL BAKTERI

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Biologi Sel dan Molekuler
Dosen Pengampu : Lisa Savitri, S.Si., M.Imun.

Disusun oleh
1. Citra ()
2. Irma Emiliana (202006050108)
3. Nur Sifa Yasin ()
4. Ulfarida ()

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
2.1 Pengertian Bakteri.....................................................................................4
2.2 Morfologi Sel Bakteri................................................................................4
2.3 Struktur Sel Bakteri...................................................................................5
2.3.1 Dinding Sel........................................................................................6
2.3.2 Membran Sitoplasma.........................................................................8
2.3.3 Sitoplasma..........................................................................................9
2.3.4 Ribosom.............................................................................................9
2.3.5 Nukleoid...........................................................................................10
2.3.6 Inklusi Sitoplasma............................................................................11
2.3.7 Plasmid.............................................................................................11
2.3.8 Spora................................................................................................11
2.3.9 Flagellum.........................................................................................12
2.3.10 Pili dan Fimbrae...............................................................................13
2.3.11 Kapsul..............................................................................................14
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................15
3.1 Kesimpulan..............................................................................................15
3.2 Saran........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Bakteri berasal dari kata "bakterion" (bahasa Yunani) yang berarti tongkat
atau batang, bakteri adalah organisme prokariota uniseluler yang hanya dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop. Bakteri ditemukan pertama kali oleh
ilmuwan Belanda bernama Anthony van Leewenhoek. Leeuwenhoek kemudian
menerbitkan aneka ragam gambar bentuk bakteri pada tahun 1684. Sejak saat itu,
ilmu yang mempelajari bakteri mulai berkembang. Ilmu yang mempelajari bakteri
disebut bakteriologi. Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan
tersebar luas dibandingkan makhluk hidup lainnya. Bakteri memiliki ratusan ribu
spesies yang hidup di gurun pasir, salju atau es, hingga lautan (Sri Maryati, 2007).
Bagi manusia, bakteri ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan.
Bakteri memiliki ciri yang membedakannya dengan makhluk hidup lainnya.
Bakteri adalah organisme uniseluler, prokariot, dan umumnya tidak memiliki
klorofil. Ukuran tubuh bakteri bervariasi, dari berdiameter 0,12 mikron sampai
yang panjangnya ratusan mikron. Bentuk dasar bakteri beraneka ragam, yaitu
kokus (bulat), basil (batang), dan spirilia (spiral). (Sri Maryati, 2007).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini dapat dipaparkan sebagai berikut
1. Apa pengertian dari bakteri?
2. Bagaimana morfologi dari sel bakteri?
3. Bagaimana struktur dari sel bakteri?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian bakteri
2. Untuk mengetahui morfologi sel bakteri
3. Untuk memahami struktur sel bakteri

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Bakteri
Bakteri merupakan salah satu golongan mikroorganisme prokariotik (bersel
tunggal) yang hidup berkoloni dan tidak mempunyai selubung inti namun mampu
hidup dimana saja (Jawetz et al., 2004).
2. Morfologi Sel Bakteri
Fardiaz (1992) menjelaskan bahwa sel bakteri umumnya mempunyai ukuran
0,5 - 1,0 µm kali 2,0 - 5,0 µm. Terkait dengan ukuran sel bakteri patogenik,
Zinsser, et al. (1988) mengatakan bahwa spesies bakteri patogenik memiliki
ukuran antara 0,4 - 2 µm, dan nampak di bawah mikroskop cahaya dan mikroskop
elektron. Bila dibandingkan dengan partikel virus, sel bakteri mempunyai ukuran
lebih besar.
Terkait dengan bentuk sel bakteri, terdapat tiga bentuk dasar, yaitu:
1. Sel bakteri berbentuk bola atau kokus, jamak = koki (Coccus).
Berdasarkan atas pengelompokkan selnya, bentuk kokus ini kemudian
dikelompokkan menjadi:
a. Monokokus, yaitu bakteri berbentuk bulat tunggal.
b. Dilokokus, yaitu penataan sel bakteri kokus dalam kelompok dua-dua sel.
c. Streptokokus, yaitu rangkaian sel bakteri kokus membentuk rantai
panjang atau pendek.
d. Tertrad, yaitu penataan sel bakteri kokus dalam kelompok empat-empat
sel, membentuk persegi empat.
e. Stafilokokus, yaitu kumpulan sel-sel bakteri kokus yang tidak beraturan
(bergerombol) membentuk seperti penataan buah anggur.
f. Sarcina, yaitu kumpulan sel-sel bakteri kokus membentuk kubus, yang
terdiri dari delapan sel atau lebih.

4
2. Sel bakteri berbentuk batang atau basil (Bacillus).
Bentuk bakteri basil, akan membentuk beberapa macam pengelompokkan
selnya, yaitu:
a. Basil tunggal, yaitu bakteri yang hanya berbentuk satu batang tunggal
b. Diplobasil, yaitu penataan sel bakteri basil yang berkelompok dua-dua
sel, atau berpasangan (dua-dua sel).
c. Streptobasil, yaitu penataan sel bakteri basil yang membentuk rantai.

3. Sel bakteri berbentuk spiral, tunggal = spirilum, jamak = spirilia.


Bakteri yang berbentuk spiral, tidak membentuk pengelompokkan atau saling
menempelkan dinding selnya dengan dinding sel bakteri lain. Bakteri spiral
selalu berada secara terpisah-pisah (tunggal). Masing-masing spesies berbeda
dalam panjang sel, serta ketegaran dinding selnya. Bakteri yang ukurannya
pendek dengan spiral yang tidak lengkap, dikelompokkan ke dalam bakteri
berbentuk koma atau vibrio.

5
2.3 Struktur Sel Bakteri
Berdasarkan strukurnya bakteri terbagi menjadi dua yaitu struktur dasar dan
struktur tambahan. Struktur dasar meliputi dinding sel, membran sitoplasma,
sitoplasma, ribosom, inklusi sitoplasma, Nukleoid/DNA. Struktur tambahan
meliputi kapsul, flagellum, pili, fimbria, endospora.

2.3.1 Dinding Sel


Dinding sel bakteri terletak di antara struktur kapsul atau lapisan lendir dan
membran sitoplasma. Dinding sel bakteri memiliki struktur yang kompleks dan
agak kaku. Dinding sel bakteri memberi bentuk yang khas pada setiap sel bakteri.
Jika dinding sel bakteri hilang (mungkin karena pengaruh bahan
antibakteri/antibiotik tertentu seperti penisilin), maka memungkinkan bentuk sel
bakteri tersebut berubah. Meskipun tidak mengandung enzim dan tidak bersifat
semipermeabel, namun dinding sel diperlukan agar sel bakteri dapat berfungsi
secara normal. Dinding sel yang kaku memungkinkan bakteri dapat mengatasi
konsentrasi osmosis yang berbeda-beda dan sitoplasma tidak mengembang
melampaui batas dinding yang kaku itu. Ketebalan dinding sel bakteri berkisar
antara 10 - 35 nm.
Kokohnya dinding sel bakteri, disebabkan oleh adanya lapisan
peptidoglikan yang ada pada struktur dinding sel tersebut. Polimer yang sangat
besar ini, terdiri atas tiga macam bahan pembangun, yaitu:
1) N-asetilglokosamin (NAG),
2) Asam N-Asetilmuramat (AAM),

6
3) Peptida yang terdiri dari asam amino: L-alanin, D-alanin, asam D-
glutamant, dan lisin atau asam diaminopimelat.
Cara menggambarkan peptidoglikan ialah sebagai rantai tulang punggung
polisakarida yang terdiri dari unit-unit NAG dan AAM yang selang-seling dengan
rantai peptide pendek yang menonjol dari unit-unit AAM. Banyak dari unit-unit
peptide terikat silang dengan sesamanya, sehingga memberikan sifat kaku secara
keseluruhan.
Peptidoglikan disebut juga mukopeptida, glikopeptida, muropeptida atau
murein peptidoglikan. Serat-serat peptidoglikan membentuk anyaman yang kuat
namun tidak padat (tidak solid), sehingga tidak menghalangi masuknya air, zat-zat
makanan, seperti mineral, glukosa, asam amino atau bahkan molekul organik.
Berdasarkan perbedaan kandungan dari dinding sel, bakteri dapat
digolongkan menjadi dua yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif.
Bakteri Gram positif dinding selnya tersusun atas peptidoglikan sehingga dinding
selnya kaku. Pada bagian luar peptidoglikan terdapat senyawa yang disebut asam
teikhoat. Bakteri Gram negatif mengandung peptidoglikan dalam jumlah yang
jauh lebih sedikit, akan tetapi di bagian luar peptidoglikan terdapat membran luar
yang tersusun atas lipoprotein dan fosfolipid serta mengandung lipopolisakarida.
Karena perbedaan komposisi dinding sel ini, bakteri Gram positif dan negatif
memiliki ketahanan yang berbeda. Bakteri Gram positif lebih rentan terhadap
antibiotika penisilin karena antibiotika ini dapat merusak peptidoglikan.
Sebaliknya karena jumlah peptidoglikan yang lebih banyak, bakteri Gram positif
biasanya lebih tahan terhadap kerusakan mekanis.

Perbandingan struktur dinding sel bakteri Gram positif dengan sel bakteri Gram negatif
(Fardiaz, 1992) (a) Bakteri Gram positif, (b) bakteri Gram negatif

7
No. Aspek perbedaan Sel bakteri Gram negatif Sel bakteri Gram positif

 Tebal (15 - 80 nm)  Tipis (10 - 15 nm)


1. Struktur dinding sel
 Berlapis tunggal  Berlapis tiga

 Kandungan lipid  Kandungan lipid


rendah ( 1- 4%) tinggi (11 - 22%)
 Peptidoglikan sebagai  Peptidoglikan ada
lapisan tunggal. dalam lapisan kaku
2. Komposisi dinding sel  Komposisi utama sebelah dalam.
merupakan lebih dari  Jumlahnya sedikit,
50% berat kering sel 10% berat kering
bakteri  Tidak ada asam
 Ada asam teikoat teikoat

Kerentanan terhadap
3. Lebih rentan Kurang rentan
penisilin
Pertumbuhan
dihambat oleh zat Tidak dihambat dengan
4. Dihambat dengan nyata
warna dasar, misalnya nyata
ungu kristal
5. Persyaratan nutrisi Lebih rumit Kurang rumit
Lebih resisten (kurang Kurang resisten (lebih
6. Gangguan fisik
rentan) rentan)

2.3.2 Membran Sitoplasma


Struktur membran sitoplasma berada di sebelah dalam dari dinding sel. Oleh
karena itu, jika dilihat dari struktur lapisan pada sel sel bakteri, membran plasma
dilindungi oleh dinding sel bakteri, yang mana sifat dinding sel bakteri yang lebih
kaku jika dibandingkan dengan membran sitoplasma. Membran sitoplasma
penting untuk mengendalikan lalu lintas substansi kimiawi dalam larutan, masuk
ke dalam dan keluar sel. Susbtansi-substansi (solut) dapat melewati membran
sitoplasma, dapat dengan cara sebagai berikut:

1. Difusi pasif
Proses difusi pasif, tidak bersifat spesifik untuk setiap solut, tetapi akan
terjadi jika terdapat perbedaan konsentrasi solut di luar sel dengan di dalam
sel bakteri. Pada proses ini, terjadi pergerakan substansi kimia (solut) yang

8
melintasi membran sitoplasma, dari area yang berkonsentrasi tinggi ke area
yang berkonsetrasi yang lebih rendah. Difusi pasif, berfungsi untuk
menyamakan konsentrasi solut di kedua sisi membran sitoplasma.

2. Angkutan aktif
Proses angkutan aktif bersifat sangat spesifik (memperlakukan solut secara
spesifik). Angkutan aktif berfungsi untuk menumpuk solut di dalam sel
dengan konsentrasi yang lebih tinggi daripada di luar sel.
Membran atau selaput sitoplasma, memiliki beberapa fungsi antara lain:
 Permeabilitas selektif dan pengangkutan larutan
 Pengangkutan elektron dan fosforilasi oksidatif
 Pengangkutan eksoenzim hidrolitik
 Berlaku sebagai tempat enzim dan molekul pembawa yang berfungsi
dalam biositesis DNA, polimer dinding sel dan lipid selaput.
 Mengandung reseptor dan protein lain dari sistem khemotaksis
2.3.3 Sitoplasma
Untuk sel prokariotik sitoplasma berarti apa saja yang terdapat di dalam
membran sitoplasma. Sitoplasma tersusun oleh 80% air, juga mengandung asam-
asam nukleat, protein, karbohidrat; lemak, ion-ion anorganik dan beberapa
senyawa berukuran kecil. Di dalam sitoplasma inilah metabolisme untuk
menghasilkan energi dan pembentukan komponen-komponen sel berlangsung.
Sitoplasma ini dapat dibagi menjadi bagian fluid dan bagian nukleoid.
Bagian fluid yang terdiri dari air yang mengandung ion dalam konsentrasi
tinggi sehingga secara fisik cairan di bagian ini kental, agak transparan dan elastis.
Di bagian ini juga terdapat ribosom yang terdiri dari asam ribonukleat dan protein
yang berfungsi dalam sintesis protein. Selain itu, mungkin juga terdapat beberapa
granula, seperti granula metakromatik (volutin), granula polisakarida, lemak,
sulfur dan sebagainya. Bagian nukleoid terdiri dari molekul asam
deoksiribonukleat yang membentuk kromosom.
Molekul inilah yang mengandung informasi genetika dari sel bakteri
tersebut. Selain itu bakteri juga mungkin mengandung asam deoksiribonukleat
yang membentuk lingkaran kecil yang disebut sebagai plasmid. Plasmid berisi

9
materi genetika yang tidak penting bagi pertumbuhan sel dan bisa hilang tanpa
mengakibatkan sel mati.
2.3.4 Ribosom
Partikel Ribonucleic Acid (RNA-protein) yang disebut ribosom terkemas
padat di seluruh daerah sitoplasma. Ribosom merupakan tempat biosintesis
protein. Ribosom terdapat baik pada sel prokariotik maupun sel eukariotik, yang
berfungsi sebagai tempat sintesis protein.
Menurut Tortora, et al. (2010) bahwa ribosom disusun oleh dua subunit,
setiap subunit mengandung protein dan sebuah tipe dari RNA disebut ribosomal
RNA (rRNA). Ribosom prokariotik berbeda dari ribosom eukariotik dalam
kandungan jumlah protein dan molekul rRNA, ribosom prokariotik juga lebih
kecil dan kurang padat jika dibandingkan dengan ribosom sel eukariotik. Ribosom
sel prokariotik (termasuk sel bakteri) disebut ribosom 70S, dan sel eukariotik
dikenal sebagai ribosom 80S. Selanjutnya Zinsser, et al. (1988) menguraikan
bahwa ribosom bakteri 70S, dari kira-kira 800.000 dalton, dipisahkan ke dalam
subunit 30S dan 50S. Subunit 30S mengandung RNA 16S, sebaliknya subunit 50S
mengandung keduanya RNA 23S dan 5S. Huruf S menujukkan unit Svedberg,
yang menunjukkan laju relatif sedimentasi (pengendapan) selama sentrifuge
kecepatan tinggi.
2.3.5 Nukleoid
Sel-sel prokariot tidak memiliki nukleus sebagai tempat tersimpannya
materi genetik seperti pada eukariotik, yang ada adalah suatu daerah yang disebut
nukleoid yang tidak dikelilingi oleh membran dan tidak mengadakan mitosis dan
meiosis. Strukturnya merupakan suatu masa amorf (tak berbentuk) yang lobuler
terdiri dari banyak kromatin yang fibriler.
Nukleoid terdiri dari molekul DNA yang membentuk kromosom. Molekul
DNA mengandung informasi genetika dari sel bakteri. Bakteri juga mengandung
DNA yang membentuk lingkaran kecil disebut plasmid. Plasmid mengandung
materi genetika yang tidak penting bagi pertumbuhan sel dan bisa hilang tanpa
mengakibatkan sel mati.

10
Fibril-fibril yang tampak pada nukleotid merupakan DNA yang
panjang(sekitar 1400 nm) dan tipis (3 nm), fleksibel dan sirkuler. Filamen sirkuler
DNA semacam ini pada umumnya disebut kromosom bakteri.
Pada bakteri DNA ekstrakromosom yang berbentuk cincin-cincin kecil,
dapat berreplikasi secara autonom (tidak seirama dengan kromosom) dan dapat
juga bertindak sebagai determinan genetik dinamakan episom (plasmid).
2.3.6 Inklusi Sitoplasma
Substansi kimia menumpuk dan membentuk granul serta globul di dalam
sitoplasma. Struktur ini disebut tubuh inklusi. Inklusi sitoplasma berfungsi sebagai
tempat menyimpan cadangan makanan karena bakteri akan menyimpan cadangan
makanan yang dibutuhkan. Macam-macam substansi kimia yang terkandung
adalah glikogen, metafosfat anorganik, asam polihidroksibutirat, belerang atau
senyawa yang mengandung nitrogen. Beberapa macam inklusi tertentu terdapat
pada satu spesies bakteri, sedangkan pada spesies lain tidak memilikinya. Oleh
sebab itu, jenis-jenis inklusi dapat digunakan untuk mengidentifikasi spesies
bakteri.
2.3.7 Plasmid
Kebanyakan bakteri memiliki plasmid. Plasmid merupakan molekul DNA
kecil di dalam sel yang secara fisik terpisah dari DNA kromosom dan bisa
bereplikasi secara independen. Pada bakteri plasmid berfungsi sebagai pembawa
sifat non-esensial bagi pertumbuhan bakteri yang berperan secara langsung dalam
metabolisme dan segala kegiatan biologis yang membantu pertumbuhan bakteri.
2.3.8 Spora
Beberapa spesies bakteri mampu menghasilkan spora di luar sel
vegetatifnya, (eksosopora), atau di dalam sel vegetatif (endospora). Spora ini
tahan terhadap perlakuan fisik maupun kimia yang ekstrim (lingkungan yang
panas, kekeringan, bahan kimia yang toksik).
Spora berada dalam keadaan dorman (tidur). Pada keadaan lingkungan yang
sesuai dengan faktor pertumbuhan selnya (keadaan lingkungan yang membaik
bagi pertumbuhan bakteri), spora dapat tumbuh lagi menjadi bentuk sel vegetatif.
Eksospora merupakan spora eksternal. Tidak semua bakteri memiliki
eksospora. Contoh kuman yang menghasilkan eksospora adalah Streptomyces

11
viridochromogens. Proses pembentukan eksospora sama dengan proses
pembentukan spora pada cendawan.
Endospora hanya terdapat pada sel bakteri. Spora jenis ini mulai terbentuk
pada fase pertumbuhan logaritmik. Ukuran diameter endospora bervariasi. Ada
endopora yang memiliki ukuran diameternya lebih besar dri sel vegetatif, ada
yang lebih kecil dari sel vegetatifnya.
Endospora memiliki ciri-ciri tertentu, yang memungkinkan spora ini lebih
bertahan hidup pada kondisi yang ekstrim jika dibandingkan dengan sel
vegetatifnya pada kondisi ekstrim, misalnya suhu tinggi dan kekeringan, serta
terhadap bahan-bahan kimia seperti disinfektan. Ciri-ciri endospora sel bakteri
sebagai berikut:
 Endospora dibentuk oleh semua spesies Bacillus, Clostridium, dan
Sporosarcina.
 Endospora bakteri tahan terhadap pemanasan, pengeringan, dan disinfektan.
 Endopsora terbentuk pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk
pertumbuhan sel vegetatifnya.
 Endospora sukar untuk diwarnai, tetapi sekali diwarnai sukar dihilangkan.
Bentuk dan posisi endospora di dalam sel berbeda pada masingmasing
spesies.
2.3.9 Flagellum
Struktur ini merupakan embel-embel seperti rambut. Struktur ini amat tipis
(satuannya pengukurannya adalah nano meter). Flagellum tumbuh dari suatu
tubuh dasar struktur granular tepat di bawah membran sel di dalam sitoplasma,
kemudian menembus dinding sel. Flagellum sering dijumpai pada sel bakteri yang
berbentuk basil, dan jarang dijumpai pada sel bakteri yang berbentuk kokus.
Flagellum memungkinkan motilitas (pergerakan) sel bakteri. Terkait dengan
pergerakan flagella bakteri, Nishiyama, et al., (2012) mengatakan bahwa mesin
flagellar bakteri adalah mesin molekul reversibel yang mengubah pengaliran ion
khusus untuk rotasi flagel. Pergerakan rotasi reguler terdiri dari 26 langkah per
satu putaran. Ion perangkai berbeda sesuai dengan jenis pergerakan dan atau
spesies bakteri. Kecepatan rotasi dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia, seperti
beban kekentalan, tempertur, dan pH. Penataan plagella pada sel bakteri tertentu

12
berbeda dengan pada sel bakteri lainnya. Ada beberapa macam penataan flagella
pada sel bakteri, yaitu.
a. Flagellum monotrik, yaitu hanya terdapat satu flagellum pada sel bakteri dan
letaknya pada salah satu ujung selnya (polar).
b. Flagella lopotrik (lopho = sekumpulan, trichus = rambut), yaitu terdapat
sekumpulan flagella (rambut) yang terdiri dari dua atau lebih flagella dan terletak
pada salah satu ujung sel bakteri (polar).
c. Flagella amphitrik, yaitu terdapat satu flagellum atau sekumpulan flagella,
yang masing-masing terletak di kedua ujung selnya.
d. Flagella peritrik, yaitu terdapat banyak flagella yang tumbuh pada seluruh
permukaan sel bakteri (sel bakteri dikelilingi oleh flagella).

Macam-macam penataan-penataan flagella pada sel bakteri (Fardiaz, 1992) (A) Monotrik, (B)
Lopotrik, (C) Amphitrik, (D) Peritrik.
2.3.10 Pili dan Fimbrae
Banyak bakteri Gram negatif, memiliki apendiks mirip rambut, yang lebih
pendek, lebih lurus dari flagella, dan digunakan untuk perlekatan dan transfer
Deoxyribonucleic Acid (DNA) daripada untuk motilitas. Struktur ini mencakup
protein, yang disebut pilin. Struktur pilin terdiri atas dua tipe yaitu pili dan
fimbriae (Tortora, et al., 2010).
Selanjutnya Tortora, et al. (2010) menjelaskan bahwa fimbriae (tunggal =
fimbria) dapat terjadi pada kutub sel bakteri atau dapat secara merata terdistribusi

13
pada permukaan sel bakteri. Fimbriae berjumlah sedikit sampai beberapa ratus
buah persel bakteri.
Fimbriae berperan lebih ke perlekatan antara satu sel dengan sel bakteri
lain, dan ke suatu permukaan. Sedangkan Pili (tunggal = pilus) biasanya lebih
panjang dari fimbriae dan jumlahnya hanya satu atau dua buah per sel bakteri. Pili
dilibatkan dalam hal motilitas dan transfer DNA pada sel bakteri. Beberapa pili
digunakan untuk membawa bakteri bersama-sama yang memungkinkan transfer
DNA dari satu sel ke sel lain, yang mana proses ini dinamakan konyugasi. Pili
yang terlibat dalam proses konyugasi dinamakan pili (seks) konyugasi.
2.3.11 Kapsul
Beberapa sel bakteri, dikelilingi oleh suatu bahan kental yang disebut kapsul
atau lapisan lendir. Kapsul ini dapat dilihat di bawah mikroskop setelah sel bakteri
tersebut diwarnai dengan pewarna negatif.
Kapsul sel bakteri penting sebagai bahan pelindung sel bakteri. Selain itu
juga, kapsul berfungsi sebagai gudang makanan cadangan bagi sel bakteri. Bagi
bakteri penyebab penyakit tertentu, kapsul menambah kemampuan bakteri
tersebut untuk menginfeksi makhluk hidup lain. Bila bakteri tersebut kehilangan
kapsulnya, maka akan kehilangan juga virulensinya (kemampuan menginfeksi).

14
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Bakteri merupakan salah satu golongan mikroorganisme prokariotik (bersel
tunggal) yang hidup berkoloni dan tidak mempunyai selubung inti namun mampu
hidup dimana saja. Sel bakteri umumnya mempunyai ukuran 0,5 - 1,0 µm kali 2,0
- 5,0 µm. Terkait dengan bentuk sel bakteri, terdapat tiga bentuk dasar yaitu
Coccus, Bacillus, dan spiral. Struktur yang dimiliki oleh sel bakteri terbagi
menjadi dua yaitu struktur dasar dan struktur tambahan. Struktur dasar meliputi
dinding sel, membran sitoplasma, sitoplasma, ribosom, inklusi sitoplasma,
Nukleoid/DNA. Struktur tambahan meliputi kapsul, flagellum, pili, fimbria,
endospora.
2. Saran
Karena keterbatasan informasi dan pengetahuan, diharapkan pembaca
makalah ini dapat menambahkan hal-hal yang kurang dari makal ini dengan
mencari sumber melalui artikel, jurnal, maupun buku terkait sel bakteri

15
DAFTAR PUSTAKA

Boleng, D. T. 2015. Bakteriologi Konsep-Konsep Dasar. Malang: Penerbitan


Universitas Muhammadiyah Malang.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka


Utama.

Jawetz, E., J, Melnick, dan Adelberg. 2004. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23.
Jakarta: EGC.

Joklik, W. K., Willett, H. P., Amos, D. B., Wilfert, C. M. 1988. Zinsser


Microbiology. Singapore: Prentice Hall International Inc.

Rini, C., S., dan Rochmah J. 2020. Bakteriologi Dasar. Sidoaro: UMSIDA Press.

Tortora, G. J., Funke, B. R., Case, C. L. 2010. Microbiology. Sanfrancisco:


Benjamin Cummings.

16

Anda mungkin juga menyukai