FARMAKOLOGI KLINIK
DIURETIK
OLEH :
NIM : 1801001
KELOMPOK : 1 (GRUP 1)
ASISTEN DOSEN:
2020
OBJEK IV
DIURETIK
I. Tujuan praktikum
a. Memahami manifestasi dari obat diuretic dan penggunaannya secara klinis
b. Memahami teknik evaluasi obat diuretik
c. Mengenal dan mempraktikkan efek diuretik dari furosemid
d. Mengetahui mekanisme terjadinya diuresis terhadap hewan uji
1. Diuretik osmotik
2. Penghambat mekanisme transport elektrolit
Furosemida
Farmakokinetik furosemid adalah awal kerja obat terjadi dalam 0,5-1 jam
setelah pemberian oral, dengan masa kerja yang relatif pendek ± 6-8 jam. Absorpsi
furosemida dalam saluran cerna cepat, ketersediaan hayatinya 60-69 % pada
subyek normal, dan ± 91-99 % obat terikat oleh plasma protein. Kadar darah
maksimal dicapai 0,5-2 jam setelah pemberian secara oral, dengan waktu paruh
biologis ± 2 jam. Resorpsinya dari usus hanya lebih kurang 50%, t ½ plasma nya
30-60 menit. Ekskresinya melalui kemih secara utuh, pada dosis tinggi juga lewat
empedu. Aktivitas furosemid 8-10 kali diuretika tiazida. Timbulnya diuresis cepat,
biasanya 30 menit setelah pemberian secara oral, mencapai maksimum dalam 2
atau 3 jam, dan selesai dalam 6 jam.( Tjay dan Kirana, 2007).
Efek Samping jarang terjadi dan relatif ringan seperti mual, muntah, diare,
rash kulit, pruritus dan kabur penglihatan. Pemakaian furosemida dengan dosis
tinggi atau pemberian dengan jangka waktu lama dapat menyebabkan
terganggunya keseimbangan elektrolit. Secara umum, pada injeksi intra vena
terlalu cepat dan jarang terjadi ketulian (reversible) dan hipotensi. Dapat juga
terjadi hipokaliemia reversibel. Furosemida dapat digunakan untuk pengobatan
hipertensi ringan dan sedang, karena dapat menurunkan tekanan darah. (Tjay dan
Kirana, 2007).
III. Alat dan Bahan
a. Alat
Kandang metabolism
Timbangan hewan
Alat oral
Alat suntik
Gelas ukur
Beaker glass
Stopwatch
b. Bahan
Hewan percobaan: tikus (Rattus morvegicus)
Bahan yang digunakan: furosemid natrium 0,5 dan 1mg/kgbb, kopi 5 dan
10ml/200gbb, NaCl fisiologis, air hangat 10ml/200gbb.
Berat
N Dosis pada Total Volume urin
Dosis pada tikus bada VAO( mL)
o manusia (ml) pada menit ke
n
air
Furosemid kopi 15 30 45 60
hangat
Kontrol , air hangat 5
1 ml/200g BB dan NaCl 1% 182 g 4,55 ml - - 0 0 1 1
BB
Furosemid air hangat 5 ml/200g BB
2 193 g 4,825 ml 0,03474 ml - 2 3 5 5
20 mg dan Furosemid 1,8 mg/kg
Furosemid air hangat 5 ml/200g BB
3 190 g 4,75 ml 0,0684 ml - 2 4 8 8
40 mg dan Furosemid 3,6 mg/kg
Furosemid air hangat 5 ml/200g BB
4 201 g 5,025 ml 0,14472 ml - 4 7 8 9
80 mg dan Furosemid 7,2 mg/kg
air hangat 5 ml/200g BB
5 dan kopi 20% 5 ml/200g 198 g 4,95 ml - 4,95 ml 1 1 1 2
BB
air hangat 5 ml/200g BB
6 dan kopi 30% 5 ml/200g 190 g 4,75 ml - 4,75 ml 1 1 2 2
BB
Konsentrasi furosemid =
1%
Tikus kontrol
BB tikus = 182 g
182 g
Air hangat = x 5ml = 4,55 ml
200 g
1
NaCl fisiologis = x 182g = 1,82 ml
100
Furosemid dosis 20 mg
= 0,03474 ml
193 g
Air hangat = x 5ml = 4,825 ml
200 g
Furosemid dosis 40 mg
= 0,0684 ml
190 g
Air hangat = x 5ml = 4,75 ml
200 g
Furosemid 80 mg
= 0,14472 ml
201
Air hangat = x 5ml = 5,025 ml
200 g
BB tikus = 198g
198 g
= x 5ml = 4,95 ml
200 g
198 g
Air hangat = x 5ml = 4,95 ml
200 g
BB tikus = 190 g
190 g
= x 5ml = 4,75 ml
200 g
190 g
Air hangat = x 5ml = 4,75 ml
200 g
VI. Pembahasan
Obat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah furosemid. Furosemid
merupakan suatu derivat asam antranilat yang efektif sebagai diuretik. Furosemid
termasuk ke dalam jenis diuretik kuat. Efek kerjanya cepat dan dalam waktu yang
singkat. Mekanisme kerja furosemid adalah menghambat penyerapan kembali
natrium oleh sel tubuli ginjal. Furosemida meningkatkan pengeluaran air, natrium,
klorida, kalium dan tidak mempengaruhi tekanan darah yang normal. Onset secara
injeksi adalah 5 menit dan diuresis berlangsung selama 2 jam. Resorpsinya dari
usus hanya lebih kurang 50%, t ½ plasmanya 30-60 menit. Ekskresinya melalui
kemih secara utuh, pada dosis tinggi juga lewat empedu.
Pada praktikum kali ini, hewan uji yang digunakan adalah tikus putih.
Pada tikus kelompok 1 diberikan 5 ml air hangat yang digunakan sebagai kontrol
negatif. Sedangkan tikus kelompok 2, 3, dan 4 berturut-turut diberikan obat
furosemid secara intraperitoneal dengan dosis manusia 20 mg/kgBB, 40
mg/kgBB, dan 80 mg/kgBB dan kelompok 5,6 diberikan kopi dengan konsentrasi
20% dan 30%. Pada tikus kelompok 2,3,4,5, dan 6 juga diberikan air hangat
sebanyak 5 ml secara oral sebelum diberikan obat furosemid dan kopi secara oral.
Hal ini bertujuan untuk mempercepat dan memperbanyak urin yang akan
dikeluarkan oleh tikus.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada 60 menit setelah diberikan obat
furosemid secara oral didapatkan bahwa jumlah akumulasi volume urin yang
keluar pada tikus kelompok 1 (kontrol negatif) sebanyak 1 ml, tikus kelompok 2
sebanyak 5 ml, tikus kelompok 3 sebanyak 8 ml, dan tikus kelompok 4 sebanyak 9
ml.
Pada praktikum kali ini pengujian yang dilakukan adalah dengan obat
diuretic. Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan
urine sehingga mempercepat pengeluaran urin dari dalam tubuh. Fungsi utama
diuretic adalah untuk memobilisasi carian udem, yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali
menjadi normal. Obat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah furosemid,
dengan control negative menggunakan NaCl fisiologis 1%. Obat furosemid yang
digunakan dengan bermacam-macam dosis sehingga dapat dilihat perbedaan efek
dari setiap pemberian dosisnya.
Hewan yang digunakan dalam uji diuretic ini adalah tikus. Sebelum
pemberian obat, seharusnya tikus dipuasakan terlebih dahulu. Fungsi
mempuasakan tikus sebelum perlakuan adalah untuk menghindari pengeluaran
urin yang dieksresikan dari hasil makanan yang telah tikus konsumsi, karena
dalam pengujian ini yang akan dilihat adalah volume urin yang disekresikan oleh
hewan uji. Makanan yang dikonsumsi tikus akan mempengaruhi metabolisme dari
tikus tersebut.
Sebelum pemberian obat, tikus terlebih dahulu diberikan air hangat secara
oral. Air hangat yang diberikan melalui perhitungan. Pemberian air hangat adalah
untuk membantu mempercepat atau memperbanyak urin yang dikeluarkan. Pada
kelompok 1 menggunakan control negative dengan hanya memberikan air hangat
tidak menggunakan obat diuretic tetapi menggunakan NaCl fisiologis 1%.
Control negatif merupakan control tanpa perlakuan dalam hal ini yaitu tidak
menggunakan obat furosemid. Dengan adanya control negative ini dapat
dihasilkan suatu baseline sehingga perubahan pada variabel tertentu / pada
perlakuan dengan obat furosemid dapat terlihat. Dalam hal ini dapat terlihat
hewan dengan kontrol positif mengeluarkan urin lebih cepat dan lebih banyak dari
pada hewan uji kontrol negative.
VII. Kesimpulan
a. Diuretika adalah zat-zat yang dapat memperbanyak kemih (diuresis)
melalui kerja langsung terhadap ginjal.
b. Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik:
a. Tempat kerja diuretik di ginjal.
b. Status fisiologi dari organ
c. Interaksi antara obat dengan reseptor
c. Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu:
a. Diuretik osmotik
b. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik
anhidrase
c. Diuretik golongan tiazid
d. .Diuretik hemat kalium
d. Furosemid merupakan obat diuretic golongan diuretic kuat dengan
mekanisme kerja menghambat penyerapan kembali natrium oleh sel
tubuli ginjal. Furosemida meningkatkan pengeluaran air, natrium,
klorida, kalium dan tidak mempengaruhi tekanan darah yang normal.
e. Larutan kopi yang digunakan pada praktikum ini mengandung suatu
senyawa yakni kafein. Kafeina, atau lebih populernya kafein, ialah
senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit yang
bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan bersifat diuretik ringan
sehingga efeknya tidk sekuat furosemid.
f. Semakin tinggi dosis furosemid yang diberikan maka respon tubuh
terhadap obat akan semakin besar yang mengakibatkan obat lebih cepat
bekerja. Begitu juga dengan pemberian larutankopi semakin tinggi
konsentrasi larutan kopi yang diberikan maka urine yang dihasilkan akan
semakin banyak.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007. Farmakologi Dan Terapi, FKUI. Jakarta
Tjay, T., H., dan Rahardja, K., 2002. Obat-Obat Penting Edisi V. Elex Media Komputindo
Gramedia : Jakarta.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-obat Penting Edisi 6 , PT. Elex Media
Komputindo : Jakarta.