Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

APLIKASI TEKNOLOGI DNA


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah Biologi, Sel dan Molekuler
Dosen pengampu: Lisa Savitri, S.Si., M.Imun.

Oleh:
Abdullah 202106050201
Erwin Dwi Putra 202106050218
Senenia Aprilia N.S 202106050228

UNIVERSITAS KADIRI
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
2021/2022
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................2
1.1 Latar belakang.............................................................................................................................2
1.2 Rumusan masalah........................................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 Pengertian DNA..........................................................................................................................3
2.2 Teknologi DNA rekombinan.......................................................................................................3
2.3 Aplikasi teknologi DNA di berbagai bidang................................................................................3
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................11
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................11
3.2 Saran..........................................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kemajuan di bidang teknologi saat ini sudah berkembang sangat pesat, banyak penemuan
baru tentang biologi molekuler, diantaranya yaitu adanya sistem kloning. Sistem kloning itu
sendiri merupakan suatu proses menghasilkan individu-individu dari jenis yang sama identik
secara genetik. Pada hewan atau tumbuhan tertentu perkloningan terbentuk secara alami yaitu
kebiasaan proses hewan atau tumbuhan bereproduksi aseksual. Sedangkan dalam
bioteknologi, kloning merujuk pada berbagai usaha yang dilakukan manusia untuk
menghasilkan salinan berkas DNA atau gen, sel atau organisme.

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan tersebut, muncullah ilmu yang mempelajari


mengenai pembentukan kombinasi materi genetik yang baru dengan cara penyisipan molekul
DNA ke dalam suatu vektor sehingga memungkikannya untuk terintegerasi dan mengalami
perbanyakan dalam suatu sel organisme lain yang berperan sebagai sel inang yang dikenal
sebagai teknologi DNA rekombinan atau biasa disebut rekayasa genetika. Teknologi ini
memungkinkannya diperolehnya suatu produk dengan sifat tertentu dalam waktu lebih cepat
dan jumlah lebih besar daripada produksi secara konvensional serta memandulkan sifat dari
dua jenis organisme yang berbeda (organisme transgenetik) dan lain-lan.

1.2 Rumusan masalah

Bagaimana pengaplikasian teknologi DNA dalam kehidupan?

1.3 Tujuan
Mengetahui pengaplikasian teknologi DNA dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DNA

2.1.1 Definisi DNA


Deoxyribonucleic acid (DNA) adalah polimer asam nukleat yang tersusun secara
sistematis dan merupakan pembawa informasi genetik yang diturunkan kepada keturunannya.
Informasi genetik disusun dalam bentuk kodon yang berupa tiga pasang basa nukelotida.

Gambar 1. Struktur dan komponen untai ganda DNA


Secara struktural, DNA merupakan polimer nukleotida, di mana setiap nukelotida
tersusun atas gula deoksiribosa, fosfat, dan basa. Polimer tersebut membentuk struktur dua
untai heliks ganda yang disatukan oleh ikatan hidrogen 9 antara basa-basa yang ada. Terdapat
empat basa dalam DNA, yaitu adenin (A), sitosin (C), guanin (G), dan timin (T). Adenin akan
membentuk dua ikatan hidrogen dengan timin, sedangkan guanin akan membentuk tiga
ikatan hidrogen dengan sitosin. Kombinasi jumlah dan susunan yang terbentuk antara ikatan-
ikatan basa ini memungkinkan setiap indvidu memiliki cetak biru genetik yang spesifik
dibandingkan organisme lain.
2.2 Teknologi DNA rekombinan

Teknologi DNA Rekombinan merupakan kumpulan teknik atau metoda yang


digunakan untuk mengkombinasikan gen-gen di dalam tabung reaksi.
Teknik-teknik tersebut meliputi:
1. Teknik untuk mengisolasi DNA.
2. Teknik untuk memotong DNA.
3. Teknik untuk menggabung atau menyambung DNA.
4. Teknik untuk memasukkan DNA ke dalam sel hidup.

Kumpulan teknik-teknik atau metoda-metoda yang telah dikembangkan oleh para


ilmuwan telah mungkinkan bagi kita untuk: mengisolasi DNA dari berbagai organisme,
menggabungkan DNA yang berasal dari organisme yang berbeda sehingga terbentuk
kombinasi DNA (DNA rekombinan), memasukkan DNA rekombinan ke dalam sel organisme
prokariot maupun eukariot hingga DNA rekombinan tersebut dapat berepilkasi dan bahkan
dapat diekspresikan. Teknologi DNA Rekombinan telah memberikan banyak manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan maupun bagi kehidupam manusia sehari-hari. Beberapa
jenis obat-obatan, vaksin, bahan pangan, bahan pakaian dan lainnya telah diproduksi dengan
memanfaatkan teknologi DNA Rekombinan.

2.3 Aplikasi teknologi DNA di berbagai bidang

Pada industri pengolahan pangan, misalnya pada pembuatan keju, ensim renet yang
digunakan juga merupakan produk organisme transgenik. Hampir 40% keju keras (hard
cheese) yang diproduksi di Amerika Serikat menggunakan enzim yang berasal dari
organisme transgenik. Demikian pula, bahan-bahan food additive seperti penambah cita rasa
makanan, pengawet makanan, pewarna pangan, pengental pangan, dan sebagainya saat ini
banyak menggunakan produk organisme transgenik.

a) Vektor DNA yang digunakan untuk memindahkan yaitu plasmid dari bakteri.
Penyisipan plasmid kedalam gen Vektor DNA yang digunakan untuk memindahkan
yaitu plasmid dari bakteri
b) Rekomendasi DNA Proses/menyambungkan DNA disebut rekomendasi DNA.
Tujuan rekomendasi DNA adalah untuk menyambungkan gen yang ada di dalam
DNA maka disebut juga rekombinasi gen.
Macam Rekombinasi DNA Rekombinasi DNA
a. Alami : pindah silang, transduksi, transformasi
b. Buatan : penyambungan DNA secara in Vitro.
1. Alasan dapat dilakukan rekombinasi DNA
Karena struktur DNA semua spesies sama DNA dapat disambung-
sambungkan. Karena ditemukan enzim pemotong dan penyambung Gen dapat
terekpresi di sel apapun.
2. Faktor-faktor DNA Rekombinan
Enzim (pemotong dan penyambung) Vektor Agen (sel target) Teknologi DNA
Enzim pemotong dikenal dengan nama enzim restriksi endonuklease
Fungsi enzim ini adalah untuk memotong-motong benang DNA yang panjang
menjadi pendek agar dapat disambung-sambungkan kembali.
Sifat enzimrestriksi endonuklease yaitu bekerja terspesialisasi, tiap enzim mengenal
dan memotong hanya pada urutan nuklotida tertentu pada DNA menghasilkan
potongan/fragmen runcing bila memotong DNA yang hanya bisa dicernakan oleh
DNA yang mempunyai fragmen yang sama persis lain.
3. Nama lain dari enzim penyambung adalah enzim ligase, ensim ligase berfungsi
menyambung untaian-untaian nukleotida.
4. Beberapa Enzim Retriksi Endonuklease dan tempat pemotongannya
Sifat enzim ligase Liga:
a. DNA tidak dapat menyambungkan DNA untai tunggal, jadi hanya bisa digunakan
pada DNA rangkap karena mengkatalisis ikatan fosfodiester antara dua rantai
DNA.
b. Vektor DNA yang akan diklonkan membutuhkan alat transportasi untuk menuju
tempat pembiakannya, alat transportasi disebut wahana kloning atau vektor-vektor
yang digunakan biasanya berupa plasmid
c. GEN /Sel target Agen/ sel target yang digunakan biasanya berupa mikroba,
umunya bakteri. Contohnya E.coli bakteri yang telah diinfeksi memperbanyak
plasmid ‘titipan’ ketika bereproduksi.
d. Alasan pemilihan bakteri untuk rekombinasi DNA
e. Daya reproduksi bakteri tinggi dan cepat sehingga diperoleh jumlah keturunan
yang banyak dalam waktu singkat merupakan mikroba yang mengandung banyak
plasmid tidak mengandung gen yang membahayakan.
Proses Rekombinasi DNA

Para penderita diabetes melitus (kencing manis) mebutuhkan asupan insulin Gen
insulin manusia dari pulau Langerhans diambil kemudian disambungkan ke dalam plasmid
bakteri yang sudah dipotong oleh enzim retriksi endonuklease membentuk kimera (DNA
rekombinan) Kimera dimasukkan ke dalam agen (E.coli) dan disambungkan dengan bantuan
enzim ligase untuk dikembangbiakkan.

Gambar 2. Bagan pembentukan Insulin

1. Teknologi DNA Kepentingan Forensik

Kata “forensik” berarti “berhubungan dengan ruang sidang”. Forensik merupakan


aplikasi dari disiplin ilmu kedokteran maupun ilmu-ilmu lain yang terkait dalam suatu
penyelidikan untuk memperoleh data-data dalam mengungkap kasus kriminal baik itu data
post mortem berdasar pemeriksaan mayat maupun data dari pemeriksaan kasus hidup seperti
perkosaan, pelecehan seksual dan/ atau kekerasan dalam rumah tangga. Ilmu forensik
merupakan terapan berbagai ranah keilmuan (multi disiplin) yang penting untuk menentukan
identitas korban maupun pelaku, tanda, sebab dan cara kematian, serta perkiraan waktu
kematian. Produk yang dihasilkan merupakan bukti autentik dalam suatu proses peradilan
hukum demi menegakkan kebenaran.
Produk tersebut dapat berupa laporan tertulis atau dalam bentuk pengakuan lisan para
ahli yang akan diberikan di pengadilan pada tindak kriminal. Kasus non kriminal, aplikasi
forensik sangat diperlukan terutama untuk mengungkap identitas korban musibah masal
seperti bencana alam, jatuhnya pesawat, tenggelamnya kapal, kecelakaan kereta dan
kebakaran (Kartika Ratna Pertiwi dan Evy Yulianti, 2011). DNA terdapat sebagai rantai
ganda (double helix) yang sangat panjang, mengandung potongan- potongan gen sebagai
satuan terkecil pengendali sifat dan ciri morfologi seperti warna kulit, jenis rambut, bentuk
jari dan sifat-sifat khusus pada manusia (Kartika Ratna Pertiwi dan Paramita Cahyaningrum,
2012).

2. DNA dalam Barang Bukti Forensik

Seorang penjahat tanpa disadari pasti akan meninggalkan sesuatu (jejak), sehingga
ketika polisi dipanggil ke tempat kejadian serius, tempat kejadian perkara (TKP) segera
ditutup dengan pita kuning police line untuk mencegah pencemaran bukti- bukti penting. Ahli
forensik harus bergegas ke tempat kejadian sebelum bukti penting yang mungkin membantu
mengungkap kejadian hilang/dirusak. Barang bukti forensik yang ditemukan harus diambil
sampelnya untuk diperiksa di laboratorium demi mendapatkan data pelengkap dan
pendukung. Salah satu pemeriksaan yang penting dan hasilnya bisa didapat dengan cepat
adalah tes sidik DNA.

Pelacakan identitas forensik akan dilakukan dengan mencocokkan antara DNA


korban dengan terduga keluarga korban. Hampir semua sampel biologis tubuh dapat
digunakan untuk sampel tes siik DNA, tetapi yang sering digunakan adalah darah, rambut,
usapan mulut pada pipi bagian dalam (buccal swab), dan kuku. Untuk kasus- kasus forensik,
sperma, daging, tulang, kulit, air liur atau sampel biologis apa saja yang ditemukan di tempat
kejadian perkara (TKP) dapat dijadikan sampel tes sidik DNA (Lutfig and Richey, 2000).

3. Identifikasi Forensik dengan Tes Sidik DNA

Pemeriksaan identifikasi forensik merupakan pemeriksaan yang pertama kali


dilakukan, terutama pada kasus tindak kejahatan yang korbannya tidak dikenal walaupun
identifikasi juga bisa dilakukan pada kasus non kriminal seperti kecelakaan, korban bencana
alam dan perang, serta kasus paternitas (menentukan orang tua). Secara biologis, pemeriksaan
identifikasi korban bisa dilakukan dengan odontologi (gigi-geligi), anthropologi (ciri tubuh),
golongan darah serta sidik DNA. Sidik DNA merupakan gambaran pola potongan DNA dari
setiap individu. Seperti halnya sidik jari (fingerprint) yang telah lama digunakan oleh detektif
dan laboratorium kepolisian sejak tahun 1930 (Kartika Ratna Pertiwi dan Evy Yulianti,
2011).

DNA yang biasa digunakan dalam tes adalah DNA mitokondria dan DNA inti sel.
DNA yang paling akurat untuk tes adalah DNA inti sel karena inti sel tidak bisa berubah
sedangkan DNA dalam mitokondria dapat berubah karena berasal dari garis keturunan ibu,
yang dapat berubah seiring dengan perkawinan keturunannya. Kasus-kasus kriminal,
penggunaan kedua tes DNA di atas, bergantung pada barang bukti apa yang ditemukan di
Tempat Kejadian Perkara (TKP). Seperti jika ditemukan puntung rokok, maka yang diperiksa
adalah DNA inti sel yang terdapat dalam epitel bibir karena ketika rokok dihisap dalam
mulut, epitel dalam bibir ada yang tertinggal di puntung rokok. Epitel ini masih
menggandung unsur DNA yang dapat dilacak. Misalnya dalam kasus korban ledakan bom,
serpihan tubuh para korban yang sulit dikenali diambil sekuens genetikanya.

Bentuk sidik DNA berupa garis-garis yang mirip seperti bar-code di kemasan
makanan atau minuman. Membandingkan kode garis-garis DNA, antara 30 sampai 100
sekuens rantai kode genetika, dengan DNA anggota keluarga terdekatnya, biasanya ayah atau
saudara kandungnya, maka identifikasi korban forensik atau kecelakaan yang hancur masih
dapat dilacak. Untuk kasus pemerkosaan diperiksa spermanya tetapi yang lebih utama adalah
kepala spermatozoanya yang terdapat DNA inti sel di dalamnya. Jika di TKP ditemukan satu
helai rambut maka sampel ini dapat diperiksa asal ada akarnya.

4. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)

RFLP adalah salah satu aplikasi analisis DNA asli pada penelitian forensik. Dengan
perkembangan dan adanya teknik analisis DNA yang lebih baru dan lebih efisien, RFLP tidak
lagi digunakan karena membutuhkan sampel DNA yang relatif banyak. Selain itu sampel
yang bisanya diperoleh juga biasanya sudah terdegradasi oleh faktor lingkungan, seperti
kotoran atau jamur, tidak dapat digunakan untuk RFLP. RFLP merupakan teknik sidik DNA
berdasarkan deteksi fragmen DNA dengan panjang yang bervariasi. Awalnya DNA diisolasi
dari sampel yang kemudian dipotong dengan enzim khusus restriction endonuclease. Enzim
ini memotong DNA pada pola sekuen tertentu yang disebut restriction endonuclease
recognition site (sisi yang dikenali oleh enzim restriksi).

Ada atau tidaknya sisi yang dikenali ini di dalam sampel DNA menghasilkan fragmen
DNA dengan panjang yang bervariasi. Selanjutnya potongan fragmen tersebut akan
dipisahkan dengan elektroforesis pada gel agarose 0,5%. Fragmen DNA kemudian
dipindahkan dan difiksasi pada pada membran nilon dan dihibridisasi spesifik dengan pelacak
(probe) DNA berlabel radioaktif yang akan berikatan dengan sekuen DNA komplementernya
pada sampel. Metode ini akhirnya muncullah pita-pita yang unik untuk setiap individu
(Marks dkk., 1996).

5. Analisis Polymerase chain reaction (PCR)

Polymerase chain reaction (PCR) digunakan untuk membuat jutaan salinan DNA dari
sampel biologis. Amplifikasi DNA dengan menggunakan PCR menyebabkan analisis DNA
pada sampel biologis hanya membutuhkan sedikit sampel dan dapat diperoleh dari sampel
yang halus seperti rambut. Kemampuan PCR untuk mengamplifikasi sejumlah kecil DNA
memungkinkan untuk menganalisa sampel yang sudah terdegradasi sekalipun. Namun, tetap
saja harus dicegah kontaminasi dengan materi biologis yang lain selama melakukan
identifikasi, koleksi dan menyiapkan sampelnya (Marks dkk., 1996). Tes DNA dilakukan
dengan cara mengambil DNA dari kromosom sel tubuh (autosom) yang mengandung area
STR (short tandem repeats), suatu area ini tidak memberi kode untuk melakukan sesuatu.
STR inilah yang bersifat unik karena berbeda pada setiap orang.

Perbedaannya terletak pada urutan pasang basa yang dihasilkan dan urutan
pengulangan STR. Pola STR ini diwariskan dari orang tua. Aplikasi teknik ini misalnya pada
tes DNA untuk paternalitas (pembuktian anak kandung) yaitu tes DNA untuk membuktikan
apakah seorang anak benar-benar adalah anak kandung dari sepasang suami dan istri. Cara
memeriksa tes DNA dilakukan dengan cara mengambil STR dari anak. Selanjutnya, di
laboratorium akan dianalisa urutan untaian STR ini apakah urutannya sama dengan seseorang
yang dijadikan pola dari seorang anak. Urutan tidak hanya satu-satunya karena pemeriksaan
dilanjutkan dengan melihat nomor kromosom.

6. Analisis Mitochondrial DNA

Analisis DNA mitokondria (mtDNA) dapat digunakan untuk menentukan DNA di


sampel yang tidak dapat dianalisa dengan menggunakan RFLP atau STR. Jika DNA pada inti
sel (nukleus) harus diekstrak dari sampel untuk dianalisis dengan menggunakan RFLP, PCR,
dan STR; maka tes sidik DNA dapat dilakukan dengan menggunakan ekstrak DNA dari
organela sel yang lain, yaitu mitokondria. Contohnya pada sampel biologis yang sudah
berumur tua sehingga tidak memiliki materi nukleus, seperti rambut, tulang dan gigi, maka
karena sampel tersebut tidak dapat dianalisa dengan STR dan RFLP, sampel tersebut dapat
dianalisa dengan menggunakan mtDNA. Pada investigasi kasus yang sudah sangat lama tidak
terselesaikan penggunaan mtDNA sangatlah dibutuhkan (Marks dkk., 1996).

7. Bidang Industri Farmasi

Teknologi DNA telah digunakan untuk menciptakan banyak produk farmasi yang
bermanfaat, yang sebagian besar merupakan protein degan mentrasfer gen untuk produk
protein yang dikehendaki ke dalam bakteri, ragi, dan jenis sel lainnya yang mudah tumbuh
dalam jaringan tubuh, maka seseorang dapat mereproduksi protein dalam jumlah besar, yang
secara alami hanya terdapat dalam jumlah sangat sedikit (Campbell & Mitchell, 2002).Salah
satu aplikasi praktis yang pertama, dari penyambungan gen yaitu produksi hormon mamalia
dan protein pengaturan mamalia lain di dalam bakteri. Insulin manusia dan hormon
pertumbuhan manusia lain di dalam bakteri. Insulin yang dihasilkan dengan cara ini telah
memberi manfaat bagi sebagian besar penderita diabetes di Amerika Serikat yang tergantung
pada insulin untuk mengontrol penyakit mereka.

Produk farmasi penting lainnya yang dihasilkan dari teknologi DNA yaitu aktivator
plasminogen jaringan (TPA). Protein ini membantu melarutkan darah yang membeku ndan
menurunkan risiko serangan jantung berikutnya, jika diberikan segera mungkin setelah
serangan pertama. Karena faktor biaya pengembangannya yang tinggi dan pasarnya yang
relatif terbatas, produk ini menjadi sangat mahal. Perkembangan terakhir dalam produk
farmasi melibatkan cara-cara baru untuk melawan penyakit tertentu yang tidak merespon
perawatan obat tradisional (Campbell & Mitchell, 2002).

8. Bidang Lingkungan

Teknologi DNA semakin banyak digunakan untuk perkerjaan yang berkaitan dengan
lingkungan. Kemampuan mikroorganisme untuk mentransformasi bahan kimiawi sangat
menakjubkan, dan para saintis sekarang sedang merekayasa kemampuan metabolik ini ke
dalam organisme yang akan membantu menanggulangi beberapa masalah lingkungan.
Misalnya, banyak bakteri dapat mengekstraksi logam berat, seperti tembaga, timbal, dan
nikel dari lingkungannya dan memasukkan logam-logam tersebut ke dalam senyawa seperti
tembaga sulfat atau timbal sulfat yang dapat dimanfaatkan. Mikroba yang direkayasa secara
genetik mungkin menjadi penting dalam penambangan mineral (terutama ketika cadangan
bijihnya telah habis) dan pembersihan limbah tambang yang sangat toksik (beracun)
(Campbell & Mitchell, 2002).
9. Bidang Kedokteran

Teknologi DNA memberikan sumbangan yang sangat besar bagi bidang kedokteran.
Salah satu manfaat teknologi DNA adalah pemgidentifikasian gen-gen yang mutasinya
bertanggung jawab atas penyakit-penyakit genetik, karena itu penemuan ini seharusnya
mengarah ke cara-cara untuk mendiagnosa, merawat, dan mencegah kondisi tersebut.

a. Diagnosa penyakit
Hal baru dalam diagnosis penyakit infeksi telah dipaparkan oleh teknologi DNA,
khusunya dalam pemanfaatan PCR/poliakrilamida (bagian DNA yang berupa gel) untuk
menelusuri patogen-patogen tertentu. Misalnya karena urutan DNA HIV diketahui. PCR
dapat digunakan untuk memperkuat dan kemudian mendeteksi DNA HIV dalam sampel
darah atau jaringan. Hal ini merupakan cara terbaik untuk mendeteksi suatu infeksi yang
tidak tampak (Campbell & Mitchell, 2002).

Saintis kedokteran sekarang dapat mendiagnosis ratusan kelainan genetik manusia dengan
menggunakan teknologi DNA. Mereka dapat mengidentifikasi semakin banyak penyakit
individu yang mempunyai penyakit genetik sebelum menculnya gejala, atau bahkan
nsebelum lahir.

10. Bidang Pertanian dan Perternakan


Selama lebih dari satu dasawarsa, hewan ternak telah diberi perlakuan dengan produk-
produk yang dihasilkan dari metode DNA rekombinan. Produk ini mencakup vaksin-
vaksin baru atau yang didesain ulang, antibodi, dan hormon pertumbuhan. Misalnya,
beberapa sapi perah disuntik dengan hormon pertumbuhan yang dibuat oleh E.coli untuk
menaikkan produksi susu (vaksin ini biasanya meingkatkan sebanyak 10%). Dan juga
meningkatkan perolehan bobot dalam bidang ternak (Campbell & Mitchell, 2002).
a. Rekayasa genetik pada tumbuhan
Dengan cara yang mencengangkan, tumbuhan sejauh ini telah terbukti labih muda
direkayasa daripada sebagian besar hewan. Untuk banyak spesies tumbuhan, tumbuhan
dewasa dapat diregenerasi dari sel tunggal yang ditumbuhkan dalam kultur. Dengan
demikian manipulasi genetik dapat dilakukan pada sel tunggal yang kemudian dapat
digunakan untuk meregenarasi organisme baru dengan sifat baru. Tumbuhan yang
penting secara komersial yang bisa tumbuh dari sel somatik tunggal meliputi kol, jeruk,
wortel, tomat, kentang, dan tembakau.
Gambar 3. Transformasi genetik pada sel tanaman
Agrobacterium tumefaciens
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Dalam ilmu bioteknologi, kloning merujuk pada berbagai usaha yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan salinan berkas DNA atau gen, sel atau organisme. Teknologi
DNA rekombinan merupakan teknik penggabungan DNA dari spesies yang berbeda sehingga
akan diperoleh organisme baru dengan sifat-sifat yang diinginkan. Adapun aplikasi teknologi
DNA di berbagai bidang yaitu teknologi DNA untuk kepentingan forensik (barang bukti,
identifikasi, tes sidik jari DNA, analisis mitochondria DNA, dan lainnya), dala bidang
farmasi antara lain yang dihasilkan dari teknologi DNA yaitu aktivator plasminogen jaringan
(TPA). Protein ini membantu melarutkan darah yang membeku ndan menurunkan risiko
serangan jantung, dalam bidang lingkungan contohnya rekayasa mikroba, Mikroba yang
direkayasa secara genetik mungkin menjadi penting dalam penambangan mineral (terutama
ketika cadangan bijihnya telah habis) dan pembersihan limbah tambang yang sangat toksik
(beracun), dalam bidang kedokteran contoh aplikasi teknologi DNA adalah
pengidentifikasian gen-gen yang mutasinya bertanggung jawab atas penyakit-penyakit
genetik, karena itu penemuan ini seharusnya mengarah ke cara-cara untuk mendiagnosa,
merawat, dan mencegah kondisi tersebut, dan di bidang peternakan contohnya dengan
manipulasi genetik dapat dilakukan pada sel tunggal yang kemudian dapat digunakan untuk
meregenarasi organisme baru dengan sifat baru.
DAFTAR PUSTAKA

Bregman, A. 1995. Laboratory Investigation in Cell and Molecular Biology. John Wiley and
Son. USA. P 41

Griffiths, Miller, Suzuki, Leontin, Gelbart. 1996. An Introduction To Genetic Analysis. USA:
W. H. Freeman and Company

Yeni W. Hartati, Iman P. Maksum. 2004. Amplifikasi 0,4 Kb Daerah D-Loop DNa
Mitokondria Dari Sel Epitel Rongga Mulut Untuk Keperluan Forensik. Jurusan
Kimia, FMIPA, Universitas Padjadjaran. Hasil Penelitian. Tidak dipublikasi

Marks, D.B., Marks, A.D., Smith, C.M. 1996. Basic Medical Biochemistry. Williams &
Wilkins. Baltimore

Anda mungkin juga menyukai