Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI KLINIK

DIURETIK

OLEH :

NAMA : ADELLA ZILVA AZNI

NIM : 1801001

KELOMPOK : 1 (GRUP 1)

HARI/JAM PRAKTIKUM: RABU/14:00-17:00

DOSEN PENANGGUNG JAWAB PRATIKUM

Dra. SYILFIA HASTI, M. Farm, Apt

ASISTEN DOSEN:

1. ASRI NURUL ISMI


2. CAHYA NINGSIH
3. SRI RAHAYU

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIVERSITAS RIAU

2020
OBJEK IV

DIURETIK

I. Tujuan praktikum
a. Memahami manifestasi dari obat diuretic dan penggunaannya secara klinis
b. Memahami teknik evaluasi obat diuretik
c. Mengenal dan mempraktikkan efek diuretik dari furosemid
d. Mengetahui mekanisme terjadinya diuresis terhadap hewan uji

II. Tinjauan Pustaka

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan


urin.Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya
penambahan volume urin yang diproduksidan yang kedua menujjukan jumlh
pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dalam air.Fungsi utama diuretic adalah
untuk memobilisasi cairan edema, yang berarti mengubah keseimbangan cairan
sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembal imenjadi normal
(Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007)

Diuretik dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Dimana istilah


diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan
volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran
(kehilangan) zat- zat terlarut dan air. Fungsi utama diuretik adalah untuk
memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan
sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal
(Elisabeth, 2007)

Pengaruh diuretik terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk


menentukan tempat kerja diuretik dan sekaligus untuk meramalkan akibat
penggunaan suatu diuretik. Secara umum diuretik dibagi menjadi dua golongan
besar, yaitu (Ganiswara, 2007) :

1. Diuretik osmotik
2. Penghambat mekanisme transport elektrolit

Dan secara khusus, obat diuretik yang dapat menghambat transport


elektrolit di tubuli ginjal terdiri atas (Ganiswara, 2007) :

1. Penghambat karbonik anhidrase.


2. Benzotiadiazid
3. Diuretik hemat kalium
4. Diuretik kuat
Mekanisme kerja diuretik
Diuretik menghasilkan peningkatan aliran urin (diuresis) dengan
menghambat reabsorpsi natrium dan air dari tubulus ginjal. Kebanyakan
reabsorpsi natrium dan air terjadi di sepanjang segmen-segmen tubulus ginjal
(proksimal, ansa Henle dan distal)
a. Tubuli proksimal
Garam direabsorpsi secara aktif (70%), antara lain Na+ dan air, begitu
pula glukosa dan ureum. Karena reabsorpsi berlangsung proporsional,
maka susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhadap plasma.
Diuretika osmosis (manitol, sorbitol) bekerja disini dengan merintangi
reabsorpsi air dan natrium (Tjay dan Rahardja, 2002).
b. Lengkungan Henle
Di bagian menaik lengkungan Henle ini, 25 % dari semua Cl- yang
telah difiltrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan reabsorpsi pasif
dari Na+ dan K+, tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis.
Diuretika lengkungan (furosemida, bumetamida, etakrinat) bekerja dengan
merintangi transport Cl-, dan demikian reabsorpsi Na+, pengeluaran K+,
dan air diperbanyak (Tjay dan Rahardja, 2002).
c. Tubuli distal
Di bagian pertama segmen ini, Na+ direabsorpsi secara aktif tanpa air
hingga filtrat menjadi lebih cair dan hipotonis. Senyawa thiazida dan
klortalidon bekerja di tempat ini (Tjay dan Rahardja, 2002). Di bagian
kedua segmen ini, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau, proses ini
dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron
(spironolakton) dan zat-zat penghemat kalium (amilorida, triamteren)
bekerja disini (Tjay dan Rahardja, 2002).
Pada umumnya diuretika dibagi dalam beberapa kelompok, yakni (Tjay,2002):
a. Diuretik lengkungan : Furosemid, bumetanida dan etakrinat.
Obat- obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapiu agak
singkat.Banyak digunakan pada keadaan akut, misalnya pada
edema otak dan paru- paru.
b. Diuretik Tiazid : HCT, klortalidon, mefrusida, indapamida.
Efeknya lebih lemah dan lambat, juga lebih lama dan terutama
digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan
jantung.
c. Diuretik penghemat kalium : Antagonis aldosteron, spironolakton,
amilorida dan triamteren.
Efek obat- obat ini hanya lemah dan khusus digunakan
terkombinasi dengan diuretik lainnya guna menghemat ekskresi
kalium.
d. Diuretik osmotic : Mannitol dan sorbitol
Obat- obat ini hanya direabsorbsi sedikit oleh tubuli sehingga
reabsorbsi air juga terbatas.Efeknya adalah diuresis osmotis dengan
ekskresi air tinggi dan relatif sedikit ekskresi Na+.
e. Penghambat anhidrasi karbonat : asetazolamid
Zat ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal
sehingga disamping karbonat, juga Na dan K diekskresi lebih
banyak, bersamaan dengan air

“Loop” Diuretik menghambat kontraspor Na+/K +/Cl- dari membrane


lumen pada pars asendens ansa henle. Karena itu, resorbsi Na+/K +/Cl- menurun.
“Loop” diuretik merupakan obat diuretic yang paling efktif , karena pars asenden
benranggung jawab untuk absorbs 25-30% NaCl yang disaring dan bagian
distalnya tidak mampu untuk mengkompensasi keniakan muatan Na+ obatnya
yaitu Bumatanid, furosemid, torsemid dan asam ekrinat merupakan empat diuretik
yang efek utamanya pada asendens ansa henle (Harvey, 2013)

Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang


bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Kebanyakan zat dalam
plasma, kecuali untuk protein, difiltrasi secara bebas sehingga konsentrasinya pada
filtraf glomerulus dalam kapsula Bowman hampir sama dengan dalam plasma.
Ketika cairan yang telah difiltrasi ini meninggalkan kapsula Bowman dan mengalir
melewati tubulus, cairan diubah oleh reabsorpsi air dan zat terlarut spesifik yang
kembali ke dalam darah atau oleh sekresi zat-zat lain dari kapiler peritubulus ke
dalam tubulus (Guyton, 2004)

Ginjal merupakan organ utama yang melakukan proses ekskresi dan


osmonegulasi. Secara lengkap peranan atau fungsi ginjal adalah sebagai berikut
(Dwiyana, 2002) :

a. Mengeksresikan zat buangan seperti urea, asam urat, kreatinin, keratin


dan zat lain yang bersifat racun
b. Mengatur volume plasma dan jumlah air di dalam tubuh. Bila banyak air
yang masuk ke dalam tubuh, ginjal membuang kelebihan air sehingga
lebih banyak lagi urin yang diekskresikan. Bila tubuh kehilangan banyak
air, ginjal akan mengeluarkan sedikit air (urin pekat).
c. Menjaga tekanan osmose pada keadaan seharusnya dengan cara mengatur
ekskresi garam-garam, membuang jumlah garam yang berlebihan dan
menahan garam bila jumlahnya dalam tubuh berkurang
d. Mengatur pH plasma dan cairan tubuh, ginjal dapat mengekskresikan urin
yang bersifat basa tetapi dapat pula mengekspresikan urin yang bersifat
asam.
e. Menjalankan fungsi sebagai hormon, ginjal menghasilkan dua macam zat
yang diduga mempunyai fungsi endokrin. Kedua zat tersebut adalah
rennin dan eritropoetin

Furosemida

Furosemida adalah suatu derivat asam antranilat yang efektif sebagai


diuretik. Efek kerjanya cepat dan dalam waktu yang singkat. Mekanisme kerja
furosemid adalah menghambat penyerapan kembali natrium oleh sel tubuli ginjal.
Furosemida meningkatkan pengeluaran air, natrium, klorida, kalium dan tidak
mempengaruhi tekanan darah yang normal. Pada penggunaan oral, furosemida
diabsorpsi sebagian secara cepat dan diekskresikan bersama urin dan feses.( Tjay
dan Kirana, 2007)

Farmakokinetik furosemid adalah awal kerja obat terjadi dalam 0,5-1 jam
setelah pemberian oral, dengan masa kerja yang relatif pendek ± 6-8 jam. Absorpsi
furosemida dalam saluran cerna cepat, ketersediaan hayatinya 60-69 % pada
subyek normal, dan ± 91-99 % obat terikat oleh plasma protein. Kadar darah
maksimal dicapai 0,5-2 jam setelah pemberian secara oral, dengan waktu paruh
biologis ± 2 jam. Resorpsinya dari usus hanya lebih kurang 50%, t ½ plasma nya
30-60 menit. Ekskresinya melalui kemih secara utuh, pada dosis tinggi juga lewat
empedu. Aktivitas furosemid 8-10 kali diuretika tiazida. Timbulnya diuresis cepat,
biasanya 30 menit setelah pemberian secara oral, mencapai maksimum dalam 2
atau 3 jam, dan selesai dalam 6 jam.( Tjay dan Kirana, 2007).

Efek Samping jarang terjadi dan relatif ringan seperti mual, muntah, diare,
rash kulit, pruritus dan kabur penglihatan. Pemakaian furosemida dengan dosis
tinggi atau pemberian dengan jangka waktu lama dapat menyebabkan
terganggunya keseimbangan elektrolit. Secara umum, pada injeksi intra vena
terlalu cepat dan jarang terjadi ketulian (reversible) dan hipotensi. Dapat juga
terjadi hipokaliemia reversibel. Furosemida dapat digunakan untuk pengobatan
hipertensi ringan dan sedang, karena dapat menurunkan tekanan darah. (Tjay dan
Kirana, 2007).
III. Alat dan Bahan
a. Alat
 Kandang metabolism
 Timbangan hewan
 Alat oral
 Alat suntik
 Gelas ukur
 Beaker glass
 Stopwatch
b. Bahan
Hewan percobaan: tikus (Rattus morvegicus)
Bahan yang digunakan: furosemid natrium 0,5 dan 1mg/kgbb, kopi 5 dan
10ml/200gbb, NaCl fisiologis, air hangat 10ml/200gbb.

IV. Prosedur kerja


1. Semua tikus dipuasakan semalam (± 16 jam ¿
2. Timbang tikus dan tandai
3. Hitung dosis untuk hewan
4. Air hangat diberikan pada masing-masing tikus sebanyak 5ml/200gBB
5. Kemudian untuk kelompok 2,3, dan 4 suntikkan hewan tikus dengan
furosemid secara oral segera setelah pemberian air hangat.
6. Untuk kelompok 5 dan 6 berikan air seduhan kopi hangat secara oral pada
hewan uji dengan berbeda konsentrasi
7. Untuk hewan kontrol berikan air hangat 5ml/200gBB dan NaCl 1% juga
secara oral
8. Masukkan tikus kekandang metabolisme
9. Ukur volume pengeluaran urine pada waktu 15, 30, 45, 60 menit
10. Tentukan rasio T/U (value), yakni perbandingan per 100gbb antara hewan
yang diberi obat dan yang diberi NaCl.
11. Bahas dan tarik kesimpuln dari percobaan ini.
V. Hasil pengamatan

Berat
N Dosis pada Total Volume urin
Dosis pada tikus bada VAO( mL)
o manusia (ml) pada menit ke
n
air
        Furosemid kopi 15 30 45 60
hangat
Kontrol , air hangat 5
1   ml/200g BB dan NaCl 1% 182 g 4,55 ml - - 0 0 1 1
BB
Furosemid air hangat 5 ml/200g BB
2 193 g 4,825 ml 0,03474 ml - 2 3 5 5
20 mg dan Furosemid 1,8 mg/kg
Furosemid air hangat 5 ml/200g BB
3 190 g 4,75 ml 0,0684 ml - 2 4 8 8
40 mg dan Furosemid 3,6 mg/kg
Furosemid air hangat 5 ml/200g BB
4 201 g 5,025 ml 0,14472 ml - 4 7 8 9
80 mg dan Furosemid 7,2 mg/kg
air hangat 5 ml/200g BB
5   dan kopi 20% 5 ml/200g 198 g 4,95 ml - 4,95 ml 1 1 1 2
BB
air hangat 5 ml/200g BB
6   dan kopi 30% 5 ml/200g 190 g 4,75 ml - 4,75 ml 1 1 2 2
BB

Konsentrasi furosemid =
1%

Tikus kontrol

BB tikus = 182 g

182 g
Air hangat = x 5ml = 4,55 ml
200 g

1
NaCl fisiologis = x 182g = 1,82 ml
100

Furosemid dosis 20 mg

BB tikus = 193 g 0,193 kg

Konsentrasi furosemid = 1% 10mg/ml

Dosis konversi = 20 mg x 0,018

= 0,36 mg/200g BB tikus

= 0,0018mg/g 1,8 mg/kg


0,193 kg x 1,8 mg/kg
VaO =
10 mg/ml

= 0,03474 ml

193 g
Air hangat = x 5ml = 4,825 ml
200 g

Furosemid dosis 40 mg

BB tikus = 190 g 0,190 kg

Konsentrasi furosemid = 1% 10mg/ml

Dosis konversi = 40 mg x 0,018

= 0,72 mg/200g BB tikus

= 0,0036mg/g 3,6 mg/kg

0,190 kg x 3,6 mg/kg


VaO =
10 mg/ ml

= 0,0684 ml

190 g
Air hangat = x 5ml = 4,75 ml
200 g

Furosemid 80 mg

BB tikus = 201 g 0,193 kg

Konsentrasi furosemid = 1% 10mg/ml

Dosis konversi = 80 mg x 0,018

= 1,44 mg/200g BB tikus

= 0,0072mg/g 7,2 mg/kg

0,201 kg x 7,2 mg/kg


VaO =
10 mg/ml

= 0,14472 ml

201
Air hangat = x 5ml = 5,025 ml
200 g

Kopi 20% 5ml/200BB

BB tikus = 198g
198 g
= x 5ml = 4,95 ml
200 g

198 g
Air hangat = x 5ml = 4,95 ml
200 g

Kopi 30% 5ml/200gBB

BB tikus = 190 g

190 g
= x 5ml = 4,75 ml
200 g

190 g
Air hangat = x 5ml = 4,75 ml
200 g

VI. Pembahasan

Diuretik merupakan obat-obatan yang dapata meningkatkan laju aliran


urin.Golongan obat ini menghambat penyerapan ion Na pada bagian-bagian
tertentu dari ginjal. Oleh karena itu terdapat perbedaan tekanan osmotic yang
menyebabkan air ikut tertarik sehingga produksi urin semakin bertambah.
Terdapat golongan-golongan dari diuretic yang memiliki efektivitas yang
bervariasi mulai dari golongan diuretic hemak K yang hanya mengekskresikan 2%
ion Na sampai golongan diuretic loop yang dapat mengekskresikan sampai 2 %
ion Na.

Pada praktikum kali ini, kelompok kami akan melakukan praktikum


tentang obat diuretik. Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan
pembentukan urin sehingga mempercepat pengeluaran urine dari dalam tubuh.
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra
sel kembali menjadi normal. Berdasarkan mekanisme kerjanya, secara umum
diuretik dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu diuretik osmotik yaitu
yang bekerja dengan cara menarik air ke urin, tanpa mengganggu sekresi atau
absorbsi ion dalam ginjal dan penghambat mekanisme transport elektrolit di dalam
tubuli ginjal, seperti diuretiktiazid (menghambat reabsorbsi natrium dan klorida
pada ansa Henle parsascendens), Loop diuretik (lebih poten dari pada tiazid dan
dapat menyebabkan hipokalemia), diuretik hemat kalium (meningkatkan ekskresi
natrium sambil menahan kalium).

Obat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah furosemid. Furosemid
merupakan suatu derivat asam antranilat yang efektif sebagai diuretik. Furosemid
termasuk ke dalam jenis diuretik kuat. Efek kerjanya cepat dan dalam waktu yang
singkat. Mekanisme kerja furosemid adalah menghambat penyerapan kembali
natrium oleh sel tubuli ginjal. Furosemida meningkatkan pengeluaran air, natrium,
klorida, kalium dan tidak mempengaruhi tekanan darah yang normal. Onset secara
injeksi adalah 5 menit dan diuresis berlangsung selama 2 jam. Resorpsinya dari
usus hanya lebih kurang 50%, t ½ plasmanya 30-60 menit. Ekskresinya melalui
kemih secara utuh, pada dosis tinggi juga lewat empedu.

Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik:

a. Tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah


yang reabsorbsi natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil
bila dibandingkan dengan diuretik yang bekerja pada daerah yang
reabsorbsi natrium banyak.
b. Status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis
hati, gagal ginjal. Dalam keadaan ini akan memberikan respon yang
berbeda terhadap diuretik.
c. Interaksi antara obat dengan reseptor .Kebanyakan bekerja dengan
mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih
dan juga air diperbanyak

Pada praktikum kali ini, hewan uji yang digunakan adalah tikus putih.
Pada tikus kelompok 1 diberikan 5 ml air hangat yang digunakan sebagai kontrol
negatif. Sedangkan tikus kelompok 2, 3, dan 4 berturut-turut diberikan obat
furosemid secara intraperitoneal dengan dosis manusia 20 mg/kgBB, 40
mg/kgBB, dan 80 mg/kgBB dan kelompok 5,6 diberikan kopi dengan konsentrasi
20% dan 30%. Pada tikus kelompok 2,3,4,5, dan 6 juga diberikan air hangat
sebanyak 5 ml secara oral sebelum diberikan obat furosemid dan kopi secara oral.
Hal ini bertujuan untuk mempercepat dan memperbanyak urin yang akan
dikeluarkan oleh tikus.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada 60 menit setelah diberikan obat
furosemid secara oral didapatkan bahwa jumlah akumulasi volume urin yang
keluar pada tikus kelompok 1 (kontrol negatif) sebanyak 1 ml, tikus kelompok 2
sebanyak 5 ml, tikus kelompok 3 sebanyak 8 ml, dan tikus kelompok 4 sebanyak 9
ml.

Menurut hasil pengamatan, tikus yang diberikan furosemid memiliki


jumlah volume urin lebih banyak bila dibandingkan dengan tikus yang hanya
diberikan air panas saja (kontrol negatif). Hal ini membuktikan bahwa furosemid
efektif memberikan efek diuresis pada tikus. Furosemid merupakan diuretik yang
efek utamanya pada pars ascendens ansa henle. Obat-obat yang bekerja di salah
satu bagian nefron ini memiliki efektivitas yang tertinggi dalam memobilisasi Na+
dan Cl- dari tubuh sehingga merupakan diuretik yang paling efektif dalam
meningkatkan volume urin. Hal ini disebabkan karena pars ascendens
bertanggung jawab untuk reabsorpsi 25-30% NaCl yang disaring.

Berdasarkan literatur, baik pada hewan maupun manusia, respon yang


ditimbulkan oleh suatu obat dalam dosis yang rendah, biasanya akan meningkat
berbanding lurus dengan peningkatan dosis. Jadi dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi dosis, maka respon tubuh terhadap obat akan semakin besar yang
mengakibatkan obat lebih cepat bekerja. Hal ini juga sesuai dengan praktikum
bahwa jumlah volume urin dengan dosis 40 mg/kgBB lebih banyak bila
dibandingkan dengan dosis 20 mg/kgBB dan pada tikus yang diberikan furosemid
dengan dosis manusia 80mg/kgBB juga memiliki volume urin yang lebih banyak
bila dibandingkan dengan dosis 20 mg/kgBB dan 40 mg/kgBB. Jika pada dosis
80mg/kgBB didapatkan volume urine yang sedikit dari dosis 20 mg/kgBB dan 40
mg/kgBB. Hal ini dapat disebabkan oleh tidak masuknya seluruh obat dan juga
dapat disebabkan oleh perbedaan dalam hal faktor fisiologi dari hewan percobaan
yang digunakan. Untuk beberapa obat, perubahan dalam faktor-faktor
farmakodinamik merupakan sebab utama yang menimbulkan keragaman respons
penderita. Variasi dalam berbagai faktor farmakokinetik dan farmakodinamik ini
berasal dari perbedaan individual dalam kondisi fisiologik, kondisi patologik,
faktor genetik, interaksi obat dan toleransi.

Pada praktikum kali ini pengujian yang dilakukan adalah dengan obat
diuretic. Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan
urine sehingga mempercepat pengeluaran urin dari dalam tubuh. Fungsi utama
diuretic adalah untuk memobilisasi carian udem, yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali
menjadi normal. Obat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah furosemid,
dengan control negative menggunakan NaCl fisiologis 1%. Obat furosemid yang
digunakan dengan bermacam-macam dosis sehingga dapat dilihat perbedaan efek
dari setiap pemberian dosisnya.
Hewan yang digunakan dalam uji diuretic ini adalah tikus. Sebelum
pemberian obat, seharusnya tikus dipuasakan terlebih dahulu. Fungsi
mempuasakan tikus sebelum perlakuan adalah untuk menghindari pengeluaran
urin yang dieksresikan dari hasil makanan yang telah tikus konsumsi, karena
dalam pengujian ini yang akan dilihat adalah volume urin yang disekresikan oleh
hewan uji. Makanan yang dikonsumsi tikus akan mempengaruhi metabolisme dari
tikus tersebut.

Sebelum pemberian obat, tikus terlebih dahulu diberikan air hangat secara
oral. Air hangat yang diberikan melalui perhitungan. Pemberian air hangat adalah
untuk membantu mempercepat atau memperbanyak urin yang dikeluarkan. Pada
kelompok 1 menggunakan control negative dengan hanya memberikan air hangat
tidak menggunakan obat diuretic tetapi menggunakan NaCl fisiologis 1%.
Control negatif merupakan control tanpa perlakuan dalam hal ini yaitu tidak
menggunakan obat furosemid. Dengan adanya control negative ini dapat
dihasilkan suatu baseline sehingga perubahan pada variabel tertentu / pada
perlakuan dengan obat furosemid dapat terlihat. Dalam hal ini dapat terlihat
hewan dengan kontrol positif mengeluarkan urin lebih cepat dan lebih banyak dari
pada hewan uji kontrol negative.

Selain obat furosemid pada praktikum kami juga menggunakan larutan


kopi. Larutan kopi yang digunakan pada praktikum ini mengandung suatu
senyawa yakni kafein. Kafeina, atau lebih populernya kafein, ialah senyawa
alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat
perangsang psikoaktif dan bersifat diuretik ringan. Adapun mekanisme kerja
kafein yang memblokade reseptor adenosin. Adenosin ini adalah neurotransmitter
yang menenangkan. Setelah mengkonsumsi kafein,aktivitas motorik dan
rangsangan pancaindra jadi lebih lancar. Efek yang ditumbulkan dari
mengkonsumsi kafein,detak jantung meningkat, pembuluh darah melebar, yang
menyebabkan pergerakan cairan dan kotoran padat dalam tubuh dipercepat
sehingga dapat bersifat sebagai diuretic meskipun tidak sekuat furosemid. Dari
data pengamatan dapat dilihat pada tikus yang diberikan larutan kopi
menghasilkan urine yang lebih sedikit dibandingan pemberian obat furosemid.
Namun, semakin tinggi konsentrasi larutan kopi yang diberikan maka urine yang
dihasilkan akan semakin banyak.

VII. Kesimpulan
a. Diuretika adalah zat-zat yang dapat memperbanyak kemih (diuresis)
melalui kerja langsung terhadap ginjal.
b. Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik:
a. Tempat kerja diuretik di ginjal.
b. Status fisiologi dari organ
c. Interaksi antara obat dengan reseptor
c. Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu:
a. Diuretik osmotik
b. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik
anhidrase
c. Diuretik golongan tiazid
d. .Diuretik hemat kalium
d. Furosemid merupakan obat diuretic golongan diuretic kuat dengan
mekanisme kerja menghambat penyerapan kembali natrium oleh sel
tubuli ginjal. Furosemida meningkatkan pengeluaran air, natrium,
klorida, kalium dan tidak mempengaruhi tekanan darah yang normal.
e. Larutan kopi yang digunakan pada praktikum ini mengandung suatu
senyawa yakni kafein. Kafeina, atau lebih populernya kafein, ialah
senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit yang
bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan bersifat diuretik ringan
sehingga efeknya tidk sekuat furosemid.
f. Semakin tinggi dosis furosemid yang diberikan maka respon tubuh
terhadap obat akan semakin besar yang mengakibatkan obat lebih cepat
bekerja. Begitu juga dengan pemberian larutankopi semakin tinggi
konsentrasi larutan kopi yang diberikan maka urine yang dihasilkan akan
semakin banyak.

VIII. Jawaban pertanyaan


1. Gambarkanlah sebuah nefron dan tunjukkan tempat kerja obat-obat diuretik.
Berikan contoh obat masing-masingnya dengan mekanisme kerja yang
berbeda.
Jawab :

Mekanisme kerja diuretik.


Kebanyakan diuretik bekerja dengan mengurangi reabsorbsi ion-ion
Na sehingga pengeluarannya bersama air di perbanyak. Obat-obat diuretic
bekerja khusus terhadap tubulus ginjal di tempat berlainan.
a. Pada tubulus proksimal, disini 70% ultra fltrat seperti glukosa, ureum,
ion Na dan Cl di serap kembali, filtrate tidak berubah dan tetap isotonic
terhadap plasma. Diuretic osmotic seperti manitol, sorbitol, dan gliserol
juga bekerja disini dengan mengurangi reabsorbsi ion Na dan Cl.
b. Pada lengkung henle, disini 20% ion Cl di angkut secara aktif ke
dalam sel tubulus dan disusul dengan pengangkutan Na secara pasif,
tetapi tanpa air sehingga filtrate menjadi hipotonik terhadap plasma.
Diuretic yang bekerja di lengkung henle biasanya adalah diuretic
dengan kerja kuat seperti furosemide, asam etakrinat dengan
merintangi transport Cl.
c. Pada tubulus distal bagian depan ujung lengkung Henle dalam cortex,
disini ion Na diserap kembali secara aktif tanpa penarikan air, sehingga
filtrat menjadi lebih cair dan hipotonik. Zat-zat seperti thiazid,
clortalidon, mefrusid bekerja disini dengan merintangi reabsorbsi ion
Na dan Cl.
d. Pada tubulus distal bagian belakang, disini ino Na diserap kembali
secara aktiv, dan terjadi pertukaran dengan ion K, H, NH4. Proses ini
dikendalikan oleh hormon anak ginjal, aldosteron. Zat- zat penghemat
kalium seperti Spironolacton, dan triamteren bekerja disini dengan
mengurangi pertukaran ion K dengan ion Na, yang berakibat retensi
kalium (antagonis aldosteron), Reabsorbsi air terutama terjadi di
ductus colligens, dan disini juga tempat bekerjanya hormon anti
diuretic.

2. Dengan memahami mekanisme kerja obat diuretik, kemukakan efek samping


yang dapat muncul akibat penggunaannya.
Jawab :
 Diuretic osmotic Efek samping : GGA,sakit kepala,mual,muntah.
 Penghambat Karbonik anhidrase Efek samping : diorientasi mental
pada CH.
 Benzotiadiazide Efek samping : Purpura, dermatitis disertai
fotosensitivitas Penggunaan lama menjadi hiperglikemia : Sekresi
insulin menurun (respon dari glukosa darah meningkat). Glikogenolisis
meningkat. Glikogenesis menurun. Kadar kolesterol meningkat dan TG
meningkat, Hipokalemia, Depresi mental dan kom.
 Diuretic hemat kalium Efek samping : Hiperkalemia, ginekomastia.

3. Bagaimana pendekatan yang dapat di tempuh untuk mengetahui bahwa


penggunaan suatu obat sudah membahayakan?
Jawab : Toksisitas

4. Untuk penyakit apa diuretik di gunakan secara klinis? Jelaskan.


Jawab :
a. Hipertensi digunakan untuk mengurangi volume darah seluruhnya
hingga tekanan darah menurun. Khususnya derivate-thiazida digunakan
untuk indikasi ini. Diuretic lengkungan pada jangka panjang ternyata
lebih ringan efek anti hipertensinya, maka hanya digunakan bila ada
kontra indikasi pada thiazida, seperti pada insufiensi ginjal. Mekanisme
kerjanya diperkirakan berdasarkan penurunan daya tahan pembuluh
perifer. Dosis yang diperlukan untuk efek antihipertensi adalah jauh
lebih rendah daripada dosis diuretic. Thiazida memperkuat efek-efek
obat hipertensi  betablockers dan ACE-inhibitor sehingga sering
dikombinasi dengan thiazida. Penghetian pemberian obat thiazida pada
lansia tidak boleh mendadak karena dapat menyebabkan resiko
timbulnya gejala kelemahan  jantung dan peningkatan tensi.Diuretik
golongan Tiazid, merupakan  pilihan utama step 1, pada sebagian besar
penderita. Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau
diuretik kuat, bila ada bahaya hipokalemia.
b. Payah jantung kronik kongestif Diuretik golongan tiazid, digunakann
bila fungsi ginjal normal. Diuretik kuat biasanya furosemid, terutama
bermanfaat pada penderita dengan gangguan fungsi ginja. Diuretik
hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat bila ada
bahaya hipokalemia.
c. Udem paru akut Biasanya menggunakan diuretik kuat (furosemid)
d. Sindrom nefrotik Biasanya digunakan tiazid atau diuretik kuat bersama
dengan spironolakton.
e. Payah ginjal akut Manitol dan/atau furosemid, bila diuresis berhasil,
volume cairan tubuh yang hilang harus diganti dengan hati-hati.
f. Penyakit hati kronik spironolakton (sendiri atau bersama tiazid atau
diuretik kuat).
g. Udem otak Diuretik osmotic
h. Hiperklasemia Diuretik furosemid, diberikan bersama infus NaCl
hipertonis.
i. Batu ginjal Diuretik tiazid
j. Diabetes insipidus Diuretik golongan tiazid disertai dengan diet rendah
garam
k. Open angle glaucoma Diuretik asetazolamid digunakan untuk jangka
panjang.
l. Acute angle closure glaucoma Diuretik osmotik atau asetazolamid
digunakan prabedah. Untuk pemilihan obat Diuretik a yang tepat ada
baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.

5. Sebutkan penggolongan diuretik berdasarkan mekanisme kerjanya.


Jawab :
a. Diuretik Kuat
b. .Diuretik Thiazid
c. Diuretik Penghemat Kalium
d. Diuretik Osmotic
e. Diuretik Perintang Karbonanhidrase

6. Apa yang di maksud dengan Renal Clearence? Bagaimana cara


menentukannya? Dan kesimpulan apa yang dapat ditarik dari hasil renal
clearance?
Jawab :
Renal Clearence adalah kemampuan ginjal membersihkan sejumlah volume
darah dari suatu bahan tertentu yang dikeluarkan urin dalam waktu 1 menit.
Dipengaruhi oleh berat badan, umur, kelamin, zat yang digunakan dalam test,
luas permukaan tubuh (setiap 1,73 m2)
Normal : 120 mL/ 1,73 m2 utk inulin (eksogen)
100 mL/ 1,73 m2 utk kreatinin (endogen)
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007. Farmakologi Dan Terapi, FKUI. Jakarta

Dwiyana, Z. 2002. Diktat Kuliah Biologi Dasar. Universitas Hasanuddin : Makassar

Elisabeth. 2007. Farmakologi dan Terapi. UI: Jakarta

Ganiswara, G. S., dkk, 2007. Farmakologi dan Terapi, UI-Press : Jakarta

Guyton, 2004. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. EGC : Jakarta.

Harvey, Richard , dkk. 2013, Farmakologi Ulasan Bergambar, Jakarta : EGC

Tjay, T., H., dan Rahardja, K., 2002. Obat-Obat Penting Edisi V. Elex Media Komputindo

Gramedia : Jakarta.

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-obat Penting Edisi 6 , PT. Elex Media

Komputindo : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai