Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI

PERCOBAAN 7

Uji Efek Diuretik

DI SUSUN OLEH :

Risnawati (170106040)

Dosen Pengampu : 1. Zulkaida, S.farm., M.S.farm.

2. apt. Abdurahman Ridho, M.Farm

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


PROGAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
2020

1
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


1.1.1 Menentukan dosis obat diuretik pada hewan uji dengan perhitungan
1.1.2 Memperlajari dan memahami bagaimana mekanisme kerja diuretik
terhadap hewan uji
1.2 Prinsip
1.2.1 Efek obat diuretik dilihat berdasarkan volume urine yang keluar tiap jam
nya selama 6 jam

2
BAB II. TEORI DASAR

2.1 Teori Dasar

Diuretikadalahzat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih


melalui kerja langsung terhadap ginjal, fungsi utamanya adalah memobilisasi
cairan udema, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa
sehingga volume cairanekstrasel kembali menjadi normal. Diuretik
diklasifikasikan berdasarkan tempat kerjanya (diuretik loop),khasiat (high-ceiling
diuretic),struktur kimia (diuretik tiazid), kesamaan kerja dengan diuretik lain
(diuretik mirip tiazid), efekterhadap ekskresi kalium (diuretik hemat
kalium),dll.Dalam penggunaan klinis, obat-obatan diuretik diindikasi untuk
hipertensi, gagal jantung, gagal ginjal, diabetes insipidus nefrotik, glaukoma, dsb.
Pengobatan diuretikdapat dilakukan dengancarapengobatan herbal,dengan adanya
kemajuan ilmu pengetahuandan teknologidibidang pengobatan, penggunaan obat
tradisionalmasih banyak digemari oleh masyarakatkarena cenderung kembali ke
alam dengan memanfaatkan berbagai tanaman obat. Penggunaan obat sintesis
dirasakan terlalu mahal sertadapat memberikanefek samping untuk ke
depannya(Jackson,2008., Tanu, 2009., Wasito, 2011).

Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli,tetapi juga ditempat lain, yaitu:

1. Tubuli proksimal Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang


disini direabsorpsi secara aktif untuk lebih kurang 70%, antara lain ion
Na+ dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena reabsorpsi
berlangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan
tetapisotonis terhadap plasma. Diuretik osmotis (manitol, sorbitol) bekerja
disini dengan menghambat reabsorpsi air dan juga natrium (Tjay
danRahardja, 2002).
2. Lengkungan Henle Di bagian menaik Henles loop ini Ca+25% dari semua
ion Cl yang telah difiltrasi direabsorbsi secara aktif, disusul dengan
reabsorpsipasif dari Na+ dan K+, tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi
hipotonis. Diuretik lengkungan, seperti furosemide, bumetanida, dan
etakrinat, bekerja terutama di lengkungan Henle dengan merintangi

3
transport Cl dan Na+. Pengeluaran K+ dan air juga diperbanyak (Tjay dan
Rahardja, 2002).
3. Tubuli distal Di bagian pertama segmen tubuli distal direabsorpsi
secaraaktif pula tanpa air hingga filtrat menjadi lebih cair dan lebih
hipotonis. Senyawa thiazida dan klortalidon bekerja di tempat ini dengan
memperbanyak ekskresi Na+ dan Cl- sebesar 5-10%. Di bagian kedua
segmen tubuli distal, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+,
proses ini dikendalikan oleh proses anak ginjal aldosteron (Tjaydan
Rahardja, 2002).4. Saluran pengumpul Hormon anti diuretik ADH
(vasopresin) dari hipofise bertitik kerja disini dengan mempengaruhi
permeabilitas bagi air dan sel-sel saluran ini (Tjay dan Rahardja, 2002).

Berdasarkan cara bekerja Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :

a. Diuretik osmotik
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit
yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Suatu zat dapat bertindak
sebagai diuretik osmotik apabila memenuhi 4 syarat: (1) difiltrasi secara
bebas oleh glomerulus. (2) tidak atau hanya sedikit direbasorbsi sel
tubulus ginjal.(3) secara farmakologis merupakan zat yang inert, dan (4)
umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolik.Dengan sifat-
sifat ini, maka diuretik osmotik dapat diberikan dalam jumlah cukup besar
sehingga turut menentukan derajat osmolalitas plasma, filtrate glomerulus
dan cairan tubuli(Aidan, 2008).
Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :
1. Tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium
dan air melalui daya osmotiknya.
2. Ansa enle Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan
cara menghambat reabsorpsi natrium dan air oleh karena
hipertonisitas daerah medula menurun.
3. Duktus Koligentes Diuretik osmotik ini bekerja padaDuktus
Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan
air,kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.
Obat-obat ini direabsorpsi sedikit oleh tubuli sehingga

4
reabsorpsi air juga terbatas. Efeknya diuresis osmotik dengan
ekskresi air tinggi dan eksresi Na sedikit.Istilah diuretik
osmotik biasanya dipakai untuk zat bukanelektrolityang mudah
dan cepat diekskresi oeh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik
adalah ;manitol, urea, gliserin dan isosorbid(Aidan, 2008).
b. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidraseDiuretik ini
bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi
bikarbonat. Zat ini merintangi enzim karbonanhidrase ditubuli proksimal,
sehingga disamping karbonat,juga Na dan K diekskresikan lebih banyak,
bersamaan dengan air. Efek diuresisnya berdasarkan penghalangan enzim
karboanhidrase yang mengkatalis reaksi berikut:CO2+ H2O H2CO3H++
HCO3+ Akibat penghambatan itu di tubuli proksimal, maka tidak ada
cukup ion H+lagi untuk ditukarkan dengan Na sehingga terjadi
peningkatan ekskresi Na, K, bikarbonat, dan air. Obat ini dapat digunakan
sebagai obat antiepilepsi. Resorpsinya baik dan mulai bekerja1-3 jam dan
bertahan selama 10 jam. Waktu paruhnya dalam plasma adalah 3-6 jam
dan diekskresikan lewat urine secara utuh. Obat patennya adalah Miamox.
Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid
(Aidan, 2008).
c. Diuretik golongantiazid bekerja pada tubuli distal dengan cara
menghambat reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat,
juga lebih lama, terutama digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi
dan kelemahan jantung. Memiliki kurva dosisefek datar yaitu jika dosis
optimal dinaikkan, efeknya (diuresis dan penurunan tekanan darah) tidak
bertambah. Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ;
klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid,
politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon,
dan indapamid (Aidan, 2008).
d. Diuretik hemat kalium bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus
koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium
dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (spironolakton)
atau secara langsung (triamteren dan amilorida). Efek obat-obat ini lemah

5
dan khusus digunakan terkominasi dengan diuretik lainnya untuk
menghemat kalium. Aldosteron enstiulasi reabsorpsi Na dan ekskresi K,
proses ini dihambat secara kompetitif oleh antagonis alosteron. Contoh
obatnya adalah spironolakton yang merupakan pengambat aldosteron
mempunyai struktur mirip dengan hormon alamiah. Kerjanya mulai
setelah 2-3 hari dan bertahan sampai beberap harisetelah pengobatan
dihentikan. Daya diuretiknya agak lemah sehingga dikombinasikan dengan
diuretik lainnya. Pada gagal jantung berat, spironolakton dapat
mengurangi resiko kematian sampai 30%. Resorpsinya di usus tidak
lengkap dan diperbesar oleh makanan. Dalam hati, zat ini diubah menjadi
metabolit aktifnya, yang diekskresikan melalui kemih dan tinja, dalam
metabolit aktif waktu paruhnya menjadi lebih panjang yaitu 20 jam. Efek
sampingnya pada penggunaan lama dan dosis tinggi akan mengakibatkan
gangguan potensi dan libido pada pria dan gangguan haid pada wanita.
Contoh obat paten: Aldacton, Letonal (Aidan, 2008).
e. Diuretik kuat bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian
dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium,
kalium, dan klorida. Obat-obat ini berkhasiat kuat danpesat tetapi agak
singkat4-6 jam. Banyak digunakan dalam keadaan akut, misalnya pada
udema otak dan paru-paru. Memiliki kurva dosis-efek curam, yaitu bila
dosis dinaikkan efeknya senantiasa bertambah. Contoh obatnya adalah
furosemide yang merupakan turunan sulfonamid dan dapat digunakan
untuk obat hipertensi. Mekanisme kerjanya dengan menghambat
reabsorpsi Na dan Cl di bagian ascending dari loop Henle(lengkungan
Henle) dan tubulus distal, mempengaruhi sistem kontrasport Cl-binding,
yang menyebabkan naiknya eksresi air, Na, Mg,dan Ca. Contoh obat
paten: frusemide, lasix, impugan.Yang termasuk diuretik kuat adalah ;
asam etakrinat, furosemidedan bumetamid (Aidan, 2008)

6
BAB III. METODELOGI PERCOBAAN

1.1 Alat dan Bahan

No Alat Fungsi
.
1. Batang pengaduk Untuk menghomogenkan larutan
2. Beaker Glass Menampung larutan
3. Gelas Ukur Mengukur suatu larutan dalam mL
4. Hot Plate Memanaskan larutan
5. Kandang urinasi Menampung urin hewan uji
6. Spuit 1 mL Untuk memasukkan obat/cairan melalui oral
7. Timbangan Berat Untuk menimbang berat badan hewan uji
Badan

No Bahan Fungsi
.
1. Na CMC (2mL/200gr Untuk mencit kontrol negative
tikus)
2. Tikus Kontrol Hewan uji standar
3. Tikus Percobaan Hewan uji
4. Aquadest Untuk mengembangkan NaCMC
5. Tablet Furosemid Sampel obat
40mg (obat: 2 mL/200
gr tikus per oral)
6. Fenobarbital Induktor
(induktor: 0,1 mL/200
gr tikus per IM)

1.2 Prosedur
Praktikum dilakukan pada hari rabu, 16 Desember 2020. Menyiapkan
terlebih dahulu hewan uji berupa mencit jantan sebanyak 3 ekor. Lalu,
hewan uji dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok I sebagai kontrol
positive yang diberikan induktor fenobarbital 0,1 mL/200 gr tikus secara
intra muskular tapi tidak diberikan obat, kelompok II sebagai kelompok
positive (yang diberikan induktor) dan kelompok III sebagai kelompok uji

7
(yang diberikan antidiuretik) Kemudian, kembangkan Na CMC dengan air
yang telah dipanaskan dan digerus hingga diperoleh tekstur yang konstan.
Dan diberikan pada kelompok hewan kontrol negatif. Setelah semua di
beri perlakuan sesuai kelompoknya. Kemudian, amati dalam tiap jam
volume urin yang ditampung pada tiap kelompok tikus selama 6 jam. Data
volume urin dan analisa efek diuretik yang terjadi pada masing-masing
kelompok.

8
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan

Table 1 Data volume urin tiap jam (mL)


Perlakuan Volume Urin Tiap Jam (mL)
1 2 3 4 5 6
Kelompok negatif 0,11 0,21 0,34 0,65 1,12 1,76
(suspensi CMC 1 %)
Kelompok uji 3,59 4,25 5,56 6,69 7,98 9,75
(Furosemid 40 mg)

Gambar 1 Perbandingan Volume Urin Tiap Waktu Pengamatan

4.2 Pembahasan

Praktikum kali ini menganalisis pengaruh pemberian antidiuretik terhadap


mencit yang diinduksi oleh induktor. Mula mula, menyiapkan 3 ekor mencit
sebagai hewan uji dengan kelompok perlakuan yang berbeda. Yakni kelompok
kontrol negatif atau yang tidak diberikan antidiuretik dan induktor, kelompok
kontrol positif yang diberikan induktor dan tidak diberikan antidiuretik. Terakhir
kelompok uji yang diberi induktor dengan antidiuretik. Uji pengaruh pemberian
antidiuretik terhadap volume urin tiap waktu

9
Pada Kelompok 1 sebagai kontrol negatif dimana tidak diberikan inductor
atau obat kecuali CMC 2 mL/200 gr tikus. Kelompok 1 sebagai control negatif
dimana tidak diberikan induktor atau obat kecuali CMC 2 mL/200 gr tikus.
Adanya kontrol negatif bertujuan untuk mengetahui jika CMC-Na sebagai
kelompok kontrol negatif tidak mempunyai pengaruh terhadap hewan uji dan
tidak mempunyai efek diuretik.

Pada kelompok yang diberikan induktor phenobarbital. Induktor jenis


fenobarbital akan menaikkan proliferasi RE dan dengan demikian bekerja
menaikkan dengan jelas bobot hati. Induksi terutama pada sitokrom P450, dan
juga pada glukuronil transferase, glutation transferase, dan epoksida hidrolase.
Induksi yang terjadi relatif cepat dalam waktu beberapa hari. Sebagai akibat dari
induksi enzim, maka kapasitas penguraian meningkat, sehingga laju metabolisme
meningkat. Apabila induktor dihentikan, kapasitas penguraian dalam waktu
beberapa minggu menurun hingga pada tingkat asalnya (Mutschler, 1991)

Kemudian, pemberian furosemide sebagai obat diuretik diberikan


sebanyak furosemid 2 mL/200 gr pada tikus kelompok uji. Furosemide adalah
obat golongan diuretik yang bermanfaat untuk mengeluarkan kelebihan cairan dari
dalam tubuh melalui urine. Obat ini sering digunakan untuk mengatasi edema
(penumpukan cairan di dalam tubuh) atau hipertensi (tekanan darah tinggi).
Aspek farmakologi furosemide utamanya adalah sebagai diuretik kuat dengan
menghambat cotranspoter Na+/K+/Cl2- pada membran luminal tubulus dalam
mereabsorpsi elektrolit natrium, kalium, dan klorida.

Setelah perlakuan diamati volume urinnya dan ditampung pada tiap


kelompok tikus selama 6 jam. Data volume urin dan analisa efek diuretik yang
terjadi pada masing-masing kelompok. Hasil uji diuretik terhadap tikus adalah
dengan mengukur volume urinnya. Urine yang dikeluarkan selama 6 jam oleh
tikus diambil dan diukur setiap 1 jam sekali untuk melihat efek pada perlakuan
yang diberikan. Berdasarkan hasil pengamatan volume urin, menunjukkan bahwa
pada kelompok 1 kontrol negatif (CMC) memiliki volume urine yang rendah
dibandingkan dengan kelompok yang diberikan furosemid. didapatkan volume
urin dari kelompok uji (furosemide) menghasilkan urine pada jam ke-1 sebanyak

10
3,59 ml, jam ke-2 sebanyak 4,25 ml, jam ke-3 sebanyak 5,56 ml, jam ke-4
sebanyak 6,69 ml, jam ke-5 sebanyak 7,98 ml, jam ke-6 sebanyak 9,75 ml dengan
rata-rata sebanyak 6,30 ml. Volume urin pada kelompok kontrol negatif
menghasilkan urine pada jam ke-1 sebanyak 0,11 ml, jam ke-2 sebanyak 0,21 ml,
jam ke-3 sebanyak 0,34 ml, jam ke-4 sebnayak 0,65 ml, jam ke-5 sebanyak 1,12
ml, jam ke-6 sebanyak 1,76 ml dengan rata-rata sebanyak 0.698 ml. Sehingga
kelompok negatif menghasilkan volume urin yang paling rendah. Hal ini
disebabkan karena kelompok ini tidak menerima obat antidiuretik. Sedangkan
kelompok yang diberikan furosemid menghasilkan urin yang lebih banyak
Penggunaan furosemid pada kelompok uji terbukti mampu meningkatkan ekskresi
ion natrium dan kalium urine sehingga furosemid memiliki potensi terbukti
mampu meningkatkan ekskresi ion natrium dan kalium urine dan memiliki potensi
mimpi potensi diuretik. Pengeluaran ion natrium dan kalium melalui urine
memiliki manfaat untuk menurunkan tekanan darah atau antihipertensi
(Adriyanto, et al., 2013). Namun pengeluaran ion natrium dan kalium dalam
jumlah yang berlebihan mengakibatkan dehidrasi, gangguan keseimbangan ion
tubuh dan pada kondisi yang parah dapat mengganggu fisiologis jantung
(Adriyanto, et al., 2013).

BAB V. PENUTUP

11
5.1 Kesimpulan
A. Furosemide adalah obat golongan diuretik yang bermanfaat untuk
mengeluarkan kelebihan cairan dari dalam tubuh melalui urine. Obat ini
sering digunakan untuk mengatasi edema (penumpukan cairan di dalam
tubuh) atau hipertensi (tekanan darah tinggi
B. Pada kelompok kontrol uji hasil volume urin tertinggi karena mekanisme
furosemid yang dapat mempercepat pengeluaran urin dalam tubuh

DAFTAR PUSTAKA

12
Dipiro, J. T., Dipiro, C.V., Wells, B.G., & Scwinghammer, T.L. 2008.
Pharmacoteraphy Handbook Seventh Edition. USA : McGraw-Hill
Company.
Tjay, H. & Rahardja, K., 2007. Diuretika. In: Obat-obat Penting. Jakarta : PT.
Elex media Komputindo, p. 519.
Mutschler, E., 1991. Dinamika Obat. 5th ed. Bandung: Penerbit ITB.
Adriyanto, Poniman & Manalu, A. S., 2013. Evaluasi Aktivitas Diuretik Ekstrak
Etanol
Buah Beliming Wuluh (Averrhoa bilimbi) sebagai Diuretik Alami : Kadar
Natrium, Kalium dan pHUrin. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia , XI(1),
pp. 53 59.
Aidan, 2008. Pnegggolangan Diuretik. Bnadung: Alfabeta.
Harlan, I. E., 2015. Obat Diuretik. In: Bertram G. Katzung Farmakologi Dasar &
Klinik. Jakarta: EGC, pp. 240-257.
Jackson, E. K., 2008. Diuretik. In: Goodman & Gilman Dasar Farmakologi
Terapi. Jakarta: EGC, pp. 735-765.

13

Anda mungkin juga menyukai