Anda di halaman 1dari 12

1

INDUSTRI SEMEN

Definisi Semen

 Semen berasal dari bahasa latin caementum : bahan perekat.


 Semen dalam pengertian umum adalah bahan yang mempunyai sifat
adhesive dan cohesive, digunakan sebagai bahan pengikat (bonding
material) yang dipakai bersama-sama dengan batu kerikil dan pasir
sehingga dapat membentuk sebuah bangunan.
2

Bahan Baku Pembuatan Semen

A. Bahan Baku Utama

1. Batu Kapur (Limer Stone)

Kalsium karbonat (CaCO3) berasal dari pembentukan geologis


yang umumnya dipakai untuk pembuatan semen Portland sebagai sumber
utama senyawa Ca. Batu kapur murni biasanya berupa Calspar (kalsit) dan
aragonite. Batu kapur mengandung CaO dan sedikit mengandung MgO.

2. Tanah Liat (Clay)

Tanah liat (Al2O3.K2O.6SiO2.2H2O) merupakan bahan baku semen


yang mempunyai sumber utama senyawa silikat dan aluminat dan
sedikit senyawa besi.

B. Bahan Baku Penunjang

Bahan baku penunjang adalah bahan mentah yang dipakai hanya


apabila terjadi kekurangan salah satu komponen pada pencampuran bahan
mentah.
1. Pasir Silika (silica sand)

Pasir silika digunakan sebagai pengkoreksi kadar SiO2 dalam tanah liat
yang rendah.
2. Pasir Besi (Iron sand)

Pasir besi digunakan sebagai pengkoreksi kadar Fe2O3 yang biasanya


dalam bahan baku utama masih kurang.

C. Bahan Tambahan
1. Gypsum
Gypsum (CaSO4.2H2O) merupakan bahan yang harus
3

ditambahkan pada proses pengilingan klinker menjadi semen.


Fungsi gypsum:
a. Mengatur waktu pengikatan semen (retarder) atau
memperlambat proses pengerasan dari semen
b. Mempengaruhi nilai kuat tekan maupun perkembangan kuat
tekan
Komposisi Kimia Gipsum

No Komponen Berat dalam persen


1 SiO2 1,40
2 Al2O3 0,32
3 Fe2O3 0,24
4 CaO 31,70
5 MgO 0,07
6 SO3 45,85
Sumber: Budiawan, Manisoh 2012

Gipsum dalam semen dapat memberikan efek negatif apabila


dalam jumlah yang besar, karena dapat menyebabkan terjadinya pemuaian
pada semen saat digunakan, sehingga penggunaan gipsum harus
dikontrol secara ketat.
4

Proses Pembuatan Semen

Proses pembuatan semen dibuat dengan 2 cara:

1. Proses Basah
2. Proses Kering

Perbedaannya terletak pada proses penggilingan dan homogenisasi

1) Proses Basah
 Pada proses basah semua bahan baku dipecah dan dicampur dengan air
dalam jumlah tertentu serta dicampurkan dengan luluhan tanah liat.
 Bubur halus dengan kadar air 25-405 (slurry) dikalsinasikan dalam
tungku panjang (long rotary kiln).
 Keuntungan :
- Efisiensi penggilingan lebih tinggi dan tidak memerlukan suatu
unit homogenizer
- Debu yang timbul relatif sedikit
 Kerugian:
- Bahan bakar yang digunakan lebih banyak, butuh air yang cukup
banyak
- Tanur yang digunakan terlalu panjang karena memerlukan zona
dehidrasi yang lebih panjang untuk mengendalikan kadar air
- Biaya produksi lebih mahal

2) Proses Kering
 Pada proses ini bahan baku diolah (dihancurkan) di dalam Raw Mill
dalam keadaan kering dan halus dan hasil penggilingan (tepung baku)
dengan kadar air 0,5-1% dikalsinasikan dalam rotari kiln.
 Keuntungan:
- Tanur yang digunakan relatif pendek
- Panas yang dibutuhkan rendah, sehingga bahan bakar yang dipakai
relatif sedikt, dan membutuhkan air yang relatif sedikit pula
- Kapasitas produksi lebih besar
5

 Kerugian:
- Kadar air sangat mengganggu proses, karena material menempel
pada alat
- Banyak debu yang dihasilkan sehingga dibutuhkan alat penangkap
debu

Secara garis besar proses produksi semen melalui 6 tahap, yaitu :


1. Penambangan bahan baku
 Bahan tambang berupa kapur (batu kapur), silika (pasir silika),
alumina (tanah liat), dan besi oksida (bijih besi). Serta ipsum dalam
jumlah yang sedikit ditambahkan selama penghalusan untuk
memperlambat pengerasan.

2. Penghancuran (Crushing) dan penyimpanan bahan baku


 Crushing adalah proses penghancuran material paling awal
dengan menggunakan alat crusher menjadi ukuran yang lebih
kecil.
 Setelah melalui proses penghancuran, bahan-bahan tersebut dikirim
menuju tempat penyimpanan yaitu Stock Pile dengan menggunakan belt
conveyor.

3. Penggilingan dan pengeringan bahan baku


 Alat utama yang digunakan dalam proses penggilingan dan
pengeringan bahan baku adalah vertical roller mill
 Media pengeringnya adalah udara panas yang berasal dari coller dan
pre-heater.
 Udara panas juga berfungsi sebagai media pembawa bahan-bahan
yang telah halus menuju alat proses selanjutnya.

4. Pencampuran (blending) dan homogenisasi bahan baku


 Alat utama yang digunakan untuk mencampur dan
menghomogenkan bahan baku adalah blending silo, dengan
media pengaduk adalah udara
6

5. Pemanasan awal (Pre-heating)


 Alat yang digunakan adalah suspension pre-heater
 Bahan dimasukkan ke dalam pre-heater untuk memisahkan
bahan baku dari gas pembawanya

6. Pembakaran (Firring)
 Alat yang digunakan dalah tanur putar atau rotary kiln, material
yang masuk akan mengalami pembakaran dari temperatur yang
rendah menuju temperatur yang tinggi.
 Bahan bakar yang digunakan adalah batu bara, sedangkan untuk
pemanasan awal digunakan Industrial Diesel Oil (IDO)
 Didalam tanur putar terjadi proses kalsinasi, sintering, dan
clinkering.
 Temperatur material yang masuk ke dalam tanur putar adalah
800-900°C sedangkan temperatur clinker yang keluar dari tanur
putar adalah 1300-1450°C

7. Pendinginan (Colling)
 Alat utama yang digunakan untuk proses pendinginan clinker
adalah cooler.
 Cooler dilengkapi dengan alat penggerak material, sekaligus sebagai
saluran udara pendingin yang disebut grate dan alat pemecah clinker
(Clinker Breaker)

8. Penggilingan akhir
 Merupakan proses penggilingan akhir di dalam ball mill dimana
terjadi penghalusan clinker-clinker bersama dengan gipsum.
7

Reaksi- Reaksi Pembuatan Semen


 Proses pembentukan clinker pada dasarnya berdasarkan reaksi :

CaCO3 + Al2O3.SiO2.x H2O + Fe2O3 + SiO2 3CaO.SiO2 (C3S) +

2CaO.SiO2 (C2S) +
3CaO.Al2O3 (C3A) +
4CaO.Al2O3.Fe2O3 (C4AF)

 Reaksi tersebut terjadi beberapa tahap reaksi atau proses yaitu:


a. Penguapan air bebas : terjadi pada suhu 100-200 °C dan berlangsung
secara endotermis
b. Pelepasan air terikat : terjadi pada temperatur 100-400C
c. Dekomposisi tanah liat : proses ini menghasilkan senyawa Al2O3.SiO2
berlangsung pada temperatur 400-750 °C dan endotermis. Reaksi yang
terjadi:
Al4(OH)8.Si4O10 2( Al2O3.2SiO2) +4 H2O

d. Dekomposisi metakaolinit : proses ini menghasilkan senyawa Al2O3 dan


SiO2 berlangsung pada temperatur 600-900 °C dan endotermis. Reaksi
yang terjadi:
Al2O3.2SiO2 Al2O3 + 2SiO2

e. Dekomposisi karbonat : proses ini menghasilkan senyawa C3S dan C3A


berlangsung pada temperatur 600-1000 °C dan endotermis. Reaksi yang
terjadi:
CaCO3 CaO + CO2
CaO + 2SiO2 + Al2O3 2 ( CaO. SiO2 ) + CaO.Al2O

f. Reaksi fase padat


Reaksi ini berlangsung pada temperatur 800-1300 °C, reaksi ini
menghasilkan komponen-komponen penting dalam clinker yaitu C3A,
8

C2S dan C4AF, reaksi yang terjadi adalah:


 CaO.Al2O3 + 2CaO 3CaO.Al2O3 (C3A)
 CaO.Al2O3 + 3CaO + Fe2O3 4CaO.Al2O3.Fe2O3
(C4AF)
 CaO.SiO2 + CaO 2CaO.SiO2 (C2S)
9

JENIS-JENIS SEMEN

a. Semen Putih (White Cement)

 Semen putih lebih murni dari semen abu


 Dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni yang
rendah kandungan oksida besi dan oksida magnesiumnya
 Digunakan untuk penyelesaian (finishing) seperti sebagai filler
atau pengisi untuk bangunan arsitektur dan dekorasi
 Semen putih mengandung 24,2% SiO2, 4,2% Al2O3, 0,39% Fe2O3,
65,8% CaO, 1% MgO dan 0,02% Mn2O3.

b. Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement)


 Semen sumur minyak adalah semen portland yang dicampur dengan
bahan retarder khusus seperti lgnin, asam borat, casein, gula
atauorganic hidroxid acid
 Fungsi retarder disini adalah untuk mengurangi kecepatan
pengerasan semen atau memperlambat waktu pengerasan semen,
sehingga adukan dapat dipompakan kedalam sumr minyak atau gas
 Semen sumur minyak digunakan untuk melindungi ruangan antara
rangka sumur minyak dengan karang atau tanah sekelilingnya

c. Semen Portland

 Semen portland ialah semen hidrolisis yang dihasilkan dengan cara


menghaluskan klinker terutama dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidrolisis (dapat mengeras jika bereaksi dengan air) dengan
gipsum sebagai bahan tambahan.
 Pada dasarnya semen portland terdiri dari 4 unsur yang paling
penting yaitu:
1) Trikalsium Silikat (C3S) atau 3CaO.SiO2
2) Dikalsium Silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2
3) Trikalsium Aluminat (C3A) atau 3CaO.Al2O3
10

4) Tetrakalsium Aluminoferit (C4AF) atau 4CaO.Al2O3.Fe2O3


Perubahan komposisi kimia semen yang dilakukan dengan cara
mengubah presentase empat komponen utama semen dapat menghasilkan
beberapa jenis semen dengan tujuan pemakainnya
Menurut SK-SNI T_15-1990-03 semen potland dibagi menjadi 5 tipe:
1) Tipe I (Ordinary Portland Cement)

 Semen portland yang dipakai untuk segala macam konstruksi apabila


tidak diperlukan sifat-sifat khusus, misalnya, ketahanan terhadap sulfat
dan panas hidrasi
 Digunakan untuk keperluan konstruksi bangunan biasa seperti
bangunan rumah, gedung sekolah
 Semen ini mengandung 49% (C3S), 25% (C2S), 12% (C3A), 8%
(C4AF), 2,8% (MgO), 2,9% (SO3)

2) Tipe II (Moderate Heat Cement)

 Semen portland yang dipakai untuk konstruksi yang memerlukan


ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi yang sedang, seperti daerah
pelabuhan dan bangunan sekitar pantai.
 Digunakan untuk bangunan sekitar pantai, pelabuhan, bendungan dan
irigasi.
 Semen ini mengandung 20% SiO2, 6% Al2O3, 6% Fe2O3, 6% MgO, dan
8% C3A.

3) Tipe III (High Early Strenght Portlad Cement)

 Semen portland yang digunakan untuk bangunan yang memerlukan


kekuatan tekan yang tinggi (sangat kuat) dan musim dingin
 Semen tipe ini mempunyai kandungan C3S yang lebih tinggi
dibandingkan dengan semen tipe lainnya sehingga lebih cepat mengeras
dan cepat mengeluarkan kalor.
 Semen ini tersusun dari 3,5%-4% Al2O3, 6% Fe2O3, 35% C3S, 6%
11

MgO, 40% C2S, dan 15% C3A


 Semen ini cocok digunakan untuk pembangunan gedung-gedung besar,
jembatan, pondasi-pondasi berat, pembetonan pada udara dingin dan
pada prestressed coccretel, yang memerlukan kekuatan awal yang
tinggi.

4) Tipe IV (Low Heat Portland Cement)

 Semen Portland yang digunakan untuk bangunan dengan panas


hidrasi rendah misalnya pada bangunan beton yang besar dan tebal,
baik untuk mencegah keretakan
 Semen ini mengandung C3S dan C3A yang lebih rendah, sehingga
kalor yang dilepas lebih rendah
 Semen ini tersusun dari 6,5% MgO, 2,3% SO3, dan 7% C3A
 Semen ini biasa digunakan untuk pembuatan atau keperluan hidrolik
engineering yang memerlukan panas hidrasi rendah

5) Tipe V (Shulphato Resistance Portland Cement)

 Semen portland yang mempunyai kekuatan tinggi terhadap sulfur


sehingga banyak dipakai untuk bangunan di daerah yang
kandungan sulfatnya tinggi
 Cocok untuk dipakai pada instalasi pengolahan limbah pabrik,
konstruksi dalam air, jembatan, terowongan dan pelabuhan
 Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe ini adalah: 43% (C3S),
36% (C2S), 4% (C3A), 12% (C4AF), 1,9% (MgO), 1,8% (SO3)

d. Semen Alumina Tinggi


 Semen alumina tinggi pada dasarnya adalah suatu semen kalsium aluminat
yang dibuat dengan meleburkan campuran batu gamping dan bauksit yang
mengandung oksida besi, silika, magnesia.
 Memiliki ketahanan yang baik terhadap air laut dan air yang mengandung
sulfat tinggi.
12

e. Semen Pozzolan Portland

 Pozzolan adalah bahan yang mengandung silika dan alumina dimana


bahan pozzolan itu sendiri tidak mempunyai sifat seperti semen akan tetapi
dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air, maka senyawa-senyawa
tersebut akan bereaksi membentuk kalisum aluminat hidrat yang
mempunyai sifat hidrolis.

 Reaksi: 3CaO.Al2O3 + 3H2O 3CaO.Al2O3.H2O

Anda mungkin juga menyukai