Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN SEMI PADAT DAN CAIR


ELIXIR ACETAMINOPHENUM

Tanggal Praktikum : 22 Maret 2014

Pengawas: Junaedi, S.SI, M.Far, Apt

Disusun Oleh :

Ferzio Danoza

Hafidzoh Nur Adlina

Haifa Fauziah Arini

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II


JURUSAN FARMASI
2014
PEMBUATAN SEDIAAN BENTUK LIQUID
(ELIXIR)

1. TUJUAN PERCOBAAN
2. Mengetahui cara pembuatan elixir dengan formula yang cocok dan
mudah digunakan.
3. Menentukan formula dari basis elixir yang cocok untuk pembuatan
sediaan elixir .
4. Mahasiswa dapat membuat preformulasi dari sediaan elixir
paracetamol dan dapat menguji sediaan tersebut dengan berbagai uji

1. LATAR BELAKANG
1. Teori

Definisi Larutan dan Elixir


1. Menurut FI III hal 32: Larutan adalah sediaan cair yang mengandung
bahan kimia terlarut, kecuali dinyatakan lain sebagai pelarut digunakan
air suling. Larutan steril yang digunakan sebagai obat luar harus
memenuhi syarat yang tertera pada injectiones. Wadah harus
dikosongkan dengan cepat, kemasan boleh lebih dari 1 liter.
2. Menurut FI IV hal 13: Larutan adalah sediaan cair yang mengandung
satu atau lebih zat kimia yang terlarut,missal : terdispersi secara
molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling
bercampur.
3. Menurut Formularium Nasional hal 332: Larutan adalah sediaan cair
yang dibuat dengan melarutkan satu jenis obat atau lebih didalam
pelarut, dimasudkan untuk digunakan sebagai obat dalam, obat luar
atau yang dimasudkan kedalam organ tubuh.
4. Menurut Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi hal 304: Larutan
didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air yang karena
bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaannya tidak dimasukkan
kedalam golongan produk lainnya. Larutan adalah sediaan cair yang
mengandung satu atau lebih zat yang terlarut
5. Menurut FI III: Elixir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai
rasa dan bau sedap, mengandung selain obat, juga zat tambahan seperti
gula dan atau zat pemanis lainnya, zat warna, zat wangi dan zat
pengawet; digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama
digunakan etanol yang dimaksudkan untuk mempertinggi kelarutan
obat. Dapat ditambahkan Gliserol, sorbitol dan propilenglikol; sebagai
pengganti gula dapat digunakan sirop gula.
6. Menurut M. Anief: Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol
90 % yang berfungi sebagai kosolven.

7. Menurut Ansel 19: Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan
manis dimaksudkan untuk penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa
untuk menambah kelezatan. Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai
pembawa tetapi eliksir obat untuk efek terapi dari senyawa obat yang
dikandungnya. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang
manis dan kurang kental karena mengandung kadar gula yang lebih
rendah dan akibatnya kurang efektif dibanding sirup dalam menutupi
rasa senyawa obat. Walaupun demikian, karena sifat hidroalkohol,
eliksir lebih mampu mempertahankan komponen-komponen larutan
yang larut dalam air dan yang larut dalam alkohol daripada sirup. Juga
karena stabilitasnya yang khusus dan kemudahan dalam pembuatannya,
dari sudut pembuatan eliksir lebih disukaidari sirup
.

 Macam-macam Sediaan
Penggolongan menurut cara pemberiannya:

1. Larutan oral adalah sediaan oral yang dibuat untuk pemberian oral,
mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma,
pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven-air
1. Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain
dalam kadar tinggi (sirup simpleks adalah sirup yang hamper jenuh
dengan sukrosa)
2. Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven
(pelarut)
b. Larutan topical adalah larutan yang biasanya mengandung air, tetapi
sering sekali mengandung pelarut lain seperti etanol dan poliol
untuk penggunaan pada kulit, atau dalam larutan lidokain oral
topical untuk penggunaan pada permukaan mukosa mulut.
3. Lotio (larutan atau suspensi) yang digunakan secara topical
4. Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau
pelarut lain dan bahan pendispersi.
 Penggolongan berdasarkan system pelarut

1. Spirit adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari


zat mudah menguap, umumnya digunakan sebagai bahan pengaroma
2. Tingtur adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol yang
dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia.
3. Air suling adalah larutan jernih dan jernih dalam air, dari minyak
mudah menguap atau senyawa aromatik,atau bahan mudah menguap
lainnya.
 Pelarut yang biasa digunakan adalah:

1. Air untuk melarutkan bermacam-macam garam.


2. Spiritus untuk melarutkan kamfer, iodine, mentol
3. Gliserin untuk melarutkan tannin, zat samak, boraks, fenol
4. Eter untuk melarutkan kamfer, fosfor, sublimat
5. Minyak untuk melarutkan kamfer, menthol
6. Paraffin liguidum untuk melarutkan cera, cetasium, minyak-minyak,
kamfer, mentol, klorbutanol
7. Kloroform untuk melarutkan minyak-minyak, lemak
 keuntungan dan Kerugian

1. Keuntungan
2. Merupakan campuran homogen
3. Dosis sapat diubah-ubah dalam pembuatan
4. Dapat diberikan dalam larutan encer, sedangkan kapsul dan tablet sulit
diencerkan
5. Kerja awal obat lebih cepat karena obat cepat diabsorpsi
6. Mudah diberi pemanis, bau-bauan dan warna, dan hal ini cocok untuk
pemberian oral pada anak-anak
7. Untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan
 Kerugian

1. Volume bentuk larutan lebih besar


2. Ada obat yang tidak stabil dalam larutan
3. Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan
 Syarat-syarat Larutan

1. Komponen berupa: cairan, padat, gas


2. Pelarut berupa cairan
3. Zat pelarut harus dapat larut dalam pelarutnya
 Komposisi Sediaan Larutan

1. Bahan aktif
2. Solute (zat terlarut)
Contohnya: kamfer, iodine, menthol, cerra, cetasium
3. Solven (zat pelarut)
Contohnya: air: untuk macam-macam garam

Spiritus: untuk kamfer,iodium, menthol

Gliserin: untuk tannin, zat samak, borax, fenol

Eter: untuk kamfer, fosfor, sublimat

Minyak: untuk kamfer dan menthol

Paraffin Liquidum: untuk cera, cetasium, minyak-minyak kamfer,


menthol, chlorobutanol

Eter minyak tanah: untuk minyak-minyak lemak

 Bahan Tambahan
1. Pengawet anti jamur digunakan dalam preparat cairan dan preparat
setengah padat untuk mencegah pertumbuhan jamur
Contoh: asam benzoate, butyl paraben, etil paraben, propel paraben,
natrium benzoate, natrium propionate

1. Pengawet anti mikroba digunakan dalam preparat cair, dan preparat


setenfah padat untuk mencegah pertumbuhan mokroorganisme
Contoh: benzalkonium klorida, benzotanum, benzyl alcohol, setilpridium
klorida, klorobutanol, fenol, fenil etil alcohol, fenil merkuri nitrat,
timerosol.

 Metode Pembuatan
1. Zat-zat yang mudah larut dilarutkan dalam botol
2. Zat-zat yang agak sukar larut dilarutkan dengan pemanasan
3. Untuk zat-zat yang akan terbentuk hidrat maka air dimasukkan dulu
dalam erlenmeter agar tidak terbentuk senyawa hidrat yang lebih
lambat larutnya
4. Untuk zat yang meleleh dalam air panas dan merupakan tetes besar
dalam dasar Erlenmeyer atau btol maka perlu dalam melarutkan
digoyang atau dikocok untuk mempercepat larutnya zat tersebut
5. Zat-zat yang mudah terurai pada pemanasan tidak boleh dilarutkan
dengan pemanasan atau dilarutkan secara dingin
6. Zat-zat yang mudah menguap bila dipanasi, dilarutkan dalam botol
tertutup dan dipanaskan serendah-rendahnya sambil digoyangkan
7. Obat-obat keras harus dilarutkan tersendiri, untuk meyakini apakah
sudah larut semua, dapat dilarutkan dalam tabung reaksi lalu dibilas
8. Perlu diperhatikan bahwa pemanasan hanya diperlukan untuk
mempercepat larutnya suatu zat, tidak untuk menambah kelarutannya
sebab bila keadaannya menjadi dingin maka akan terjadi endapan
 PRE FORMULASI

1. Zat aktif
1. Acetaminophenum
Warna : Putih

Rasa : Pahit

Bau : Tidak berbau

Pemerian : serbuk hablur

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, larut dalam 7 bagian etanol


(95%)P, larut dalam 13 bagian aseton, larut dalam 40 bagian gliserol, larut
dalam sebagian propilen glikol, larut dalam alkali hidroksida.

Titik lebur : 111o C


Masa molekular : 272,4 g/mol

PH larutan : 5-7oC
Stabilitas : Pada suhu > 40oC akan lebih mudah
 terdegradasi, lebih mudah terurai dengan adanya udara dari

 luar dan adanya cahaya, pH jauh dari rentang pH optimum


 akan menyebabkan zat terdegradasi karena terjadi hidrolisis.
2. Zat tambahan
1. Glycerolum
Pemerian : cairan seperti sirup; jernih, tidak berwarna; tidak berbau;
manis diikuti rasa hangat, higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada
suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur berwarna yang tidak
melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20 derajat.

Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol (95%) ;


praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P, dan dalam minyak
lemak.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Khasiat : zat tambahan

1. Propylenglycolum
Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau; rasa
agak manis higroskopik

Kelarutan : dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan


dengan kloroform P; larut dalam 6 bagian eter P; tidak dapat dicampur
dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak lemak

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Khasiat : zat tambahan; pelarut

1. Sorbitolum
Pemerian : serbuk, butiran atau kepingan; putih; rasa manis;
higroskopik

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol
(95%) P, dalam methanol P dan dalam asam asetat P
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : zat tambahan

1. Aethanolum
Warna : putih

Rasa : rasa manis

Bau : tidak berbau

Pemerian : serbuk, butiran dan kepingan.

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%)
P, dalam metanol P, dan dalam asetatP.

Titik didih : suhu lebur hablur antara 174oC – 179oC


Stabilitas : terhadap udara higroskopis.

1. Aqua destillata
Warna : Jernih tidak berwarna

Rasa : Tidak mempunyai rasa

Bau : Tidak berbau

Pemerian : Cairan

Titik didih : 1800C


Pka/pkb : 8,4

Bobot Jenis : 1 gr/cm3 atau 1 gr/ml


pH larutan :7
Stabilitas : Stabil diudara

3. Zat tambahan yang cocok


4. Oleum Citri
Khasiat : Zat tambahan sebagai pengaroma (FI III, 452)

Pemerian : Cairan kuning pucat atau kuning kehijauan, bau


khas, rasa pedas dan agak pahit. (FI III, 452)

Kelarutan : Larut dalam 12 bagian etanol (90%)P, larutan agak


beropalesensi dengan etanol mutlak P. (FI III, 452)

Konsentrasi : 0,2% – 0,3% (The Art Science and Technologi of


Pharmaceutical Coumpounding, 99)

Inkompatibilitas : –

1. Na Benzoat
Pemerian : Granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau
praktis tidak berbau, stabil di udara

Kelarutan :1
bagian pada 75 bagian etanol 95%, 1 bagiandalam 50 bagian etanol 90%,
1 bagian dalam 1,8 bagian air, 1bagian dalam 1,4 bagian air panas.

pH larutan/pH stabilitas : pH 8 (pada suhu 25°C), tidak aktif dibawah pH


5.

Titik didih :–

Titik leleh :–
Stabilitas :Larutan dapat disterilkan dengan autoklaf
dan filtrasi

Wadah dan penyimpanan :Wadah tertutup baik

1. FORMULASI

R/ elixir paracetamol 100 ml

Teori Pendukung : Formularium Nasional hal 3

Tiap 5 ml mengandung :

R/ Acetaminophenum 120 mg

Glycerolum 2,5 ml

Propilenglycolum 500 µl

Sorbitoli solution 70% 1,25 ml

Aethanolum 500 µl

Zat tambahan yang cocok q.s

Aquadest ad 5 ml

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya

Dosis : Anak sampai 1 tahun = 1 sendok teh (5 ml)

1-5 tahun = 2 sendok teh (10 ml)

Catatan :
1. PELAKSANAAN

R/ Eliksir paracetamol
S t dd 1 C

Perhitungan
1. Acetaminophenum
2. Glycerolum
3. Propilenglycolum
4. Sorbitoli solution 70%
5. Aethanolum
6. Zat tambahan yang cocok s
7. Aquadest ad 600

Zat tambahan yang cocok:


1. Benzoat
0,1 gram x 6 = 0,6 gram

1. Carmin 500 mg
2. Oleum citri 2 tetes @ 100 ml
1. PENIMBANGAN
Acetaminophenum : 14400 mg

Glycerolum : 300 ml

Propilenglycolum : 60 ml

Sorbitoli solution 70% : 150 ml

Aethanolum : 60 ml

Aqua destilata ad 600 ml


Na. Benzoat0,6 gram

Carmin : 500 mg

Oleum citri 2 tetes @ 100 ml

Alat dan Bahan


ALAT BAHAN
Timbangan
Mortir Acetaminophenum
Na. benzoat
Batang pengaduk
Carmin
Botol coklat
Oleum citri
Spatula
Sorbitol
Kertas perkamen
Aquadest
Gelas ukur
Etanol
Erlenmeyer
Glycerol
Pipet tetes
propilenglycol
Beaker glass
Pengamatan Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4
Warna : kuning Warna : jernih Warna : jernih Warna:
jernih kekuningan keruh jernih Warna : j
Rasa : ++ Rasa : + Rasa : +++ Rasa : Rasa :
+++
Bau : + Bau : ++ Bau : ++ Bau : ++ Bau : ++
Organoleptik
Kristal pada
mulut botol – Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ad
 EVALUASI SEDIAAN
Penentuan Organoleptis:

1. Warna larutan diamati


2. Keberadaan partikel dalam larutan diamati
3. Bau larutan dicium
4. Sedikit dari larutan dirasakan atau dicicipi

Pengamatan Hari ke-5 Hari ke-6 Hari ke-7


Warna : kuning Warna : jernih
jernih kekuningan Warna : jernih keru
Rasa : ++ Rasa : + Rasa : +++

Bau :+ Bau : ++ Bau : ++


Organoleptik
Kristal pada mulut botol – Tidak ada Tidak ada
1. Rasa : (+) → manis
(++) → manis pahit

(+++) → pahit

(++++) → pahit sekali

2. Bau : oleum citri


 CARA KERJA

1. Timbang Paracetamol, kecilkan ukuran partikelnya, masukkan


erlemeyer → larutkan dalam etanol yang sudah diukur.
2. Ukur propilenglycol masukkan erlenmeyer → gojok tambahkan zat
pewarna
3. Ukur glycerol masukkan erlenmeyer → gojok
4. Ukur Solutio Sorbitol 70 %, masukkan erlenmeyer → gojok ad
homogen.
5. Sol Sorbitol terakhir karena agak sukar larut dalm etanol, jika
dimasukkan pertama maka akan bertemu etanol dalam keadaan
belum tercanpur dengan larutan lain sehingga sukar bercampur, maka
ditambahkan terakhir.
6. Kalibrasi botol, larutan yang sudah homogen dalam erlen dimasukkan
dalam botol, cukupkan dengan aqua ad 80 ml.
7. etiket warna putih dengan signa “ Jika perlu satu sendok teh ( jika
panas)
8. beri label kocok dahulu.
1. PEMBAHASAN

Dalam praktikum kali ini. Dilakukan pembuatan sediaan larutan. Larutan


adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, sebagai pelarut
digunakan air suling kecuali dinyatakan lain. Sedangkan eliksir adalah
sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, selain obat
mengandung juga zat tambahan seperti gula atau pemanis lain, zat warna,
zat pewangi dan zat pengawet, dan digunakan sebagai obat dalam. (Moh.
Anief, 2008).

Zat aktif yang digunakan dalam praktikum pembuatan larutan adalah


Acetaminophenum. Dan bahan tambahan yang digunakan adalah glycerol,
propilenglycol, Natrium Benzoat, propil paraben, sorbitol, oleum citri,
aethanol dan aquadestilata.

Dilakukan evaluasi sediaan eliksir selama seminggu yang mencakup


evaluasi organoleptik (warna, rasa, bau), kejernihan, berat jenis, viskositas
dan volume terpindahkan. Dari hasil pengamatan organoleptik, tidak
terjadi perubahan warna, rasa ataupun bau dari hari pertama hingga hari
keempat. Ini dapat disimpulkan bahwa sediaan eliksir yang dibuat cukup
stabil.

Pada pembuatan sediaan elixir ini digunakan pelarut campur (kosolven)


untuk menaikkan kelarutan. Untuk memperkirakan kelarutan suatu zat
dalam pelarut campur harus dilihat harga konstanta dielektriknya (KD).
Dimana semakin tinggi harga konstanta dielektriknya, kepolarannya
semakin tinggi. Dalam percobaan ini di dapat harga KD pelarut campur
yaitu 62,88. Suatu pelarut campur yang ideal mempunyai harga konstanta
dielektrik antara 25 sampai 80. Dalam percobaan ini dihasilkan pelarut
campur yang memenuhi persyaratan pelarut yang ideal.

1. KESIMPULAN
Eliksir obat diformulasi sedemikian rupa sehingga pasien menerima obat
dengan dosis lazim untuk dewasa dalam ukuran eliksir yang tepat. Satu
keuntungan eliksir lebih dari obat yang dalam bentuk pemberian padat
adalah kemudahan penyesuaian dan kemudahan pemberian dosis, terutama
pada anak-anak. Orang tua dapat memberi setengah sendok teh penuh
obat, sebagai contoh, untuk anak yang memperoleh kemudahan yang lebih
besar daripada yang didapat dengan memecah tablet obat yang sama atau
memisahkan dan dibagi dalam kapsul obat. Pada keadaan dimana eliksir
obat dimaksudkan untuk anak-anak, wadah diperdagangkan sering
mengandung alat pengukur yang telah dikalibrasi, seperti tetesan atau
sendok, untuk memudahkan orang tua mengukur obat dengan tepat dengan
jumlah yang dianjurkan sesuai umur anak, berat, atau kondisinya.
Karena eliksir mengandung alkohol dan biasanya juga mengandung
beberapa minyak mudah menguap yang rusak oleh adanya udara dan sinar,
maka paling baik disimpan dalam wadah-wadah yang tertutup rapat, tahan
cahaya untuk menjaga terhadap temperatur yang berlebihan

Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang


kental karena mengandung gula lebih sedikit maka kurang efektif
dibanding dengan sirup di dalam menutupi rasa obat yang kurang
menyenangkan. Eliksir mudah dibuat larutan, maka lebih disukai
dibanding sirup.

Anda mungkin juga menyukai