PRAKTIKUM IV
PEMBUATAN TABLET EFFERVECENT DENGAN BAHAN AKTIF TUNGGAL
Penyusun :
I. TUJUAN
- Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan tablet effervecent.
- Melakukan uji Quality Control (QC) terhadap tablet.
1. Keseragaman Bobot
Tablet Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan banyaknya
penyimpangan bobot pada tiap tablet terhadap bobot rata-rata dari semua tablet
sesuai syarat yang ditentukan dalam Farmakope Indonesia edisi III (Anonim,
1979). Penyimpangan bobot yang dipersyaratkan oleh Farmakope Indonesia
adalah sebagai berikut : Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat
keseragaman bobot yang ditetapkan dengan menimbang 20 tablet, menghitung
bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu per satu, tidak ada dua tablet pun
yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar
dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak satu tablet pun yang
menyimpang dari bobot rata-ratanya dari harga yang ditetapkan pada kolom B.
Faktor yang mempengaruhi keseragaman bobot yaitu kondisi peralatan yang
digunakan dalam proses pentabletan, seperti berubahnya pengaruh tekanan
(Anonim, 1979).
2. Kekerasan Tablet
Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam
melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan
tablet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini
dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Faktorfaktor yang
mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang
dikempa, kekerasan tablet yang baik antara 4 – 8 kg (Parrott,1971).
3. Kerapuhan Tablet
Kerapuhan adalah parameter lain dari ketahanan tablet dalam melawan
pengikisan dan goncangan. Besaran yang dipakai adalah % bobot yang hilang
selama pengujian. Alat yang digunakan adalah friabilator tester. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kerapuhan antara lain banyaknya kandungan serbuk
(Fines). Kerapuhan di atas 1 % menunjukkan tablet yang rapuh dan dianggap
kurang baik (Banker and Anderson, 1986). Tablet bagus bila tablet yang diuji
tidak boleh berkurang lebih dari 1% dari berat tablet uji (Mohrle, 1989).
2. BAHAN
- rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) dari Pasar Beringharjo, Yogyakarta;
- petroleum eter (PE) (Bratachem),
- metanol (Bratachem),
- laktosa (Bratachem),
- polivinil pirolidon (PVP),
- asam sitrat (Bratachem),
- asam tartrat (Bratachem),
- natrium bikarbonat (Bratachem),
- magnesium stearat, talk,
- aquades
IV. FORMULASI
Dibuat 100 tablet dengan bobot pertabletnya sebesar 300mg
No. Komponen Formula
1. Ekstrak Kunyit 150 mg
2. Asam Sitrat 308 mg
3. Asam Tirtat 154 mg
4. Na. Karbonat 538 mg
5. Mg Stearat 3 mg
6. Talk 27 mg
7. Granul Laktosa 830 mg
8 pvp 2%
Bobot Tablet 2000 mg
V. MONOGRAFI BAHAN
1. Ekstrak Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan tanaman terna tahunan yang
tumbuh di daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di dataran rendah lebih
kurang 900 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut (Thomas, 1989).
Rimpang kunyit sudah digunakan secara tradisional sejak dahulu kala untuk
mengobati berbagai macam penyakit. Adapun khasiat rimpang kunyit yang telah
diketahui adalah untuk menghilangkan sumbatan, peluruh haid (emenagog), antiradang
(antiinflamasi), mempermudah persalinan, peluruh kentut, antibakteri,
memperlancar pengeluaran empedu (kolagogum), astringent (Hembing dkk., 1996), dan
mengobati sakit perut atau nyeri kembung (Sudarsono dkk., 1996).
Penggunaan kunyit di masyarakat luas pada umumnya dengan cara dibuat
jamu yang dirasakan kurang praktis. Formulasi yang tepat dalam pengolahan
bahan alam menjadi suatu bentuk sediaan yang mudah diterima masyarakat diharapkan
dapat meningkatkan kepraktisan dan minat masyarakat dalam mengkonsumsi obat
bahan alam. Salah satu upaya untuk meningkatkan kepraktisan dan minat masyarakat
tersebut adalah dengan membuat kunyit dalam bentuk ekstrak dan selanjutnya
diformulasi dalam bentuk sediaan tablet effervescent.
2. Asam Sitrat
Sumber asam yang paling umum digunakan dalam pembuatan tablet
effervescent adalah asam sitrat dan asam tartarat. Asam sitrat terdapat dalam bentuk
serbuk hablur, anhidrat, dan bentuk monohidrat. Asam sitrat bersifat higroskopis
sehingga harus dijaga dari masuknya udara terutama bila disimpan dalam ruang dengan
kelembaban udara yang tinggi (Dirjen POM, 1995).
Asam sitrat merupakan asam yang umum digunakan sebagai asam makanan
dan harganya relatif murah. Asam ini memiliki kelarutan yang tinggi, mempunyai
kekuatan asam yang tinggi dan tersedia dalam bentuk granular, anhidrat dan bentuk
monohidrat. Selain itu, tersedia juga dalam bentuk serbuk. Asam ini sangat higroskopis,
oleh karena itu penanganan dan penyimpanannya memerlukan perhatian khusus (Dirjen
POM, 1995).
3. Natrium Karbonat
Natrium bikarbonat merupakan sumber utama karbondioksida dalam sistem
effervescent. Senyawa ini larut sempurna dalam air, tidak higroskopis, tidak mahal,
banyak tersedia di pasaran dalam lima tingkat ukuran partikel (mulai dari serbuk halus
sampai granula seragam yang mengalir bebas), dapat dimakan dan digunakan secara
luas dalam produk makanan sebagai soda kue. Natrium bikarbonat merupakan alkali
natrium yang paling lemah, mempunyai pH 8,3 dalam larutan air dalam konsentrasi
0,85%. Zat ini menghasilkan kira-kira 52% karbondioksida (Ansel,1989).
Sumber karbonat, digunakan sebagai bahan penghancur dan sumber timbulnya
gas yang berupa CO2 pada tablet effervescent. Sumber karbonat yang biasa digunakan
dalam pembuatan tablet effervescent adalah natrium karbonat dan natrium bikarbonat.
Keduanya adalah yang paling reaktif. Dalam tablet effervescent, sodium bikarbonat
merupakan sumber karbon yang paling utama yang dapat larut sempurna,
nonhigroskopik, murah, banyak, dan tersedia secara komersial mulai dari bentuk bubuk
sampai bentuk granul. Sehingga natrium bikarbonat lebih banyak dipakai dalam
pembuatan tablet effervescent (Hui,1992)
4. Asam Tartat
Asam tartrat merupakan hablur tidak berwarna atau bening atau serbuk hablur
halus sampai granul, warna putih, tidak berbau, rasa asam, dan stabil di udara.
Kelarutan sangat mudah larut dalam air dan mudah larut dalam etanol (Anonim, 1995).
5. Laktosa
Pemerian laktosa disini berupa serbuk hablur berwarna putih, tidak berbau dan
mempunyai rasa agak manis. Laktosa disini digunakan sebagai bahan tambahan pada
tablet, yaitu sebagai bahan pengisi tablet (Anonim, 1979). Laktosa adalah bahan yang
bersifat kompresibel, namun sifat alirnya jelek, dapat menyerap kelembaban dari
udarasehingga kemungkinan dapat berpengaruh pada sifat fisik tablet (Sulaiman, 2007).
Laktosa juga merupakan bahan pengisi yang paling banyak dipakai karena tidak
bereaksi dengan hampir semua bahan obat baik dalam bentuk hidrat maupun anhidrat.
Formulasi yang memakai laktosa umumnya menunjukan laju pelepasan obat yang baik,
granul cepat kering, waktu hancurnya tidak terlalu peka terhadap perubahan pada
kekerasan tablet.Laktosa mempunyai harga yang lebih murah dibandingkan dengan
pengisi lainnya (Banker dan Anderson, 1994).
Laktosa merupakan eksipien yang baik sekali digunakan dalam tablet yang
mengandung zat aktif konsentrasi kecil karena mudah melakukan pencampuran yang
homogen. Harga laktosa lebih murah dari pada bahan pengisi lainnya (Siregar, 2010).
Umumnya formulasi memakai laktosa menunjukkan laju pelepasan obat yang baik,
granulnya cepat kering, dan waktu hancurnya tidak terlalu peka terhadap perubahan
pada kekerasan tablet. Laktosa menghasilkan kompresibilitas yang baik, tidak berbau
dan bersifat inert (Lachman, 1994). Standar laktosa pada suatu sediaan sebesar 65%-
85% (Kibbe,2000). Alasan pemilihan laktosa sebagai bahan pengisi karena dapat
memadatkan masa granul dalam granulasi basah atau kempa langsung. Selain itu,
Laktosa merupakan eksipien yang baik sekali digunakan dalam tablet yang
mengandung zat aktif berkonsentrasi kecil karena mudah melakukan pencampuran
yang homogen dan memiliki sifat aliran yang bagus.
6. PVP
Polivinilpirolidon adalah hasil polimerisasi 1-vinilpirolid-2-on. Pemerian
serbuk putih atau putih kekuningan, berbau lemah atau tidak berbau, dan higroskopik.
Mudah larut dalam air dan etanol (95%), praktis tidak larut dalam eter P (Dep Kes RI,
1979). Penggunaan PVP sebagai bahan pengikat tablet pada konsentrasi 0,5-5% (Kibbe,
2009). Pada penelitian yang dilakukan oleh (Yulaikhah, 2009) PVP pada kadar 3%
merupakan formula yang paling baik.
PVP sebesar 5% yang berfungsi sebagai pengikat dalam formulasi ini.
Rentang dalam HOPE untuk PVP sebagai binder yaitu 0,5%-5%. Pengikat atau perekat
ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk meningkatkan sifat kohesi serbuk melalui
pengikatan (yang diperlukan) dalam pembentukan granul yang pada pengempaan
membentuk masa kohesif atau pemampatan sebagai suatu tablet. Lokasi pengikat di
dalam granul dapat mempengaruhi sifat granul yang dihasilkan. Pengikat digunakan
untuk mengikat zat aktif dan eksipien sehingga mudah dicetak. Selain itu PVP
merupakan binder yang dapat digunakan dalam keadaan kering sehingga sesuai dengan
metode yang digunakan (Rowe, 2009 ; Ansel,1989).
7. Talk
Talk berfungsi sebagai lubrikan dan glidan. Talk yang dikombinasikan
dengan magnesium stearat akan menghasilkan lubrikasi yang baik (Siregar, 2010).
Pemilihan talcum sebagai glidan adalah karena talcum glidan yang baik dan dapat
dikombinasikan dengan Mg stearate untuk memperbaiki sifat dari aliran granul.
Konsentrasi talk yang berfungsi sebagai glidan dan lubrikan antara 1%-10% (Kibbe,
2009).
8. Magnesium Stearat
Mg stearat merupakan campuran magnesium dengan asam organik solid yang
mengandung magnesium stearat dan magnesium palmitat. Mg Stearat digunakan
sebagai bahan pelicin dalam kapsul atau tablet dengan konsentrasi 0,25%-5%.
Pemerian serbuk halus, licin, putih, dan mudah melekat pada kulit, bau lemah khas.
Kelarutan: praktis tidak larut dalam air, etanol (95%) P dan dalam eter P, sukar larut
dalam benzen dan etanol (95%) (Rowe et al., 2009). Jumlah lubrikan yang optimal
harus ditetapkan untuk setiap formulasi karena 19 lubrikan dapat mengurangi sifat
mengikat dari zat pengikat (Siregar & Wikarsa, 2010).
Magnesium stearat digunakan sebagai lubrikan. Bahan ini merupakan hasil
pencampuran dari magnesium dengan asam-asam organik padat. Namun memiliki
kekurangan yaitu sifat logam stearat yang tidak larut air akan menghambat proses
disintegrasi tablet dan proses disolusi zat aktif (Siregar, 2010). Konsentrasi magnesium
stearat yang digunakan pada proses pembuatan tablet sebagai lubrikan antara 1-2%
(Allen, 2009). Alasan pemilihan bahan karena baik sebagai lubrikan dan anti arderent
tapi kurang baik sebagai glidan. Pemilihan Mg searat sebagai lubrikan harus
dikombinasikan dengan bahan lain.
VI. PERHITUNGAN
1. Ketentuan
a. Setiap tablet mengandung : 150 mg Ekstrak Kunyit
b. Bobot setiap tablet : 2000 mg
c. Jumlah tablet : 20 tablet
2. Untuk tiap tablet
- Ekstrak Kunyit = 150 mg
- Asam Sitrat = 308 mg
- Asam Tartat = 154 mg
- Na. Karbonat = 538 mg
- Mg stearate = 3 mg
- Talk = 27 mg
- Granul Laktosa = 830 mg
3. Bobot granult eoritis (untuk 20 tablet)
- Ekstrak Kunyit = 150 mg x 20 = 3.000 mg
- Asam Sitrat = 308 mg x 20 = 6.160 mg
- Asam Tartat = 154 mg x 20 = 3.080 mg
- Na. Karbonat = 538 mg x 20 = 10.760 mg
- Mg stearate = 3 mg x 20 = 60 mg
- Talk = 27 mg x 20 = 540 mg
- Granul Laktosa = 830 mg x 20 = 16.600 mg
VII . CARA KERJA
4.1. Pembuatan tablet
A. Cara Kerja
Hasil
4.2. Evaluasi granul
a. Bobot jenis
Bobot jenis nyata
Bahan : granul kering
Alat : gelas ukur 100 ml
Prosedur : 10 gram granul ditimbang dan dimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml,
Kemudian dicatat volume granul yang ditunjukkan dan dihitung bobot
jenis nyata.
b. Bobot jenis mampat
Bahan : granul kering
Alat : gelas ukur 100 ml
Prosedur : 10 gram granul ditimbang dan dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml.
Kemudian gelas ukur diketuk sebanyak 100 kali secara manual dengan
tangan, lalu dicatat volume granul setelah dimampatkan dan dihitung
bobot jenis mampat.
c. Distribusi ukuran granul
Alat : ayakan no. mesh 80
Prosedur : dimasukkan 20 gram granul dan dilakukan diatas ayakan no. 80 yang
terangkai dengan sheveshaker.
Persyaratan : % fines tidak melebihi 20%
d. Kecepatan alir
Alat : corong uji sifat alir
Prosedur : massa cetak diletakkn dalam corong yang bawahnya tertutup, kemudian
tutup corong dibuka dan dihitung waktu serbuk jatuh dari corong
hingga tidak ada sisa. Kecepatan alir dinyatakan dalam massa
sampel/waktu.
Interpretasi :
Laju alir Sifat alir
>10 Sangat baik
4-10 Baik
1,6-4 Sukar
<1,6 Sangat sukar
e. Sudut istirahat
Alat : corong uji
Prosedur : granul ditampung pada kertas grafik millimeter, tinggi dan diameter
dari serbuk dihitung kedalam rumus tan α = t/r sehingga diketahui
sudut istirahat.
Interpretasi :
Sudut istirahat Sifat alir
<25º Excellent
25º-30º Good
30º-40º Portable
>40º Very poor
f. Kompresibilitas
Alat : tapped density tester
Prosedur:ditimbang 100 gram, dimasukkan dalam gelas ukur dan dicatat volumenya,
granul dimampatkan hingga 500 kali ketukan. Dicatat volume setelah
dimampatkan.
g. Porositas
Bahan : granul kering
Alat : gelas ukur 100 ml
Prosedur: 10 gram granul ditimbang dan dimasukkan ke gelas ukur 100 ml,
Kemudian dicatat volume awal. Lalu, gelas ukur diketuk sebanyak 100 kali secara
manual, kemudian dicatat volume setelah dimampatkan. Setelah itu, dihitung ineks
porositas (e).
Persyaratan: indeks porositas (e) tidak lebih dari 90%.
Allen, Loyd. V. JR, 2002, The Art, Science and Technology of Pharmaceutical
Compounding, Second Edition, America Pharmaceutical Association, Washington
D.C.
Ansel, C Howard, 1989. Kalkulasi Farmasetik. EGC : Jakarta.Frits, G.J. 2013. Introduction
Plant Physiology, Second Edition. New Jersey : Prentice Hall, Inc, Englewood
Clifts.
Armstrong, N.A. 2006. Gelatin, Magnesium stearat, Asam sitrat, Laktosa, in Rowe, R.C.,
Sheskey, P.J., Owe, S.C., (Eds.). 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients,
American Pharmaceutical Association, Washington DC. 185-187, 295-298, 430-
433, 385-388.
Cram A. Di dalam Rowe RC, Paul J, Sheskey PJ, Quinn ME. 2009. Handbook of
Pharmaceutical 9th Edition. London-Chicago: Pharmaceutical Press.
Hui, Y.H., 1992. Encyclopedia of Food Science and Technology. Jhon Wiley and Sons Inc.
New York
Kanig, J.L., and Rudnic, E. M., 1984, The Mechanism of Disintegran Action, Pharmaceutical
Technology, 50-60.
Kibbe A.H, 2006, Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 5th Edition, Phamaceutical Press
London, United Kingdom dan American \Pharmaceutical Association,
Washington, D. C.
Siregar, J. P Charles JP., Wikarsa, S., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-dasar
Praktikum, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sudarsono, Pudjoarianto, A., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I.A., Drajat, Wibowo,
S., Ngatidjan, 1989, Tumbuhan Obat, PPOT UGM, Yogyakarta, 54-58
Sulaiman, T.N.S., 2007, Teknologi & Formulasi Sediaan Tablet, Pustaka Laboratorium
Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 56 –
59, 198 – 215.
Thomas, A.N.S., 1989, Tanaman Obat Tradisional, Jilid ke-1, Kanisius, Yogyakarta, 33-34
Voigt, R. 1984. Buku Ajar Teknologi Farmasi, Edisi V. diterjemahkan oleh Soewandhi, S.
N., Edisi 5. Yogyakarta : UGM Press.