Asisten
Golongan : R
Hari
: Rabu, 08.00-12.00
Kelompok : E
1.
2.
3.
4.
Theresia C.F.A
Sanky Indrajaya
Ivana R. Latuasan
Eunike P.W
2443013123
2443013136
2443013138
2443013144
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2015
I. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat menentukan validasi metode penetapan kadar zat dalam suatu
sediaan secara kromatografi cair kinerja tinggi.
II.
Dasar Teori
Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan
distribusi dari komponen campuran tersebut diantarany dua fase, yaitu fase diam
(stationary) dan fase bergerak (mobile). Fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair,
sedangkan fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas. Dalam kromatografi fase
bergerak dapat berupa gas atau zat cair dan fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair
(Acun, dkk, 2010).
Prinsip dasar dari HPLC, dan semua metode kromatografi adalah memisahkan
setiap komponen dalam sample untuk selanjutnya diidentifikasi (kualitatif) dan dihitung
berapa konsentrasi dari masing-masing komponen tersebut (kuantitatif). Analisa kualitatif
bertujuan untuk mengetahui informasi tentang identitas kimia dari analat dalam suatu
sample. Sedangkan analisa kuantitaif untuk mengetahui jumlah dan konsentrasi analat
tersebut dalam sample (Riyadi, 2009).
Teknik HPLC merupakan satu teknik kromatografi cair- cair yang dapat
digunakan baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis
kuantitatif dengan teknik HPLC didasarkan kepada pengukuran luas atau area puncak
analit dalam kromatogram, dibandingkan dengan luas atau area larutan standar. Pada
prakteknya, perbandingan kurang menghasilkan data yang akurat bila hanya melibatkan
satu standar, oleh karena itu maka perbandingan dilakukan dengan menggunakan teknik
kurva kalibrasi (Cupritabu, 2010).
1. Reservoir pelarut : zat pelarut yang dipakai polaritasnya dapat bervariasi tergantung dari
senyawa yang dianalisis, yang perlu diperhatikan adalah bahwa tempat pelrut tersebut
harus memungkinkan untuk proses menghilangkan gas atau udara yang ada dalam pelarut
2. Pompa : digunakan untuk mengalirkan pelarut sebagai fase mobile dengan kecepatan dan
tekanan yang tetap
3. Injektor : saat sampel diinjeksikan ke dalam kolom, diharapkan agar pelarut tidak
mengganggu masuknya keseluruhan sampel ke dalam kolom. Injeksi dapat menggunakan
syringe.
4. Kolom krmatografi : kolom yang dipakai memiliki panjang 10 25 cm dan diameter 4,5
5 mm yang diisi dengan fase stasioner beukuran 5-10 mikrometer dan terbuat dari
logam atau stainlessteel.
5. Detektor : digunakan untuk mendeteksi sampel. Detektor dibutuhkan untuk mempunyai
sinsitivitas yang tinggi, linear untuk jangka konsentrasi tertentu dan dapat mendekati
eluen tanpa mempengaruhi resolusi kromatografi.
Saat ini, HPLC atau KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara
luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah
bidang, antara lain : farmasi; lingkungan; bioteknologi; polimer; dan industri- industri
makanan. Kegunaan umum HPLC adalah untuk: pemisahan sejumlah senyawa organik,
anorganik, maupun senyawa biologis ; analisis ketidakmurnian (impurities); analisis
senyawa- senyawa mudah menguap (volatile); penentuan molekul- molekul netral, ionic,
maupun zwitter ion; isolasi dan pemurnian senyawa; pemisahan senyawa-senyawa yang
strukturnya hamper sama; pemisahan senyawa- senyawa dengan jumlah sekelumit (trace
elements), dalam jumlah yang banyak, dan dalam skala proses industry, HPLC
merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis
kualitatif maupun kuantitatif (Cupritabu, 2010).
Menurut Khopkar (1990), zat dengan kepolaran berbeda dapat dipisahkan dengan
HPLC berdasarkan partisi cair-cair. Prinsip HPLC menggunakan prinsip kromatografi
adsorbsi dan banyak digunakan dalam industi farmasi dan pestisida.
HPLC sering digunakan antara lain untuk menetapkan kadar senyawa aktif pada
obat, produk hasil samping proses sintesis, atau produk- produk degradasi dalam sediaan
farmasi. Keterbatasan metode HPLC ini adalah untuk identifikasi senyawa, kecuali jika
HPLC dihubungkan dengan spektometer massa (MS). Keterbatasan lainnya adalah
sampel sangat kompleks maka resolusi yang baik sulit diperoleh (Cupritabu, 2010).
Sistem Peralatan HPLC
Instrumentasi HPLC pada dasarnya terdiri atas: wadah fase gerak, pompa, alat untuk
memasukkan sampel (tempat injeksi), kolom, detektor, wadah penampung buangan fase
gerak, dan suatu komputer atau integrator atau perekam.
Diagram skematik sistem kromatografi cair seperti ini :
fasegerak
antara
sampai
liter
pelarut.
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang
secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini
ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-
komponen sampel. Untuk fase normal (fase diam lebih polar daripada fase gerak),
kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk
fase terbalik (fase diam kurang polar daripada fase gerak), kemampuan elusi menurun
dengan meningkatnya polaritas pelarut. Fase gerak sebelum digunakan harus disaring
terlebih dahulu untuk menghindari partikel-partikel kecil ini. Selain itu, adanya gas dalam
fase gerak juga harus dihilangkan, sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen
lain
terutama
di
pompa
dan
detektor
sehingga
akan
mengacaukan.
Elusi dapat dilakukan dengan cara isokratik (komposisi fase gerak tetap selama
elusi) atau dengan cara bergradien (komposisi fase gerak berubah-ubah selama elusi)
yang analog dengan pemrograman suhu pada kromatografi gas. Elusi bergradien
digunakan untuk meningkatkan resolusi campuran yang kompleks terutama jika sampel
mempunyai kisaran polaritas yang luas. Fase gerak yang paling sering digunakan untuk
pemisahan dengan fase terbalik adalah campuran larutan bufer dengan metanol atau
campuran air dengan asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase normal, fase gerak yang
paling sering digunakan adalah campuran pelarut-pelarut hidrokarbon dengan pelarut
yang terklorisasi atau menggunakan pelarut-pelarut jenis alkohol. Pemisahan dengan fase
normal ini kurang umum dibanding dengan fase terbalik.
2. Pompa
Pompa yang cocok digunakan untuk HPLC adalah pompa yang mempunyai syarat
sebagaimana syarat wadah pelarut yakni: pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan
yang umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja tahan karat, Teflon, dan batu nilam.
Pompa yang digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan
mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 3 mL/menit. Untuk tujuan
preparatif, pompa yang digunakan harus mampu mengalirkan fase gerak dengan
kecepatan 20 mL/menit. Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak
adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat,
reprodusibel, konstan, dan bebas dari gangguan. Ada 2 jenis pompa dalam HPLC yaitu :
pompa dengan tekanan konstan, dan pompa dengan aliran fase gerak yang konstan. Tipe
pompa dengan aliran fase gerak yang konstan sejauh ini lebih umum dibandingkan
dengan tipe pompa dengan tekanan konstan.
klorosilan. Reagen-reagen ini akan bereaksi dengan gugus silanol dan menggantinya
dengan gugus-gugus fungsional yang lain.
Oktadesil silika (ODS atau C18)
Beberapa detektor yang paling sering digunakan pada HPLC dengan karakteristik detektor
seperti berikut : (Khopkar,1990).
Detektor
Absorbansi Uvvis
Fotometer filter
Sensitifita
s (g/ml)
Kisaran
linier
Karakteristik
5 x 10-10
5 x 10-10
104
105
Spektrofotomete
r
spektrometer
photo-diode
array
Fluoresensi
Indeks bias
Elektrokimia
Konduktimetri
Amperometri
III.
> 2 x 10-10
105
jenuh.
10-12
104
5 x 10-7
104
10-8
10-12
104
105
IV.
Sifat Bahan
1. Sulfametoksazol ( FI V hal 1234)
Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai hampir putih, praktis tidak berbau
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, dalam eter dan dalam kloroform, mudah
larut dalam aseton dan dalam larutan natrium hidroksida encer, agak sukar larut
dalam etanol.
2. Trimetropim ( FI V hal 1290)
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih sampai krim, tidak berbau
Kelarutan : larut dalam benzyl alcohol, agak sukar larut dalam kloroform dan
dalam methanol, sangat sukar larut dalam air, dalam etanol dan dalam aseton,
praktis tidak larut dalam eter dan dalam karbon tetraklorida.
V.
Cara Kerja
Kondisi analisis HPLC
Detektor
Panjang gelombang
Flow rate
Fase gerak
Pelarut
: UV-VIS
: Sulfametoksazol
: 257 nm
Trimetropim
: 247 nm
: 1,5 ml/menit
: Metanol : Air (60:40)
Metanol : Air (40:60)
: Metanol for HPLC
SELEKTIVITAS
o Pembuatan fase gerak :
Fase gerak 1 :
Metanol:Air (60:40) 500 ml
1. Mengukur metanol p.a 300 ml khusus HPLC + WFI 200 ml
50%
ppm
130l
75%
100%
125%
150%
ppm ppm
ppm
ppm
195l 260l
325l
390l
Sampel
Timbang bobot rata-rata tablet
Hasil pengamatan
Sulfametoksazol ( methanol : air = 60:40 )
PERHITUNGAN
1. Linearitas
Penimbangan Sulfametoksazol 75,55 mg ad 25 ml metanol PA (3000 ppm)
Trimetropim 15,27 mg ad 25 ml metanol PA (600 ppm)
C
Pipet ()
C1
130
C3
260
C5
390
ad
5 ml
C
SULFA
(ppm)
Luas Area
SULFA
C
TRIME
(ppm)
Luas Area
TRIME
16
38492765
80
280892
32
51870785
160
272466
48
78597992
240
216172
SULFAMETOKSAZOL : a = 16215287
b = 1253288,344
r = 0.982
Persamaan y = 16215287 + 1253288,344 x
40000000
20000000
0
10 15 20 25 30 35 40 45 50
Konsentrasi
TRIMETROPIM : a = 321230
b = -404,5
r = -0,9196
persamaan y = 321230 - 404,5x
150000
100000
50000
0
50
100
150
Konsentrasi
200
250
AP
Campuran
PCT +
Kafein +
Matriks (g)
0,13232
0,13284
0,13285
ad
(ml)
Konsentrasi
Campuran
(ppm)
Pipet
(ml)
ad
(ml)
Konsentrasi
campuran
(ppm)
5292,8
25
275,226
0,26
5313,6
5314
AP
Konsentras
i campuran
(ppm)
Luas Area
SULFA
275,226
2
3
276,307
276,328
^x
^x
SULFA
Luas Area
TRIME
TRIME
58209898
33,51
229754
226,15
276,307
92688787
61,01
393175
-177,86
276,328
101882615
68,35
401514
-198,48
AP 1
AP 2
AP 3
%recovery S=
33,51
100 =12,18
275,226
%recovery T =
226,15
100 =82,19
275,226
%recovery S=
61,01
100 =22,08
276,307
%recovery T =
177,86
100 =64,37
276,307
%recovery S=
68,35
100 =24,74
276,328
%recovery T =
198,48
100 =71,83
276,328
3. Sampel
Sampel
(g)
ad
sampel
0,1353
25
5412
0,1355
ml
5420
pipet
0.26 ml
S1
d
5
Sampel
Sulfametoksazol
Sulfametoksazol=
^x S
L.area T
^x T
281,424
93358526
61,55
495965
-431,98
281,84
93977116
62,05
446606
-309,95
61,55
630 mg=137,79 mg
281,424
431,98
630 mg=967,04 mg
281,424
Sulfametoksazol=
Trimetropim=
L.area S
m
l
Trimetropim=
S2
62,05
630 mg=138,7 mg
281,84
309,95
630 mg=692mg
281,84
137,79+ 138,7
=138,25 mg
2
%recovery S=
138,25
100 =34,56
400
Trimetropim=
967,04 +692
=829,52 mg
2
%recovery T =
829,52
100 =2073,8
40
Pembahasan
VIII.
Daftar Pustaka
Khopkar, S.M., 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Riyadi, W. 2009. Identifikasi signal kromatogram HPLC.