Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN FARMASI INSTRUMEN

PENENTUAN KADAR OBAT MENGGUNAKAN


SPECTROPHOTOMETER UV/VIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Praktikum
Farmasi Instrumen

Disusun oleh :
1. Ari Yuwara (P2.06.30.1.15.005)
2. Dewi Ratna Komala (P2.06.30.1.15.013)
3. Mila Nurul Hidayati (P2.06.30.1.15.022)
4. Rini Nur Astuti (P2.06.30.1.15.030)
5. Tyas Nurin A (P2.06.30.1.15.038)

JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA
2016
PENENTUAN KADAR OBAT MENGGUNAKAN
SPECTROPHOTOMETER UV/VIS

I. Tujuan
Penentuan kadar paracetamol dalam sirup (multi point method)

II. Dasar Teori


Penentapan kadar menggunakan instrument seperti
spektropotometri UV-Vis ini adalah metode penetapan kadar
komparatif, artinya diperlukan suatu pembanding yang telah
diketahui kadarnya. Berbeda dengan penetapan kadar dengan
menggunakan metode titrasi yang bersifat absolute (jumlah
senyawa dari dalam sampel dapat diketahui tanpa adanya
pembanding).
Yang dibandingkan adalah respon sampel terhadap sampel
terhadap respon pembanding. Dalam proses membandingkan ini
dapat digunakan 2 metode yaitu membandingkan dengan 1 titik
konsentrasi pembanding (one point method) atau dengan
beberapa titik konsentrasi pembanding (multiple point method)
atau dengan kata lain menggunakan kurva kalibrasi.
Setelah diketahui konsentrasi sampel tentu saja bisa ditelusuri
beberapa kadar senyawa tersebut dalam sampel. Contohnya,
telah diketahui konsentrasi larutan sampel dari tablet vitamin C,
berdasarkan pengencaran yang dibuat, bobot tablet awal, dapat
ditentukan jumlah vitamin C yang terdapat dalam tablet. Barulah
dihitung presentase kadar vitamin C tersebut terhadap etiket.
(Pada bagian ini harap diperhatikan, tidak boleh menghitung
persentase langsung dengan hanya membandingkan respon
sampel terhadap respon pembanding). Dari hasil pengolahan
data barulah dapat dibuat simpulan apakah tablet vitamin C
tersebut memenuhi persyaratan atau tidak (persyaratan mengacu
pada compendia yang berlaku, contohnya Farmakope Indonesia
IV atau USP 32).

III. Alat dan Bahan


a. alat:
1. spectrometer
2. neraca analitik
3. labu ukur 250ml
4. labu ukur 100ml
5. pipet volume 3ml
6. beaker glass 100ml
7. gelas ukur 100ml
8. Erlenmeyer 250ml
9. mortar dan alu
10. pipet tetes
11. spatel
12. corong

b. bahan:
1. larutan NaOH 0,1 N
2. aquadest
3. sirup parasetamol (merk X)

IV. Percobaan
1. Membuat larutan standar PCT A (250 ppm)
a. Menimbang 0,0625g parasetamol murni
b. Melarutkannya dengan 25ml methanol
c. Menambahkan aquadest sampai dengan 250 ml pada
labu ukur
2. Membuat Larutan Standar PCT B (50 ppm)
Memipet sebanyak 10 ml larutan A kemudian tambahkan 5
ml methanol mengencerkan dengan aquadest sampai dengan
50 ml pada labu ukur
3. Pembuatan Larutan Blanko
Pipet 1 ml methanol kemudian add dengan 10 ml air pada
labu takar 10 ml
4. Pembuatan Larutan seri standar
Tambahkan masing-masing 5,0; 10,0; 15,0; 20,0 dan 25,0
larutan standar PCT B kedalam labu takar 100 ml, kemudian
tambahkan 10 ml methanol, lalu add dengan air sampai tanda
batas
5. Pembuatan larutan sampel
Pipet 2 ml sampel sirup PCT di masukan kedalam labu takar
100 ml, tambahkan 10 ml methanol, kemudian add dengan
air sampai tanda batas. Pipet masing 1 ml dimasukan
kedalam labu takar 100 ml, tambahkan 10 ml methanol dan
add dengan air sampai tanda batas.
6. Pengukuran dengan spektrofotometer
a. Mengukur masing-masing larutan standar pada
maksimum
b. Mengukur larutan sampel pada maksimum
c. Mengencerkan sampel kembali apabila konsentrasinya
terlalu pekat
d. Menghitung konsentrasi sampel dalam mg

V. Data Pengamatan

No Konsentrasi Absorban
1 Standar 1 = 2,5 0,0323
2 Standar 2 = 5,0 0,1461
3 Standar 3 = 7,5 0,3231
4 Standar 4 = 10,0 0,4177
5 Standar 5 = 12,5 0,6168
6 Sampel = ?? 0,1881

Persamaan y = bx + a
Y = Absorban
X = Konsentrasi
b = Kemiringan
a = Konstanta

VI. Perhitungan
y = bx+a
0,1881 = 0,05762x 0,12498
0,1181+0,12498
0,05762 =x

5,433 ppm Pengenceran 2 x

5,433 x 100 x 100 = 54330


54330
Konsentrasi = 1000 = 54,33 mg/2ml
54,33
x 100
Kesalahan Relatif = 48 = 113,1 %

113,1 >110

VII. Pembahasan
Spektrofotometri UV-VIS adalah suatu metode analisi
dengan mengguankan campuran spektrofotometri UV dan
Visibel. Penggunaan absorbansi atau transmitasisi dalam spektro
UV dan daerah tampak dalam analisis kualitatif dan kuantitatif
spesies kimia. Absorbansi jenis ini berlangsung dalam dua tahap
yaitu yang pertama yaitu eksitasi spesies akibat absorbansi foton
dengan waktu terbatas. Tahap berikutnya adalah relakasasi
dengan relaksasi berhubungan M+ menjadi spesies baru dengan
reaksi fotokimia.
Dalam percobaan ini digunakan alat yaitu labu ukur 100
ml dan 250 ml, mortir, alu, batang pengaduk, erlenmayer, gelas
kimia, gelas ukur, kuvet, neraca analitik, pipet tetes,
spektrofotometri UV-VIS. Sedangkan bahan yang digunakan
yaitu aquadest, NaOH dan sirup paracetamol (merk x).
Alasan penggunaan bahan, yaitu aquadest digunakan
sebagai pembersih kuvet dan dalam pembuatan NaOH. NaOH
digunakan sebagai blanko, di mana blanko digunakan untuk
mengetahui besarnya serapan oleh zat yang bukan analit. Kertas
saring digunakan untuk menyaring sampel saat dilakukan
pengenceran. Adapun alasan parasetamol dapat dianalisis
dengan spektro UVVIS ialah karena parasetamol memiliki
gugus autokrom (-OH) dan gugus kromofor (- CO) sehingga
bisa menyerap sinar UV.
Adapun cara kerja dari percobaan ini adalah pembuatan
larutan stok parasetamol yaitu yang dilarutkan dalam 00 ml
NaOH 0.1 N. Untuk penentuan panjang gelombang maksimum
cara kerjanya yaitu dibuat masing-masing parasetamol,
dirunning pada panjang gelombang 200-400 nm dan ditentukan
panjang gelombang maksimumnya. Pada penentuan absortifitas
jenis (a) dari larutan standar adalah dibuat masing-masing kafein
dan parasetamol 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm dan 25 ppm
kemudian dicatat nilai absorbansi pada 1 dan 2.Penentuan
kadar parasetamol cara kerjanya yaitu ditimbang 150 mg
sampel, dilarutkan dalam 500 ml NaOH 0.1 N dan diukur
absorbansi pada maks 1 dan maks 2. Adapun cara pembuatan
NaOH yaiu dengan melarutkan 4 gr NaOH dalam 1 lliter
aquadest.
Alasan perlakuan untuk percobaan ini adalah
penyaringan dilakukan untuk menghilangkan partikel padat atau
kotoran yang memungkinkan mempengaruhi daya absorbansi
sampel, kemudian kuvet yang digunakan harus dipegang bagian
buramnya bukan yang bening/transparan supaya bekas tangan
pada kuvet tidak mempengaruhi absorbansi dari sampel melalui
kuvet sehingga proses analisis sesuai.
Adapun hasil yang didapatkan, yaitu nilai absorbansi
max parasetamol, yaitu 0,1881 pada deret konsentrasi yang
ditentukan. Sedangkan pada kadar parasetamol yang telah diuji,
yaitu kadarnya 54,33 mg/2 ml.
Dari literatur didapatkan kadar parasetamol ialah 50
mg/2 ml sedangkan hasil dari percobaan di atas kadar
parasetamolnya 54,33 mg/2 ml.
Adapun faktor kesalahan yang terjadi, yaitu dalam hal
pengenceran yang tidak tepat dan cara memegang kuvet yang
tidak benar di mana bagian kuvet yang dipegang adalah bagian
yang transparan.
Hubungan percobaan ini dengan farmasi yaitu dalam
penetapan kadar yang cocok dalam pembuatan suatu sediaan.

VIII. Kesimpulan
Berdasarkan pecobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
:
1. max parasetamol yaitu 0,1881.
2. Kadar parasetamol ialah 54,33 mg/2 ml.
3. Faktor kesalahan yang terjadi, yaitu dalam hal pengenceran
yang tidak tepat dan cara memegang kuvet yang tidak benar
di mana bagian kuvet yang dipegang adalah bagian yang
transparan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Cresswell, Clifford.J. 2005. Analisis Spektrum Senyawa Organik.


Bandung: ITB
2. Dirjen POM. 1979. Farmakope Edisi III. Jakarta: Depkes RI
3. Ghalib, Ibnu Ganjar Dan Abdul Rahman. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
4. Khopkar. 1984. Konsep Dasar Kimia Analisis. Jakarta: UP
5. R.A.Day, Dr Jan Dan Al - Underwood. 2002. Analitik Kimia
Kuantitatif. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai