Anda di halaman 1dari 19

Nama Sediaan : Semi Solid Pasta

I. Definisi Pasta Menurut :


1. Buku farmasetika, prof. Drs. Moh. Anief, Apt.
 Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat serbuk. Karena
merupakan salep yang tebal, keras dan tidak meleleh pada suhu badan maka digunakan
sebagai salep penutup atau pelindung.
2. Menurut farmakope Indonesia edisi ke III
 Pasta adalah sediaan berupa masa lembek yang dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam
jumlah besar denngan vaselin atau paravin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak
yang dibuat dengan Gliserol, musilago atau sabun. Digunakan sebagai antiseptik, atau
pelindung.
3. Sedangkan menurut farmakope Indonesia edisi ke IV
 Pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang
digunakan untuk pemakaian topical.
4. Menurut DOM
 Pasta adalah sediaan semi padat dermatologis yang menunjukkan aliran dilatan yang
penting. Ketika digunakan, pasta memiliki nilai yield tertentu dan tahan untuk mengalir
meningkat dengan meningkatnya gaya pada penggunaan. Pasta biasanya disiapkan
dengan menambahkan sejumlah serbuk yang tidak larut yang signifikan (biasanya 20%
atau lebih) pada basis salep konvensional sehingga akan merubah aliran plastis dari
salep menjadi aliran dilatan.
II. Macam-macam Pasta
1. Pasta Berlemak
Pasta berlemak adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat
(serbuk). Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan lebih menyerap dibandingkan
dengan salep karena tingginya kadar obat yang mempunyai afinitas terhadap air.
Pasta ini cenderung untuk menyerap sekresi seperti serum dan mempunyai daya penetrasi
dan daya maserasi lebih rendah dari salep.
Contoh pasta berlemak adalah Acidi Salicylici Zinci Oxydi Pasta (RN. 1978), Zinci Pasta
(RN. 1978) dan Resorcinoli Sulfurici Pasta (F.N. 1978).
2. Pasta Kering
Pasta kering adalah suatu pasta bebas lemak mengandung ± 60% zat padat
(serbuk). Dalam pembuatan akan terjadi kesukaran bila dalam resep tertulis ichthanolum
atau Tumenol Ammonim, zat ini akan menjadikan pasta menjadi encer. Contoh:
R/ Bentoniti 1
Sulfur praecip. 2
Zinci Oxydi 10
Talci 10
lchthamoli 0,5
Glycerini Aquae aa 5
S ad us. ext.
3. Pasta Pendingin
Pasta pendingin adalah campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair, dikenal
dengan Salep Tiga Dara. Contohnya pada penggunaan zat aktif berupa zink oxide.
Zinc oxide merupakan suatu zat aktif yang memiliki aktivitas sebagai mild astringent dan
UV protecting. Pasta Zinc Oxide ini dimaksudkan untuk menormalkan
ketidakseimbangan fungsi kulit. Mild astringent yang dimaksud adalah mengecilkan
jaringan kulit sehingga dapat melindungi jaringan kulit.
Sediaan pasta dipilih karena tidak meleleh pada suhu badan maka digunakan sebagai
salep penutup atau pelindung. Pasta Zinc Oxide ini dimaksudkan untuk menormalkan
ketidakseimbangan fungsi kulit, membantu mencegah kelainan, dan meregulasi kelenjar
sebacea (Morkoc,2009).
R/ Zinci Oxydi
Olei Olivae
Calcii Hidroxydi Solutio aa 10
4. Pasta Dentifriciae (Pasta Gigi)
Pasta Dentifriciae (pasta gigi) adalah suatu campuran kental terdiri dari serbuk
dan Glycerinum yang digunakan untuk pembersih gigi. Pasta gigi digunakan untuk
pelekatan pada selaput lendir untuk memperoleh efek lokal. Misalnya, pasta gigi
Triamsinolon Asetonida.
III. Karakteristik Pasta
Karakteristik dari sediaan pasta yaitu meliputi:
1. Daya absorbsi pasta lebih besar.
2. Sering digunakan untuk mengabsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat pemakaian.
3. Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
4. Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal.
5. Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.
6. Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.
7. Memiliki presentase bahan padat lebih besar daripada salep yaitu mengandung bahan
serbuk (padat) antara 40%-50%.
IV. Kelebihan Pasta
1.   Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka akut dengan
tendensi mengeluarkan cairan
2.  Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan daya kerja
lokal
3.   Konsentrasi lebih kental dari salep
4.  Daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan
sediaan salep.
V. Kekurangan Pasta
1. Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada umumnya tidak
sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.
2. Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis
3. Dapat menyebabkan iritasi kulit
VI. Cara Absorbsi Pasta
a.  Penetrasi
Penetrasi pasta ke dalam kulit dimungkinkan melalui dinding folikel rambut.
Apabila kulit utuh maka cara utama untuk penetrasi masuk umumnya melalui lapisan
epidermis lebih baik dari pada melalui folikel rambut atau kelenjar keringat. Absorpsi
melalui epidermis relatif lebih cepat karena luas permukaan epidermis 100 sampai 1000
kali lebih besar dari rute lainnya Stratum korneum, epidermis  yang utuh, dan dermis
merupakan lapisan penghalang penetrasi obat ke dalam kulit. Penetrasi ke dalam kulit ini
dapat terjadi dengan cara difusi melalui penetrasi transeluler (menyeberangi sel),
penetrasi interseluler (antar sel), penetrasi  transepidageal (melalui folikel rambut,
keringat, dan perlengkapan pilo sebaseus)
b. Disolusi
Disolusi didefinisikan sebagai tahapan dimana pasta mulai masuk ke dalam
larutan dari bentuk padatnya atau suatu proses dimana suatu bahan kimia atau obat
menjadi terlarut dalam pelarut. Dalam sistem  biologis pelarut obat dalam media aqueous
merupakan bagian penting sebelum kondisi absorpsi sistemik. Supaya partikel  padat
terdisolusi molekul solut pertama-tama harus memisahkan diri dari permukaan padat,
kemudian bergerak menjauhi permukaan memasuki pelarut.
c. Difusi
Difusi adalah suatu proses perpindahan massa molekul suatu zat yang dibawa
oleh gerakan molekul secara acak dan berhubungan dengan adanya perbedaan
konsentrasi aliran molekul melalui suatu batas, misalnya membran polimer. Difusi pasif
merupakan bagian terbesar dari proses trans-membran bagi umumnya obat. Tenaga
pendorong untuk difusi pasif ini adalah perbedaan konsentrasi obat pada kedua sisi
membran sel. Menurut hukum difusi Fick, molekul obat berdifusi dari daerah dengan
konsentrasi obat tinggi ke daerah konsentrasi obat rendah.

VII. Basis atau Pembawanya


Pada dasarnya basis yang digunakan dalam formulasi sediaan pasta tidak jauh berbeda
dengan basis yang digunakan dalam formulasi sediaan salep, yaitu:

a. Vasellnum Album
Vaselln terdiri dari vaselin putih dan kuning. Vaselin putih adalah bentuk yang
telah dimurnikan warnanya, karena pemucatan menggunakan asam sulfat anhydrous
tidak larut dalam air, tidak tercucikan dengan air. Kerugiannya adalah berlemak dan
tidak dapat dikombinasikan dengan cairan yang mengandung air, hanya dapat menyerap
air 5%, jarang dipengaruhi oleh udara, kelembaban kebanyakan bahan obat dan bahan
kimia. Vaselin digunakan pula sebagai pelumas, pelindung, penutup kulit, karena
merupakan film penutup pada kulit yang mencegah penguapan.
b. Gliserol
Gliserol dipakai sebagai zat tambahan, antimikroba dan kelembapan. Pada dasarnya basis
formulasi sediaan pasta tidak jauh berbeda dengan basis yang digunakan dalam formulasi
sediaan salep, yaitu :
c. Basis Hidrokarbon
Karakteristik :
 Tidak diabsorbsi oleh kulit
 Inert
 Tidak bercampur dengan air
 Daya adsorbsi air rendah
 Menghambat kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan tahan air dan
meningkatkan absorbsi obat melalui kulit. Dibagi menjadi 5, yaitu : Soft paraffin,
Hard paraffin, Liquid paraffin,  Paraffin substitute, paraffin ointment Contoh :
vaselin, White Petrolatum/paraffin, White Ointment
d. Basis Absorbsi
 Karakteristik : bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah tertentu air dan
larutan cair.
 Terbagi : Non emulsi co, basis ini menyerap air untuk memproduksi  emulsi
air dalam minyak .
 Terdiri atas : Wool fat, wool alcohols, beeswax and cholesterol.
 Emulsi A/M co, terdiri atas : Hydrous wool fat (lanolin), Oily cream.
e.  Larut Air
Misalnya PEG (polyethylene Glycol) yang mampu melarutkan zat aktif yang tak
larut dalam air dan meningkatkan penyebaran obat. Bersifat stabil, tersebar merata,
dapat mengikat pygmen dan higroskopis (mudah menguap), sehingga dapat
memberikan kenyamanan pada pemakaian sediaan pasta.
f.     Air-misibel, misalnya salep beremulsi.
Teknik Pencampuran dalam Pembuatan Sediaan Semi Padat

Pencampuran adalah salah satu operasi farmasi yang paling umum. Sulit untuk
menemukan produk farmasi dimana pencampuran tidak dilakukan pada tahap pengolahan.

Pencampuran dapat didefinisikan sebagai proses di mana dua atau lebih komponen dalam
kondisi campuran terpisah atau kasar diperlakukan sedemikian rupa sehingga setiap partikel dari
salah satu bahan terletak sedekat mungkin dengan partikel bahan atau komponen lain.

Proses ini melibatkan pencampuran gas, cairan atau padatan dalam setiap kombinasi dan
rasio dua atau lebih komponen yang mungkin (Madinah, 2008).

Tujuan pencampuran adalah sebagai berikut.

 Untuk memastikan bahwa ada keseragaman bentuk antara bahan tercampur yang dapat
ditentukan dengan mengambil sampel dari bagian terbesar bahan dan menganalisisnya,
yang harus mewakili komposisi dari keseluruhan campuran.
 Untuk memulai atau meningkatkan reaksi fisika atau kimia seperti difusi, disolusi, dll
(Madinah, 2008).

Umumnya pencampuran dilakukan untuk memperoleh jenis produk berikut.

1. Ketika dua atau lebih cairan misibel dicampur bersama-sama, hasilnya dikenal sebagai
larutan nyata.
2. Ketika dua cairan imisibel dicampur dengan agen pengemulsi, hasilnya dikenal sebagai
emulsi.
3. Ketika padatan dilarutkan dalam suatu pembawa, hasilnya dikenal sebagai larutan.
4. Ketika padat tidak larut dilarutkan dalam suatu pembawa, hasilnya dikenal sebagai
suspensi.
5. Ketika padatan atau cairan dicampur dengan basis semi padat, hasilnya dikenal sebagai
salep atau supositoria.
6. Ketika dua atau lebih bahan padat bersama, diperoleh serbuk yang bila diisi ke dalam
kapsul dikenal sebagai kapsul dan ketika dikompresi di bawah tekanan tinggi disebut
tablet (Madinah, 2008).

Campuran pasta dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Campuran positif

Jenis campuran ini terbentuk ketika dua atau lebih gas atau cairan misibel dicampur bersama-
sama melalui proses difusi. Dalam hal ini tidak diperlukan energi, cukup hanya dengan
memberikan waktu untuk pembentukan larutan. Jenis bahan ini tidak memberikan masalah
dalam pencampuran (Bhatt & Agrawal, 2007).

2. Campuran negatif

Campuran jenis ini terbentuk ketika padatan tidak terlarut dicampur dengan pembawa untuk
membentuk suspensi atau ketika dua cairan tidak saling larut yang dicampur untuk membentuk
emulsi. Pencampuran ini lebih sulit disiapkan dan memerlukan tingkat dengan kekuatan
pencampuran yang lebih tinggi komponen eksternal karena ada kecenderungan campuran ini
terpisah kecuali jika terus diaduk (Bhatt & Agrawal, 2007).

3. Campuran netral

Banyak produk farmasi seperti pasta, salep, dan serbuk tercampur adalah contoh campuran
netral. Produk tersebut statis dan komponennya tidak memiliki kecenderungan bercampur secara
spontan tetapi sekali tercampur, mereka tidak akan terpisah dengan mudah (Bhatt & Agrawa],
2007).

Dalam semua jenis campuran, pencampuran dicapai dengan menerapkan satu atau lebih dari
mekanisme berikut.

 Convective mixing : perpindahan sekelompok partikel dalam jumlah besar terjadi dari
satu bagian powder bed ke bagian lain. Convective mixing disebut sebagai selama
convective mixing yang pencampuran makro.
 Shear mixing : Selama shear mixing gaya geser terbentuk dalam massa bahan dengan
menggunakan agitator arm atau blast of air.
 Diffusive mixing : Selama diffusive mixing, bahan bahan miring sehingga gaya gravitasi
menyebabkan lapisan atas tergelincir dan difusi partikel individu berlangsung di atas
permukaan yang baru dikembangkan. Diffusive mixing disebut sebagai pencampuran
mikro (Bhatt & Agrawal, 2007).

Mixing Guidelines

1. Gunakan waktu yang cukup dalam pencampuran untuk memastikan bahwa polimer benar
benar terhidrasi sebelum menambahkan komponen formulasi tambahan.
2. Pencampuran yang berlebihan atau tidak tepat selama dispersi dapat menyebabkan udara
terperangkap, variasi viskositas, dan/atau ketidak stabilan formulasi. Udara terperangkap
dapat diminimalkan dengan menggunakan variable drive motor. Setelah polimer
terdispersi, udara ter perangkap dapat diminimalkan dengan reposisi impeller dan
mengurangi kecepatan pencampuran. Biarkan dispersi asam untuk melepaskan
gelembung udara terperangkap.
3. Dianjurkan melakukan pengadukan sedang.
4. Setiap pencampuran intensitas tinggi yang diperlukan harus diselesaikan sebelum
netralisasi.
5. Hindari pencampuran high shear dengan waring blender atau rotor stator homogenizers.
Pencampuran seperti itu dapat menggeser polimer dan menghasilkan kehilangan
fungsionalitas permanen.
6. Jika busa persisten dihasilkan, busa tersebut dapat hilang dengan merusak polimer secara
parsial dengan penambahan asam dengan kadar yang sangat rendah sebelum menetralisir
dispersi dengan basis yang cocok. Asam klorida atau fosfat memiliki efektivitas sebesar
0,5% dari berat polimer yang digunakan (Anonim, 2011).

Bentuk sediaan semi padat seperti salep dan krim digunakan untuk bagian eksternal. Sediaan ini
sering digunakan ketika resep dokter memerlukan kombinasi dari dua atau lebih salep atau krim
dalam rasio tertentu atau penggabungan obat ke dalam salep atau basis krim. Salep berbasis
minyak dan krim berbasis air. Karena pencampuran langsung dari bahan bahan tidak selalu dapat
dilaksanakan, penggabungan agen lain diperlukan untuk memastikan partikel berukuran halus.

 Wetting agent : menggantikan udara dari partikel dan memungkinkan mereka untuk
bercampur lebih baik. Contoh: alkohol.
 Levigating agent : mengurangi ukuran partikel. Contoh: minyak mineral, gliserin
 Suspending agent : zthickening agent yang memberikan struktur ke suspensi.
Memungkinkan partikel mudah terdispersi. Contoh: karboksi metil selulosa, tragakan
(Madinah, 2008).

Teori Pencampuran Sediaan Semi Padat

 Pellet and powder state : penambahan sejumlah kecil cairan ke sebagian besar serbuk
kering padatan menjadi bola dan membentuk pelet kecil. Pelet tertanam dalam matriks
serbuk kering, yang memiliki efek bantalan dan membuat pelet sulit putus. Secara
keseluruhan, zat padat ini mengalir bebas dan tingkat homogenisasinya rendah.
 Pelet state : penambahan lebih lanjut dari hasil cairan dalam konversi serbuk kering
berlebih menjadi pelet, sampai akhirnya semua bahan pelet tidak melekat dan agitasi
akan menyebabkan agregat terurai menjadi butiran yang lebih kecil. Tingkat pencapaian
homogenisasi bahkan lebih rendah daripada di tahap pelet dan serbuk dan adalah powder
state bertujuan dalam bubuk untuk melembabkan granulasi tablet.
 Plastic state : Sementara isi cairan meningkat lebih jauh, karakter campuran berubah
secara nyata, agregat bahan menempel, penampilan granular hilang, campuran menjadi
lebih atau kurang homogen. Sifat plastik muncul, campuran menjadi sulit untuk bergeser,
yang mengalir pada tegangan rendah tetapi rusak di bawah tekanan tinggi. Homogenisasi
dapat dicapai jauh lebih cepat daripada di kasus sebelumnya. Tingkat ini diperoleh
misalnya ketika membuat massa pil.
 Sticky state : penggabungan cairan terus menerus menyebabkan campuran mencapai
keadaan lengket, penampilan menjadi seperti pasta, permukaan mengkilap, dan massa
melekat pada permukaan padat. Massa mengalir dengan mudah, bahkan di bawah
tekanan rendah, tetapi homogenitas dicapai secara perlahan.
 Liquid state : akhirnya, penambahan cairan hasil penurunan konsistensi sampai tingkat
cairan tercapai. Dalam keadaan ini, campuran mengalir menurut beratnya sendiri dan
akan mengalirkan permukaan vertikal (Bhatt & Agrawal, 2007).

Disolusi Giometri Salep

Extemporaneous compounding salep dan krim seringkali melibatkan penggunaan mortir dan
stamper, spatula dan ointment slab. Kunci untuk campuran homogen adalah menggunakan alat
ini dengan baik dan menggabungkannya dengan metode dilusi geometrik dalam persiapan semua
produk salep ateu krim.

Pengenceran geometris adalah proses dimana campuran homogen atau bahkan distribusi dua atau
lebih zat tercapai. Bila menggunakan metode ini, jumlah terkecil bahan aktif dicampur secara
menyeluruh dengan volume pengencer atau basis pada ointment slab yang sama.

Pengencer atau basis berlebih ditambahkan dalam jumlah yang sama dengan volume dari
campuran pada ointment slab. Proses ini diulang sampai semua pengencer atau basis dimasukkan
ke dalam campuran. Meskipun metode ini memakan waktu, namun akan membuat campuran
homogen atau dispersi halus dari obat salep atau krim (Madinah, 2008).

Alat Pencampur Sediaan Semi Padat

1. Spatula

Spatula biasanya digunakan untuk memindahkan bahan padat seperti serbuk, salep, atau krim.
Mereka juga digunakan untuk mencampur bahan bersama sama menjadi campuran homogen.
Spatula tersedia dalam stainless steel, plastik dan hard rubber. Jenis spatula yang digunakan
tergantung pada apa yang sedang dipindahkan atau dicampur (Madinah, 2008).

2. Mortir dan stamper

Mortir dan stamper digunakan untuk menggiling partikel ke dalam bubuk halus (triturasi).
Penggabungan cairan (levigasi) dapat mengurangi ukuran partikel lebih lanjut. Mortar dan
stamper terbuat dari kaca, porselin, wedgwood atau marmer. Kaca lebih baik digunakan untuk
pencampuran bentuk sediaan cairan dan semi padat (Madinah, 2008).

3. Water bath

Fungsi utama dari water bath adalah untuk menciptakan suhu yang konstan dan digunakan untuk
inkubasi pada analisis mikrobiologi. Serta, digunakan untuk melebur basis, menguapkan ekstrak.
Pemanasan untuk mempercepat kelarutan.

4. Cawan penguap

Cawan berfungsinya untuk melarutkan bahan yang setengah padat, jadi semacam tempat wadah,
dan melarutkannya di atas asbes besi dan di bakar pakar spirtus. Nanti ada di bawah. Banyak
ukurannya, ada yang kecil sampai besar.

5. Sudip/Kertas rongen

Sudip berfungsi untuk membersihkan dan mengambil sisa sisa obat yang habis dibuat.

6. Timbangan

Ada dua jenis timbangan, yaitu timbangan halus dan timbangan kasar. Timbangan halus
tersimpan di kotak ada pintunya dan ukurannya lebih kecil,tapi Timbangan kasar dia lebih besar
dan tidak tertutup.

7. Pinset/penjebit

Pinset berfungsi untuk mengambil bahan atau cawan penguap. Jadi tidak boleh sembarang
tangan. Untuk mengambil ukuran timbangan juga harus pakai pinset.

8. Sendok tanduk

Sendok tanduk berfungsi untuk mengambil bahan agar tidak akan terkontaminasi oleh zat lain.
VIII. Metoda pembuatan skala lab dan industri
Pembuatan Skala labor.
            Umumnya pasta dibuat dengan cara yang sama dengan salep. Tetapi, bahan untuk
menggerus dan mengahluskan digunakan untuk membuat komponen serbuk menjadi
lembut, bagian dari dasar ini sering digunakan lebih banyak daripada minyak mineral
sebagai cairan untuk melembutkan pasta. Untuk bahan dasar yang berbentuk setengah
padat, dicairkan terlebih dahulu, setelah itu baru kemudian dicampur dengan bahan padat
dalam keadaan panas agar lebih tercampur dan homogen.
Pembuatan pasta dilakukan dengan dua metode :
1.      Pencampuran
Komponen dari pasta dicampur bersama-sama dengan segala cara sampai sediaan yang
rata tercapai.
2.      Peleburan
Semua atau beberapa komponen dari pasta dicampurkan dengan meleburkannya secara
bersamaan, kemudian didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai mengental.
Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada campuran yang
sedang mengental setelah didinginkan dan diaduk.
Bahan dasar pasta :
vaselin, lanolin, adepslanae, unguentum simplex, minyak lemak dan parafin liquidum. 
Pembuatan :
bahan dasar yang berbentuk setengah padat dicairkan lebih dulu, baru dicampur dengan
bahan padat dalam keadaan panas agar lebih tercampur dan homogen.
Contoh pembuatan pasta dalam skala labor
Pembuatan pasta pendingin
Contoh resep :
R/  Zinci Oxyde   
Olei Olivie      
Calcii Hydroxidi Solutio aa    10
Cara pembuatan :
Gerus serbuk Zinci Oxyde lalu ayak dengan ayakan no. 100. Setelah itu
tambahkan dalam mortir Aqua Calcis dan campur baik-baik. Setelah itu tambahkan
minyaknya sekaligus, diaduk baik-baik sampai diperoleh masa yang homogen. Tipe
emulsi yang terjadi A/M, untuk penstabilan sebagian minyak kira-kira 3% diganti dengan
Cera alba. Penggerusan jangan lama-lama, karena dapat terjadi pecahnya emulsi.
Penstabilan dapat dilakukan pula dengan penambahan Acidum Oleinicum crudum (1
tetes per 5 gram minyak) dicampur dulu pada minyak. Pada pencampuran dengan Aqua
Calcis akan terbentuk sabun Ca-Oleat, yang akan menstabilkan emulsi A/M, setelah itu
ditambah ZnO dan dicampur baik-baik.
Pembuatan skala industri
1.  Penentuan bahan yang berkualitas
2. Tes sterilisasi awal
3.  Sterilisasi terminal dari pasta
4. Filtrasi agar jenih
5. Pengerjaan penampilan
6. Penggunaan LAF
7. Uji stabilitas obat
8. Tonisitas
> Menurut kamus lengkap kedokteran hal 263 Tonisitas adalah tegangan otot
yang sehat.
> Menurut farmasi fisik hal 483
Tonisitas larutan dapat ditentukan dengan menggunakan salah satu yaitu
hemolisis, pengaruh berbagai larutan diperiksa berdasarkan timbulnya efek ketika
disuspensi kan dengan darah.
> Menurut SDF ha1358 Tonisitas mengacu pada tekanan osmotik yang diberikan
oleh larutan atau padatan larutan ini. Tonisitas adalah membandingkan tekanan
osmosa antara dua cairan yang dipisahkan oleh membrane semi permeabel.
9. Viskositas
Viskositas merupakan ukuran kekentalan suatu fluida yang bergerak dari satu
tempat ke tempat lainnya, seperti kita ketahui setiap fluida atau zat yang memiliki
ukuran kekentalan masing masing-misalnya minyak dan air,yang memiliki ukuran
kekentalan yang berbeda.
10. Pengemasan
Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang
menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan.
11. Pemeriksaan hasil dengan teliti
Peralatan yang dibutuhkan untuk pembuatan sediaan semi padat untuk skala kecil
(laboratorium) maupun untuk skala besar (industri) pada prinsipnya sama.
Perbedaannya hanya pada kapasitas alatnya, pada skala laboratorium kapasitas peralatannya
lebih kecil. Peralatan yang dibutuhkan untuk pembuatan sediaan semi padat untuk skala kecil
(laboratorium) maupun untuk skala besar (industri) pada prinsipnya sama. Perbedaannya hanya
pada kapasitas alatnya, pada skala laboratorium kapasitas peralatannya lebih kecil.
Dalam praktek yang lebih sederhana,
 Pembuatan sediaan semipadat dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang
umum terdapat di laboratorium seperti
beaker glass

mortar and steamper

Spatula
sumber panas

penangas air

cawan porselin

hand homogenizers
 Dalam skala yang lebih besar, dapat menggunakan
Stirrers

Agitators

heating kettles
Homogenizers

electric mortar and pestle

colloid mills.
XI. Evaluasi sediaan.
1)      Pengamatan organoleptis
            Pemerian dilakukan pada bentuk, warna,bau, dan suhu lebur.
2)      Homogenitas
            Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat proses pembuatan
pasta bahan aktif obat dengan bahan dasarnya dan bahan tambahan lain yang diperlukan
tercampur secara homogen. Persyaratannya harus homogen, sehingga pasta yang dihasilkan
mudah digunakan dan terdistribusi merata saat penggunaan pada kulit. Alat yg biasanya
digunakan pada uji homogenitas adalah roller mill, colloid mill, homogenizer tipe katup.
Dispersi yang seragam dari obat yang tak larut dalam basis maupun pengecilan ukuran agregat
lemak dilakukan dengan melalui homogenizer atau mill pada temperatur 30-40 0 C.
1.      Letakan 0,5 gram sediaan pada obyek glass
2.      Tutup dengan obyek glass yang lain
3.      Amati homogenitasnya menggunakan lup.
3)      Uji Viskositas
            Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, semakin
tinggi viskositas, akan makin besar tahanannya. Nilai viskositas dipengaruhi oleh zat pengental,
surfaktan yang dipilih, proporsi fase terdispersi dan ukuran partikel.

4)      Uji Stabilitas Fisik


            Stabilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam
batas yang ditetapkan dan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan, sifat
karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat produk dibuat. (Dirjen POM,1995)
            Tujuan pemeriksaan kestabilan obat adalah untuk menjamin bahwa setiap bahan obat
yang didistribusikan tetap memenuhi persyaratan yang ditetapkan meskipun sudah cukup lama
dalam penyimpanan. Pemeriksaan kestabilan digunakan sebagai dasar penentuan batas
kadaluarsa , cara-cara penyimpanan yang perlu dicantumkan dalam label (Lachman, 1994).
Ketidakstabilan formulasi dapat dilihat dari perubahan penampilan fisik, warna, rasa, dan tekstur
dari formulasi tersebut, sedangkan perubahan kimia yang terjadi hanya dapat dipastikan melalui
analisis kimia.
5)      Pemeriksaan konsistensi
Penetrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur konsistensi atau kekerasan
semisolid.             
6)      Pengukuran diameter globul rata-rata
Pengukuran diameter globul rata-rata dilakukan menggunakan mikroskop optik dengan
perbesaran 100x.
7)       Penetapan kadar zat aktif
Penetapan kadar dapat dilakukan dengan cara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
8)      Keseragaman sediaan
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan menggunakan dua metode, yaitu keragaman
bobot dan keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk sediaan yang mengandung
dua atau lebih zat aktif. Persyaratan keragaman bobot diterapkan pada produk yang mengandung
zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih , dari bobot satuan sediaan.
Keseragaman dari zat aktif lain, jika dalam jumlah kecil ditetapkan dengan persyaratan
keseragaman kandungan (Dirjen POM, 1995).
9)      pH
Harga pH merupakan harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai,
yang telah dibakukan sebagaimana mestinya , yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit
pH menggunakan elektroda indikator yang peka terhadap aktifitas ion hidrogen, elektroda kaca,
dan elektroda pembanding yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai