Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SEDIAAN PASTA

DISUSUN
OLEH:
NAMA : TAQIYYAH TAUFIQAH PUTRI
KELAS : REGULER C
NIM : 19.117.AF
INSTRUKTUR:DZULASFI,.S.Fram., M.Si,. Apt

AKADEMI FARMASI YAMASI MAKASSAR


2019/2020
Kata pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “SEDIAAN PASTA”. Saya juga mengucapkan terimah kasih
yang sebesar-besarnya kepada bapak selaku dosen mata kuliah teknologi sediaan liquid dan semi
solid yang sudah memberikan kepercayaan kepada saya untuk menyelesaikan tugas ini. Saya sangat
berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan yang dapat
bermanfaat. Saya pun menyadari bahwa didalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kata kesempurnaan. Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh
semua orang khususnya pada para pembaca, saya mohon maaf maaf yang sebesar-besarnya jika
terdapat kata-kata kurang berkenan.
I.Definisi Pasta Menurut :
1. Buku farmasetika, prof. Drs. Moh. Anief, Apt.
➢ Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat serbuk. Karena merupakan salep
yang tebal, keras dan tidak meleleh pada suhu badan maka digunakan sebagai salep penutup atau
pelindung.
2. Menurut farmakope Indonesia edisi ke III
➢ Pasta adalah sediaan berupa masa lembek yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya
dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar denngan
vaselin atau paravin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan Gliserol,
musilago atau sabun. Digunakan sebagai antiseptik, atau pelindung.
3. Sedangkan menurut farmakope Indonesia edisi ke IV
➢ Pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan
untuk pemakaian topical.
4. Menurut DOM
➢ Pasta adalah sediaan semi padat dermatologis yang menunjukkan aliran dilatan yang penting.
Ketika digunakan, pasta memiliki nilai yield tertentu dan tahan untuk mengalir meningkat dengan
meningkatnya gaya pada penggunaan. Pasta biasanya disiapkan dengan menambahkan sejumlah
serbuk yang tidak larut yang signifikan (biasanya 20% atau lebih) pada basis salep konvensional
sehingga akan merubah aliran plastis dari salep menjadi aliran dilatan.
II. Macam-macam Pasta
1. Pasta Berlemak
Pasta berlemak adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk). Pasta
berlemak ternyata kurang berminyak dan lebih menyerap dibandingkan dengan salep karena
tingginya kadar obat yang mempunyai afinitas terhadap air.
Pasta ini cenderung untuk menyerap sekresi seperti serum dan mempunyai daya penetrasi dan daya
maserasi lebih rendah dari salep.
Contoh pasta berlemak adalah Acidi Salicylici Zinci Oxydi Pasta (RN. 1978), Zinci Pasta (RN. 1978) dan
Resorcinoli Sulfurici Pasta (F.N. 1978).
2. Pasta Kering
Pasta kering adalah suatu pasta bebas lemak mengandung ± 60% zat padat (serbuk). Dalam
pembuatan akan terjadi kesukaran bila dalam resep tertulis ichthanolum atau Tumenol Ammonim,
zat ini akan menjadikan pasta menjadi encer. Contoh:
R/ Bentoniti 1
Sulfur praecip. 2
Zinci Oxydi 10
Talci 10
lchthamoli 0,5
Glycerini Aquae aa 5
S ad us. ext.
3. Pasta Pendingin
Pasta pendingin adalah campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair, dikenal dengan Salep Tiga
Dara. Contohnya pada penggunaan zat aktif berupa zink oxide.
Zinc oxide merupakan suatu zat aktif yang memiliki aktivitas sebagai mild astringent dan UV
protecting. Pasta Zinc Oxide ini dimaksudkan untuk menormalkan ketidakseimbangan fungsi kulit.
Mild astringent yang dimaksud adalah mengecilkan jaringan kulit sehingga dapat melindungi jaringan
kulit.
Sediaan pasta dipilih karena tidak meleleh pada suhu badan maka digunakan sebagai salep penutup
atau pelindung. Pasta Zinc Oxide ini dimaksudkan untuk menormalkan ketidakseimbangan fungsi
kulit, membantu mencegah kelainan, dan meregulasi kelenjar sebacea (Morkoc,2009).
R/ Zinci Oxydi
Olei Olivae
Calcii Hidroxydi Solutio aa 10
4. Pasta Dentifriciae (Pasta Gigi)
Pasta Dentifriciae (pasta gigi) adalah suatu campuran kental terdiri dari serbuk dan Glycerinum yang
digunakan untuk pembersih gigi. Pasta gigi digunakan untuk pelekatan pada selaput lendir untuk
memperoleh efek lokal. Misalnya, pasta gigi Triamsinolon Asetonida.

III. Karakteristik Pasta


Karakteristik dari sediaan pasta yaitu meliputi:
1. Daya absorbsi pasta lebih besar.
2. Sering digunakan untuk mengabsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat pemakaian.
3. Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
4. Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal.
5. Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.
6. Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.
7. Memiliki presentase bahan padat lebih besar daripada salep yaitu mengandung bahan serbuk
(padat) antara 40%-50%.
IV. Kelebihan Pasta
1. Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka akut dengan tendensi
mengeluarkan cairan
2. Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan daya kerja lokal
3. Konsentrasi lebih kental dari salep
4. Daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan sediaan
salep.
V. Kekurangan Pasta
1. Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada umumnya tidak sesuai untuk
pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.
2. Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis
3. Dapat menyebabkan iritasi kulit
VI. Cara Absorbsi Pasta
a. Penetrasi
Penetrasi pasta ke dalam kulit dimungkinkan melalui dinding folikel rambut. Apabila kulit utuh maka
cara utama untuk penetrasi masuk umumnya melalui lapisan epidermis lebih baik dari pada melalui
folikel rambut atau kelenjar keringat. Absorpsi melalui epidermis relatif lebih cepat karena luas
permukaan epidermis 100 sampai 1000 kali lebih besar dari rute lainnya Stratum korneum,
epidermis yang utuh, dan dermis merupakan lapisan penghalang penetrasi obat ke dalam kulit.
Penetrasi ke dalam kulit ini dapat terjadi dengan cara difusi melalui penetrasi transeluler
(menyeberangi sel), penetrasi interseluler (antar sel), penetrasi transepidageal (melalui folikel
rambut, keringat, dan perlengkapan pilo sebaseus)
b. Disolusi
Disolusi didefinisikan sebagai tahapan dimana pasta mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk
padatnya atau suatu proses dimana suatu bahan kimia atau obat menjadi terlarut dalam pelarut.
Dalam sistem biologis pelarut obat dalam media aqueous merupakan bagian penting sebelum
kondisi absorpsi sistemik. Supaya partikel padat terdisolusi molekul solut pertama-tama harus
memisahkan diri dari permukaan padat, kemudian bergerak menjauhi permukaan memasuki
pelarut.
c. Difusi
Difusi adalah suatu proses perpindahan massa molekul suatu zat yang dibawa oleh gerakan molekul
secara acak dan berhubungan dengan adanya perbedaan konsentrasi aliran molekul melalui suatu
batas, misalnya membran polimer. Difusi pasif merupakan bagian terbesar dari proses trans-
membran bagi umumnya obat. Tenaga pendorong untuk difusi pasif ini adalah perbedaan
konsentrasi obat pada kedua sisi membran sel. Menurut hukum difusi Fick, molekul obat berdifusi
dari daerah dengan konsentrasi obat tinggi ke daerah konsentrasi obat rendah.

VII. Basis atau Pembawanya


Pada dasarnya basis yang digunakan dalam formulasi sediaan pasta tidak jauh berbeda dengan basis
yang digunakan dalam formulasi sediaan salep, yaitu:
a. Vasellnum Album
Vaselln terdiri dari vaselin putih dan kuning. Vaselin putih adalah bentuk yang telah dimurnikan
warnanya, karena pemucatan menggunakan asam sulfat anhydrous tidak larut dalam air, tidak
tercucikan dengan air. Kerugiannya adalah berlemak dan tidak dapat dikombinasikan dengan cairan
yang mengandung air, hanya dapat menyerap air 5%, jarang dipengaruhi oleh udara, kelembaban
kebanyakan bahan obat dan bahan kimia. Vaselin digunakan pula sebagai pelumas, pelindung,
penutup kulit, karena merupakan film penutup pada kulit yang mencegah penguapan.

b. Gliserol
Gliserol dipakai sebagai zat tambahan, antimikroba dan kelembapan. Pada dasarnya basis formulasi
sediaan pasta tidak jauh berbeda dengan basis yang digunakan dalam formulasi sediaan salep, yaitu :
c. Basis Hidrokarbon
Karakteristik :

Tidak diabsorbsi oleh kulit

Inert

Tidak bercampur dengan air

Daya adsorbsi air rendah

Menghambat kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan tahan air dan meningkatkan
absorbsi obat melalui kulit. Dibagi menjadi 5, yaitu : Soft paraffin, Hard paraffin, Liquid paraffin,
Paraffin substitute, paraffin ointment Contoh : vaselin, White Petrolatum/paraffin, White Ointment
d. Basis Absorbsi
❖ Karakteristik : bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah tertentu air dan larutan cair.
❖ Terbagi : Non emulsi co, basis ini menyerap air untuk memproduksi emulsi air dalam minyak .
❖ Terdiri atas : Wool fat, wool alcohols, beeswax and cholesterol.
❖ Emulsi A/M co, terdiri atas : Hydrous wool fat (lanolin), Oily cream.
e. Larut Air
Misalnya PEG (polyethylene Glycol) yang mampu melarutkan zat aktif yang tak larut dalam air dan
meningkatkan penyebaran obat. Bersifat stabil, tersebar merata, dapat mengikat pygmen dan
higroskopis (mudah menguap), sehingga dapat memberikan kenyamanan pada pemakaian sediaan
pasta.
f. Air-misibel, misalnya salep beremulsi.
Teknik Pencampuran dalam Pembuatan Sediaan Semi Padat
Pencampuran adalah salah satu operasi farmasi yang paling umum. Sulit untuk menemukan produk
farmasi dimana pencampuran tidak dilakukan pada tahap pengolahan.
Pencampuran dapat didefinisikan sebagai proses di mana dua atau lebih komponen dalam kondisi
campuran terpisah atau kasar diperlakukan sedemikian rupa sehingga setiap partikel dari salah satu
bahan terletak sedekat mungkin dengan partikel bahan atau komponen lain.
Proses ini melibatkan pencampuran gas, cairan atau padatan dalam setiap kombinasi dan rasio dua
atau lebih komponen yang mungkin (Madinah, 2008).
Tujuan pencampuran adalah sebagai berikut.
• Untuk memastikan bahwa ada keseragaman bentuk antara bahan tercampur yang dapat
ditentukan dengan mengambil sampel dari bagian terbesar bahan dan menganalisisnya, yang harus
mewakili komposisi dari keseluruhan campuran.
• Untuk memulai atau meningkatkan reaksi fisika atau kimia seperti difusi, disolusi, dll (Madinah,
2008).
Umumnya pencampuran dilakukan untuk memperoleh jenis produk berikut.
1. Ketika dua atau lebih cairan misibel dicampur bersama-sama, hasilnya dikenal sebagai larutan
nyata.
2. Ketika dua cairan imisibel dicampur dengan agen pengemulsi, hasilnya dikenal sebagai emulsi.
3. Ketika padatan dilarutkan dalam suatu pembawa, hasilnya dikenal sebagai larutan.
4. Ketika padat tidak larut dilarutkan dalam suatu pembawa, hasilnya dikenal sebagai suspensi.
5. Ketika padatan atau cairan dicampur dengan basis semi padat, hasilnya dikenal sebagai salep atau
supositoria.
6. Ketika dua atau lebih bahan padat bersama, diperoleh serbuk yang bila diisi ke dalam kapsul
dikenal sebagai kapsul dan ketika dikompresi di bawah tekanan tinggi disebut tablet (Madinah,
2008).
Campuran pasta dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Campuran positif
Jenis campuran ini terbentuk ketika dua atau lebih gas atau cairan misibel dicampur bersama-sama
melalui proses difusi. Dalam hal ini tidak diperlukan energi, cukup hanya dengan memberikan waktu
untuk pembentukan larutan. Jenis bahan ini tidak memberikan masalah dalam pencampuran (Bhatt
& Agrawal, 2007).
2. Campuran negatif
Campuran jenis ini terbentuk ketika padatan tidak terlarut dicampur dengan pembawa untuk
membentuk suspensi atau ketika dua cairan tidak saling larut yang dicampur untuk membentuk
emulsi. Pencampuran ini lebih sulit disiapkan dan memerlukan tingkat dengan kekuatan
pencampuran yang lebih tinggi komponen eksternal karena ada kecenderungan campuran ini
terpisah kecuali jika terus diaduk (Bhatt & Agrawal, 2007).
3. Campuran netral
Banyak produk farmasi seperti pasta, salep, dan serbuk tercampur adalah contoh campuran netral.
Produk tersebut statis dan komponennya tidak memiliki kecenderungan bercampur secara spontan
tetapi sekali tercampur, mereka tidak akan terpisah dengan mudah (Bhatt & Agrawa], 2007).
Dalam semua jenis campuran, pencampuran dicapai dengan menerapkan satu atau lebih dari
mekanisme berikut.
• Convective mixing : perpindahan sekelompok partikel dalam jumlah besar terjadi dari satu bagian
powder bed ke bagian lain. Convective mixing disebut sebagai selama convective mixing yang
pencampuran makro.
• Shear mixing : Selama shear mixing gaya geser terbentuk dalam massa bahan dengan
menggunakan agitator arm atau blast of air.
• Diffusive mixing : Selama diffusive mixing, bahan bahan miring sehingga gaya gravitasi
menyebabkan lapisan atas tergelincir dan difusi partikel individu berlangsung di atas permukaan
yang baru dikembangkan. Diffusive mixing disebut sebagai pencampuran mikro (Bhatt & Agrawal,
2007).
Mixing Guidelines
1. Gunakan waktu yang cukup dalam pencampuran untuk memastikan bahwa polimer benar benar
terhidrasi sebelum menambahkan komponen formulasi tambahan.
2. Pencampuran yang berlebihan atau tidak tepat selama dispersi dapat menyebabkan udara
terperangkap, variasi viskositas, dan/atau ketidak stabilan formulasi. Udara terperangkap dapat
diminimalkan dengan menggunakan variable drive motor. Setelah polimer terdispersi, udara ter
perangkap dapat diminimalkan dengan reposisi impeller dan mengurangi kecepatan pencampuran.
Biarkan dispersi asam untuk melepaskan gelembung udara terperangkap.
3. Dianjurkan melakukan pengadukan sedang.
4. Setiap pencampuran intensitas tinggi yang diperlukan harus diselesaikan sebelum netralisasi.
5. Hindari pencampuran high shear dengan waring blender atau rotor stator homogenizers.
Pencampuran seperti itu dapat menggeser polimer dan menghasilkan kehilangan fungsionalitas
permanen.
6. Jika busa persisten dihasilkan, busa tersebut dapat hilang dengan merusak polimer secara parsial
dengan penambahan asam dengan kadar yang sangat rendah sebelum menetralisir dispersi dengan
basis yang cocok. Asam klorida atau fosfat memiliki efektivitas sebesar 0,5% dari berat polimer yang
digunakan (Anonim, 2011).
Bentuk sediaan semi padat seperti salep dan krim digunakan untuk bagian eksternal. Sediaan ini
sering digunakan ketika resep dokter memerlukan kombinasi dari dua atau lebih salep atau krim
dalam rasio tertentu atau penggabungan obat ke dalam salep atau basis krim. Salep berbasis minyak
dan krim berbasis air. Karena pencampuran langsung dari bahan bahan tidak selalu dapat
dilaksanakan, penggabungan agen lain diperlukan untuk memastikan partikel berukuran halus.
• Wetting agent : menggantikan udara dari partikel dan memungkinkan mereka untuk bercampur
lebih baik. Contoh: alkohol.
• Levigating agent : mengurangi ukuran partikel. Contoh: minyak mineral, gliserin
• Suspending agent : zthickening agent yang memberikan struktur ke suspensi. Memungkinkan
partikel mudah terdispersi. Contoh: karboksi metil selulosa, tragakan (Madinah, 2008).
Teori Pencampuran Sediaan Semi Padat
• Pellet and powder state : penambahan sejumlah kecil cairan ke sebagian besar serbuk kering
padatan menjadi bola dan membentuk pelet kecil. Pelet tertanam dalam matriks serbuk kering, yang
memiliki efek bantalan dan membuat pelet sulit putus. Secara keseluruhan, zat padat ini mengalir
bebas dan tingkat homogenisasinya rendah.
• Pelet state : penambahan lebih lanjut dari hasil cairan dalam konversi serbuk kering berlebih
menjadi pelet, sampai akhirnya semua bahan pelet tidak melekat dan agitasi akan menyebabkan
agregat terurai menjadi butiran yang lebih kecil. Tingkat pencapaian homogenisasi bahkan lebih
rendah daripada di tahap pelet dan serbuk dan adalah powder state bertujuan dalam bubuk untuk
melembabkan granulasi tablet.
• Plastic state : Sementara isi cairan meningkat lebih jauh, karakter campuran berubah secara nyata,
agregat bahan menempel, penampilan granular hilang, campuran menjadi lebih atau kurang
homogen. Sifat plastik muncul, campuran menjadi sulit untuk bergeser, yang mengalir pada
tegangan rendah tetapi rusak di bawah tekanan tinggi. Homogenisasi dapat dicapai jauh lebih cepat
daripada di kasus sebelumnya. Tingkat ini diperoleh misalnya ketika membuat massa pil.
• Sticky state : penggabungan cairan terus menerus menyebabkan campuran mencapai keadaan
lengket, penampilan menjadi seperti pasta, permukaan mengkilap, dan massa melekat pada
permukaan padat. Massa mengalir dengan mudah, bahkan di bawah tekanan rendah, tetapi
homogenitas dicapai secara perlahan.
• Liquid state : akhirnya, penambahan cairan hasil penurunan konsistensi sampai tingkat cairan
tercapai. Dalam keadaan ini, campuran mengalir menurut beratnya sendiri dan akan mengalirkan
permukaan vertikal (Bhatt & Agrawal, 2007).
Disolusi Giometri Salep
Extemporaneous compounding salep dan krim seringkali melibatkan penggunaan mortir dan
stamper, spatula dan ointment slab. Kunci untuk campuran homogen adalah menggunakan alat ini
dengan baik dan menggabungkannya dengan metode dilusi geometrik dalam persiapan semua
produk salep ateu krim.
Pengenceran geometris adalah proses dimana campuran homogen atau bahkan distribusi dua atau
lebih zat tercapai. Bila menggunakan metode ini, jumlah terkecil bahan aktif dicampur secara
menyeluruh dengan volume pengencer atau basis pada ointment slab yang sama.
Pengencer atau basis berlebih ditambahkan dalam jumlah yang sama dengan volume dari campuran
pada ointment slab. Proses ini diulang sampai semua pengencer atau basis dimasukkan ke dalam
campuran. Meskipun metode ini memakan waktu, namun akan membuat campuran homogen atau
dispersi halus dari obat salep atau krim (Madinah, 2008).
Alat Pencampur Sediaan Semi Padat
1. Spatula
Spatula biasanya digunakan untuk memindahkan bahan padat seperti serbuk, salep, atau krim.
Mereka juga digunakan untuk mencampur bahan bersama sama menjadi campuran homogen.
Spatula tersedia dalam stainless steel, plastik dan hard rubber. Jenis spatula yang digunakan
tergantung pada apa yang sedang dipindahkan atau dicampur (Madinah, 2008).
2. Mortir dan stamper
Mortir dan stamper digunakan untuk menggiling partikel ke dalam bubuk halus (triturasi).
Penggabungan cairan (levigasi) dapat mengurangi ukuran partikel lebih lanjut. Mortar dan stamper
terbuat dari kaca, porselin, wedgwood atau marmer. Kaca lebih baik digunakan untuk pencampuran
bentuk sediaan cairan dan semi padat (Madinah, 2008).
3. Water bath
Fungsi utama dari water bath adalah untuk menciptakan suhu yang konstan dan digunakan untuk
inkubasi pada analisis mikrobiologi. Serta, digunakan untuk melebur basis, menguapkan ekstrak.
Pemanasan untuk mempercepat kelarutan.
4. Cawan penguap
Cawan berfungsinya untuk melarutkan bahan yang setengah padat, jadi semacam tempat wadah,
dan melarutkannya di atas asbes besi dan di bakar pakar spirtus. Nanti ada di bawah. Banyak
ukurannya, ada yang kecil sampai besar.
5. Sudip/Kertas rongen
Sudip berfungsi untuk membersihkan dan mengambil sisa sisa obat yang habis dibuat.
6. Timbangan
Ada dua jenis timbangan, yaitu timbangan halus dan timbangan kasar. Timbangan halus tersimpan di
kotak ada pintunya dan ukurannya lebih kecil,tapi Timbangan kasar dia lebih besar dan tidak
tertutup.
7. Pinset/penjebit
Pinset berfungsi untuk mengambil bahan atau cawan penguap. Jadi tidak boleh sembarang tangan.
Untuk mengambil ukuran timbangan juga harus pakai pinset.
8. Sendok tanduk
Sendok tanduk berfungsi untuk mengambil bahan agar tidak akan terkontaminasi oleh zat lain.

VIII. Metoda pembuatan skala lab dan industri


Pembuatan Skala labor.
Umumnya pasta dibuat dengan cara yang sama dengan salep. Tetapi, bahan untuk menggerus
dan mengahluskan digunakan untuk membuat komponen serbuk menjadi lembut, bagian dari dasar
ini sering digunakan lebih banyak daripada minyak mineral sebagai cairan untuk melembutkan pasta.
Untuk bahan dasar yang berbentuk setengah padat, dicairkan terlebih dahulu, setelah itu baru
kemudian dicampur dengan bahan padat dalam keadaan panas agar lebih tercampur dan homogen.
Pembuatan pasta dilakukan dengan dua metode :
1. Pencampuran
Komponen dari pasta dicampur bersama-sama dengan segala cara sampai sediaan yang rata
tercapai.
2. Peleburan
Semua atau beberapa komponen dari pasta dicampurkan dengan meleburkannya secara bersamaan,
kemudian didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen-komponen
yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada campuran yang sedang mengental setelah
didinginkan dan diaduk.
Bahan dasar pasta :
vaselin, lanolin, adepslanae, unguentum simplex, minyak lemak dan parafin liquidum.
Pembuatan :
bahan dasar yang berbentuk setengah padat dicairkan lebih dulu, baru dicampur dengan bahan
padat dalam keadaan panas agar lebih tercampur dan homogen.
Contoh pembuatan pasta dalam skala labor
Pembuatan pasta pendingin
Contoh resep :
R/ Zinci Oxyde
Olei Olivie
Calcii Hydroxidi Solutio aa 10

Cara pembuatan :
Gerus serbuk Zinci Oxyde lalu ayak dengan ayakan no. 100. Setelah itu tambahkan dalam mortir
Aqua Calcis dan campur baik-baik. Setelah itu tambahkan minyaknya sekaligus, diaduk baik-baik
sampai diperoleh masa yang homogen. Tipe emulsi yang terjadi A/M, untuk penstabilan sebagian
minyak kira-kira 3% diganti dengan Cera alba. Penggerusan jangan lama-lama, karena dapat terjadi
pecahnya emulsi. Penstabilan dapat dilakukan pula dengan penambahan Acidum Oleinicum crudum
(1 tetes per 5 gram minyak) dicampur dulu pada minyak. Pada pencampuran dengan Aqua Calcis
akan terbentuk sabun Ca-Oleat, yang akan menstabilkan emulsi A/M, setelah itu ditambah ZnO dan
dicampur baik-baik.
Pembuatan skala industri
1. Penentuan bahan yang berkualitas
2. Tes sterilisasi awal
3. Sterilisasi terminal dari pasta
4. Filtrasi agar jenih
5. Pengerjaan penampilan
6. Penggunaan LAF
7. Uji stabilitas obat
8. Tonisitas
> Menurut kamus lengkap kedokteran hal 263 Tonisitas adalah tegangan otot yang sehat.
> Menurut farmasi fisik hal 483
Tonisitas larutan dapat ditentukan dengan menggunakan salah satu yaitu hemolisis, pengaruh
berbagai larutan diperiksa berdasarkan timbulnya efek ketika disuspensi kan dengan darah.
> Menurut SDF ha1358 Tonisitas mengacu pada tekanan osmotik yang diberikan oleh larutan atau
padatan larutan ini. Tonisitas adalah membandingkan tekanan osmosa antara dua cairan yang
dipisahkan oleh membrane semi permeabel.
9. Viskositas
Viskositas merupakan ukuran kekentalan suatu fluida yang bergerak dari satu tempat ke tempat
lainnya, seperti kita ketahui setiap fluida atau zat yang memiliki ukuran kekentalan masing masing-
misalnya minyak dan air,yang memiliki ukuran kekentalan yang berbeda.
10. Pengemasan
Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk
ditransportasikan, didistribusikan, disimpan.
11. Pemeriksaan hasil dengan teliti
Peralatan yang dibutuhkan untuk pembuatan sediaan semi padat untuk skala kecil (laboratorium)
maupun untuk skala besar (industri) pada prinsipnya sama.
Perbedaannya hanya pada kapasitas alatnya, pada skala laboratorium kapasitas peralatannya lebih
kecil. Peralatan yang dibutuhkan untuk pembuatan sediaan semi padat untuk skala kecil
(laboratorium) maupun untuk skala besar (industri) pada prinsipnya sama. Perbedaannya hanya
pada kapasitas alatnya, pada skala laboratorium kapasitas peralatannya lebih kecil.
Dalam praktek yang lebih sederhana.

XI. Evaluasi sediaan.


1) Pengamatan organoleptis
Pemerian dilakukan pada bentuk, warna,bau, dan suhu lebur.
2) Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat proses pembuatan
pasta bahan aktif obat dengan bahan dasarnya dan bahan tambahan lain yang diperlukan tercampur
secara homogen. Persyaratannya harus homogen, sehingga pasta yang dihasilkan mudah digunakan
dan terdistribusi merata saat penggunaan pada kulit. Alat yg biasanya digunakan pada uji
homogenitas adalah roller mill, colloid mill, homogenizer tipe katup. Dispersi yang seragam dari obat
yang tak larut dalam basis maupun pengecilan ukuran agregat lemak dilakukan dengan melalui
homogenizer atau mill pada temperatur 30-40 0 C.
1. Letakan 0,5 gram sediaan pada obyek glass
2. Tutup dengan obyek glass yang lain
3. Amati homogenitasnya menggunakan lup.
3) Uji Viskositas
Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, semakin tinggi
viskositas, akan makin besar tahanannya. Nilai viskositas dipengaruhi oleh zat pengental, surfaktan
yang dipilih, proporsi fase terdispersi dan ukuran partikel.

4) Uji Stabilitas Fisik


Stabilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas
yang ditetapkan dan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan, sifat karakteristiknya sama
dengan yang dimilikinya pada saat produk dibuat. (Dirjen POM,1995)
Tujuan pemeriksaan kestabilan obat adalah untuk menjamin bahwa setiap bahan obat yang
didistribusikan tetap memenuhi persyaratan yang ditetapkan meskipun sudah cukup lama dalam
penyimpanan. Pemeriksaan kestabilan digunakan sebagai dasar penentuan batas kadaluarsa , cara-
cara penyimpanan yang perlu dicantumkan dalam label (Lachman, 1994). Ketidakstabilan formulasi
dapat dilihat dari perubahan penampilan fisik, warna, rasa, dan tekstur dari formulasi tersebut,
sedangkan perubahan kimia yang terjadi hanya dapat dipastikan melalui analisis kimia.
5) Pemeriksaan konsistensi
Penetrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur konsistensi atau kekerasan semisolid.
6) Pengukuran diameter globul rata-rata
Pengukuran diameter globul rata-rata dilakukan menggunakan mikroskop optik dengan perbesaran
100x.
7) Penetapan kadar zat aktif
Penetapan kadar dapat dilakukan dengan cara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
8) Keseragaman sediaan
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan menggunakan dua metode, yaitu keragaman bobot
dan keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk sediaan yang mengandung dua atau
lebih zat aktif. Persyaratan keragaman bobot diterapkan pada produk yang mengandung zat aktif 50
mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih , dari bobot satuan sediaan. Keseragaman dari zat
aktif lain, jika dalam jumlah kecil ditetapkan dengan persyaratan keseragaman kandungan (Dirjen
POM, 1995).
9) pH
Harga pH merupakan harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai, yang
telah dibakukan sebagaimana mestinya , yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH
menggunakan elektroda indikator yang peka terhadap aktifitas ion hidrogen, elektroda kaca, dan
elektroda pembanding yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai