Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

SPEKTROSKOPI

Oleh :

Aulia Ekayanty 41204720116019

Aulia Rizki Koesmeidisari 41204720116022

Irawati Nurani 41204720116043

Maghfira Firstia M 41204720116049

Mirta Mariandani 41204720116054

Silvi Marshelina 41204720116088

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NUSA BANGSA
BOGOR
2019
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kehadirat Allah swt. karena atas berkat dan rahmat-Nya tim
penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Spektroskopi dengan sebaik-
baiknya dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat
untuk Pmenyelesaikan mata kuliah Spektroskopi yang ada di Fakultas MIPA prodi
Kimia. Selain itu, pembuatan laporan ini adalah sebagai bukti hasil dari percobaan-
percobaan yang telah dilakukan selama praktikum serta literatur-literatur yang baik
dari modul praktikum maupun sumber lainnya.
Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan percobaan yang
telah dilakukan. Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata
penulisan laporan ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca dibutuhkan
untuk peningkatan mutu dari laporan serupa di masa mendatang.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga hasil laporan
praktikum kami ini bermanfaat.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb

Bogor, Juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2


PENETAPAN KADAR PARACETAMOL METODE SPEKTROFOTOMETRI
UV-Vis .................................................................................................................... 4
PENETAPAN KADAR Mn2+ DALAM KMnO4 DENGAN
SPEKTROFOTOMETRI ...................................................................................... 13
PENETAPAN KADAR Fe (III) CARA TIOSIANAT DENGAN
SPEKTROFOTOMETER, LINEARITAS KURVA DAN LIMIT DETEKSI ..... 22
MATERI PRAKTIKUM I :

PENETAPAN KADAR PARACETAMOL METODE


SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis

PENDAHULUAN

Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang


digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan
yang digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang
dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat
berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron valensi.
Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai
radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari adalah cahaya matahari.
Spektrofotometer UV-Vis (Ultra Violet-Visible) adalah salah satu
instrumen yang biasa digunakan dalam menganalisa suatu senyawa kimia.
Spektrofotometer umum digunakan karena kemampuannya dalam menganalisa
begitu banyak senyawa kimia, serta kepraktisannya dalam hal preparasi sampel .
Sesuai dengan namanya spektrofotometer UV-Vis merupakan gabungan
antara spektrofotometer UV dan Visible. Pada spektrofotometer UV-Vis
menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda yakni sumber cahaya UV dan
sumber cahaya visible.
Spektrofotometer UV-Vis merupakan spektrofotometer berkas ganda
sedangkan pada spektrofotometer VIS ataupun UV termasuk spektrofotometer
berkas tunggal. Pada spektrofotometer berkas ganda blanko dan sampel dimasukan
atau disinari secara bersamaan, sedangkan spektrofotometer berkas tunggal blanko
dimasukan atau disinari secara terpisah.
Kini spektrofotometer yang digunakan hanya menggunakan satu lampu
sebagai sumber cahaya. Lampu yang digunakan sebagai sumber cahaya yaitu
photodiode yang telah dilengkapi monokromator. Monokromator disini berfungsi
untuk mengubah cahaya yang berasal dari sumber cahaya sehingga diperoleh
cahaya hanya dengan satu jenis panjang gelombang.
Pengukuran menggunakan alat spektrofotometri UV-Vis ini didasarkan
pada hubungan antara berkas radiasi elektromagnetik yang ditransmisikan
(diteruskan) atau yang diabsorpsi dengan tebalnya cuplikan dan konsentrasi dari
komponen penyerap. Berdasarkan hal ini maka untuk dapat mengetahui konsentrasi
sampel berdasarkan data serapan (A) sampel, perlu dibuat suatu kurva kalibrasi
yang menyatakan hubungan antara berkas radiasi yang diabsorpsi(A) dengan
konsentrasi (C) dari serangkaian zat standar yang telah diketahui.
Parasetamol (Asetaminofen) merupakan salah satu obat yang paling banyak
digunakan sehari-hari. Obat ini berfungsi sebagai pereda nyeri dan penurun panas.
Setelah puluhan tahun digunakan, parasetamol terbukti sebagai obat yang aman dan
efektif. Tetapi, jika diminum dalam dosis berlebihan (overdosis), parasetamol dapat
menimbulkan kematian.
Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen,
parasetamol tak memiliki sifat anti radang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam
obat jenis NSAID. Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaan
dalam perut atau mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arteriosus pada
janin.
Parasetamol dapat dijumpai di dalam berbagai macam obat, baik sebagai
bentuk tunggal atau berkombinasi dengan obat lain, seperti misalnya obat flu dan
batuk. Antidotum overdosis parasetamol adalah N-asetilsistein (N-acetylcysteine,
NAC). Antidotum ini efektif jika diberikan dalam 8 jam setelah mengkonsumsi
parasetamol dalam jumlah besar. NAC juga dapat mencegah kerusakan hati jika
diberikan lebih dini.

DASAR

Sampel dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, disaring dengan kertas saring
khusus, ditentukan panjang gelombang maksimumnya. Berdasarkan Hukum
Lambert-Beer, A= ԑ x b x C. Maka absorban sebanding dengan konsentrasi,
sehingga konsentrasi sampel dapat ditentukan.
Penentuan kadar paracetamol dengan menggunakan spektrofotometer UV-
Vis yang disinari dengan cahaya tampak pada panjang gelombang maksimal. Sinar
polikromatik yang ditangkap oleh alat kromator diubah menjadi sinar
monokromatik yang diteruskan ke sel yang berisi larutan yang diuji kemudian
diterima oleh detektor lalu amplifier dan hasilnya dibaca oleh recorder.

TUJUAN

Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar paracetamol dengan cara


mengukur absorban pada panjang gelombang maksimal dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis dan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
cara penentuan kadar suatu senyawa dengan menggunakan spektrofotometer UV-
Vis.
REAKSI

BAHAN DAN ALAT

Bahan : Aquadest, metanol, sediaan obat paracetamol.

Alat : Spektrofotometer UV, kuvet + rak kuvet, gelas kimia 100 mL, buret mikro
10 mL, botol semprot, labu ukur 25 mL dan 100 mL, pipet tetes, kaca arloji, pipet
seukuran 5 mL, kertas saring khusus, neraca analitik.

CARA KERJA

Persiapan Larutan Standar Paracetamol


1. Dibuat larutan standar induk paracetamol 1000 ppm.
2. Dibuat deret standar 1,3,5,7 ppm dalam labu 25 mL.
Persiapan Sampel
1. Ditimbang 5 tablet paracetamol, dihitung berat rata-rata tablet dan gerus hingga
halus.
2. Ditimbang tablet yang telah dihaluskan 300-500 mg x berat rata-rata tablet,
larutkan dalam metanol air (3:1) dalam labu ukur 100 mL, kemudian ditanda
bataskan.
3. Dipipet 1 mL larutan sampel paracetamol diencerkan dalam labu ukur dengan
metanol air (3:1).
4. Saring menggunakan kertas saring khusus.
5. Sampel siap dinjeksikan.
Pengukuran Menggunakan Spektrofotometri
1. Deret standar dan sampel yang sudah siap dinjeksi, dimasukkan kedalam kuvet.
2. Diukur absorbansi deret standar dan sampel pada alat spektrofotometer.
HASIL DAN PERHITUNGAN
Persiapan Larutan Standard an Sampel Paracetamol
Membuat larutan standar induk 1000 ppm
Massa paracetamol yang harus ditimbang (1000 ppm dalam 100 mL)
mg
ppm =
L
mg
1000 =
0,1 L
mg = 100 mg

Pengenceran larutan standar dari 1000 ppm menjadi 50 ppm dalam 100 mL
v1 x ppm1 = v2 x ppm2
v1 x 1000 = 100 x 50
v1 = 5 mL

Pembuatan deret standar dengan berbagai konsentrasi


1 ppm 5 ppm
v1 x ppm1 = v2 x ppm2 v1 x ppm1 = v2 x ppm2
v1 x 50 = 25 x 1 v1 x 50 = 25 x 5
v1 = 0,5 mL v1 = 2,5 mL
3 ppm 7 ppm
v1 x ppm1 = v2 x ppm2 v1 x ppm1 = v2 x ppm2
v1 x 50 = 25 x 3 v1 x 50 = 25 x 7
v1 =1,5 mL v1 = 3,5 mL

Tabel Deret Standar Paracetamol dan Penentuan Linearitas Kurva

Larutan Konsenstrasi
Standar 50 Standar Absorbansi R Slope Intersep
ppm (mL) (ppm)
0 0 0,254
0,5 1 0,367
1,5 3 0,479 0,9944 0,0632 0,2785
2,5 5 0,583
3,5 7 0,721
Kurva Deret Standar Paracetamol
0,8
0,721
0,6
Absorbansi (nm)

0,583
0,479
0,4 0,367
0,254 y = 0,0632x + 0,2785
0,2
R² = 0,9887
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Konsentrasi (ppm)

Slope = 0,063
Intersep = 0,278
Regresi = 0,994

Tabel Pengukuran Sampel Obat Paracetamol

Sampel Absorbansi
Simplo 0,497
Duplo 0,498
Rata-rata 0,4975

Perhitungan ppm Paracetamol


𝑎𝑏𝑠−𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝 0,4975−0,278
ppm dalam grafik = 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
= 0,063
= 3,464
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑏𝑢
[Paracetamo] = ppm dalam grafik x 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑏𝑢
= ppm dalam grafik x 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡
100
= 3,464 x 1
= 346,4 ppm = 346,4 mg/L
Penimbangan Massa Paracetamol

Massa paracetamol (g)


0,5870
0,5953
0,5982
0,5967
0,5859
Rata-rata 0,5926

Perhitungan % Paracetamol
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑐𝑒𝑡𝑎𝑚𝑜𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡
% Paracetamol = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
x 100%
346,4
= 492,6
x 100%
= 70,32 %

PEMBAHASAN

Larutan sampel dilarutkan dengan menggunakan metanol dan air (3:1).


Karena parasetamol terdiri dari gugus polar dan gugus nonpolar dimana apabila
dilarutkan dengan air maka hanya bagian polar yang dapat larut. Oleh karenanya
digunakan pelarut metanol karena metanol memiliki gugus polar dan non polar
sama halnya seperti sampel. Sehingga bagian yang polar akan melarutkan bagian
polar pada sampel dan bagian nonpolar akan melarutkan bagian nonpolar pada
sampel.
Pada pengukuran daerah sinar UV kita harus menggunakan kuvet kaca
kuarsa karena kuvet gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Sebelum digunakan,
kuvet harus dibilas terlebih dahulu dengan larutan yang akan digunakan. Tujuannya
agar pengukurannya akurat.
Sebelum dimasukkan ke dalam alat spektrofotometer, kuvet harus
dikeringkan terlebih dahulu dengan tissue. Karena jika tidak dikeringkan, khawatir
ada air dari luar dinding kuvet yang bisa menyebabkan alat cepat rusak. Alat
pengeringnya juga harus tissue karena tissue memiliki permukaan yang lembut, dan
tidak akan merusak kuvet. Cara meletakkan kuvet dalam alat spektrofotometer
adalah dengan menghadapkan kuvet bagian bening ke alat detector dan
monokromator. Hal ini karena bagian bening kuvet itu ialah tempat dimana cahaya
diserap.
Pengukuran pertama dilakukan terhadap blanko. Blanko adalah larutan yang
mendapat perlakukan sama dengan analat tetapi tidak mengandung komponen
analat. Blanko dibuat untuk mengetahui besarnya serapan yang disebabkan oleh zat
yang bukan analat, baik hanya pelarut untuk melarutkan atau mengencerkan
larutan.
Larutan standar paracetamol harus dalam keadaan fresh, karena jika larutan
standarnya tidak fresh, tidak bisa terdeteksi oleh alat spektrofotometer, sehingga
tidak muncul absorbannya. Setelah digunakan kuvet ini harus dibilas dengan
Aquadest dan di rendam kembali dengan ethanol, tujuannya agar kuvet bebas
lemak.
Alasan penggunaan panjang gelombang maksimum yakni panjang
gelombang maksimum memiliki kepekaan maksimal karena terjadi perubahan
absorbansi yang paling besar serta pada panjang gelombang maksimum bentuk
kurva absorbansi memenuhi hukum Lambert-Beer.

KESIMPULAN
Dari hasil praktikum Penetapan Kadar Paracetamol Metode
Spektrofotometri Ultraviolet atau Visible (UV/ Vis) didapatkan kadar paracetamol
sebesar 70,32%.

DAFTAR PUSTAKA
Hendayana, S., Kadarohman, A., Sumarna, A., dan Supriatna, A., 1994. Kimia
Analitik Instrumen, edisi ke-1. Semarang: IKIP Press.
Khopkar. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta.
Sastrohamidjoyo, H. 2001. Spektroskopi. Liberty: Yogyakarta.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Edisi IV . Jakarta: Depkes RI.
Rohman, A., 2012, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
Sulistia, Gunawan, 2007, Farmakologi dan Terapi, UI Press, Jakarta.
Mulja, M., Suharman. (1995). Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga
University Press.
LAMPIRAN PERCOBAAN I
PENETAPAN KADAR PARACETAMOL METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis

No. GAMBAR KETERANGAN

Penimbangan paracetamol

2
Pelarutan paracetamol dengan methanol:air
3:1

3
Sampel pengenceran 100x dan sampel yang
telah dilarutkan dengan metanol:air 3:1
4
Deret standar paracetamol 1, 3, 5, 7 ppm
MATERI PRAKTIKUM II :

PENETAPAN KADAR Mn2+ DALAM KMnO4 DENGAN


SPEKTROFOTOMETRI

PENDAHULUAN
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisis yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu larutan berwarna pada panjang
gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi
dengan detektor fototube.

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban


suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan metode pengukuran
dengan menggunakan spektrofotometer ini digunakan sering disebut dengan
spektrofotometri.
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan
visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh
suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu
perekam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang
berbeda.
Hukum Lambert-Beer
Hukum Dasar pada Spektrofotometri “Hukum Lambert-Beer”.

a. Hukum Lambert :
“Bila suatu sumber sinar monokromatik melewati medium transparan, maka
intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan
medium yang mengabsorpsi.”Hukum ini menyatakan bahwa bila cahaya
monokromatik melewati medium tembus cahaya, laju berkurangnya
intensitas oleh bertambahnya ketebalan, berbanding lurus dengan intensitas
cahaya. Ini setara dengan menyatakan bahwa intensitas cahaya yang
dipancarkan berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya
ketebalan medium yang menyerap. Atau dengan menyatakan bahwa lapisan
manapun dari medium itu yang tebalnya sama akan menyerap cahaya masuk
kepadanya dengan fraksi yang sama.”

b. Hukum Beer :
“Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut“. Sejauh ini
telah dibahas absorbsi cahaya dan transmisi cahaya untuk cahaya
monokromatik sebagai fungsi ketebalan lapisan penyerap saja. Tetapi dalam
analisis kuantitatif orang terutama berurusan dengan larutan. Beer mengkaji
efek konsentrasi penyusun yang berwarna dalam larutan, terhadap transmisi
maupun absorbsi cahaya. Dijumpainya hubungan yang sama antara
transmisi dan konsentrasi seperti yang ditemukan Lambert antara transmisi
dan ketebalan lapisan, yakni intensitas berkas cahaya monokromatik
berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat
penyerap secara linier.
Dari kedua hukum tersebut terbentuklah “Hukum Lambert-Beer”.

Dimana :
A = absorbs
Io = intensitas sinar mula-mula
It = intensitas sinar yang diteruskan
a = absortivitas
b = panjang jalan sinar
c = konsentrasi atom yang mengabsorpsi sinar

Baik hukum Lambert maupun hukum Beer harus dilakukan pada sinar
monokromatis.

DASAR
Mangan adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Mn dan nomor atom 25. Mangan berwarna putih keabu-abuan, dengan
sifat yang keras tapi rapuh. Mangan sangat reaktif secara kimiawi, dan terurai
dengan air dingin perlahan-lahan. Mangan digunakan untuk membentuk banyak
alloy yang penting. Dalam baja, mangan meningkatkan kualitas tempaan baik dari
segi kekuatan, kekerasan,dan kemampuan pengerasan. Dengan aluminum dan
bismut, khususnya dengan sejumlah kecil tembaga, membentuk alloy yang bersifat
ferromagnetik. Logam mangan bersifat ferromagnetik setelah diberi perlakuan.
Logam murninya terdapat sebagai bentuk allotropik dengan empat jenis. Salah
satunya jenis alfa, stabil pada suhu luar biasa tinggi; sedangkan mangan jenis
gamma, yang berubah menjadi alfa pada suhu tinggi, dikatakan fleksibel, mudah
dipotong dan ditempa.
Kalium permanganat (KMnO4) merupakan salah satu senyawa yang bersifat
oksidator sehingga dapat digunakan sebagai desinfektan maupun sintesis kimia
organik. KMnO4 yang berwarna violet dapat dianalisis dengan menggunakan alat
spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang di daerah visibel/tampak.

Suatu larutan standar KMnO4 dapat digunakan secara tidak langsung dalam
penentuan pereaksi oksidasi terutama oksida – oksida lebih tinggi dari logam –
logam seperti timbal dan mangan. Oksida demikian sukar dilarutkan dalam suasana
asam dan basa tanpa mereduksi logamnya menjadi keadaan oksidasi yang lebih
rendah.

TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar Mn2+ dalam KMnO4
dengan metode Spektrofotometri, serta mempelajari kelinieran antara warna dan
konsentrasi sampel.

REAKSI
2KMnO4 + 3H2SO4 K2SO4 + 2MnSO4 + 3 H2O + 5O2

BAHAN DAN ALAT


- Bahan : Larutan standar KMnO4 0,01N, H2SO4 4 N, sampel KMnO4,
akuades
- Alat : Spektrofotometer, kuvet, labu takar 100 ml, buret, statif, klem
buret, corong, pipet volumeter 10 ml, labu semprot, pipet tetes,
gelas piala 400 ml.

CARA KERJA
A. Pembuatan Deret Standar KMnO4 dan Penentuan Linearitas Kurva
1. Disiapkan 7 buah labu takar 100 ml. Larutan standar KMnO4 0,01 N
dimasukkan ke dalam buret.
2. Dibuat deret standar KMnO4 dalam labu takar 100 ml dengan larutan standar
KMnO4 0,01 N sebanyak 0;0,25;0,5;1;2;3;4;5 ml dimasukkan ke labu ukur.
3. Ditambahkan ke dalam masing-masing labu takar 10 ml H2SO4 4 N dan
tambahkan aquadest sampai tanda tera.
4. Dihomogenkan
5. Absorbansi larutan diukur dengan spektrofotometer pada λ 540 nm.
6. Linearitas kurva standar dan regresi linier (r) dapat dihitung dengan
membandingkan konsentrasi standar dan absorbansi standar yang
didapatkan.
B. Preparasi Sampel
1. Disiapkan 2 buah labu takar 100 ml (duplo).
2. Sampel dipipet sebanyak 5 ml.
3. Ditambahkan ke dalam masing-masing labu takar 10 ml H2SO4 4 N dan
tambahkan aquadest sampai tanda tera.
4. Dihomogenkan
5. Absorbansi larutan diukur dengan spektrofotometer pada λ 540 nm.
6. Kadar dapat dihitung dengan menggunakan linearitas kurva standar.

HASIL DAN PERHITUNGAN


Dari analisa kadar mangan (Mn) pada sampel KMnO4 diperoleh hasil sebagai
berikut:

Tabel Deret Standar KMnO4 0,01 N dan Penentuan Linearitas Kurva


Volume Larutan Konsenstrasi
Standar KMnO4 Standar Absorbansi R Slope Intersep
0,01 N (ml) KMnO4 (N)
0 0 0,000
0,25 0,25 x 10-4 0,117
0,5 0,5 x 10-4 0,653
1 1 x 10-4 0,784
0,9124 0,611 -1,1496
2 2 x 10-4 1,065
3 3 x 10-4 2,658
4 4 x 10-4 3,523
5 5 x 10-4 4,000

Tabel Pengukuran Sampel KMnO4


Sampel Absorbansi
Simplo 0,587
Duplo 0,538

Perhitungan Konsentrasi Deret Standar KMnO4


1. Perhitungan 0 ml 2. Perhitungan 0,25 ml
V1 x N1 = V2 x N2 V1 x N1 = V2 x N2
0 ml x 0,01 N = 100 x N2 0,25 ml x 0,01 N = 100 x N2
N2 = 0 N N2 = 0,000025 N
3. Perhitungan 0,5 ml 6. Perhitungan 3 ml
V1 x N1 = V2 x N2 V1 x N1 = V2 x N2
0,5 ml x 0,01 N = 100 x N2 3 ml x 0,01 N = 100 x N2
N2 = 0,00005 N N2 = 0,0003 N
4. Perhitungan 1 ml 7. Perhitungan 4 ml
V1 x N1 = V2 x N2 V1 x N1 = V2 x N2
1 ml x 0,01 N = 100 x N2 4 ml x 0,01 N = 100 x N2
N2 = 0,0001 N N2 = 0,0004 N
5. Perhitungan 2 ml 8. Perhitungan 5 ml
V1 x N1 = V2 x N2 V1 x N1 = V2 x N2
2 ml x 0,01 N = 100 x N2 5 ml x 0,01 N = 100 x N2
N2 = 0,0002 N N2 = 0,0005 N

Kurva Deret Standar KMnO4

Kurva Deret Standar KMnO4


4
3,5 y = 0,5737x - 1,0376
R² = 0,8691
3
Konsentrasi (N) x 10-4

2,5
2
1,5 Absorbansi

1 Linear (Absorbansi)
0,5
0
0 2 4 6 8
-0,5
-1
Absorbansi
Perhitungan Kadar Mn dalam Sampel KMnO4
(𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 − 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑐𝑒𝑝𝑡)
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑀𝑛 (𝑝𝑝𝑚) =
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒
(0,587 − (−1,1496) (0,538 − (−1,1496)
𝑆𝑖𝑚𝑝𝑙𝑜 = 𝐷𝑢𝑝𝑙𝑜 =
0,611 0,611
= 2,842 𝑝𝑝𝑚 = 2,762 𝑝𝑝𝑚
2,842 + 2,762
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 2,802 𝑝𝑝𝑚
2

PEMBAHASAN

Pada percobaan penetapan kadar Mn ini, dilakukan dengan metode analisis


spektrofotometer UV-Vis single beam. Metode analisisi ini didasarkan pada
pengukuran energi cahaya yang tampak (visible) atau cahaya ultraviolet (UV) oleh
suatu senyawa sebagai panjang gelombang. Perbedaan kedua jenis
spektrofotometer single beam dan double beam hanya pada pemberian cahaya,
dimana pada single beam cahaya hanya meewati satu arah sehingga nilai yang
diperoleh hanya nilai absorbansi dari larutan yang dimasukkan. Sedaangkan
spektrofotometer double beam nilai blanko dapat langsung diukur dengan larutan
yang diinginkan daam satu kali proses yang sama. Prinsipnya adalah dengan adanya
chopper yang akan membagi sinar menjadi dua, dimana salah satu meewati blanko
dan yang lainnya melewati larutan.
Deret standar yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan KMnO4
0,01 N. Larutan standar diencerkan pada konsentrasi yang berbeda sebanyak
sebanyak 8 konsentrasi yaitu 0 N; 0,25 x 10-4; 0,5 x 10-4; 1 x 10-4; 2 x 10-4; 3 x 10-4;
4 x 10-4; 5 x 10-4. Pelarut yang digunakan adalah akuades karena dapat melarutkan
KMnO4 dengan baik, selain itu akuades juga bersifat transparan terhadap radiasi
pada panjang gelombang yang digunakan. Pengenceran diakukan agar larutan
menjadi semakin transparan terhadap radiasi dari panjang gelombang yang telah
ditentukan. Sedangkan blanko yang digunakan adalah akuades, akuades tersebut
dimasukkn ke dalam kuvet yang berfungsi untuk mengkalibrasi alat spektroskopi
UV-Vis.
Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dan diperoleh panjang
gelombang maksimum pada 540 nm. Digunakan panjang geombang maksimum
dalam pengukuran dikarenakan pada panjang gelombang maksimum maka
kepekaannya juga akan maksimal. Selain itu disekitar panjang gelombang
maksimal akan diperoleh bentuk kurva absorbansi yang datar dimana pada posisi
tersebut hukum Lambert Beer terpenuhi. Langkah selanjutnya yaitu melakukan
pengukuran kembali terhadap larutan standar KMnO4 dan dihasikan absorbansi
masing-masing sebesar 0,583; 1,223; 2,477; 3,139; dan 3,306. Dari hasi
menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi suatu pelarut yang diukur maka
akan semakin banyak cahaya radiasi yang diserap sehingga mengakibatkan
absorbansinya juga akan semakin besar. Kemudian suatu larutan yang diduga
mengandung KMnO4 namun belum diketahui konsentrasinya diukur dengan
spektroskopi UV-Vis single beam dan diperoleh rata-rata konsentrasi sampel
tersebut 2,802 ppm dengan regresi 0,9124.

KESIMPULAN

Berdasarkan penetapan kadar Mn dalam KMnO4 dengan alat instrumen


spektrofotometer UV-Vis single beam yang diukur pada panjang gelombang
maksimum 540 nm, diperoleh konsentrasi rata-rata sampel yaitu 2,802 ppm.

DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A dan A.L. Underwood. 1986. Analisis Kimia Kualitatif Edisi Kelima.
Erlangga. Jakarta.

Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.

Khopkar. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta.


Rivai, A. 1995. Kimia Analitik Instrumen. Semarang Press. Semarang.

Sastrohamidjoyo, H. 2001. Spektroskopi. Liberty: Yogyakarta.


LAMPIRAN PERCOBAAN II
PENETAPAN KADAR Mn DALAM KMnO4

No. Pengamatan Keterangan


1.

Larutan KMnO4 0,01 N

2.

Sampel Mn

3.

Pembuatan Deret Standar Mn


dengan Varian Konsentrasi
4.

Alat Spektrofotometer UV-Vis

5.

Tampilan Hasil Pembacaan

Panjang Gelombang
Maksimum : 525 nm
MATERI PRAKTIKUM III :

PENETAPAN KADAR Fe (III) CARA TIOSIANAT DENGAN


SPEKTROFOTOMETER, LINEARITAS KURVA DAN LIMIT DETEKSI

Pendahuluan

Spektrofotometri merupakan suatu perpanjangan dari penelitian


visual dalam studi yang lebih terinci mengenai penyerapan energi cahaya oleh spesi
kimia, memungkinkan kecermatan yang lebih besar dalam perincian dan
pengukuran kuantitatif.Pengabsorpsian sinar ultraviolet atau sinar tampak oleh
suatu molekul umumnya menghasilkan eksitasi electron bonding, akibatnya
panjang gelombang absorpsi maksimum dapat dikorelasikan dengan jenis ikatan
yang ada didalam molekul yang sedang diselidiki. Oleh karena itu spektroskopi
serapan molekul berharga untuk mengidentifikasi gugus-gugus fungsional yang ada
dalam suatu molekul. Akan tetapi yang lebih penting adalah penggunaan
spektroskopi serapan ultraviolet dan sinar tampak untuk penentuan kuantitatif
senyawa-senyawa yang mengandung gugus-gugus pengabsorpsi.

Metode spektroskopi sinar tampak berdasarkan penyerapan sinar tampak


oleh suatu larutan berwarna. Oleh karena itu metode ini dikenal juga sebagai
metode kalorimetri. Hanya larutan senyawa yang berwarna ynag dapat ditentukan
dengan metode ini. Senyawa tak berwarna dapat dibuat berwarna dengan
mereaksikannya dengan pereaksi yang menghasilkan senyawa berwarna.
Contohnya ion Fe3+ dengan ion CNS– menghasilkan larutan berwarna merah.
Lazimnya kolorimetri dilakukan dengan membandingkan larutan standar dengan
cuplikan yang dibuat pada keadaan yang sama. Dengan kalorimetri elektronik
(canggih) jumlah cahaya yang diserap (A) berbanding lurus dengan konsentrasi
larutan. Metode ini sering digunakan untuk menentukan kadar besi dalam air
minum. Pada metode spektroskopi ultraviolet, cahaya yang diserap bukan cahaya
tampak tapi cahaya ultraviolet. Dengan cara ini larutan tak berwarna dapat diukur,
contoh aseton dan asetaldehid. Pada spektroskopi ini energy cahaya terserap
digunakan untuk transisi electron. Karena energy cahaya UV lebih besar dari
energy cahaya tampak maka energy UV dapat menyebabkan transisi
electron s dan p.(Kimia Analitik Instrumen,1994: 4-5)

Linearitas kurva adalah batas konsentrasi maksimum suatu kurva standar


yang masih menghasilkan kurva yang linier sesuai dengan hukum Lambert- Beer.
Kurva kalibrasi (standar) yang linier menunjukkan hubungan antara konsentrasi
dengan nilai absorbans berbanding lurus dengan linier. Akan tetapi pada
realisasinya hanya sampai batas nilai konsentrasi tertentu saja (Cx), kurva kalibrasi
memberikan hubungan yang linier. Di atas konsentrasi tersebut, kurva kalibrasi
sudah tidak linier. Oleh karena itu, penting untuk menentukan linearitas kurva
sehingga dderet standar yang dibuat hanya sampai pada batas linier kurva saja.

Gambar Konsentrasi maksimum (Cx) yang memberikan linearitas pada kurva


kalibrasi

Limit deteksi adalah batas konsentrasi minimum analit yang dapat


dibedakan oleh alat. Menurt IUPAC (1975) limit deteksi diturunkan dari nilai
terendah yang masih dapat terdeteksi atau terukur oleh alat. Linearitas kurva dan
limit deteksi berbeda bergantung pada jenis analit. Pada praktikum kali ini,
penentuan linearitas dan limit deteksi dilakukan terhadap analisis kadar Fe dengan
tiosianat. Ion besi (III) dengan ion tiosianat bereaksi membentuk kompleks
berwarna merah. Penambahan asam bertujuan untuk menghindari terhidrolisisnya
besi oleh air. Berdasarkan pembentukan warna ini, kadar besi (III) dapat ditentukan
dengan metode spektrofotometri visible. Hanya saja metode ini dapat terganggu
oleh keberadaan ion perak, tembaga, nikel, titan, molybdenum, raksa, seng,
kadmium dan bismuth. Ion – ion tersebut menggangu analisis dengan cara bereaksi
juga dengan ion tiosianat.

Pembentukan bentuk molekul yang dapat menyerap sinar tampak


diperlukan bila senyawa yang dianalisis tidak melakukan penyerapan dsinar
tampak. Dalam hal demikian, senyawa demikian, senyawa tersebut harus diubah
menjadi senyawa lain yang berwarna. Ion besi (III) warnanya sangat lemah
(kuning) sehingga serapannya kecil. Untuk itu perlu direaksikan dengan pereaksi
tertentu, misalnya 1,10-fenantrolin atau kalium tiosianat, sehingga memberikan
watna yang menyerap dengan kuat sehingga dapat digunakan untuk analisis besi
dalam keadaan kecil (Sikanna, R., 2012).

Dasar

Penentuan kadar besi (III) berdasarkan pembentukan senyawa kompleks


besi tiosianat yang berwarna merah dari reaksi antara ion besi (III) dengan ion
tiosianat pada suasana asam. Warna yang terbentuk diukur intensitasnya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang nm. Intensitas warna yang terbentuk
sebanding dengan konsentrasi analit dalam contoh.
Linearitas kurva merupakan konsentrasi maksimum dimana kurva masih
memberikan hubungan yang linier sesuai dengan hukum Lambert-Beer. Linearitas
kurva besi ditentukan dengan membuat deret standar besi pada kisaran konsentrasi
0-15 ppm, yang kemudian diukur absorbansinya. Batas linearitas kurva ditentukan
berdasarkan nilai r yang paling besar dan selanjutnya mulai mengecil.

Limit deteksi merupakan batas konsentrasi minimum analit yang dapat dibedakan
oleh alat. LD ditentukan dengan membaca blangko dengan spektrofotometer pada
λ yang sama setiap 30 detik sebanyak 30 kali. Nilai LD didapatkan melalui
3.𝜕𝑛−1
persamaa LD = 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒

Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar Fe (III) dengan metodc


tiosianat dengan spektrofotometer dan menentukan limit deteksi serta linearitas
kurva pada metode tersebut.

Reaksi

Fe3+ + 6SCN- [Fe(SCN)6]3- merah

Bahan dan Alat

Bahan : contoh besi, larutan KCNS 3 N, larutan standar besi (III) 50 ppm, H2SO4
pekat, K2S2O8 jenuh dan akuades.

Alat : Spektrofotometer, kuvet, labu takar 100 ml, buret, statip, klem, corong, pipet
Mohr 10 ml, labu semprot, pipet tetes, gelas piala 400 ml, gelas piala 100 ml.

Cara Kerja

Pembuatan Deret Standar Besi (III) dan Penentuan Linearitas Kurva

1. Siapkan 9 buah labu takar 100 ml. Masukkan larutan standar besi(III) 50 ppm ke
dalam buret.

2. Buat deret standar Fe dalam labu takar 100 ml dengan memasukkan larutan
standar Fe 50 ppm sebanyak 0;2;4;6;8;12;14;20; dan 30 ml. Masukkan larutan
standar besi 50 ppm sejumlah volume yang telah dihitung ke dalam masing-
masing labu takar.

3. Tambahkan ke dalam masing-masing labu takar 4 ml H2SO4 pekat dan 4 ml


K2S2O8 jenuh, dikocok, dan tambahkan akuades sampai tanda tera.

4. Pipet 10 ml masing-masing larutan ke dalam gelas piala 100 ml yang betul-betul


kering.
5. Tambahkan 10 ml akuades, 1 ml K2S2O8 jenuh dan 4 ml KCNS 3 N, kemudian
aduk dengan baik.

6. Ukur absorbansi larutan dengan spektrofotometer pada λ 480 nm.

7. Hitung nilai regresi linier (r) dan slope untuk setiap pengukuran dimulai dari
penambahan volume standar 4 ml sampai deret terakhir.

8. Batas linearitas kurva ditentukan berdasarkan nilai r yang paling besar dan
selanjutnya mulai mengecil.

Analisis contoh

1. Pipet contoh besi sebanyak 10 ml kemudian masukkan ke dalam labu takar 100
ml.

2. Tambahkan 4 ml H2SO4 pekat dan dan 4 ml K2S2O8 jenuh, dikocok, dan


tambahkan akuades sampai tanda tera.

3. Pipet 10 ml masing-masing larutan ke dalam gelas piala 100 ml yang betul-betul


kering.

4. Tambahkan 10 ml akuades, 1 ml K2S2O8 jenuh dan 4 ml KCNS 3 N, kemudian


aduk dengan baik.

5. Ukur absorbansi larutan dengan spektrofotometer pada λ 480 nm.

6. Berdasarkan nilai slope yang diperboleh dari kurva yang linier, hitung ppm besi
(III) dalam contoh dengan persamaan:
𝑓𝑝.𝐴 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
Ppm besi = 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒

Limit Deteksi

Siapkan blangko, kemudian baca blangko dengan spektrofotometer pada λ yang


sama setiap 30 detik sebanyak 30 kali.
HASIL DAN PERHITUNGAN
Dari analisa kadar besi (Fe) pada sampel FeCl3 diperoleh hasil sebagai
berikut:

Tabel Deret Standar Fe (III) dan Penentuan Linearitas Kurva

Larutan Fe Konsenstrasi
50 ppm Standar Absorbansi R Slope Intersep SD (σ)
(ml) (ppm)
0 0 0,096
2 1 0,118
4 2 0,133
6 3 0,144
0,9823 0,0153 0,0941 0,0161
8 4 0,151
14 7 0,184
20 10 0,223
30 15 0,346

Tabel Pengukuran Sampel FeCl3

Sampel Absorbansi
Simplo 0,104
Duplo 0,106

Perhitungan Kadar Fe dalam Sampel FeCl3

Simplo + Duplo 323,53+388,89


Rata-Rata = 2
= 2
= 356,21 ppm

Perhitungan Limit of Detection (LOD)


3,3 x σ 3,3 x 0,0161
LOD = = = 3,4811 ppm
Slope 0,0153
PEMBAHASAN
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis pada penjang gelombang spesifik dengan
menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube.
Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan
ditangkap oleh suatu perekam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas
untuk komponen yang berbeda.

Pada praktikum ini dilakukan analisis kadar Fe3+ dalam sampel FeCl3 secara
spektrofotometri dengan metode KCNS. Pertama-tama larutan induk Fe3+ dibuat
untuk deret standar dengan konsentrasi 50 ppm. Kemudian dipipet sejumlah volume
larutan induk standar sehingga dihasilkan konsentrasi deret 0 ppm – 15 ppm.
Kemudian konsentrasi deret tertinggi diukur untuk menentukan panjang gelombang
maksimumnya. Scanning panjang gelombang diukur dari 300 nm – 700 nm.
Didapatkan panjang gelombang maksimum untuk penetapan Fe3+ pada 470 nm
sehingga untuk pengukuran selanjutnya dilakukan pada panjang gelombang 470
nm. Semakin tinggi konsentrasinya maka warna kompleks yang dihasilkan semakin
pekat dan absorbansinya semakin tinggi.

Terdapat beberapa reagen yang digunakan yaitu H2SO4 untuk mengoksidasi


Fe menjadi Fe3+ karena Fe3+ lebih stabil. Selain dengan H2SO4, oksidasi ion Fe2+
2+

menjadi Fe3+ juga dibantu oleh K2S2O3. Ion tiosianat (CNS-) dalam KCNS dalam
praktikum ini digunakan sebagai pengompleks besi yang akan menghasilkan warna
merah bata. Sehingga akan terbentuk reaksi kompleks:

Fe3+ + 6CNS- → [Fe(CNS)6 ]3-

Selain digunakan sebagai oksidator, H2SO4 juga digunakan pengasam


karena prosedur ini harus dilakukan dalam suasana asam, karena dalam suasana
basa Fe(III) akan diendapkan menjadi Fe(OH)3 sehingga tidak akan diperoleh
senyawa kompleks dan tidak akan terbaca pada spektrofotometer.

Dalam menentukan kadar besi dalam sampel, digunakan suatu kurva standar
untuk memperoleh persamaan regresi linear. Kurva standar diperoleh dengan
pengukuran absorbansi larutan kompleks besi tiosianat pada deret standar atau pada
konsentrasi yang divariasikan. Absorbansi yang diperoleh kemudian diplotkan
dengan konsentrasi larutan sehingga diperoleh suatu persamaan garis yaitu, y =
0,0153x – 0,0941. Persamaan garis tersebut digunakan untuk menghitung kadar
besi dalam sampel FeCl3. Dari persamaan garis tersebut y menyatakan absorbansi
sampel, sedangkan x menyatakan kadar Fe yang terdapat dalam sampel. Regresi
yang didapat adalah 0,9823. Berikut adalah kurva deret standar Fe yang didapatkan:
Kurva Deret Standar
0,346

0,296

0,246
Absorbansi

0,196
y = 0,0153x + 0,0941

0,146

0,096
0,000 3,000 6,000 9,000 12,000 15,000
Konsentrasi (ppm)

Untuk menentukan kadar besi dalam sampel, sampel diukur absorbansinya


pada panjang gelombang 470 nm yang merupakan panjang gelombang maksimum
dan ditentukan konsentrasi besi menggunakan persamaan garis pada kurva standar.
Panjang gelombang maksimum memiliki kepekaan maksimal karena diperoleh
absorbansi yang paling tinggi serta pada panjang gelombang maksimum bentuk
kurva absorbansi memenuhi hokum Lambert-Beer. Didapatkan absorbansi
pembacaan sampel simplo 0,104 dan duplo 0,106 dan diperoleh rata-rata
konsentrasi sampel sebesar 356,21 ppm.

Intensitas warna deret standar yang muncul pada saat praktikum kurang
memberikan perbedaan yang nyata. Hal ini dikarenakan konsentrasi deret standar
yang digunakan terlalu kecil, sehingga kompleks warna dari besi tiosianat tidak
muncul secara baik. Namun masih dapat dibaca absorbansinya dengan absorbansi
paling rendah sebesar 0,096 pada konsentrasi 0 ppm dan yang paling tinggi sebesar
0,346 pada konsentrasi 15 ppm.

Dalam menggunakan metode spektrofotometri, sering terjadi kesalahan


dalam pengukuran. Kesalahan ini ditimbulkan oleh beberapa sebab diantaranya sel
sampel (kuvet) kurang bersih karena ada beberapa zat seperti lemak atau protein
yang terkadang melekat sangat kuat pada kuvet meskipun dapat dicuci bersih,
hanya saja terkadang sidik jari dapat menyerap radiasi ultra violet, selain itu juga
disebabkan oleh adanya gelembung gas pada lintasan optik.
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum penetapan kada Fe (III) dalam sampel FeCl3 secara
spektrofotometri dengan metode KCNS, didapatkan hasil perhitungan pada deret
standar yaitu:

Parameter Hasil

Regresi 0,9823
Intersep 0,0941
Slope 0,0153
Standar Deviasi 0,0161
LOD 3,4811 ppm

Sedangkan untuk hasil perhitungan sampel FeCl3 didapatkan kesimpulan


sebagai berikut:

Sampel Kadar (ppm) Rata-Rata

Simplo 323,53
356,21
Duplo 388,89

DAFTAR PUSTAKA
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia: Jakarta.

Hendayana, S., Kadarohman, A., Sumarna, A., dan Supriatna, A., 1994. Kimia
Analitik Instrumen, edisi ke-1. Semarang: IKIP Press
Hidayat, B. 2005. Kimia untuk Universitas. Bina Ilmu: Bandung.
Khopkar. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta.
Sastrohamidjoyo, H. 2001. Spektroskopi. Liberty: Yogyakarta.

Sikanna, R. 2012. Penuntun Praktikum Analisis Instrumen. Jurusan kimia KIMIA


UNTAD. Palu.

Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Airlangga: Jakarta.


LAMPIRAN PERCOBAAN III
PENETAPAN KADAR Fe (III) CARA TIOSIANAT DENGAN
SEKTROFOTOMETER, LINEARITAS KURVA DAN LIMIT DETEKSI

No. GAMBAR KETERANGAN

1
Pembuatan larutan standar Fe (III) 50 ppm

2 Pembuatan deret standar Fe dalam labu takar


100 mL

3 Penambahan ke dalam masing-masing labu


takar 4 mL H2SO4 dan 4 mL K2S2O8 jenuh
lalu ditera dengan aquades dan dihomogenkan

4 Larutan dari proses no. 3 kemudian dipipet 10


mL ke dalam beaker glass

Penambahan 10 mL aquades, 1 mL K2S2O8


5
jenuh dan 4 mL KCNS 3N
Setelah proses no. 5 larutan
dihomogenkan dengan baik dan siap
6
untuk diukur absorbansinya

7 Perlakuan pada sampel sama seperti


dengan deret standar

Pengukuran absorbansi dengan


8
spektofotometer pada λ 480 nm

Anda mungkin juga menyukai