Anda di halaman 1dari 24

PRATIKUM FARMASI FISIKA

PRATIKUM III (KELARUTAN)

Hari, Tanggal Pratikum : Senin, 17 Desember 2018


Kelas : A2B
Kelompok : IV
Nama Kelompok :

1. Luh Gede Fiska Aristianti (171200181)


2. Luh Gede Indra Sanjayanti (171200182)
3. Luh Manik Hertalani W. (171200183)
4. Ni Made Duwik Cahyani (171200184)
5. Ni Made Jayantini Laksani (171200185)
6. Ni Made Sintya Dewi (171200186)
7. Ni Made Widya Ariasanti (171200187)

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS


INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI
2018
PRATIKUM III
KELARUTAN

I. TUJUAN PRATIKUM
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Menerapkan faktor – faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat.
2. Menjelaskan pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat.

II. DASAR TEORI

Dalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau
kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu
pembuatan larutan farmasetik, dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar atau uji
kemurnian. Pengetahuan yang lebih mendetail mengenai kelarutan dan sifat-sifat yang
berhubungan dengan itu juga memberikan informasi mengenai struktur obat dan gaya
antarmolekul obat. Selain itu, pelepasan zat dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat
kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsipnya obat baru dapat diabsorbsi
setelah zat aktifnya telarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi
efek farmakologi dari sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya.
Larutan didefinisikan sebagai suatu sistem dimana molekul terlarut (seperti obat dan
protein) dilarutkan dalam suatu pelarut (Attwod Alexander Florence Attwood, 2008). Kelarutan
adalah jumlah maksimum suatu substansi yang dapat terlarut secara sempurna dalam sejumlah
pelarut (Augustijns and Brewster, 2007), sedangkan untuk kelarutan didefinisikan sebagai
besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperaturetertentu,
sedangkan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua ataulebih zat untuk
membentuk dispersi molekuler homogen.
Kelarutan obat dapat dinyatakan dalam beberapa cara. Menurut U.S. Pharmacopeiadan
National Formulary, definisi kelarutan obat adalah jumlah mL pelarut dimana akan larut1 gram
zat terlarut. Kelarutan secara kuantitatif juga dinyatakan dalam molalitas, molaritas,normalitas
dan persentase. Molaritas (M) dari suatu larutan didefinisikan sebagai jumlah mol terlarut yang
terlarut dalam setiap liter larutan (mol/L atau mol/dm3). Mol diartikan sebagai jumlah gram zat
dibagi dengan bobot molekulnya. Normalitas (N) dari suatu larutan didefiniskan sebagai jumlah
equivalen solute (zat terlarut) yang terlarut dalam 1 L larutan (eq/L atau eq/dm3). Molalitas
merupakan jumlah mol terlarut dalam setiap kilogram pelarut. Fraksi mol menggambarkan rasio
jumlah mol suatu komponen yang diamati terhadap total mol terlarut dan pelarut (solute dan
solven) dalam suatu larutan. (Agustijns and Brewster, 2007).

Konsep persentase sering digunakan secara luas sebagai parameter konsentrasi pada
bidang farmasi dan menyatakan kuantitas solute yang dilarutkan dalam 100 unit equivalen dari
larutan. Persentase bobot ( % w/w ) didefinisikan sebagai jumlah gram zat terlarut yang terlarut
dalam 100 gram larutan. Persentase volume ( % v/v ) didefinisikan sebagai jumlah milligram zat
terlarut yang terlarut dalam 100 mL larutan. Persentase bobot per volume ( % w/v ) didefinisikan
sebagai jumlah gram terlarut yang terlarut dalam 100 mL larutan. Untuk larutan yang sangat
larut, kelarutan dinyatakan dalam satuan part per million (ppm) yang menyatakan jumlah solute
yang terlarut dalam 1.000.000 unit equivalen larutan. (Agustijns and Brewster, 2007). Untuk zat
yang kelarutannya tidak diketahui secara pasti, harga kelarutannya digambarkan dengan
menggunakan istilah umum tertentu seperti table berikut

Istilah Bagian Pelarut Yang Dibutuhkan Untuk 1 Bagian Zat Terlarut


Sangat mudah larut Kurang dari 1 bagian
Mudah larut 1 sampai 10 bagian
Larut 10 sampai 30 bagian
Agak sukar larut 30 sampai 100 bagian
Sukar larut 100 sampai 1000 bagian
Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000 bagian
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000 bagian

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat, antara lain :


1. pH
2. Suhu
3. Jenis pelarut
4. Bentuk dan ukuran partikel zat
5. Konstanta dielektrik bahan pelarut
6. Adanya zat-zat lain seperti surfaktan, pembentuk kompleks, ion sejenis,
Konstanta dielektrik adalah suatu besaran tanpa dimensi dan merupakan rasio
antarakapasitas elektrik medium (Cx) terhadap vakum (Cv). Dirumuskan sebagai berikut.

Besarnya konstanta dielektrik, menurut Moore, dapat diatur dengan menambahkan bahan
pelarut lain. Tetapan dielektrik suatu campuran bahan pelarut merupakan hasil penjumlahan
tetapan dielektrik masing-masing sesudah dikalikan dengan % volume setiapkomponen
pelarut.Adakalanya suatu zat lebih mudah larut dalam pelarut campuran dibandingkan
dengan pelarut tunggalnya. Fenomena ini dikenal dengan istilahco-solvency.Bahan pelarut
didalam pelarut campur yang mampu meningkatkan kelarutan zat disebut co-solvent .
Etanol,gliserin, dan propilen glikol merupakan contoh-contoh co-solvent yang umum
digunakandalam bidang farmasi
III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut
1. Gelas Beaker
2. Batang Pengaduk
3. Gelas Ukur
4. Kertas Saring
5. Pipet Tetes
6. Corong
7. Buret dan statif
8. Erlenmeyer
3.1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut
1. Air
2. Alkohol
3. Larutan Propilen Glikol
4. Asam Salisilat
5. Larutan NaOH 0,1 N
6. Indikator Phenolphtalein(PP)
IV. PROSEDUR KERJA
1. Dibuat 10 mL campuran bahan pelarut dengan perbandingan yang tertera pada tabel
dibawah ini:
Air (% v/v) Alkohol (% v/v) Propilen Glikol (% v/v)
60 0 40
60 10 30
60 15 25
60 20 20
60 30 10
60 40 0

2. Timbang asam salisilat sebanyak 1 gram


3. Masukkan ke dalam masing-masing campuran pelarut, sedikit demi sedikit sambil
dikocok dengan alat pengocok orbital selama 15 menit. Jika ada endapan yang larut
selama pengocokan tambahkan lagi asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh
kembali (ditandai dengan endapan asam salisilat yang tidak larut)
4. Larutan disaring dengan menggunakan kertas saring. Hasil saring diberi indikator
phenolphtalein dan dititrasi menggunakan larutan NaOH 0,1 N. Titrasi menggunakan
buret bening
5. Buatlah tabel dan grafik di kertas millimeter antara kelarutan asam salisilat dengan harga
konstanta dielektrik bahan pelarut campur yang ditambahkan.
V. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
5.1 Pengamatan

Volume
Air Alkohol Volume
No Propilenglikol AsamSalisilat NaOH
(% v/v) (% v/v) Campuran
(% v/v) (mL) (gram) 0,1 N
(mL) (mL) (mL)
(mL)
1 60 0 40 1 5 3,1 mL
2 60 5 35 1 5 3,1 mL
3 60 10 30 1 5 3,4 mL
4 60 15 25 1 5 2,7 mL
5 60 30 10 1 5 2,6 mL
6 60 35 5 1 5 2,3 mL
7 60 40 0 1 5 2,3 mL

5.2 Perhitungan
1. Tabel Pengambilan Bahan

Air Alkohol Propilen glikol Asam Salisilat


No
(mL) (mL) (mL) (gram)

1 6 0 4 1

2 6 0,5 3,5 1

3 6 1 3 1

4 6 1,5 2,5 1

5 6 3 1 1

6 6 3,5 0,5 1

7 6 4 0 1
2. Perhitungan Pengambilan Bahan

a) Air
Percobaan I - VII

b) Alkohol
1. Percobaan I

2. Percobaan II

3. Percobaan III

4. Percobaan IV

5. Percobaan V

6. Percobaan VI

7. Percobaan VII
c) Propilen glikol

1. Percobaan I

2. Percobaan II

3. Percobaan III

4. Percobaan IV

5. Percobaan V

6. Percobaan VI

7. Percobaan VI
A. Kelarutan Asam Salisilat

Diketahui :
M NaOH = 0,1 M
V Asam Salisilat = 5 mL
V NaOH (1) = 3,1 mL
V NaOH (2) = 3,1 mL
V NaOH (3) = 3,4 mL
V NaOH (4) = 2,7 mL
V NaOH (5) = 2,6 mL
V NaOH (6) = 2,3 mL
V NaOH (7) = 2,3 mL
Ditanya : M Asam Salisilat = ….?
Jawab :
M Asam Salisilat × V Asam Salisilat = M NaOH × V NaOH
𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
M Asam Salisilat =
𝑉 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡

𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
1. M Asam Salisilat =
𝑉 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
0,1 𝑀 × 3,1 𝑚𝐿
=
5 𝑚𝐿
= 0,062M

𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
2. M Asam Salisilat =
𝑉 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
0,1 𝑀 × 3,1 𝑚𝐿
=
5 𝑚𝐿
= 0,062 M

𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
3. M Asam Salisilat =
𝑉 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
0,1 𝑀 × 3,4 𝑚𝐿
=
5 𝑚𝐿
= 0,068 M
𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
4. M Asam Salisilat =
𝑉 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
0,1 𝑀 × 2,7 𝑚𝐿
=
5 𝑚𝐿
= 0,054 M

𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
5. M Asam Salisilat =
𝑉 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
0,1 𝑀 × 2,6 𝑚𝐿
=
5 𝑚𝐿
= 0,052 M

𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
6. M Asam Salisilat =
𝑉 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
0,1 𝑀 × 2,3 𝑚𝐿
=
5 𝑚𝐿
= 0,046 M

𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
7. M Asam Salisilat =
𝑉 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
0,1 𝑀 × 2,3 𝑚𝐿
=
5 𝑚𝐿
= 0,046 M
B. Konstanta dielektrik (ε) masing-masing pelarut dalam pelarut campuran

1. Konstanta dielektrik air dalam pelarut campur


Percobaan I – VII
Diketahui : Ԑ air = 80,4
Vair = 60 (% v/v)

Ditanya : Ԑ air dalam pelarut campur?

Jawab :

Ԑ air dalam pelarut campur = Ԑ air x Vair

2. Konstanta dielektrik alkohol dalam pelarut campur

Percobaan I
Diketahui : Ԑ alcohol = 25,7
V alcohol = 0 (% v/v)

Ditanya : Ԑ alcohol dalam pelarut campur?

Jawab :

Ԑ alcohol dalam pelarut campur = Ԑ alcohol x V alcohol

Ԑ
Percobaan II
Diketahui : Ԑ alcohol = 25,7
V alcohol = 5 (% v/v)

Ditanya : Ԑ alcohol dalam pelarut campur?

Jawab :

Ԑ alcohol dalam pelarut campur = Ԑ alcohol x V alcohol

Percobaan III
Diketahui : Ԑ alcohol = 25,7
V alcohol = 10 (% v/v)

Ditanya : Ԑ alcohol dalam pelarut campur?

Jawab :

Ԑ alcohol dalam pelarut campur = Ԑ alcohol x V alcohol

Percobaan IV
Diketahui : Ԑ alcohol = 25,7
V alcohol = 15 (% v/v)

Ditanya : Ԑ alcohol dalam pelarut campur?

Jawab :

Ԑ alcohol dalam pelarut campur = Ԑ alcohol x V alcohol

Ԑ
Percobaan V
Diketahui : Ԑ alcohol = 25,7
V alcohol = 30 (% v/v)

Ditanya : Ԑ alcohol dalam pelarut campur?

Jawab :

Ԑ alcohol dalam pelarut campur = Ԑ alcohol x V alcohol

Percobaan VI
Diketahui : Ԑ alcohol = 25,7
V alcohol = 35 (% v/v)

Ditanya : Ԑ alcohol dalam pelarut campur?

Jawab :

Ԑ alcohol dalam pelarut campur = Ԑ alcohol x V alcohol

Percobaan VII
Diketahui : Ԑ alcohol = 25,7
V alcohol = 40 (% v/v)

Ditanya : Ԑ alcohol dalam pelarut campur?

Jawab :

Ԑ alcohol dalam pelarut campur = Ԑ alcohol x V alcohol

Ԑ
3. Konstanta dielektrik propilen glikol dalam pelarut campur
Percobaan I
Diketahui : Ԑ Propilen glikol = 50
VPropilen glikol = 40 (% v/v)

Ditanya : Ԑ Propilen glikol dalam pelarut campur?

Jawab :

Ԑ Propilen glikol dalam pelarut campur = Ԑ Propilen glikol x VPropilen glikol

Percobaan II
Diketahui : Ԑ Propilen glikol = 50
VPropilen glikol = 35 (% v/v)

Ditanya : Ԑ Propilen glikol dalam pelarut campur?

Jawab :

Ԑ Propilen glikol dalam pelarut campur = Ԑ Propilen glikol x VPropilen glikol

Percobaan III
Diketahui : Ԑ Propilen glikol = 50
VPropilen glikol = 30 (% v/v)

Ditanya : Ԑ Propilen glikol dalam pelarut campur?

Jawab :

Ԑ Propilen glikol dalam pelarut campur = Ԑ Propilen glikol x VPropilen glikol

Ԑ
Percobaan IV
Diketahui : Ԑ Propilen glikol = 50
VPropilen glikol = 25 (% v/v)

Ditanya : Ԑ Propilen glikol dalam pelarut campur?

Jawab :

Ԑ Propilen glikol dalam pelarut campur = Ԑ Propilen glikol x VPropilen glikol

Percobaan V
Diketahui : Ԑ Propilen glikol = 50
VPropilen glikol = 10 (% v/v)

Ditanya : Ԑ Propilen glikol dalam pelarut campur?

Jawab :

Ԑ Propilen glikol dalam pelarut campur = Ԑ Propilen glikol x VPropilen glikol

Percobaan VI
Diketahui : Ԑ Propilen glikol = 50

VPropilen glikol = 5 (% v/v)

Ditanya : Ԑ Propilen glikol dalam pelarut campur?

Jawab : Ԑ Propilen glikol dalam pelarut campur = Ԑ Propilen glikol x VPropilen glik

Ԑ
Percobaan VII
Diketahui : Ԑ Propilen glikol = 50
VPropilen glikol = 0 (% v/v)

Ditanya : Ԑ Propilen glikol dalam pelarut campur?

Jawab :

Ԑ Propilen glikol dalam pelarut campur = Ԑ Propilen glikol x VPropilen glikol

Ԑ
Tabel Konstanta Dielektrik Pelarut Campur

Percobaan Ԑ air Ԑ alcohol Ԑ Propilen glikol Ԑ terlarut


Ke- campuran
I 48,24 0 20 68,24
II 48,24 1,28 17,5 67,02
III 48,24 2,57 15 65,81
IV 48,24 3,85 12,5 64,59
V 48,24 7,71 5 60,95
VI 48,24 8,99 2,5 59,73
VII 48,24 10,28 0 58,52

Tabel Konsentrasi Asam Salisilat Dan Konstanta Dielektrik

Percobaan Konsentrasi Konstanta Dielektrik Pelarut Campur


Ke- Asam Salisilat (Ԑ)
(M)

I 0,062 68,24
II 0,062 67,02
III 0,068 65,81
IV 0,054 64,59
V 0,052 60,95
VI 0,046 59,73
VII 0,046 58,52
GRAFIK

0.068
0.06
0.062 0.062
KONSENTRASI ASAM SALISILAT

0.05 0.054
0.052

0.04 0.046
0.04
0.03

0.02

0.01

0
58.52 59.73 60.95 64.59 65.81 67.02 68.24
KONSTANTA DIELEKTRIK
VI. PEMBAHASAN
Pada pratikum kali ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan asam salisilat pada pelarut
campur. Dalam pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat, dibuat campuran bahan pelarut
air, alkohol, dan propilen glikol. Pelarut campur dibuat dalam tujuh komposisi yang berbeda-
beda seperti yang telah tertera pada table pengambilan bahan. Setelah dilakukan pencampuran
pelarut dengan asam salisilat larutan terlebih dahulu disaring untuk mendaptkan larutan murni
selanjutnya dilakukan titrasi menggunakan NaOH 0,1 N serta dengan penambahan indicator PP
yang bertujuan untuk menentukan titik akhir titrasi, ditandai dengan perubahan warna menjadi
merah muda stabil.

Dalam pratikum ini asam salisilat harus ditambahkan secara tepat pada pelarut campur
jika kelebihan asam salisilat ditambahkan kedalam campuran dari dua cairan tidak bercampur,
zat itu akan mendistribusi diri diantara kedua fase sehingga masing-masing menjadi jenuh. Jika
zat itu ditambahkan ke dalam pelarut tidak tercampur dalam jumlah yang tidak cukup untuk
menjenuhkan larutan, maka zat tersebut tetap berdistribusi diantara kedua lapisan dengan
perbandingan konsentrasi tertentu. (Roth,1988)

Asam salisilat adalah salah satu contoh bahan obat. Menurut Martin ada faktor yang
mempengaruhi kelarutan suatu obat. Elektrolit lemah dapat bersifat seperti elektrolit kuat dan
seperti non elektrolit dalam larutan. Apabila larutan berada pada pH di mana obat seluruhnya
berbentuk ion, maka larutan tersebut berbentuk ion, sehingga larutan tersebut bersifat sebagai
larutan elektrolit kuat dan kelarutan merupakan masalah yang tidak serius. Tetapi, apabila pH
disesuaikan pada harga pH di mana molekul tidak terdisosiasi diproduksi dalam konsentrasi yang
cukup untuk mencapai kelarutan dalam bentuk ini, terjadilah pengendapan.

Seringkali zat terlarut lebih lebih larut dalam campuran pelarut daripada dalam satu
pelarut saja. Gejala ini dikenal dengan melarut bersama (cosolvency), dan pelarut yang dalam
kombinasi menaikkan kelatutan zat disebut cosolvent. Cairan propelien glikol memiliki sifat
yang lebih kental cairannya dibandingkan air dan alkohol. Pada saat pencampuran ketiga cairan,
propilen glikol tidak bisa cepat larut dalam air jadi harus diperlukan bantuan pengocokan untuk
menghomogenkan campuran tersebut, sedangkan pada alcohol asam salisilat dapat terlarut
dengan baik hal tersebut sesuai degan sifat kelarutan dari asam salisilat.(Depkes RI, 1995)
Dari titrasi asam salisilat dengan NaOH diperoleh konsentasi asam salisilat pada setiap
larutan campur, hasil yang ditunjukan berbeda dari percobaan I sampai VII secara berturut-turut
yaitu : 0,0062 M, 0,0062 M, 0,068M, 0,054M, 0,052M, 0,046M, dan 0,046M. berdasarkan
konsentrasi asam salisilat yang telah diperoleh selanjutnya dihubungkan dengan menggunakan
kurva antara kelarutan asam salisilat dengan pelarut campur. Berdasarkan literature yang
diperoleh seharusnya kurva konstan, hal tersebut karena semakin rendah konstanta dielektrik
pelarut campur yang digunakan, semakin besar konsentrasi asam salisilat yang dapat larut di
dalamnya. Hal ini disebabkan karena asam salisilat sukar larut dalam air, namun mudah larut
dalam etanol. Sehingga, semakin banyak jumlah etanol dalam pelarut campur, semakin besar
konsentrasi asam salisilat yang dapat larut di dalamnya. Konstanta dielektrik etanol memiliki
nilai yang rendah sehingga semakin besar jumlah etanol dalam pelarut campur, semakin rendah
konstanta dielektrik dari pelarut campuran. Oleh sebab itu, semakin rendah konstanta dielektrik
dari pelarut campur, semakin besar kelarutan asam salisilat. (Voight,1994)

Namun berdasarkan data yang diperoleh dari hasil percobaan tidak menunjukan hasil
yang sesuai dengan literatur. Hal ini karena adanya faktor kesalahan yang terjadi dikarenakan
beberapa hal yakni kesalahan dalam menimbang asam salisilat, kemudian kurang teliti dalam
menambahkan pelarut campur, selain hal tersebut hal yang paling berpengaruh terhadap
ketidaksesuain dengan literature yakni kesalahan dalam pengadukan karena semakin tinggi
proses pengadukan, semakin tinggi tingkat kelarutannya.

Aplikasi dari percobaan kelarutan ini sangat penting dalam bidang farmasi, sebab dapat
membantunya memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat,
membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan
farmasetis (di bidang farmasi) dan lebih jauh lagi, dapat bertindak sebagai standar atau uji
kemurnian
VII. SOAL PENUNTUN
1. Apa yang dimaksud konstanta dielektrik dan bagaimana hubungannya terhadap
kelarutan?
2. Jelskan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan?

JAWABAN :

1. Konstanta dielektrik adalah suatu besaran tanpa dimensi dan merupakan rasio antara
kapasitas elektrik medium (Cx) terhadap vakum (Cv) atau ε = Cx. Cv-1. Besarnya
konstanta dielektrik menurut Moore dapat diatur dengan menambahkan bahan pelarut
lain. Nilai konstanta dielektrik suatu pelarut berkaitan dengan kelarutan suatu zat,
dimana bila suatu zat memiliki kelarutan larut dalam pelarut yang memiliki konstanta
dielektrik yang rendah, maka semakin rendah konstanta dielektrik pelarut campur,
kelarutan zat tersebut akan semakin besar juga

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan :

a. Sifat dari zat terlarut dan pelarut : Zat terlarut yang sifatnya polar akan
mudah larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam anorganik
larut dalam air. Sedangkan zat terlarut yang nonpolar larut dalam solvent yang
nonpolar pula. Misalnya, alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam
kloroform.
b. Zat penambah kelarutan/Cosolvensi : Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan
kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi
pelarut.
c. Kelarutan: zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat
yang sukar larut memerlukan banyak pelarut
d. Suhu : Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat
tersebut dikatakan bersifat endoterm karena pada proses kelarutannya
membutuhkan panas.
e. Pembentukan Kompleks : Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya
interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk
garam kompleks. Contohnya: Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
f. Ukuran partikel : Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel; makin luas
permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
g. Pengadukan: Pengadukan mekanik akan menambah kecepatan kelarutan
dibanding jika tidak diaduk
DAFTAR PUSTAKA

Attwood and Alexander T Florence. 2008. Physical Pharmacy. London: Pharmaceutical Press
Augustijns, P and Brewster, M. 2007. Solvent System And Their Selection In Pharmaceutics and
Biopharmaceutics. USA : AAPP Press

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Martin, Alfred . 1990 . Farmasi Fisika Edisi I . Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Roth. 1988 . Analisis Farmasi . Yogyakarta : UGM-Press

Voight . 1994 . Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi Kelima . Yogyakarta : UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai