Anda di halaman 1dari 8

laporan Praktikum ANFISMAN sistem saraf Perifer

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Dasar Teori
Sirkulasi darah yang baik dihasilkan oleh kerja sama antara jantung, darah, komponenkomponennya, serta pembuluh darah itu sendiri. Jika terjadi gangguan pada salah satu komponen
itu, sirkulasi darah akan terganggu. Akibatnya, suplai darah tidak mencukupi kebutuhan hingga
dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, dan gangguan fungsi organ tubuh lain. Untuk itu,
peredaran darah yang lancar sangat penting bagi kesehatan kita.
Sistem sirkulasi memegang peranan penting dalam homeostatis tubuh kita dalam sistem
transportasi. Jantung memiliki peranan penting dalam penyediaan oksigen untuk seluruh tubuh
dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Organ ini melaksanakan
fungsinya dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan
memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang
karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan
memompanya ke jaringan di seluruh tubuh. Dengan demikian jantung bertugas menjaga sirkulasi
darah.
Sistem sirkulasi diperlengkapi dengan suatu sistem rumit untuk mengatur aliran darah ke
berbagai bagian tubuh. Pada umumnya, ada tiga jenis pengaturan yang utama, sebagai berikut :
1. Pengaturan aliran darah setepat dalam tiap-tiap jaringan tersendiri, aliran tersebut terutama diatur
sesuai dengan kebutuhan jaringan akan aliran darah.
2. Pengaturan aliran darah oleh saraf, yang sering mempengaruhi aliran darah dalam segmensegmen besar sirkulasi sistemik, seperti perpindahan aliran darah dari jaringan vaskular nonmuskular ke otot-otot selama gerak bada atau perubahan aliran darah di dalam kulit untuk
mengatur suhu tubuh.
3. Pengaturan humoral, tempat berbagai zat yang terlarut di dalam darah, seperti hormon, ion atau
bahan kimia lain dapat menyebabkan kenaikan atau penurunan dalam aliran jaringan setempat
atau perubahan umum yang menyeluruh dalam aliran darah.
Sirkulasi darah di luar jantung dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu :
1. Sirkulasi sistemik yang mengedarkan darah dari ventrikel kiri melalui seluruh bagian tubuh dan
kembali ke atrium kanan.
2. Sirkulasi pulmonalis yang mengedarkan darah dari ventrikel kanan melalui paru-paru kembali ke
atrium kiri.
Sirkulasi sistemik dan pulmonalis ini membentuk peredaran darah tepi (sirkulasi perifer). Fungsi
peredaran darah tepi ialah untuk mengedarkan darah, pertukaran zat gizi dan gas, transport
(hormon, komponen sistem imun, enzim, dll), pengaturan tekanan darah dan mengarahkan
peredaran darah ke jaringan pada saat dibutuhkan.

1.

2.

3.

4.

5.

Sirkulasi sistemik dapat dibagi menjadi lima :


Arteri
Dinding aorta dan arteri besar mengandung banyak jaringan elastis dan sebagian otot polos.
Jaringan arteria ini terisi sekitar 15% dari volume total darah. Karena itu sistem arteria dianggap
sebagai sirkuit yang rendah volumenya tetapi tinggi tekanannya. Karena sifat dan tekanan ini
maka cabang-cabang arteri disebut sirkuit resistensi. Fungsi arteri adalah untuk menyalurkan
darah bertekanan tinggi ke jaringan. Oleh karena itu arteri memiliki dinding vaskular yang tebal
dan kuat, sehingga darah dapat mengalir dengan cepat ke jaringan-jaringan.
Arteriola
Dinding arteriola terdiri dari otot polos dengan sedikit serabut elastis yang sangat peka dan dapat
berdilatasi atau berkontraksi untuk mengatur aliran darah ke jaringan kapiler. Arteriola menjadi
tempat resistensi utama aliran darah dari seluruh percabangan arteria. Akibatnya tekanan pada
kapiler akan turun mendadak dan aliran berubah dari berdenyut menjadi aliran tenang, sehingga
memudahkan pertukaran nutrient pada tingkat kapiler. Pada persambungan antara arteriola dan
kapiler terdapat sfingter prekapiler yang berada di bawah pengaturan fisiologis yang cukup
rumit.
Kapiler
Dinding pembuluh kapiler sangat tipis, terdiri dari satu lapis sel endotel. Melalui membran yang
tipis dan semipermeabel inilah nutrisi dan metabolit berdifusi dari daerah yang konsentrasinya
tinggi ke konsentrasinya rendah.
Venula
Venula berfungsi sebagai saluran pengumpul dengan dinding otot yang relatif lemah namun
peka. Pada pertemuan antara kapiler dan venula terdapat sfingter postkapiler.
Vena
Vena berfungsi menyalurkan darah dari jaringan kapiler melalui sistem vena, masuk ke atrium
kanan. Pembuluh vena dapat menampung darah dalam jumlah banyak dengan tekanan relatif
rendah. Karena sifat aliran vena yang bertekanan rendah, dinding vena tipis. Meskipun demikian,
dinding tersebut berotot, dan ini memungkinkan mereka untuk mengecil atau membesar sehingga
bekerja sebagai susunan untuk darah tambahan, maka sistem vena disebut sistem kapasitas, kirakira 65% dari volume darah terdapat dalam sistem vena.
Darah yang mengalir ke setiap jaringan hampir seluruhnya diatur oleh tingkat kontraksi
atau dilatasi arteriol, dan di dalam kapilerlah terjadi proses penting pertukaran di antara darah
dan cairan interstisial. Setelah meninggalkan arteri kecil, darah mengalir melalui arteriol, yang
panjangnya hanya beberapa milimeter dan berdiameter 8 sampai 50 mikron. Tiap arteriol
bercabang berkali-kali untuk kemudian berakhir pada 10 sampai 100 kapiler.
Ada kira-kira 10 milyar kapiler di dalam jaringan perifer, yang memiliki luas permukaan
lebih daripada 500 m2. Tebal dinding kapiler biasanya kurang daripada 1 mikron, dan ada poripori halus di dindingnya melalui mana zat-zat dapat berdifusi.

Aliran darah secara sederhana berarti jumlah darah yang mengalir melalui suatu titik tertentu di
dalam sirkulasi dalam suatu periode waktu tertentu. Biasanya aliran darah dinyatakan dalam
mililiter atau liter per menit. Seluruh aliran darah dalam sirkulasi orang dewasa pada waktu
istirahat kira-kira sebesar 5000 ml per menit. Aliran melalui sebuah pembuluh darah ditentukan
sepenuhnya oleh dua faktor :
1. Perbedaan tekanan yang cenderung mendorong darah melalui pembuluh tersebut
2. Rintangan terhadap aliran darah melalui pembuluh tersebut
1.2. Tujuan
1. Mempelajari sifat-sifat aliran darah vena dan arteri pada selaput renang atau mesenterium katak.
2. Mempelajari pengaruh zat kimia dan suhu terhadap sifat aliran darah

BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1. Alat dan Bahan
2.1.1. Alat
Jarum pentul
Papan kayu berlubang
Mikroskop
Batang Pengaduk
Pipet tetes
2.1.2. Bahan
Katak
Kloroform
Kapas
Larutan Fisiologis (NaCl 0,65%)
Air panas
Air dingin
2.2. Cara Kerja
2.2.1. Mempelajari sifat-sifat aliran darah
Katak dibius dengan kloroform atau dirusak serebrumnya dengan jarum sonde mengarah ke depan
(Single Pithing)
Selaput renang katak dibentangkan pada papan berlubang
Pembuluh darah dan alirannya diamati di bawah mikroskop
Pembuluh darah vena, arteri dan kapiler diidentifikasi berdasarkan dinding pembuluh, percabangan,
kecepatan aliran dan sifat alirannya. Catat hasilnya.
2.2.2. Mempelajari pengaruh suhu dan zat kimia terhadap sifat aliran darah
Setelah pengamatan pada percobaan ke 1, tempelkan pengaduk gelas panas pada selaput renang katak dan
diamati kembali dibawah mikroskop.
Teteskan larutan fisiologis (NaCl 0,65%) pada selaput renang katak dan diamati di bawah mikroskop.
Tempelkan pengaduk gelas dingin pada selaput renang katak dan diamati di bawah mikroskop.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Data Pengamatan
2.1.1. Data sifat aliran darah arteri, vena dan kapiler pada selaput renang katak
Pembuluh
Kecepatan
Sifat
Percabangan
Dinding
darah
aliran
aliran
Arteri
cepat
mulus
divergen
tebal
Vena

lambat

mulus

konvergen

tipis

Kapiler

agak cepat

mulus

divergen

agak tebal

2.1.2. Data pengaruh zat kimia dan suhu terhadap sifat aliran darah
Vena
arteri
kapiler
Kecepata
Kecepata
Perlakuan
Sifat
Sifat
Kecepatan
Sifat
n
n
aliran
aliran
aliran
aliran
aliran
aliran
lebih
tambah
tambah
Air panas
mulus
mulus
mulus
cepat
cepat
cepat
lebih
agak
lebih
tambah
tambah
tersenda
Air dingin
tersenda
tersenda
lambat
lambat
lambat
t
t
t
Larutan
Fisiologis
lambat
mulus
cepat
mulus
cepat
mulus
(NaCl 0,65%
2.2. Pembahasan
Dalam keadaan normal, kira-kira 84% dari seluruh volume darah di dalam tubuh ada
dalam sirkulasi sistemik, dengan 64% di dalam vena, 15% di dalam arteri dan 5% di dalam
kapiler. Jantung mengandung 7% darah dan pembuluh darah paru-paru mengandung
9%. Pembuluh darah yang terdapat dalam sistem sistemik memiliki fungsi yang berbeda satu
sama lain.
Pada percobaan terlihat bahwa arteri memiliki aliran yang paling cepat di antara
pembuluh yang lain dan berdinding tebal. Percabangan pada pembuluh arteri ini adalah
percabangan divergen. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa arteri berfungsi
untuk menyalurkan darah bertekanan tinggi ke jaringan. Oleh karena itu arteri memiliki dinding
vaskular yang tebal dan kuat, sehingga darah dapat mengalir dengan cepat ke jaringanjaringan. Tekanan rata-rata yang cenderung untuk mendorong darah melalui sistem sirkulasi

sistemik disebut dengan tekanan arteri rata-rata. Tekanan arteri rata-rata orang dewasa muda
yang normal kira-kira sekitar 96 mmHg.
Pada percobaan yang sama, terlihat aliran vena paling lambat diantara pembuluh yang
lain dan dindingnya tipis. Percabangan pada vena adalah percabangan konvergen. Hasil ini
sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa vena berfungsi menyalurkan darah dari jaringan
kapiler melalui sistem vena, masuk ke atrium kanan atau dengan kata lain kembali ke jantung,
sehingga aliran vena bertekanan rendah, dinding vena tipis. Sedangkan pada pembuluh kapiler,
alirannya agak cepat dan dindingnya agak tebal.
Berbagai faktor kimia dapat melebarkan atau menyempitkan pebuluh darah setempat.
Asetilkolin berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah (dilatasi), sehingga aliran darah menjadi
lancar dan lebih cepat. Zat-zat lain yang telah diketahui dapat menyebabkan dilatasi pada
pembuluh darah antara lain adalahBradkinin, Histamin, Prostaglandin, dan lain sebagainya.
Peningkatan adrenalin berefek menyempitnya pembuluh darah (efek vasokontriksi) disertai
meningkatnya sifat agregrasi trombosit (sifat saling menempel satu sama lain pada sel trombosit
agar darah membeku), yang pada akhirnya meningkatkan risiko gangguan pada sistem
kardiovaskular. Zat-zat lain yang telah diketahui dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah antara lain adalah Angiotensin, Vasopresin, dan lain sebagainya (Guyton, 1995).
Selain zat kimia, pelebaran atau penyempitan pembuluh darah juga bisa disebabkan oleh
pengaruh suhu. Bila suhu tubuh naik terlalu tinggi, neuron-neuron khusus di dalam hipotalamus
anterior menjadi terangsang dan mengirimkan isyarat-isyarat melalui susunan saraf simpatis
untuk melebarkan pembuluh darah kulit, dengan demikian memungkinkan pemindahan sejumlah
besar panas di dalam tubuh ke kulit. Kemudian panas ini melalui kulit menuju ke daerah sekitar
sehingga suhu tubuh turun kembali ke normal (Guyton, 1995).
Bila suatu benda dingin langsung ditempelkan kepada kulit, pembuluh darah kulit makin
berkontriksi sampai pada suhu kira-kira 15 C, saat titik mereka mencapai derajat kontriksi
maksimum. Kontriksi ini terutama disebabkan oleh meningkatnya kepekaan pembuluh darah
terhadap perangsangan saraf vasokonstriktor. Pada suhu di bawah 15 C, pembuluh darah
tersebut mulai berdilatasi. Dilatasi ini disebabkan oleh efek langsung pendinginan setempat
terhadap pembuluh darah itu sendiri. Pada suhu mendekati 0 C, pembuluh darah itu sering
mencapai vasodilatasi maksimum. Vasodilatasi sangat kuat ini bertujuan untuk mencegah
pembekuan bagian-bagian tubuh yang terkena, terutama tangan dan telinga (Guyton, 1995).

BAB IV
KESIMPULAN

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Setelah melakukan percobaan pada katak, dapat disimpulkan bahwa :


Kecepatan aliran arteri lebih cepat dibanding kapiler dan vena
Sifat aliran paling mulus adalah arteri kemudian kapiler dan vena
Percabangan pada arteri dan kapiler adalah divergen, sedangkan percabangan pada vena adalah
konvergen
Dinding vena tipis, kapiler sedang, arteri tebal
Pengaruh air panas menyebabkan pelebaran pembuluh darah (dilatasi) sehingga alirannya
bertambah cepat dan mulus
Pengaruh air dingin menyebabkan penyempitan pembuluh darah (vasokontriksi) sehingga
alirannya lambat dan tersendat
NaCl 0,65% merupakan larutan fisiologis bagi katak, larutan ini menormalkan keadaan
pelebaran/penyempitan pembuluh darah

DAFTAR PUSTAKA
Ganong, F.William. 1995. Buku ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi II. Jakarta : EGC. Penerjemah H. M
Djuahari Wdjokusumah. Terjemahan dari review off Medical Physiology.
Guyton, Arthur C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. Penerjemah Ken
Ariata Tengadi. Terjemahan dari Textbook of Medical Physiology.

Anda mungkin juga menyukai