SPEKTROFOTOMER UV-Vis
DISUSUN OLEH :
Husmayana (2019E1C020)
Dosen Pengampu :
2021/2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................3
A. Tujuan........................................................................................................................................3
B. Tinjauan Pustaka........................................................................................................................3
C. Alat dan Bahan..........................................................................................................................5
D. Cara Kerja..................................................................................................................................5
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................................8
A. Hasil..........................................................................................................................................8
B. Pembahasan.............................................................................................................................10
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................12
LAMPIRAN........................................................................................................................................13
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan
Tujuan dalam praktikum ini adalah mahasiswa dapat menetapkan kadar
paracetamol secara spektrofotometri visibel.
B. Tinjauan Pustaka
Parasetamol merupakan obat yang dikenal dengan nama “analgetik anilin”.
Paracetamol juga diklasifikasikan dalam obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) dan
menurut sumber lain juga tidak diklasifikasikan dalam obat golongan NSAID.
Paracetamol (C8H9NO2) juga disebut asetaminofen adalah 4’-hidroksiasetanilida dan
merupakan turunan aniline. Obat ini tersedia dalam formulasi yang berbeda beda dan
digunakan secara luas untuk meningkatkan efisiensi dan toleransi, menurunkan efek
yang kurang baik dan toksisitas dari substansi obat lain.
Menurut Farmakope Amerika (USP), sebuah tablet parasetamol seharusnya
mengandung tidak kurang dari 90% (450 mg) dan tidak lebih dari 110% (550 mg)
parasetamol. Persentase kandungan dari analisis sampel menggunakan KCKT
memiliki rentang 51,04-103,84%, sedangkan menggunakan UV, rentangnya 50,19-
109,2%, yangmengindikasikan tidak ada sampel yang mengandung kurang dari 50%
zat aktifnya (Audu, dkk, 2012).
Paracetamol merupakan obat yang bersifat analgesic (penahan rasa sakit/
nyeri) dan antipiretik (penurun panas/demam) adalah obat yang paling banyak
dikonsumsi oleh masyarakat, karena obat ini dapat berkhasiat untuk menyembuhkan
demam, sakit kepala dan rasa nyeri. Umumnya obat yang bersifat analgetik dan
antipiretik ini mengandung zat aktif yang disebut asetaminofen atau lebih dikenal
dengan nama parasetamol. Obat ini beredar di masyarakat dalam berbagai macam
sediaan tablet, kaplet, kapsul, sirup, dan serbuk (Rachdiati,2008).
Asetaminofen atau parasetamol tidak menghambat agregasi trombosit juga
tidak menyebabkan distres atau pendarahan lambung. Ia hanya mempunyai respons
inflamasi yang lemah. Asetaminofen diabsorpsi oleh saluran gastrointestinal dan
dimetabolisme dalam hati untuk mengaktifkan zat-zat metabolisme dalam hati. Waktu
puncak bagi asetaminofen terjadi dalam 2 jam dan waktu paruhnya 3 jam.
3
Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan
panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi, 6 spektrofotometer digunakan untuk
mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau
diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer
dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih
terseleksi dan ini diperoleh dengan alat penguat seperti prisma ataupun celah optis
(Rohman, 2007).
Spektrofotometer yang sesuai pengukuran di daerah spektrum ultraviolet dan
sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan sinar
monokromatis dalam jangkauan panjang gelombang 200-800 nm.
Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum, monokromator, sel
pengabsorpsi dan detektor sebagai berikut :
o Sumber
Sumber yang biasa yang digunakan adalah lampu wolfram. Tetapi untuk daerah
UV digunakan lampu hidrogen atau lampu deuterium. Kebaikan lampu wolfram
adalah energi radiasi yang dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang
gelombang.
o Monokromator
Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya berupa
prisma ataupun grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan
dari hasil penguraian dapat digunakan celah. Jika celah posisinya tetap maka
prisma ataupun gratingnya yang dirotasikan untuk mendapatkan panjang
gelombang yang diinginkan (Rohman, 2007).
o Sel Absorpsi
Pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca dapat digunakan, tetapi untuk
pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas
tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvetnya adalah 10 mm,
tetapi yang lebih kecil ataupun yang lebih besar dapat digunakan. Sel yang biasa
digunakan berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder dapat juga digunakan. Kita
4
harus menggunakan kuvet yang bertutup untuk pelarut organik. Sel yang baik
adalah kuarsa atau gelas hasil leburan serta seragam seluruhnya.
o Detektor Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya
pada berbagai panjang gelombang spektrofotometri yang paling sering digunakan
dalam industri farmasi adalah spektrofotometri ultra violet dan juga cahaya
tampak. Salah satu aplikasi dari spekrofotometri ultra violet adalah penetapan
kadar yang memiliki peranan panting untuk melakukan penentuan kuantitatif
bahan baku dan sediaan obat.Penentuan kadar dilakukan dengan mengukur
absorpsi maksimum dari kurva absorpsi.
D. Cara Kerja
1. Pembuatan Larutan Blangko
Pipet 5 ml etanol
5
2. Pembuatan Larutan Standar
7
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Perhitungan Pengenceran
Pengenceran larutan 500ppm Paracetamol dalama 250 ml.
- 10 ppm
500 ppm x V1 = 10 ppm x 250 ml
= 5 ml
- 20 ppm
500 ppm x V1 = 20 ppm x 250 ml
= 10 ml
- 40 ppm
500 ppm x V1 = 40 ppm x 250 ml
= 20 ml
- 80 ppm
500 ppm x V1 = 80 ppm x 250 ml
= 40 ml
2. Perhitungan Kadar Paracetamol
- Nilai x pada absorbansi
Y = 1,02274e-004x + 0,0379433
0,039 = 1,02274e-004x + 0,0379433
0,039 – 0,0379433 = 1,0227x
0,0010567 = 1,0227x
x = 0,001033 µg
x = 1,033 x 10-3 µg
- Faktor Penenceran (FP)
volume Penenceran
1) FP1 =
Volume yan diambil
250
=
5
= 50
volume Penenceran
2) FP1 =
Volume yan diambil
250
=
10
= 25
volume Penenceran
3) FP1 =
Volume yan diambil
8
250
=
20
= 12,5
volume Pengenceran
4) FP1 =
Volume yang diambil
250
=
40
= 6,25
- Jumlah FP = 93,75
- Kadar paracetamol dalam sample
Kadar = x . sample
= 93,75 x 1,033 x 10-3
= 0,968 mg/ml
- Persentase kadar
a. Konsentasi sample
gram sample
Konsentrasi sample =
Volume pengenceran
0,125 gram
=
100 ml
= 0,00125 mg/ml
b. Persentase kadar
kadar Paracetamol
% Paracetamol = x 100 %
kadar sampel
0,968
= x 100 %
0,00125
= 77,4 %
3. Hasil Spektrofotometri UV-vis
9
B. Pembahasan
Pada praktikum penetapan kadar paracetamol dengan menggunakan
spektrofotometri Uv-vis kami membuat 2 larutan dari seharusnya membuat 3 larutan
yaitu larutan blanko, dan larutan sample. Sedangkan larutan standar sudah
dipersiapkan oleh dosen Pembimbing dan laboran. Larutan blanko berfungsi sebagai
pembanding yang tidak memiliki analit atau larutan tanpa sample.
Larutan standar adalah larutan paracetamol yang sudah diketahui
konsentrasinya, kemudian diuji konsentrasinya menggunakan spektrofotometer
dengan lamda atau panjang gelombang 317 nm. Hasil yang diperoleh sebagai berikut :
10
Kurva baku yang diperoleh adalah Y = 1,02274e-004x + 0,0379433 dengan
nilai r = 0,99554. Menurut Grace Pricilia et al.,2015 mengatakan nilai dari koefisien
korelasi (r) yang memenuhi persyaratan adalah lebih dari 0,9770. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pada pembuatan larutan standar sudah memenuhi persyaratan.
Pada hasil awal konsentrasi larutan sample menggunakan spekrrofotometri
UV-vis mendapatkan hasil negatif. Hal ini berarti terjadi kesalahan terhadap
pembuatan larutan sampel sehingga diduga etanol yang digunakan sudah tidak murni
atau sudah menuap dikarenakan terlalu lama dalam keadaan terbuka didalam ruangan.
Kemudian setelah pemeriksaan kembali, ternyata ada miss pada pengoperasian
spektrofotometer sehingga menghasilkan hasil negatif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari praktikum Penetapan Kadar Paracetamol dengan
Metode Spektrofotomer Uv-Vis, kadar paracetamol dalam larutan sample pada lamda
atau panjan elomban 317 nm adalah 77,4% yang berarti kadar tersebut masih kurang
dari standar Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
13
14