SPEKTROSKOPI
Oleh :
Assalammu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kehadirat Allah swt. karena atas berkat dan rahmat-Nya tim
penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Spektroskopi dengan sebaik-
baiknya dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat
untuk Pmenyelesaikan mata kuliah Spektroskopi yang ada di Fakultas MIPA prodi
Kimia. Selain itu, pembuatan laporan ini adalah sebagai bukti hasil dari percobaan-
percobaan yang telah dilakukan selama praktikum serta literatur-literatur yang baik
dari modul praktikum maupun sumber lainnya.
Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan percobaan yang
telah dilakukan. Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata
penulisan laporan ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca dibutuhkan
untuk peningkatan mutu dari laporan serupa di masa mendatang.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga hasil laporan
praktikum kami ini bermanfaat.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
DASAR
Sampel dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, disaring dengan kertas saring
khusus, ditentukan panjang gelombang maksimumnya. Berdasarkan Hukum
Lambert-Beer, A= ԑ x b x C. Maka absorban sebanding dengan konsentrasi,
sehingga konsentrasi sampel dapat ditentukan.
Penentuan kadar paracetamol dengan menggunakan spektrofotometer UV-
Vis yang disinari dengan cahaya tampak pada panjang gelombang maksimal. Sinar
polikromatik yang ditangkap oleh alat kromator diubah menjadi sinar
monokromatik yang diteruskan ke sel yang berisi larutan yang diuji kemudian
diterima oleh detektor lalu amplifier dan hasilnya dibaca oleh recorder.
TUJUAN
Alat : Spektrofotometer UV, kuvet + rak kuvet, gelas kimia 100 mL, buret mikro
10 mL, botol semprot, labu ukur 25 mL dan 100 mL, pipet tetes, kaca arloji, pipet
seukuran 5 mL, kertas saring khusus, neraca analitik.
CARA KERJA
Pengenceran larutan standar dari 1000 ppm menjadi 50 ppm dalam 100 mL
v1 x ppm1 = v2 x ppm2
v1 x 1000 = 100 x 50
v1 = 5 mL
Larutan Konsenstrasi
Standar 50 Standar Absorbansi R Slope Intersep
ppm (mL) (ppm)
0 0 0,254
0,5 1 0,367
1,5 3 0,479 0,9944 0,0632 0,2785
2,5 5 0,583
3,5 7 0,721
Kurva Deret Standar Paracetamol
0,8
0,721
0,6
Absorbansi (nm)
0,583
0,479
0,4 0,367
0,254 y = 0,0632x + 0,2785
0,2
R² = 0,9887
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Konsentrasi (ppm)
Slope = 0,063
Intersep = 0,278
Regresi = 0,994
Sampel Absorbansi
Simplo 0,497
Duplo 0,498
Rata-rata 0,4975
Perhitungan % Paracetamol
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑐𝑒𝑡𝑎𝑚𝑜𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡
% Paracetamol = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
x 100%
346,4
= 492,6
x 100%
= 70,32 %
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum Penetapan Kadar Paracetamol Metode
Spektrofotometri Ultraviolet atau Visible (UV/ Vis) didapatkan kadar paracetamol
sebesar 70,32%.
DAFTAR PUSTAKA
Hendayana, S., Kadarohman, A., Sumarna, A., dan Supriatna, A., 1994. Kimia
Analitik Instrumen, edisi ke-1. Semarang: IKIP Press.
Khopkar. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta.
Sastrohamidjoyo, H. 2001. Spektroskopi. Liberty: Yogyakarta.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Edisi IV . Jakarta: Depkes RI.
Rohman, A., 2012, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
Sulistia, Gunawan, 2007, Farmakologi dan Terapi, UI Press, Jakarta.
Mulja, M., Suharman. (1995). Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga
University Press.
LAMPIRAN PERCOBAAN I
PENETAPAN KADAR PARACETAMOL METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis
Penimbangan paracetamol
2
Pelarutan paracetamol dengan methanol:air
3:1
3
Sampel pengenceran 100x dan sampel yang
telah dilarutkan dengan metanol:air 3:1
4
Deret standar paracetamol 1, 3, 5, 7 ppm
MATERI PRAKTIKUM II :
PENDAHULUAN
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisis yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu larutan berwarna pada panjang
gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi
dengan detektor fototube.
a. Hukum Lambert :
“Bila suatu sumber sinar monokromatik melewati medium transparan, maka
intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan
medium yang mengabsorpsi.”Hukum ini menyatakan bahwa bila cahaya
monokromatik melewati medium tembus cahaya, laju berkurangnya
intensitas oleh bertambahnya ketebalan, berbanding lurus dengan intensitas
cahaya. Ini setara dengan menyatakan bahwa intensitas cahaya yang
dipancarkan berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya
ketebalan medium yang menyerap. Atau dengan menyatakan bahwa lapisan
manapun dari medium itu yang tebalnya sama akan menyerap cahaya masuk
kepadanya dengan fraksi yang sama.”
b. Hukum Beer :
“Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut“. Sejauh ini
telah dibahas absorbsi cahaya dan transmisi cahaya untuk cahaya
monokromatik sebagai fungsi ketebalan lapisan penyerap saja. Tetapi dalam
analisis kuantitatif orang terutama berurusan dengan larutan. Beer mengkaji
efek konsentrasi penyusun yang berwarna dalam larutan, terhadap transmisi
maupun absorbsi cahaya. Dijumpainya hubungan yang sama antara
transmisi dan konsentrasi seperti yang ditemukan Lambert antara transmisi
dan ketebalan lapisan, yakni intensitas berkas cahaya monokromatik
berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat
penyerap secara linier.
Dari kedua hukum tersebut terbentuklah “Hukum Lambert-Beer”.
Dimana :
A = absorbs
Io = intensitas sinar mula-mula
It = intensitas sinar yang diteruskan
a = absortivitas
b = panjang jalan sinar
c = konsentrasi atom yang mengabsorpsi sinar
Baik hukum Lambert maupun hukum Beer harus dilakukan pada sinar
monokromatis.
DASAR
Mangan adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Mn dan nomor atom 25. Mangan berwarna putih keabu-abuan, dengan
sifat yang keras tapi rapuh. Mangan sangat reaktif secara kimiawi, dan terurai
dengan air dingin perlahan-lahan. Mangan digunakan untuk membentuk banyak
alloy yang penting. Dalam baja, mangan meningkatkan kualitas tempaan baik dari
segi kekuatan, kekerasan,dan kemampuan pengerasan. Dengan aluminum dan
bismut, khususnya dengan sejumlah kecil tembaga, membentuk alloy yang bersifat
ferromagnetik. Logam mangan bersifat ferromagnetik setelah diberi perlakuan.
Logam murninya terdapat sebagai bentuk allotropik dengan empat jenis. Salah
satunya jenis alfa, stabil pada suhu luar biasa tinggi; sedangkan mangan jenis
gamma, yang berubah menjadi alfa pada suhu tinggi, dikatakan fleksibel, mudah
dipotong dan ditempa.
Kalium permanganat (KMnO4) merupakan salah satu senyawa yang bersifat
oksidator sehingga dapat digunakan sebagai desinfektan maupun sintesis kimia
organik. KMnO4 yang berwarna violet dapat dianalisis dengan menggunakan alat
spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang di daerah visibel/tampak.
Suatu larutan standar KMnO4 dapat digunakan secara tidak langsung dalam
penentuan pereaksi oksidasi terutama oksida – oksida lebih tinggi dari logam –
logam seperti timbal dan mangan. Oksida demikian sukar dilarutkan dalam suasana
asam dan basa tanpa mereduksi logamnya menjadi keadaan oksidasi yang lebih
rendah.
TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar Mn2+ dalam KMnO4
dengan metode Spektrofotometri, serta mempelajari kelinieran antara warna dan
konsentrasi sampel.
REAKSI
2KMnO4 + 3H2SO4 K2SO4 + 2MnSO4 + 3 H2O + 5O2
CARA KERJA
A. Pembuatan Deret Standar KMnO4 dan Penentuan Linearitas Kurva
1. Disiapkan 7 buah labu takar 100 ml. Larutan standar KMnO4 0,01 N
dimasukkan ke dalam buret.
2. Dibuat deret standar KMnO4 dalam labu takar 100 ml dengan larutan standar
KMnO4 0,01 N sebanyak 0;0,25;0,5;1;2;3;4;5 ml dimasukkan ke labu ukur.
3. Ditambahkan ke dalam masing-masing labu takar 10 ml H2SO4 4 N dan
tambahkan aquadest sampai tanda tera.
4. Dihomogenkan
5. Absorbansi larutan diukur dengan spektrofotometer pada λ 540 nm.
6. Linearitas kurva standar dan regresi linier (r) dapat dihitung dengan
membandingkan konsentrasi standar dan absorbansi standar yang
didapatkan.
B. Preparasi Sampel
1. Disiapkan 2 buah labu takar 100 ml (duplo).
2. Sampel dipipet sebanyak 5 ml.
3. Ditambahkan ke dalam masing-masing labu takar 10 ml H2SO4 4 N dan
tambahkan aquadest sampai tanda tera.
4. Dihomogenkan
5. Absorbansi larutan diukur dengan spektrofotometer pada λ 540 nm.
6. Kadar dapat dihitung dengan menggunakan linearitas kurva standar.
2,5
2
1,5 Absorbansi
1 Linear (Absorbansi)
0,5
0
0 2 4 6 8
-0,5
-1
Absorbansi
Perhitungan Kadar Mn dalam Sampel KMnO4
(𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 − 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑐𝑒𝑝𝑡)
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑀𝑛 (𝑝𝑝𝑚) =
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒
(0,587 − (−1,1496) (0,538 − (−1,1496)
𝑆𝑖𝑚𝑝𝑙𝑜 = 𝐷𝑢𝑝𝑙𝑜 =
0,611 0,611
= 2,842 𝑝𝑝𝑚 = 2,762 𝑝𝑝𝑚
2,842 + 2,762
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 2,802 𝑝𝑝𝑚
2
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A dan A.L. Underwood. 1986. Analisis Kimia Kualitatif Edisi Kelima.
Erlangga. Jakarta.
2.
Sampel Mn
3.
5.
Panjang Gelombang
Maksimum : 525 nm
MATERI PRAKTIKUM III :
Pendahuluan
Dasar
Limit deteksi merupakan batas konsentrasi minimum analit yang dapat dibedakan
oleh alat. LD ditentukan dengan membaca blangko dengan spektrofotometer pada
λ yang sama setiap 30 detik sebanyak 30 kali. Nilai LD didapatkan melalui
3.𝜕𝑛−1
persamaa LD = 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
Tujuan
Reaksi
Bahan : contoh besi, larutan KCNS 3 N, larutan standar besi (III) 50 ppm, H2SO4
pekat, K2S2O8 jenuh dan akuades.
Alat : Spektrofotometer, kuvet, labu takar 100 ml, buret, statip, klem, corong, pipet
Mohr 10 ml, labu semprot, pipet tetes, gelas piala 400 ml, gelas piala 100 ml.
Cara Kerja
1. Siapkan 9 buah labu takar 100 ml. Masukkan larutan standar besi(III) 50 ppm ke
dalam buret.
2. Buat deret standar Fe dalam labu takar 100 ml dengan memasukkan larutan
standar Fe 50 ppm sebanyak 0;2;4;6;8;12;14;20; dan 30 ml. Masukkan larutan
standar besi 50 ppm sejumlah volume yang telah dihitung ke dalam masing-
masing labu takar.
7. Hitung nilai regresi linier (r) dan slope untuk setiap pengukuran dimulai dari
penambahan volume standar 4 ml sampai deret terakhir.
8. Batas linearitas kurva ditentukan berdasarkan nilai r yang paling besar dan
selanjutnya mulai mengecil.
Analisis contoh
1. Pipet contoh besi sebanyak 10 ml kemudian masukkan ke dalam labu takar 100
ml.
6. Berdasarkan nilai slope yang diperboleh dari kurva yang linier, hitung ppm besi
(III) dalam contoh dengan persamaan:
𝑓𝑝.𝐴 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
Ppm besi = 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
Limit Deteksi
Larutan Fe Konsenstrasi
50 ppm Standar Absorbansi R Slope Intersep SD (σ)
(ml) (ppm)
0 0 0,096
2 1 0,118
4 2 0,133
6 3 0,144
0,9823 0,0153 0,0941 0,0161
8 4 0,151
14 7 0,184
20 10 0,223
30 15 0,346
Sampel Absorbansi
Simplo 0,104
Duplo 0,106
Pada praktikum ini dilakukan analisis kadar Fe3+ dalam sampel FeCl3 secara
spektrofotometri dengan metode KCNS. Pertama-tama larutan induk Fe3+ dibuat
untuk deret standar dengan konsentrasi 50 ppm. Kemudian dipipet sejumlah volume
larutan induk standar sehingga dihasilkan konsentrasi deret 0 ppm – 15 ppm.
Kemudian konsentrasi deret tertinggi diukur untuk menentukan panjang gelombang
maksimumnya. Scanning panjang gelombang diukur dari 300 nm – 700 nm.
Didapatkan panjang gelombang maksimum untuk penetapan Fe3+ pada 470 nm
sehingga untuk pengukuran selanjutnya dilakukan pada panjang gelombang 470
nm. Semakin tinggi konsentrasinya maka warna kompleks yang dihasilkan semakin
pekat dan absorbansinya semakin tinggi.
menjadi Fe3+ juga dibantu oleh K2S2O3. Ion tiosianat (CNS-) dalam KCNS dalam
praktikum ini digunakan sebagai pengompleks besi yang akan menghasilkan warna
merah bata. Sehingga akan terbentuk reaksi kompleks:
Dalam menentukan kadar besi dalam sampel, digunakan suatu kurva standar
untuk memperoleh persamaan regresi linear. Kurva standar diperoleh dengan
pengukuran absorbansi larutan kompleks besi tiosianat pada deret standar atau pada
konsentrasi yang divariasikan. Absorbansi yang diperoleh kemudian diplotkan
dengan konsentrasi larutan sehingga diperoleh suatu persamaan garis yaitu, y =
0,0153x – 0,0941. Persamaan garis tersebut digunakan untuk menghitung kadar
besi dalam sampel FeCl3. Dari persamaan garis tersebut y menyatakan absorbansi
sampel, sedangkan x menyatakan kadar Fe yang terdapat dalam sampel. Regresi
yang didapat adalah 0,9823. Berikut adalah kurva deret standar Fe yang didapatkan:
Kurva Deret Standar
0,346
0,296
0,246
Absorbansi
0,196
y = 0,0153x + 0,0941
0,146
0,096
0,000 3,000 6,000 9,000 12,000 15,000
Konsentrasi (ppm)
Intensitas warna deret standar yang muncul pada saat praktikum kurang
memberikan perbedaan yang nyata. Hal ini dikarenakan konsentrasi deret standar
yang digunakan terlalu kecil, sehingga kompleks warna dari besi tiosianat tidak
muncul secara baik. Namun masih dapat dibaca absorbansinya dengan absorbansi
paling rendah sebesar 0,096 pada konsentrasi 0 ppm dan yang paling tinggi sebesar
0,346 pada konsentrasi 15 ppm.
Parameter Hasil
Regresi 0,9823
Intersep 0,0941
Slope 0,0153
Standar Deviasi 0,0161
LOD 3,4811 ppm
Simplo 323,53
356,21
Duplo 388,89
DAFTAR PUSTAKA
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia: Jakarta.
Hendayana, S., Kadarohman, A., Sumarna, A., dan Supriatna, A., 1994. Kimia
Analitik Instrumen, edisi ke-1. Semarang: IKIP Press
Hidayat, B. 2005. Kimia untuk Universitas. Bina Ilmu: Bandung.
Khopkar. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta.
Sastrohamidjoyo, H. 2001. Spektroskopi. Liberty: Yogyakarta.
1
Pembuatan larutan standar Fe (III) 50 ppm