Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS FISIKOKIMIA

“SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS, HPLC/KCKT, DAN SPEKTROMETRI


SERAPAN ATOM “

DISUSUN OLEH :

RIRIN DHARMA GAYATRI


D1A200033

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2021
MODUL I
PRAKTIKUM SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

I. JUDUL

Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Bahan Baku Paracetamol Dengan Metode

Spektrofotometri UV-Sinar Tampak

II. TUJUAN PRAKTIKUM

Mahasiswa dapat memahami dan melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif

bahan baku dengan metode spektrofotometri UV-Sinar Tampak.

III. PRINSIP DASAR

Prinsip dari metode Spektrofotometri UV-Vis berdasarkan adanya penyerapan

radiasi elektromagnetik oleh gugus kromofor pada struktur parasetamol. Interaksi

tersebut menyebabkan perpindahan energi dari sinar radiasi ke gugus tersebut dan

terbentuk nilai absorbansi. 

IV. DASAR TEORI

Spektrofotometri tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,

monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat

untuk perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding.

Spektrofotometri digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut

ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang

(Khopkar, 2010).

Spektrofotometri dapat dibayangkan sebagai suatu perpanjangan dari

pemilikan visual dimana studi yang lebih terinci mengenai pengabsorbsian energi

cahaya oleh spesies kimia memungkinkan kecermatan yang lebih besar dalam

pencirian dan pengukuran kuantitatif (Rhoman, 2012).

Parasetamol (asetaminofen) merupakan salah satu obat analgesik-antipiretik

yang sangat populer. Parasetamol dapat tersedia dalam berbagai macam sediaan
tablet, kapsul, sirup, eliksir, suspensi dan supositoria. Parasetamol pada umumnya

diberikan dalam bentuk tablet yang mengandung 500 mg bahan aktif. Parasetamol

juga sering dikombinasikan dengan bahan obat lain dalam satu formulasi (Sudjadi,

2015).

Parasetamol dapat ditetapkan kadarnya dengan cara titrimetri dengan metode

diazotasi, spektrofotometri (baik UV maupun dengan cara spektrofotometri visibel)

dan dengan teknik berdasarkan kromatografi (Sudjadi, 2015).

Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah (kadar) absolut

atau relatif dari suatu elemen atau spesies yang ada di dalam sampel. Ilmu kimia

farmasi analisis kuantitatif dapat didefinisikan sebagai penerapan berbagai metode

dan prosedur kimia analisis kuantitatif untuk melakukan analisis secara kuantitatif

terhadap bahan-bahan atau sediaan yang digunakan dalam farmasi, obat dalam

jaringan tubuh, dan sebagainya (Gandjar, 2015).

Aspek kuantitatif menggunakan spektrofotometri UV-Vis yaitu, suatu berkas

radiasi dikenakan pada cuplikan (larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang

diteruskan diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan

membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap

jika tidak ada spesies penyerap lainnya. Serapan dapat terjadi jika foton/radiasi yang

mengenai cuplikan memiliki energi yang sama dengan energi yang dibutuhkan untuk

menyebabkan terjadinya perubahan tenaga (Gandjar, 2015).

V. ALAT DAN BAHAN

A. Alat yang digunakan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat Spektrofotometer UV-

Visibel, timbangan, sendok tanduk, kaca arloji, labu ukur, corong gelas, botol

semprot, gelas kimia, spoit.


B. Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan yaitu baku pembanding, paracetamol, metanol,

aquadet, HCl 0,1 N dalam metanol.

VI. METODE KERJA

A. Pembuatan Larutan Standar

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang sebanyak 100 mg paracetamol murni, kemudian dimasukan

kedalam labu ikur 100 mL

3. Dibilas kaca arloji menggunakan aqiadest, dan ditambahkan aquadest

kedalam labu ukur sedikit demi sedikit hingga tanda batas. Dikocok hingga

larut.

4. Dibuat pengenceran konsentrasi larutan standar menjadi 100 ppm, 1,2,3,4,

dan 5 ppm.

B. Pengoperasian Alat Spektrifotometer UV-Visibel

1. Dinyalakan spektrofotometer, dan ditunggu hingga seluruh parameter

menjadi “OK”.

2. Disiapkan 2 kuvet yang berisis blanko. Pada percobaan ini digunakan

aquadest sebagai blanko.

3. Dimasukan kuvet pertama dibagian belakang, dan kuvet kedua dibagian

depan, dengan bagian kuvet buram menghadap ppraktikan.

4. Dibuka aplikasi UVPobe pada komputer, kemudian diklik “YES” setelah

layar muncul, klik “CONNECT”, kemudian klik “BASELINE” dan masukan

angka 400-200.

5. Diklik icon “SPECTRUM” pada menubar kemudian klil icon “M” untuk

memasukan metode, akan muncul box masukan 400-200 kemudian klik

“OK”.
6. Dipilih salah satu konsentrasi larutan standar, kemudian masukan kedalam

kuvet kedua sebagai kuvet sampel. Kuvet pertama tetap dalam posisi awal.

7. Diklik icon “START” dan ditunggu hingga spektrometer UV-Vis selesai

membaca absorbansi larutan.

8. Diklik icon “PEAK PICK” setelah puncak absorbansi maksimal muncul.

Catat dan sesuaikan dengan literatur.

C. Pengujian Larutan Standar

1. Diklik icon “PHOTOMETRIC” kemudian klik icon “M” untuk memasukan

metode. Dimasukan angka panjang gelombang maksimal yang telah didapat

sebelumnya, kemudian klik “ADD” lalu “Next”.

2. Dipilih WL1 dengan panjnag gelombang yang telah dimasukan, kemudian

klik NEXT.

3. Dimasukan larutan standar ke dalam kuvet kedua, kemudian tempatkan pada

spektrometer.

4. Ditempatkan kursor pada kolom “STANDARD TABLE”, lalu dimasukan

nama sampel dan konsentrasi larutan standar yang diukur.

5. Ditempatkan kuvet yang berisi larutan standar pada speltrometer, diklik

“Read Standar” dan tunggu hingga spektrometer selesai membaca

absorbansi.

6. Dilakukan prosedur 1 sampai 5 terhadap seluruh variasi konsentrasi larutan

standar.

D. Pengujian Larutan Sampel

1. Dimasukan larutan sampel ke dalam kuvet kedua, kemudian tempatkan pada

spektrometer.

2. Ditempatkan kursor pada kolom ‘SAMPEL TABLE”, lalu masukan nama

sampel.
3. Dimasukan kuvet yang telah beriisi sampel pada alat spektrometer, diklik

“Read Unknown” pada layar, dan tunggu hingga spektrometer selesai

membaca absorbansi.

VII. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

A. Data pengamatan analisis kualitatif paracetamol

1. Data pengamatan baku pembanding

a. Penimbangan baku pembanding paracetamol

Wkaca arloji = 12,3054 g


Wzat yang harus ditimbang = 12,3054 g + 0,05 g
= 12,3554 g
Wkaca arloji + zat = 12,3561 g
Wkaca arloji + sisa zat = 12,3055 g
Wzat yang ditimbang = 12,3561 g – 12,3055 g
= 0,0506 g = 50,6 mg
b. Perhitungan pembuatan larutan HCl 0,1 N dalam metanol (1 dalam
1000), dibuat sebanyak 500 mL
1
HCl 0,1 N = x500 mL = 5 mL
100

 5 mL HCl 0,1 N dimasukan dalam labu takar 500 mL dan


ditambahkan metanol sampai tanda batas.
 Diperoleh larutan standar yang jernih
c. Hasil pengukuran

Diperoleh serapan maksimum untuk paracetamol yaitu 251,6 nm


2. Data pengamatan sampel

a. Penimbangan bahan baku paracetamol

Wkaca arloji = 12,3040 g


Wzat yang harus ditimbang = 12,3040 g + 0,05 g
= 12,3540 g
Wkaca arloji + zat = 12,3548 g
Wkaca arloji + sisa zat = 12,3047 g
Wzat yang ditimbang = 12,3548 g – 12,3047 g
= 0,0501 g = 50,1 mg
b. Perhitungan pembuatan larutan HCl 0,1 N dalam metanol (1 dalam
1000), dibuat sebanyak 500 mL
1
HCl 0,1 N = x500 mL = 5 mL
100

 5 mL HCl 0,1 N dimasukan dalam labu takar 500 mL dan


ditambahkan metanol sampai tanda batas.
 Diperoleh larutan standar yang jernih
c. Hasil pengukuran

Diperoleh serapan maksimum untuk bahan baku paracetamol yaitu

248,2 nm. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sampel

yang digunakan mengandung paracetamol.


B. Data pengamatan analisis kuantitatif kadar paracetamol

1. Data pengamatan baku pembanding

a. Penimbangan bahan baku paracetamol

Wkaca arloji = 12,3045 g


Wzat yang harus ditimbang = 12,3045 g + 0,03 g
= 12,3345 g
Wkaca arloji + zat = 12,3353 g
Wkaca arloji + sisa zat = 12,3054 g
Wzat yang ditimbang = 12,3353 g – 12,3054 g
= 0,0299 g = 29,9 mg
b. Perhitungan larutan stok baku pembanding 300 ppm
w( mg)
ppm =
V ( L)
29,9 mg
ppm =
0,1 L
ppm nyata = 2,99 ppm
ppm nyata berdasarkan penimbangan baku pembanding paracetamol.
c. Perhitungan Cnyata (Larutan Deret Baku Standar)

1) C1v1 = C2v2
299.0,1 = C2.10
C2 = 2,99 ppm
2) C1v1 = C2v2
299.0,15 = C2.10
C2 = 4,485 ppm
3) C1v1 = C2v2
299.0,2 = C2.10
C2 = 5,98 ppm
4) C1v1 = C2v2
299.0,25 = C2.10
C2 = 7,475 ppm
5) C1v1 = C2v2
299.0,3 = C2.10
C2 = 8,97 ppm
6) C1v1 = C2v2
299.0,35 = C2.10
C2 = 10,465 ppm
7) C1v1 = C2v2
299.0,4 = C2.10
C2 = 11,96 ppm
d. Tabel hasil pengukuran
N
Cstandar Absorban Standar
O
1 2,99 ppm 0,200
2 4,485 ppm 0,306
3 5,98 ppm 0,407
4 7,475 ppm 0,487
5 8,97 ppm 0,654
6 10,465 ppm 0,734
7 11,96 ppm 0,764

2. Data pengamatan sampel

a. Penimbangan sampel paracetamol

Wkaca arloji = 12,5497 g


Wzat yang harus ditimbang = 12,5497 g + 0,075 g
= 12,6247 g
Wkaca arloji + zat = 12,6249 g
Wkaca arloji + sisa zat = 12,5499 g
Wzat yang ditimbang = 12,6249 g – 12,5499 g
= 0,075 g = 75 mg
b. Perhitungan Cnyata larutan sampel (ppm)
w( mg)
ppm =
V ( L)
0,075 mg
= = 750 ppm
0,1 L

c. Perhitungan Cnyata larutan sampel (ppm) pengenceran

C1v1 = C2v2
750.1 = C2.100
C2 = 7,5 ppm

d. Hasil pengukuran

Csampel = 7,5 ppm; Absorban sampel = 0,025


Perhitungan kadar sampel Paracetamol berdasarkan kurva kalibrasi:

Dik:
y = 0,06377x + 0,02457 R2 = 0,96996
X = (Y-a) / b
0,025−0,02457
X =
0,06377
= 0,0067 ppm
Perhitungan kadar Paracetamol menggunakan metode One Point:
Au
Cu = x Cs
As
0,025
Cu = x 2,99 ppm
0,200
Cu = 0,34 ppm

VIII. PEMBAHASAN

Spektrofotometri adalah analisis yang didasarkan pada absorbsi radiasi

elektromagnetik. Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur

absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada

suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan
diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan

akan sebanding dengan konsentrasi larutan yang didalam kuvet.

Salah satu instrumen analisis yang lebih kompleks adalah spektrometer UV-

Vis. Alat ini banyak bermanfaat untuk penentuan konsentrasi senyawa-senyawa yang

dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet (200-400 nm) atau daerah sinar

tampak (400-800 nm). Analisis ini dapat digunakan yakni dengan penentuan

absorbansi dari larutan sampel yang diukur.

Spektrofotometer UV-Vis mempunyai prinsip dimana pennyerapan sinar

tampak untuk ultraviolet dengan suatu molekul dapat menyebabkan terjadinya eksitasi

molekul dari tingkat energi dasar (ground state) ketingkat energi yang lebih tinggi

(excited stated). Pengabsorbsian sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu

molekul umumnya menghasilkan eksitasi elektron bonding, akibatnya panjang

absorbsi maksimum dapat dikolerasikan dengan jenis ikatan yang ada dalam molekul.

Pada percobaan ini dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif bahan baku

paracetamol. Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan panjang gelombang

maksimum, kurva baku, dan kadar paracetamol secara spektrometri UV-Vis.

Paracetamol dianalisis kadarnya dengan menggunakan spektrometer karena secara

struktur diketahui bahwa paracetamol mempunyai gugus kromofor dan gugus

auksokrom yang menyebabkan senyawa ini dapat menyerap radiasi pada daerah

ultraviolet. Paracetamol mempunyai spektrum ultraviolet dalam suasana asam pada

panjang gelombang 245 nm.

Hal yang pertama dilakukan adalah pembuatan larutan standar dengan

konsentrasi 10 ppm. Kemudian dilakukan prosedur analisis kualitatif dan kuantitatif

paracetamol. Hasil yang diperoleh dari analisis kualitatif paracetamol adalah 248,2

nm (serapan maksimum). Secara teori serapan maksimum untuk paracetamol adalah

244 nm, terjadi pergeseran karena pada paracetamol memiliki gugus auksokrom yang
terikat pada kromofor. Hasil perhitungan kadar paracetamol berdasarkan kurva

kalibrasi diperoleh hasil 0,0067 ppm dan untuk perhitungan kadar paracetamol

menggunakan metode one point diperoleh hasil 0,34 ppm.

IX. KESIMPULAN

1. Spektrofotometri memerlukan larutan standar yang telah memenuhi syarat.

2. Semakin besar nilai absorbansi maka semakin besar pula konsentrasi sampel yang

diperoleh.

3. Hasil yang diperoleh dari analisis kualitatif paracetamol adalah 248,2 nm (serapan

maksimum). Secara teori serapan maksimum untuk paracetamol adalah 244 nm,

terjadi pergeseran karena pada paracetamol memiliki gugus auksokrom yang

terikat pada kromofor. Hasil perhitungan kadar paracetamol berdasarkan kurva

kalibrasi diperoleh hasil 0,0067 ppm dan untuk perhitungan kadar paracetamol

menggunakan metode one point diperoleh hasil 0,34 ppm.

X. DAFTAR PUSTAKA

Khopkar, S. M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas


Indonesia : press.
Gandjar, I.G., dan Rohman A., 2012. Analisis obat secara spektrofotometri dan
kromatograpi. Yogyakarta: Pustaka Belajar
MODUL II
PRAKTIKUM HPLC/KCKT
I. JUDUL

Analisis Kadar Kafein A dan B Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

/HPLC

II. TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan dari praktikum ini agar mahasiswa dapat memahami dan

melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif bahan baku dengan metode

keromatografi cair kinerja tinggi/HPLC

III. PRINSIP DASAR

Pemisahan komponen-komponen berdasarkan kepolarannya, artinya

komponen pada suatu analit (sampel) akan terpisah berdasarkan sifat kepolaran
maing-masing komponen dalam sampel, jika kepolarannya lebih mirip dengan fase

diam, maka sampel akan berinteraksi dengan fase diam atau bergerak lebih lambat

dan jika kepolarannya lebih mirirp dengan fase gerak, maka sampel akan bergerak

terdistribusi lebih jauh dan lebih cepat. Dengan bantuan pompa fase gerak cair

dialirkan melalui kolom detector (Hendayana, 2006).

IV. DASAR TEORI

HPLC adalah metode kromatografi cair bertekanan tinggi. HPLC sangat

berguna untuk analisis kimia secara kualitatif dan kuantitatif senyawa organik atau

anorganik yang berkadar sangat kecil, dalam skala ng/L. Metode ini juga hanya

memerlukan jumlah cuplikan yang sangat kecil (mL). oleh karena itu HPLC dapat

digunakan dalam analisis cuplikan kimia lingkungan, farmasi, atau kedokteran.

Analisis kuantitatif dengan teknik HPLC didasarkan pada pengukuran luas

atau area puncak analit dalam kromatogram, dibandingkan dengan luas atau area

standar. Pada prakteknya teknik perbandingan kurang menghasilkan data yang akurat

biila hanya melibatkan satu konsentrasi standar. Oleh karena itu, lebih akurat

dilakukan dengan menggunakan teknik kurva kalibrasi (Budiasih, 1999).

Prinsip kerja HPLC adalah berdasarkan distribusi diferensial komponen di

antara dua fase yang disebabkan oleh perbedaan kepolaran. Prinsip kerja alat

instrumen HPLC adalah sebagai berikut: dengan bantuan pompa, fase gerak cair

dialirkan melalui kolom ke detektor. Cuplikan dimasukkan ke dalam aliran fase gerak

dengan cara penyuntikan. Didalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen

campuran. Karena perbedaan kekuatan interaksi antara solute-solute terhadap fase

diam. Solute-solute yang kurang interaksinya dengan fase diam akan keluar dari

kolom lebih dulu. Sebaliknya jika solute-solute yang kuat interaksinya dengan fase

diam maka solute-solute tersebut akan keluar dari kolom lebih lama. Setiap komponen

campuran yang keluar kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk
kromatogram. Terdapat perbedaan dalam HPLC berdasarkan polaritas dari pelarut dan

interaksi terhadap fase diamnya:

1. Fase normal HPLC dimana dengan fase diamnya bersifat lebih polar daripada

pelarutnya.

2. Fase balik HPLC, dimana dengan fase diamnya bersifat non-polar dibandingkan

dengan pelarutnya.

Adapun instrumen HPLC antara lain:

1. Fase gerak

2. Pompa

3. Injektor

4. Kolom

5. Detektor

6. Rekorder

(Al-Ansori, 2007)

Kafein dengan rumus C8H10N4O2 adalah senyawa alkaloid xantin berbentuk

kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan siuretik

ringan. Adapun struktur kimia dari kafein adalah sebagai berikut: (Sudjadi, 1994)

V. ALAT DAN BAHAN

A. Alat yang digunakan

Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu: gelas kimia, spoit, alat

HPLC, botol larutan, timbangan, labu ukur, stabilizer, komputer, jarum syringe.

B. Bahan yang digunakan


Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu: aquadest, metanol,

kafein, kertas perkamen, pipet tetes.

VI. METODE KERJA

A. Pembuatan larutan standar

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dibuat fase gerak berupa campuran metanol:aquadest (60:40). Seluruh

larutan wajib difiltrasi menggunakan mikrofilter.

3. Ditimbang sebnayk 50 mg Kafein murni. Dilarutkan dalam labu ukur 50 mL

menggunakan fase gerak. Didapatkan konsentrasi larutan Kafein 1000 ppm.

4. Dibuat konsentrasi larutan Kofein yaitu 5,10,15,20,25, dan 30 ppm.

B. Pengoperasian alat KCKT

1. Dinyalakan perangkat instrument (stabilizer, komputer, dan alat KCKT).

2. Dinyalakan alat KCKT dengan urutan tombol bawah kemudian tombol atas.

Ditunggu hingga seluruh parameter siap.

3. Diklik LC SOLUTION kemudian klik Icon No 1, admin, lalu klik OK

kemudian klik LC REAL TIME ANALISIS.

4. Dilakukan purging (menghilangkan gelembung pada selang) dibuka knop

pada alat. Diklik PUMP A FLOW pada layar dan masukan angka ex 5.

5. Diklik download kemudian OK, lalu klik icon pump on/off pada menu bar

kanan atas. Setelah gelembung hilang klik pump a flow kemudian masukan

angka 0 lalu klik download dan OK.

6. Dibilas kolom dengan menggunakan aquadest selama 30 menit. Pastikan

knop selang tertutup. Kemudian pindahkan selang ke aquadest. Klik pump a

flow pada layar, masukan angka 1 kemudian klik download dan OK.

7. Dibilas kolom selama 30 menit, kemudian klik pump a flow, lalu masukan

angka 0, lalu klik download OK.


8. Dibilas kolom menggunakan fase gerak selama 30 menit. Pastikan tekanan

pada alat mencapai nilai 0. Dipindahkan selang ke fase gerak. Klik pump a

flow pada layar, kemudian masukan angka 1. Klik download lalu OK.

C. Injeksi Larutan Standar Dan Sampel Kafein

1. Dibuka LC SOLUTION kemudian klik icon kertas No. 1 akan muncul nama

program “LC ANALYSIS EDITOR”.

2. Dibuat metode: dimasukan panjang gelombang: waktu=30 menit; pump a

flow= 1; klik advance kemudian preasure limit max 20 kemudian klik save.

3. Diisi batch tabel kemudian isi sesuai urutan injeksi kemudian klik save.

4. Dibuka metode pada LC REAL TIME, kemudian klik start pada batch tabel.

Injeksi sesuai larutan.

5. Diposisikan larutan sesuai urutan, siapkan syringe untuk injeksi samel ke alat

HPLC.

6. Diambil larutan sebanyak 50 mikroliter, pastikan tidak ada gelembung di

dalam syringe.

7. Dimasukan jarum syringe ke tempat sampel. Kemudian diangkat tuas.

Dikeluarkan isi sampel kemudian turunkan tuas kembali keposisi awal.

8. Diganti waktu di menu bar (change analysis time) jika sudah munsul peak.

9. Setelah selesai, akan muncul perintah untuk menginjeksi sampel berikutnya.

D. Pengolahan Data

1. Diklik LC SOLUTION, kemudian klik post run lalu ambil file project in

(tabel harus pada posisi ‘data’). Klik file 2x.

2. Diklik compound tabel wizard. Klik program lalu klik comand kemudian klik

edit width dan slope hingga pas.

3. Diklik next kemudian klik area yang diinginkan kemudian klik next.
4. Pada level kalibrasi masukan sesuai jumlah larutan standar. Pada unit diganti

%; window diganti 10%.

5. Diganti nama area kemudian dimasukan konsentrasi lalu klik finish.

6. Diulangi sesuai data selesai.

VII. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

A. Hasil pengamatan analisis kadar Kafein A

Metanol 60 : Aquadest 40
Fase gerak 600 mL
60
Metanol = x600 = 360 mL
100
40
Aquadest = x600 = 240 mL
100

Menghitung ppm → 1000 ppm


50
50 mg/50 mL = = 1000 ppm
0,05
Pengenceran standar Kafein 5 ppm
V1N1 = V2N2
V1 x 1000 = 10 x 5
50
V1 = = 0,05 mL
1000

Pengenceran standar Kafein 10 ppm

V1N1 = V2N2
V1 x 1000 = 10 x 10
100
V1 = = 0,1 mL
1000

Pengenceran standar Kafein 15 ppm

V1N1 = V2N2
V1 x 1000 = 10 x 15
150
V1 = = 0,15 mL
1000

Pengenceran standar Kafein 20 ppm

V1N1 = V2N2
V1 x 1000 = 10 x 20
200
V1 = = 0,20 mL
1000

Pengenceran standar Kafein 25 ppm

V1N1 = V2N2
V1 x 1000 = 10 x 25
150
V1 = = 0,25 mL
1000

Konsentrasi Waktu L. Area Height


5 ppm 11.693 2754.2 8.1
10 ppm 12.351 601271.0 12705.6
15 ppm 14.695 1027723.8 31494.3
20 ppm 11.688 1799124.5 38821.1
25 ppm 10.050 2008474.6 47429.0
Sampel 8.941 39997.6 1106.2

Dik:
y = 104186x – 474919 R2 = 0,9792
y = luar area
y = bx + a
36667,6 = 104186x - 474919
36667,6+474919 = 104186x
511586,6 = 104186x
511586,6
X = = 4,910320004 ppm
104186

B. Hasil pengamatan analisis kadar Kafein B

1. Perhitungan pengenceran larutan standar

Pengenceran standar Kafein 5 ppm


V1N1 = V2N2
V1 x 1000 = 10 x 5
50
V1 = = 0,05 mL
1000

Pengenceran standar Kafein 10 ppm

V1N1 = V2N2
V1 x 1000 = 10 x 10
100
V1 = = 0,1 mL
1000

Pengenceran standar Kafein 15 ppm

V1N1 = V2N2
V1 x 1000 = 10 x 15
150
V1 = = 0,15 mL
1000

Pengenceran standar Kafein 20 ppm

V1N1 = V2N2
V1 x 1000 = 10 x 20
200
V1 = = 0,20 mL
1000

Pengenceran standar Kafein 25 ppm

V1N1 = V2N2
V1 x 1000 = 10 x 25
150
V1 = = 0,25 mL
1000

Pengenceran standar Kafein 30 ppm

V1N1 = V2N2
V1 x 1000 = 10 x 30
150
V1 = = 0,30 mL
1000

2. Perhitungan perbandingan

Metanol 60 : Aquadest 40
Fase gerak 600 mL
60
Metanol = x600 = 360 mL
100
40
Aquadest = x600 = 240 mL
100
3. Hasil

Konsentrasi Waktu L. Area Height


5 ppm 11.692 2754.2 8.1
10 ppm 12.351 601271.0 12705.6
15 ppm 14.695 1027723.8 31494.3
20 ppm 11.688 1799124.5 38821.1
25 ppm 10.050 2008474.6 47429.0
30 ppm 7,461 1501825,9 47664,4
Sampel 6,579 58556,8 2265,0

4. Perhitungan konsentrasi
Dik:
y = 104186x – 474919 R2 = 0,9792
y = luar area
y = bx + a
6,579 = 104186x - 474919
6,579 + 474919 = 104186x
474,925,579
X = = 4,559 ppm
104186

VIII. PEMBAHASAN

Kromatografi cair tenaga tinggi (KCKT) atau biasa juga disebut dengan

high performance liquid chromatography (HPLC) merupakan metode yang tidak

destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. HPLC

secara medasar merupakan sebuah perkembangan tingkat tinggi dari kromatografi

kolom. Selain dari pelarut yang menetes melalui kolom dibawah pengaruh

gravitasi, HPLC didukung oleh pompa yang dapat memberikan tekanan tinggi
sampai dengan 400 atm. Hal ini membuat HPLC merupakan teknik pemisahan

yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam

suatu sampel dalam berbagai bidang.

Analisis pada percobaan kali ini adalah analsiis kualitatif dan

kuantitatif. Ananalisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan waktu retensi

komponen dalam sampel dengan waktu retensi standar.

Pada analisis kuantitatif dilakukan perhitungan kafein sebanyak 50mg,

dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20, 25, 30 ppm. Kadar analit dapat ditentukan

dengan mnghitung konsentrasi analit menggunakan persamaan garis y= bx+a yang

diperoleh dari kurva kalibrasi deret standar. Namun apabila luas area puncak analit

tidak masuk dalam area sederet makan digunakan peradningan kosnentrasi dan luas

area deret standar dengan sampel.

Sebelum dilakukan pemisahan, instrument HPLC harus dikondisikan pada

keadaan optimal agar hasil pemisahan yang didaptakan baik. Kemudian baik

sampel maupun deret standar, sebelum dinjeksikan ke dalam HPLC perlu

dilakukan dengassing untuk menghilangkan gelemung udara karena gelembung

udara dapat terkumpul di kepala pompa ataupun detector sehingga akan

menganggu kondisi HPLC

Berdasarkan data pengamatan diperoleh konsentrasi kafein A 4,910320004

ppm dan kafein B 4,559 ppm. Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi selama

analisis pada percobaan ini di antaranya, masih terdapat sisa sampel yang

telah ditimbang yang tidak ikut dilarutkan sehingga pengijeksian atau

pengoperasian instrument yang kurang tepat sehingga mempengaruhi hasil

kromtogram yang akan didapat.

IX. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh kadar

konsentrasi kafein A 4,910320004 ppm dan kafein B 4,559 ppm. Terdapat

penurunan dari hasil grafik pada konsentrasi 30 ppm.

X. DAFTAR PUSTAKA

Al Ansori, J. 2007. Diktat Pelatihan HPLC. Bandung: Universitas Padjajaran

Hendayana, Sumar. 2006. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan


Elektroforesis Modern. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

MODUL III
PRAKTIKUM SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
I. JUDUL

Analisis Kadar Logam CuA dan CuB dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom

II. TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui

bagian-bagian dari spektrofotometri SSA dan mahasiswa dapat menentukan

konsentrasi kadar logam Cu menggunakan metode spektrofotometri serapan atom.

III. PRINSIP DASAR

Adanya absorbsi sinar UV atau VIS oleh atom-atom logam dalam keadaan

dasar yang terdapat dalam bagian pembentuk atom.

IV. DASAR TEORI

Spektrofotometri serapan atom (SSA) adalah suatu metode analisis yang

didasarkan pada proses penyerapan energi radiaso oleh atom-atom yang berada pada
tingkat energi dasar. Penyerapan tersebut menyebabkan tereksitasinya elektron dalam

kulit atom ke tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan ini bersifat labil, elektron akan

kembali ke tingkat energi dasar sambil mengeluarkan energi yang berbentuk radiasi.

Dalam AAS atom bebasa berinteraksi dengan berbagai bentuk energi seperti energi

panas, energi elektromagnetik, energi kimia dan energi listrik. Interaksi ini

menimbulkan proses-proses dalam atom bebas yang menghasilkan absorbsi dan emisi

(pancaran) radiasi dan panas. Radiasi yang dipancarkan bersifat khas karena

mempunyai panjang gelombang yang karakteristik untuk setiap atom (Basset, 1994).

Spektrofotometri serapan atom (SSA) merupakan teknik analisis kuantitatif

dari unsur-unsur yang pemakaiannya sangat luas diberbagai bidang karena

prosedurnya selektif, spesifik, biaya analisa relatif murah, sensitif tinggi (ppm-ppb),

dapat dengan mudah membuat matriks yang sesuai dengan standar, waktu analisa

sangat cepat dan mudah dilakukan. Analisis SSA pada umumnya digunakan untuk

analisa unsur, teknik SSA menjadi alat yang canggih dalam analisis. Ini disebabkan

karena sebelumnya pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan unsur yang

ditentukan karena kemungkinan penentuan satu logam unsur dengan kehadiran unsur

lain dapat dilakukan, asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia.

SSA dapat digunakan untuk mengukur logam sebanyak 61 logam. Sumbe

cahaya pada SSA adalah sumber cahaya dari lampu katoda yang berasal dari elemen

yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang

telah terkomisasi, kemudian radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui

monokromator. Choper digunakan untuk membedakan radiasi yang berasal dari nyala

api. Detektor akan menolak arah searah arus dari emisis nyala dan hanya mengukur

arus bolak balik dari sumber radiasi atau sampel. Atom dari suatu unsur pada keadaan

dasar akan dikenai radiasi maka atom tersebut akan menyerap energi dan

mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik ke tingkat energi yang lebih tinggi atau
tereksitasi. Atom-atom dari sampel akan menyerap sebagian sinar yang dipancarkan

oleh sumber cahaya. Penyerapan energi cahaya terjadi pada panjang gelombang

tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut (Basset, 1994).

V. ALAT DAN BAHAN

A. Alat yang digunakan

Alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain sebagai berikut: pipet

tetes, labu ukur, alat Spektrofotometri Serapan Atom, gelas kimia,

B. Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu: larutan standar Cu 100

ppm, aquadest, HNO3.

VI. METODE KERJA

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dibuat pengenceran larutan standar 100 ppm kemudian dibuat variasi konsentrasi

1,2,3,4 dan 5 ppm dalam labu ukur 25 mL.

3. Dinyalakan alat spektrometer serapan atom kemudian dibuka aplikasi “Wizard

AA” lalu klik gambar instrumen SSA, masukan login id “admin”, kemudian klik

ok.

4. Pada box “Wizard Selection” dipilih “Element Selection” dan pilih jenis logam

yang akan diuji. Dikosongkan pilihan “Using ASC”.

5. Diklik next pada box “Calibration Selection” diisi sesuai dengan jumlah larutan

standar yang akan diuji. Kemudian diklik next.

6. Diklik “Connect/Send Parameter” pada box “Conect to Instrumen/Send

Parameters”, dan tunggu hingga program memeriksa seluruh parameter yang

diperlukan oleh SSA.

7. Dinyalakan blower untuk membuang gas buangan alat SSA.


8. Diklik “PURGE C2H2” pada box “Gas Adjustment”, hal ini dilakukan untuk

membilas selang gas asetilen, kemudian klik “PURGE AIR” untuk membilas

selang udara yang terkoneksi ke alat SSA. Dilakukan pembilasan masing-masing

5 kali, setelah itu klik close.

9. Dilakukan pemeriksaan “Suport Gas Preasure Monitor Check (Air)” pada box

“parameters”, klik OK untuk memulai pemeriksaan.

10. Selanjutnya pemeriksaan pasokan gas asetilen. Klik OK pada box.

11. Diatur tinggi burner sesuai panduan.

12. Dimasukan sampel ID untuk larutan standar, dimasukan True Value sesuai

konsentrasi yang telah dibuat.

13. Dinyalakan api dengan menekan tombol “purge” dan “ignite” secara bersamaan

selama beberapa detik hingga api muncul.

14. Dibilas pipa menggunakan aquadest selama 10-30 detik.

15. Dimasukan larutan sesuai urutan pada layar. Diamkan beberapa detik hingga nilai

absorban terlihat stabil, kemudian klik “start”.

16. Dibilas kembali dengan aquadest setelah pembacaan absorbansi selesai.

Dilakukan terhadap seluruh larutan standar.dibilas pipa menggunakan aquadest

selama 30-60 menit setelah selesai mengukur seluruh larutan standar. Dimatikan

api dengan menekan tombol “Extinguish”, lalu matikan blower.

17. Save As data hasil pengukuran.

18. Dimatikan alas SSA, matikan kompresor dan tutup gas asetilen.

VII. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

A. Data pengamatan analisis kadar logam CuA

1. Perhitungan larutan standar dari 1000 ppm menjadi 100 ppm divariasi

menjadi 1,2,3,4,5 ppm dengan volume 25 mL dengan menggunakan rumus

pengenceran:
V1N1 = V2N2

100 x 25
a) 1000 ppm =
1000
= 2,5 mL → 2500 U
1 x 25
b) 100 ppm =
100
= 0,25 mL → 250 U
2 x 25
c) 100 ppm =
100
= 0,5 mL → 500 U
3 x 25
d) 100 ppm =
100
= 0,75 mL → 750 U
4 x 25
e) 100 ppm =
100
= 1 mL → 1000 U
5 x 25
f) 100 ppm =
100
= 1,25 mL → 1250 U

2. Perhitungan
Abs = 0,0058800 Conc + 0,42128
0,0386 = 0,0058800 Conc + 0,42128
0,42716
Conc =
0,0386
= 11,066
B. Data pengamatan analisis kadar logam CuB

1. Calibrasi curve
Sampel Absorbsi
1 ppm 0,2009
2 ppm 0,3584
3 ppm 0,5530
4 ppm 1,2337
5 ppm 1,3460
sampel 0,5350

2. Perhitungan konsentrasi

Abs = 0,31655 Conc – 0,21125


0,2009 = 0,31655 Conc – 0,21125
= 0,1053 Conc
Conc = 0,2009 – 0,1053
= 0,0956
3. Perhitungan konsentrasi sampel
0,5350 = 0,31655 Conc – 0,21125
0,5350 = 0,1033 Conc
Conc = 0,5350 – 0,1053
Conc = 0,4297
VIII. PEMBAHASAN

Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode analisis untuk penentuan

konsentrasi suatu unsur dalam suatu cuplikan yang didasarkan pada proses

penyerapan radiasi sumber oleh atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar

(ground state). Proses penyerapan energi terjadi pada panjang gelombang yang

spesifik dan karakteristik untuk tiap unsur. Proses penyerapan tersebut menyebabkan

atom penyerap tereksitasi: elektron dari kulit atom meloncat ketingkat energi yang
lebih tinggi. Banyaknya intensitas radiasi yang diserap sebanding dengan jumlah atom

yang berada pada tingkat energi dasar yang menyerap energi radiasi tersebut. Dengan

mengukur tingkat penyerapan radiasi (absorbansi) atau mengukur radiasi yang

diteruskan (transmitansi), maka konsentrasi unsur di dalam cuplikan dapat ditentukan.

Logam yang digunakan pada praktikum ini yaitu logam Cu. Pada percobaan

ini digunakan 2 logam Cu yaitu CuA dan CuB. Sebelum dilakukan pengukuran,

terlebih dahulu dilakukan pengenceran larutan standar 100 ppm kemudian dibuat

variasi konsentrasi 1,2,3,4 dan 5 ppm dalam labu ukur 25 mL. Pada logam CuA

diperoleh nilai absorbansi yang semakin menurun jika konsentrasi sampel yang

semakin tinggi. Sedangkan pada logam CuB diperoleh nilai absorbansi yang semakin

tinggi seiring dengan kenaikan konsentrasi sampel. Hal ini dikarenakan pada

konsentrasi yang tinggi, daya serap larutan terhadap cahaya semakin tinggi pula.

Faktor-faktor kesalahan yang terjadi pada saat praktikum adalah pengenceran

yang kurang tepat, sehingga mempengaruhi nilai absorbansi. Pemipetan yang tidak

benar juga dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh.

IX. KESIMPULAN

Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pada logam CuA

diperoleh nilai absorbansi yang semakin menurun jika konsentrasi sampel yang

semakin tinggi. Sedangkan pada logam CuB diperoleh nilai absorbansi yang semakin

tinggi seiring dengan kenaikan konsentrasi sampel. Hal ini dikarenakan pada

konsentrasi yang tinggi, daya serap larutan terhadap cahaya semakin tinggi pula.

X. DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai