Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI (TSF) SOLID

PRAKTIKUM IV
PEMBUATAN TABLET EFFERVECENT DENGAN BAHAN AKTIF TUNGGAL

Penyusun :

NAMA : Fiji Indah Gunawan


NIM : E0018016
KELAS : 2A
DOSEN PENGAMPU : Devi Ika Kurnianingtyas, M.Sc. Apt
Agung Nur Cahyanta, M.Farm.,Apt.

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKes BHAKTI MANDALA HUSADA (BHAMADA) SLAWI
SEMESTER IV
2020
PRAKTIKUM IV
PEMBUATAN TABLET EFFERVECENT DENGAN BAHAN AKTIF TUNGGAL

I. TUJUAN
- Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan tablet effervecent.
- Melakukan uji Quality Control (QC) terhadap tablet.

II. DASAR TEORI


2.1 Definisi Tablet
Tabet adalah sediaan padat kompak yang dibuat secara kempa cetak dalam
bentuk tabung pipih atau serkuler, kedua pemukaannya rata atau cembung,
mengandunng satu jenis obat atau lebih, dengan atau tanpa bahan tambahan. Zat
tambahan yang digunakan berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat
pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok(FI ed III, 1979).
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet-tablet
dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, dan daya
hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan
metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obatan
secara oral, dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat
pemberi rasa, dan lapisan-lapisan dalam berbagai jenis.Tablet lain yang
penggunaannya dengan cara sublingual, bukal, atau melalui vagina, tidak boleh
mengandung bahan tambahan seperti pada tablet yang digunakan secara oral
(Ansel,1989).
Sediaan obat dalam bentuk tablet mempunyai keuntungan dibanding bentuk
sediaan yang lain, yaitu pertama, mempunyai ketepatan dosis yang lebih terjamin
karena tiap tablet mempunyai ukuran tertentu. Kedua, sifat fisiknya stabil untuk
jangka waktu penyimpanan yang lama. Ketiga, aktifitas dari obat tersebut stabil
sewaktu digunakan. Keempat, cara pemberian yang mudah(Gunsel dan Kanig,1976).

2.2 Tablet Effervecent


Tablet effervescent merupakan tablet berbuih yang dibuat dengan cara
kompresi granul yang mengandung garam effervescent atau bahan lain yang mampu
melepaskan gas ketika bercampur dengan air. Reaksi kimia antara asam dan natrium
bikarbonat akan membentuk garam natrium dari asam dan menghasilkan gas
karbondioksida (CO2) ( Hadisoewignyo dan fudholi 2013).
Pemilihan bahan dalam pembuatan tablet effervescent sangat penting
dilakukan untuk menentukan kandungan kelembapan. Reaksi yang paling sering
digunakan untuk desintegrasi tablet dalam suatu formula sediaan effervescent adalah
sumber asam yang larut dalam suatu logam alkali karbonat untuk menghasilkan gas
karbondioksida yang bertindak sebagai desintegrant tablet. Reaksi ini juga terjadi
apabila adanya kandungan air dalam jumlah kecil yang terikat dalam bahan mentah
untuk formulasi. Reaksi tersebut membuat sediaan menjadi tidak stabil secara fisik.
Tablet effervescent sebaiknya menggunakan bahan mentah dalam keadaan anhidrat
dengan kelembapan yang rendah atau tidak ada kelembapan yang diabsorbsi (Siregar
& wikarsa 2010).

2.3 Metode Pembuatan Tablet Effervecent


Pada proses pembuatan tablet effervescent dibutuhkan kondisi khusus dimana
nilai RH ( Relative Humidity) maksimum yang memenuhi persyaratan yaitu 25%
pada suhu 25 ºC (Banker & Christopher 1990). Kondisi khusus diperlukan untuk
menghindari reaksi effervescent dini dan melekatnya bahan pada mesin cetak selama
proses pembuatan akibat pengaruh dari kelembapan, karena kondisi yang lembab
dapat menginisisasi reaksi pembentukan gas CO2. Secara umum pembuatan tablet
effervescent dibagi menjadi :
1) Metode kering (Dry Method).
Metode kering ini umumnya digunakan untuk zat zat yang tidak tahan lembab
atau panas serta rusak bila interaksi dengan air. Metode ini meliputi cetak
langsung dan granulasi kering
2) Cetak langsung.
Pembuatan tablet effervescent dengan mengempa langsung campuran zat aktif
dan eksipien tanpa perlakuan terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang
paling mudah, praktis dan cepat dalam pengerjaannya.
3) Granulasi kering.
Pembuatan tablet dengan memproses bahan aktif dan eksipien degan mengempa
campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah untuk
menghasilkan granul atau partikel serbuk yang besar. Granul yang dihasilkan
akan akan dicetak menjadi tablet.
4) Granulasi Basah.
Metode ini biasa digunakan utnuk bahan aktif yang tahan air dan kelembapan.
Metode granulasi basah merupakan metode yang masih banyak dipakai untuk zat
aktif yang sulit untuk dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya
rendah. Prinsip pada metode ini adalah memisahkan granul asam dan granul basa,
kemudian masing-masing granul dibasahi dengan larutan pengikat sampai tingkat
kebasahan tertentu. Granul kemudian diayak lalu dikeringkan. Granul yang telah
kering diayak kembali lalu dicetak menjadi tablet. Pemisahan antara granul asam
dan basa ini bertujuan untuk mencegah terjadinya reaksi effervescent.

2.4 Keuntungan Tablet Effervecent


Sediaan effervescent mempunyai berbagai keuntungan antara lain memberi cita
rasa yang menyenangkan karena adanya karbonasi sehingga mampu menutup rasa zat
aktif yang pahit, mudah digunakan setelah dilarutkan, dan nyaman, pengemasan dapat
dilakukan secara individual untuk mencegah masuknya 6 kelembaban sehingga
menghindari ketidakstabilan kandungan saat masa penyimpanan, dapat diberikan pada
pasien yang sukar menelan tablet atau kapsul, zat aktif yang tidak stabil saat disimpan
dalam bentuk sediaan cair akan lebih stabil dalam sediaan effervescent (Siregar &
Wikarsa 2010).

2.5 Keterbatasan Tablet Effervecent


Sediaan effervescent juga memiliki beberapa keterbatasan antara lain
Pembuatan tablet effervescent dengan zat aktif yang kurang menyenangkan relatif
lebih sulit karena harus memproses zat aktif agar membuat cita rasa yang cukup
menyenangkan, Masalah yang dihadapi saat pembuatan tablet effervescent adalah
pengendalian suhu dan kelembaban ruangan untuk mempertahankan kestabilan
produk selama pembuatan, penyimpanan, dan penggunaan oleh pasien, Harga relatif
lebih mahal dari pada tablet konvensional (Siregar & Wikarsa 2010).

2.6 Bahan Tambahan Effervecent


1) Bahan pengisi.
Berdasarkan sifat-sifar dalam suatu tablet effervescent, biasanya sedikit
pengisi perlu ditambahkan. Bahan effervescent sendiri biasanya diperlukan dalam
kuantitas yang cukup besar utnuk menghindari penggunaan pengisi untuk
mencapai bobot sediaan yang dikehendaki. Natrium bikarbonat merupakan salah
satu pengisi yang bermanfaat dan murah, effervescent ekstra (tambahan) dan efek
pH larutan tidak menimbulkan masalah. Bahan lain selain natrium bikarbonat
yang dianggap mudah larut, tersedia dalam ukuran partikel yang serupa dengan
bahan lain dalam sediaan adalah natrium klorida dan natrium sulfat. Kedua zat ini
relatif padat dan mungkin berguna dalam memproduksi tablet yang lebih padat
jika dikehendaki (Siregar & Wikarsa 2010).
2) Bahan pengikat.
Pengikat adalah bahan yang membantu mengikat bahan lain bersama-sama.
Kebanyakan tablet effervescent terutama terdiri dari zat-zat yang diperlukan
untuk menghasilkan effervescent atau untuk melaksanakan fungsi tablet.
Biasanya hanya sedikit tempat untuk eksipien, yang diperlukan dalam konsentrasi
besar agar efektif. Polivinilpirolidon (PVP) adalah pengikat yang efektif untuk
tablet effervescent. Zat ini biasanya ditambahkan pada serbuk yang akan
digranulasi dalam keadaan kering kemudian dibasahi dengan 7 cairan
penggranulasi, atau dalam suatu larutan dengan air, alkohol, atau cairan
penggranulasi hidroalkohol (Siregar & Wikarsa 2010).
3) Lubrikan.
Lubrikan merupakan salah satu bahan yang paling penting dalam tablet
effervescent karena tanpa bahan ini produksi tablet effervescent pada alat
kecepatan tinggi tidak akan mungin. Lubrikan intrinsik diberikan oleh zat-zat
yang langsung ditambahkan ke tablet ketika mengerjakan granulasi. Garam
magnesium, kalsium, dan garam seng dari asam stearat adalah zat yang paling
efisien dan biasa digunakan. Konsentrasi 1% atau kurang biasanya efektif.
Lubrikan ekstrinsik merupakan suatu mekanisme yang berlaku sebagai zat
lubrikan pada permukaan alat penabletan selama pemrosesan. Secara umum suatu
lubrikan yang sempurna atau adjuvan utnuk sediaan effervescent harus nontoksik,
tidak berasa dan larut air (Siregar & Wikarsa 2010).

2.6 Pemeriksaan Kualitas Granul


1. Uji kecepatan alir
Kecepatan alir adalah kecepatan yang diperlukan granul dalam waktu
tertentu untuk mengalir dalam suatu alat. Kecepatan aliran granul dapat
dipengaruhi oleh ukuran, bentuk, porositas, kandungan lembab dan struktur
partikel. Pada granul yang memiliki kecepatan alir yang baik, menghasilkan
keseragaman bobot yang baik (Ann, 2013). Menurut Fudholi (1983) kecepatan
alir dikatan baik jika memiliki waktu alir kurang dari 10 detik. Sifat alir granul
dikatakan baik jika memiliki kecepatan alir antara 4-10 g/detik (Aulton, 1988)
2. Uji pengetapan
Pengetapan merupakan penerapan sejumlah volume granul atau serbuk
akibatnya adanya hentakan atau tap. Bentuk, ukuran dan kerapatan dari suatu
granul akan berpengaruh terhadap uji pengetapan. Serbuk memiliki sifat alir
yang baik jika memiliki nilai indeks < 20% (Chandira et al., 2012).
3. Uji kompresibilitas
Kompresibilitas merupakan kemampuan granul untuk membentuk tablet
dengan tekanan tertentu. Kompresibilitas juga biasanya disebut dengan index
carr’s yang dapat digunakan untuk menentukan sifat alir. Semakin besar nilai
kompresibilitas menunjukkan granul memiliki sifat alir yang kurang baik.
4. Uji sudut diam
Menurut Lumay et al. (2012) uji sudut diam merupakan metode klasik.
Metode ini dilakukan dengan membuat timbunan serbuk. Suatu serbuk
dikatakan baik atau memiliki sifat alir yang baik jika memiliki sudut diam
berkisar antara 35 – 40 (Chandira et al., 2012).

2.7 Uji Fisik Tablet


Tablet Pemeriksaan kualitas tablet dilakukan untuk mengetahui mutu fisik
dari tablet yang dihasilkan, pemeriksaan kualitas tablet meliputi :

1. Keseragaman Bobot
Tablet Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan banyaknya
penyimpangan bobot pada tiap tablet terhadap bobot rata-rata dari semua tablet
sesuai syarat yang ditentukan dalam Farmakope Indonesia edisi III (Anonim,
1979). Penyimpangan bobot yang dipersyaratkan oleh Farmakope Indonesia
adalah sebagai berikut : Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat
keseragaman bobot yang ditetapkan dengan menimbang 20 tablet, menghitung
bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu per satu, tidak ada dua tablet pun
yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar
dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak satu tablet pun yang
menyimpang dari bobot rata-ratanya dari harga yang ditetapkan pada kolom B.
Faktor yang mempengaruhi keseragaman bobot yaitu kondisi peralatan yang
digunakan dalam proses pentabletan, seperti berubahnya pengaruh tekanan
(Anonim, 1979).

2. Kekerasan Tablet
Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam
melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan
tablet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini
dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Faktorfaktor yang
mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang
dikempa, kekerasan tablet yang baik antara 4 – 8 kg (Parrott,1971).

3. Kerapuhan Tablet
Kerapuhan adalah parameter lain dari ketahanan tablet dalam melawan
pengikisan dan goncangan. Besaran yang dipakai adalah % bobot yang hilang
selama pengujian. Alat yang digunakan adalah friabilator tester. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kerapuhan antara lain banyaknya kandungan serbuk
(Fines). Kerapuhan di atas 1 % menunjukkan tablet yang rapuh dan dianggap
kurang baik (Banker and Anderson, 1986). Tablet bagus bila tablet yang diuji
tidak boleh berkurang lebih dari 1% dari berat tablet uji (Mohrle, 1989).

4. Waktu Hancur Tablet


Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan untuk hancurnya tablet
dalam medium yang sesuai sehingga tidak ada bagian tablet yang tertinggal
diatas kassa alat pengujian. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur
adalah sifat fisika kimia granul dan kekerasan tablet. Kecuali dinyatakan lain,
waktu hancur tablet tidak bersalut tidak boleh lebih dari 15 menit (Anonim,
1979). Waktu hancur yang semakin cepat maka semakin cepat pula pelarutan
dari bahan berkhasiat sehingga akan lebih cepat berkhasiat bagi tubuh.
III. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT
– mesin penggiling serbuk (Cross Beater Mill Mrk-Retch, Mitamura Riken Yoga,
Jerman),
– seperangkat alat soxhlet,
– perkolator,
– rotaevaporator,
– eksikator,
– alat-alat gelas,
– seperangkat alat uji sudut diam,
– corong stainless steel,
– stop watch digital,
– volumenometer,
– Stokes Monsanto Hardeness Tester (Jerman),
– abration tester (Erweka tipe ST-2, Jerman),
– friabilator tester,
– neraca analitik,
– almari pengering,
– oven,
– ayakan 12 dan 16 mesh,
– mesin cetak tablet.

2. BAHAN
- rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) dari Pasar Beringharjo, Yogyakarta;
- petroleum eter (PE) (Bratachem),
- metanol (Bratachem),
- laktosa (Bratachem),
- polivinil pirolidon (PVP),
- asam sitrat (Bratachem),
- asam tartrat (Bratachem),
- natrium bikarbonat (Bratachem),
- magnesium stearat, talk,
- aquades
IV. FORMULASI
Dibuat 100 tablet dengan bobot pertabletnya sebesar 300mg
No. Komponen Formula
1. Ekstrak Kunyit 150 mg
2. Asam Sitrat 308 mg
3. Asam Tirtat 154 mg
4. Na. Karbonat 538 mg
5. Mg Stearat 3 mg
6. Talk 27 mg
7. Granul Laktosa 830 mg
8 pvp 2%
Bobot Tablet 2000 mg
V. MONOGRAFI BAHAN
1. Ekstrak Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan tanaman terna tahunan yang
tumbuh di daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di dataran rendah lebih
kurang 900 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut (Thomas, 1989).
Rimpang kunyit sudah digunakan secara tradisional sejak dahulu kala untuk
mengobati berbagai macam penyakit. Adapun khasiat rimpang kunyit yang telah
diketahui adalah untuk menghilangkan sumbatan, peluruh haid (emenagog), antiradang
(antiinflamasi), mempermudah persalinan, peluruh kentut, antibakteri,
memperlancar pengeluaran empedu (kolagogum), astringent (Hembing dkk., 1996), dan
mengobati sakit perut atau nyeri kembung (Sudarsono dkk., 1996).
Penggunaan kunyit di masyarakat luas pada umumnya dengan cara dibuat
jamu yang dirasakan kurang praktis. Formulasi yang tepat dalam pengolahan
bahan alam menjadi suatu bentuk sediaan yang mudah diterima masyarakat diharapkan
dapat meningkatkan kepraktisan dan minat masyarakat dalam mengkonsumsi obat
bahan alam. Salah satu upaya untuk meningkatkan kepraktisan dan minat masyarakat
tersebut adalah dengan membuat kunyit dalam bentuk ekstrak dan selanjutnya
diformulasi dalam bentuk sediaan tablet effervescent.

2. Asam Sitrat
Sumber asam yang paling umum digunakan dalam pembuatan tablet
effervescent adalah asam sitrat dan asam tartarat. Asam sitrat terdapat dalam bentuk
serbuk hablur, anhidrat, dan bentuk monohidrat. Asam sitrat bersifat higroskopis
sehingga harus dijaga dari masuknya udara terutama bila disimpan dalam ruang dengan
kelembaban udara yang tinggi (Dirjen POM, 1995).
Asam sitrat merupakan asam yang umum digunakan sebagai asam makanan
dan harganya relatif murah. Asam ini memiliki kelarutan yang tinggi, mempunyai
kekuatan asam yang tinggi dan tersedia dalam bentuk granular, anhidrat dan bentuk
monohidrat. Selain itu, tersedia juga dalam bentuk serbuk. Asam ini sangat higroskopis,
oleh karena itu penanganan dan penyimpanannya memerlukan perhatian khusus (Dirjen
POM, 1995).
3. Natrium Karbonat
Natrium bikarbonat merupakan sumber utama karbondioksida dalam sistem
effervescent. Senyawa ini larut sempurna dalam air, tidak higroskopis,  tidak mahal,
banyak tersedia di pasaran dalam lima tingkat ukuran partikel (mulai dari serbuk halus
sampai granula seragam yang mengalir bebas), dapat dimakan dan digunakan secara
luas dalam produk makanan sebagai soda kue. Natrium bikarbonat merupakan alkali
natrium yang paling lemah, mempunyai pH 8,3 dalam larutan air dalam konsentrasi
0,85%. Zat ini menghasilkan kira-kira 52% karbondioksida (Ansel,1989).
Sumber karbonat, digunakan sebagai bahan penghancur dan sumber timbulnya
gas yang berupa CO2 pada tablet effervescent. Sumber karbonat yang biasa digunakan
dalam pembuatan tablet effervescent adalah natrium karbonat dan natrium bikarbonat.
Keduanya adalah yang paling reaktif. Dalam tablet effervescent, sodium bikarbonat
merupakan sumber karbon yang paling utama yang dapat larut sempurna,
nonhigroskopik, murah, banyak, dan tersedia secara komersial mulai dari bentuk bubuk
sampai bentuk granul. Sehingga natrium bikarbonat lebih banyak dipakai dalam
pembuatan tablet effervescent (Hui,1992)

4. Asam Tartat
Asam tartrat merupakan hablur tidak berwarna atau bening atau serbuk hablur
halus sampai granul, warna putih, tidak berbau, rasa asam, dan stabil di udara.
Kelarutan sangat mudah larut dalam air dan mudah larut dalam etanol (Anonim, 1995).

5. Laktosa
Pemerian laktosa disini berupa serbuk hablur berwarna putih, tidak berbau dan
mempunyai rasa agak manis. Laktosa disini digunakan sebagai bahan tambahan pada
tablet, yaitu sebagai bahan pengisi tablet (Anonim, 1979). Laktosa adalah bahan yang
bersifat kompresibel, namun sifat alirnya jelek, dapat menyerap kelembaban dari
udarasehingga kemungkinan dapat berpengaruh pada sifat fisik tablet (Sulaiman, 2007).
Laktosa juga merupakan bahan pengisi yang paling banyak dipakai karena tidak
bereaksi dengan hampir semua bahan obat baik dalam bentuk hidrat maupun anhidrat.
Formulasi yang memakai laktosa umumnya menunjukan laju pelepasan obat yang baik,
granul cepat kering, waktu hancurnya tidak terlalu peka terhadap perubahan pada
kekerasan tablet.Laktosa mempunyai harga yang lebih murah dibandingkan dengan
pengisi lainnya (Banker dan Anderson, 1994).
Laktosa merupakan eksipien yang baik sekali digunakan dalam tablet yang
mengandung zat aktif konsentrasi kecil karena mudah melakukan pencampuran yang
homogen. Harga laktosa lebih murah dari pada bahan pengisi lainnya (Siregar, 2010).
Umumnya formulasi memakai laktosa menunjukkan laju pelepasan obat yang baik,
granulnya cepat kering, dan waktu hancurnya tidak terlalu peka terhadap perubahan
pada kekerasan tablet. Laktosa menghasilkan kompresibilitas yang baik, tidak berbau
dan bersifat inert (Lachman, 1994). Standar laktosa pada suatu sediaan sebesar 65%-
85% (Kibbe,2000). Alasan pemilihan laktosa sebagai bahan pengisi karena dapat
memadatkan masa granul dalam granulasi basah atau kempa langsung. Selain itu,
Laktosa merupakan eksipien yang baik sekali digunakan dalam tablet yang
mengandung zat aktif berkonsentrasi kecil karena mudah melakukan pencampuran
yang homogen dan memiliki sifat aliran yang bagus.

6. PVP
Polivinilpirolidon adalah hasil polimerisasi 1-vinilpirolid-2-on. Pemerian
serbuk putih atau putih kekuningan, berbau lemah atau tidak berbau, dan higroskopik.
Mudah larut dalam air dan etanol (95%), praktis tidak larut dalam eter P (Dep Kes RI,
1979). Penggunaan PVP sebagai bahan pengikat tablet pada konsentrasi 0,5-5% (Kibbe,
2009). Pada penelitian yang dilakukan oleh (Yulaikhah, 2009) PVP pada kadar 3%
merupakan formula yang paling baik.
PVP  sebesar 5% yang berfungsi sebagai pengikat dalam formulasi ini. 
Rentang dalam HOPE untuk PVP sebagai binder yaitu 0,5%-5%.  Pengikat atau perekat
ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk meningkatkan sifat kohesi serbuk melalui
pengikatan (yang diperlukan) dalam pembentukan granul yang pada pengempaan
membentuk masa kohesif atau pemampatan sebagai suatu tablet. Lokasi pengikat di
dalam granul dapat mempengaruhi sifat granul yang dihasilkan. Pengikat digunakan
untuk mengikat zat aktif dan eksipien sehingga mudah dicetak. Selain itu PVP
merupakan binder yang dapat digunakan dalam keadaan kering sehingga sesuai dengan
metode yang digunakan (Rowe, 2009 ; Ansel,1989).

7. Talk
Talk berfungsi sebagai lubrikan dan glidan. Talk yang dikombinasikan
dengan magnesium stearat akan menghasilkan lubrikasi yang baik (Siregar, 2010).
Pemilihan talcum sebagai glidan adalah karena talcum glidan yang baik dan dapat
dikombinasikan dengan Mg stearate untuk memperbaiki sifat dari aliran granul.
Konsentrasi talk yang berfungsi sebagai glidan dan lubrikan antara 1%-10% (Kibbe,
2009).

8. Magnesium Stearat
Mg stearat merupakan campuran magnesium dengan asam organik solid yang
mengandung magnesium stearat dan magnesium palmitat. Mg Stearat digunakan
sebagai bahan pelicin dalam kapsul atau tablet dengan konsentrasi 0,25%-5%.
Pemerian serbuk halus, licin, putih, dan mudah melekat pada kulit, bau lemah khas.
Kelarutan: praktis tidak larut dalam air, etanol (95%) P dan dalam eter P, sukar larut
dalam benzen dan etanol (95%) (Rowe et al., 2009). Jumlah lubrikan yang optimal
harus ditetapkan untuk setiap formulasi karena 19 lubrikan dapat mengurangi sifat
mengikat dari zat pengikat (Siregar & Wikarsa, 2010).
Magnesium stearat digunakan sebagai lubrikan. Bahan ini merupakan hasil
pencampuran dari magnesium dengan asam-asam organik padat. Namun memiliki
kekurangan yaitu sifat logam stearat yang tidak larut air akan menghambat proses
disintegrasi tablet dan proses disolusi zat aktif (Siregar, 2010). Konsentrasi magnesium
stearat yang digunakan pada proses pembuatan tablet sebagai lubrikan antara 1-2%
(Allen, 2009). Alasan pemilihan bahan karena baik sebagai lubrikan dan anti arderent
tapi kurang baik sebagai glidan. Pemilihan Mg searat sebagai lubrikan harus
dikombinasikan dengan bahan lain.
VI. PERHITUNGAN
1. Ketentuan
a. Setiap tablet mengandung : 150 mg Ekstrak Kunyit
b. Bobot setiap tablet : 2000 mg
c. Jumlah tablet : 20 tablet
2. Untuk tiap tablet
- Ekstrak Kunyit = 150 mg
- Asam Sitrat = 308 mg
- Asam Tartat = 154 mg
- Na. Karbonat = 538 mg
- Mg stearate = 3 mg
- Talk = 27 mg
- Granul Laktosa = 830 mg
3. Bobot granult eoritis (untuk 20 tablet)
- Ekstrak Kunyit = 150 mg x 20 = 3.000 mg
- Asam Sitrat = 308 mg x 20 = 6.160 mg
- Asam Tartat = 154 mg x 20 = 3.080 mg
- Na. Karbonat = 538 mg x 20 = 10.760 mg
- Mg stearate = 3 mg x 20 = 60 mg
- Talk = 27 mg x 20 = 540 mg
- Granul Laktosa = 830 mg x 20 = 16.600 mg
VII . CARA KERJA
4.1. Pembuatan tablet
A. Cara Kerja

Pembuatan Ekstrak Kunyit


 Serbuk kunyit disoxhletasi menggunakan pelarut PE dengan
perbandingan 1:3 selama 11 jam.
 Kemudian dipisahkan antara fase PE dan ampas serbuk kunyitnya.
Ampas serbuk kunyit dibersihkan dari PE dengan cara diratakan tipis
dengan ketebalan 0,5-1 cm dan diangin-anginkan selama 5-10 menit.
 Serbuk yang telah bebas PE diperkolasi menggunakan metanol dengan
perbandingan 1:4 selama 24 jam.
 Sari metanol dipekatkan di atas waterbath sampai didapat volume
konstan sehingga didapat ekstrak bebas metanol.
 Selanjutnya ekstrak dikeringkan dengan laktosa sehingga didapat
ekstrak kering.

Hasil

Pembuatan Granul Laktosa

 Larutan PVP 2% sebagai pengikat ditambahkan secukupnya pada


laktosa,
 kemudian diayak dengan ayakan no 12. Granul dikeringkan dalam
lemari pengering.
 Granul kering diayak dengan
ayakan no 16.
Hasil

Pembuatan Tablet Effervecent

 Pembuatan tablet effervecent dengan cara mencampur ekstrak kunyit


dengan sumber asam dan basa, kemudian ditambah granul laktosa dan
dikeringkan di lemari pengering.
 Campuran yang sudah kering diayak dengan ayakan no 16 dan
ditambahkan talk dan Mg stearat sebagai bahan pelicin.
 Selanjutnya dilakukan evaluasi dan kemudian dicetak dengan mesin
tablet. Semua pekerjaan ini dilakukan pada kondisi kelembaban relatif
40%.

Hasil
4.2. Evaluasi granul
a. Bobot jenis
Bobot jenis nyata
Bahan : granul kering
Alat : gelas ukur 100 ml
Prosedur : 10 gram granul ditimbang dan dimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml,
Kemudian dicatat volume granul yang ditunjukkan dan dihitung bobot
jenis nyata.
b. Bobot jenis mampat
Bahan : granul kering
Alat : gelas ukur 100 ml
Prosedur : 10 gram granul ditimbang dan dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml.
Kemudian gelas ukur diketuk sebanyak 100 kali secara manual dengan
tangan, lalu dicatat volume granul setelah dimampatkan dan dihitung
bobot jenis mampat.
c. Distribusi ukuran granul
Alat : ayakan no. mesh 80
Prosedur : dimasukkan 20 gram granul dan dilakukan diatas ayakan no. 80 yang
terangkai dengan sheveshaker.
Persyaratan : % fines tidak melebihi 20%
d. Kecepatan alir
Alat : corong uji sifat alir
Prosedur : massa cetak diletakkn dalam corong yang bawahnya tertutup, kemudian
tutup corong dibuka dan dihitung waktu serbuk jatuh dari corong
hingga tidak ada sisa. Kecepatan alir dinyatakan dalam massa
sampel/waktu.
Interpretasi :
Laju alir Sifat alir
>10 Sangat baik
4-10 Baik
1,6-4 Sukar
<1,6 Sangat sukar
e. Sudut istirahat
Alat : corong uji
Prosedur : granul ditampung pada kertas grafik millimeter, tinggi dan diameter
dari serbuk dihitung kedalam rumus tan α = t/r sehingga diketahui
sudut istirahat.
Interpretasi :
Sudut istirahat Sifat alir
<25º Excellent
25º-30º Good
30º-40º Portable
>40º Very poor

f. Kompresibilitas
Alat : tapped density tester
Prosedur:ditimbang 100 gram, dimasukkan dalam gelas ukur dan dicatat volumenya,
granul dimampatkan hingga 500 kali ketukan. Dicatat volume setelah
dimampatkan.
g. Porositas
Bahan : granul kering
Alat : gelas ukur 100 ml
Prosedur: 10 gram granul ditimbang dan dimasukkan ke gelas ukur 100 ml,
Kemudian dicatat volume awal. Lalu, gelas ukur diketuk sebanyak 100 kali secara
manual, kemudian dicatat volume setelah dimampatkan. Setelah itu, dihitung ineks
porositas (e).
Persyaratan: indeks porositas (e) tidak lebih dari 90%.

4.3. Evaluasi tablet


a. Keseragaman bobot tablet (Depkes RI, 2014)
Alat : neraca analitik
Prosedur : 20 tablet yang diambil secara acak ditimbang dan dihitung rata-rata
bobot tablet, kemudian dibandingkan bobot tablet dengan bobot tablet rata-rata.
Persyaratan: untuk berat rata-rata tablet lebih dari 250 mg, minium 18 tablet
mempunyai deviasi 5% dan maksimum 2 tablet mempunyai deviasi
±10%.
Bobot yang direncanakan: 0.7 gram
Interpretasi hasil : ketika ditimbang satu persatu, deviasinya tidak melebihi 5%
(minimum 18 tablet) dan 10% (maksimum 2 tablet).
b. Keseragaman ukuran tablet (Anonim, 2014)
Alat : jangka sorong
Prosedur : ketebalan tablet dan diameternya diukur dengan jangka sorong.
Persyaratan:diameter tablet tidak lebih dari 3x total tablet rata-rata dan tidak kurang
dari 4/3 tebal tablet rata-rata. Sehingga diameternya harus dalam
rentang 6,7-15.
Interpretasi hasil : diameter tablet berada dalam rentang 6,7-15.

c. Waktu hancur tablet (Depkes RI, 2014)


Alat : Erweka Cakram DIsintegrasi Type 21501
Prosedur : air bersuhu 37ºC ± 2ºC digunakan sebagai media dengan volume 900
ml. Tablet dimasukkan pada masing-masing tabung dari keranjang dan
dipasang pada cakram, kemudian alat dijalankan.
Persyaratan: semua tablet harus hancur sempurna dalam waktu 30 menit. Bila ½
tablet tidak hancur, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya dan tidak
kurang dari 18 tablet harus hancur semua.
Interpretasi hasil : sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan yang
tertinggal pada kasa alat uji merupakan massa lunak yang tidak
mempunyai inti yang jelas, kecuali bagian dari penyalut yang
tidak terlarut.
d. Kekerasan tablet (Lachman, 2008)
Alat : Erweka TBH 20 Hardness tester
Prosedur : tablet diletakkan tepat ditengah besi penahan dan alat dijalankan
sehingga besi penahan menekan tablet. Sampel yang diuji sebanyak 20
tablet.
Persyaratan: tablet memiliki kekerasan 4-8 kg/cm2
Interpretasi hasil : tablet memenuhi standar kekerasan tablet.
e. Kerapuhan tablet (Ansel, 2011)
Alat : friabilitator
Prosedur : tablet dibersihkan dari debu dan ditimbang. Kemudian dimasukkan ke
Friabilitator dan diputar sebangan 100 putaran selama 4 menit. Lalu
tablet dikeluarkan dari alat, dibersihkan dari debu, dan ditimbang.
Tablet yang diuji sebanyak 20.
Persyaratan : friksibilitas dan friabilitas 4%
Interpretasi hasil : tablet yang friabilitasnya baik jika kerapuhan tablet 4%.
f. Uji disolusi (Depkes RI, 1995)
Alat : pengaduk bentuk dayung
Media : Aquades
Volume media: 900 ml
Laju kecepatan apparatus : 50 rpm
Persyaratan : persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut dari sediaan
yang Diuji sesuai dengan tabel penerimaan.
Prosedur : masukkan sejumlah volume (±1%) media disolusi kedalam wadah
pada alat yang sesuai. Jalankan pemanas alat hingga media
disolusi mencapai suhu 37ºC ± 5ºC. hentikan alat,angkat
thermometer, dimasukkan unit sediaan kedalam masing-masing
wadah, goyang agar gelembung udara tidak menempel pada
permukaan sediaan dan dijalankan alat dengan kecepatan sesuai
monografi.
Interpretasi hasil: dikatakan baik jika dalam waktu 30 menit tidak kurang dari 80% (Q)
yang terlarut.
g. Uji sifat alir
Alat : corong alat uji waktu alir
Prosedur : granul ditimbang 25 gram dan ditempatkan pada alat yang dalam
keadaan tertutup. Dicatat waktu mengalir granul setelah corong dibuka.
Diulang sebanyak 3 kali.
Persyaratan: 100 gram granul waktu alirnya tidak lebih dari 10 detik.
h. Organoleptis
Prosedur : diamati warna dan bentuk dari sediaan akhir.
Persyaratan : sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.
i. Uji penetapan kadar
Penetapan kadar dilakukan dengan cara kromatografi cair tekanan tinggi (HPLC)
Prosedur : sejumlah volume larutan uji disuntikkan secara terpisah kedalam HPLC.
Respon puncak utama kromatografi diukur dan jumlah dalam mg
dihitung.
DAFTAR PUSTAKA

Andayana. 2009. Teori Sediaan Tablet. Jakarta : Penerbit Dunia Farmasi.

Allen, Loyd. V. JR, 2002, The Art, Science and Technology of Pharmaceutical
Compounding, Second Edition, America Pharmaceutical Association, Washington
D.C.

Anonim. 2004. Pedoman Uji Bioavailabilitas. Jakarta : BPOM RI.

Ansel, C Howard, 1989. Kalkulasi Farmasetik. EGC : Jakarta.Frits, G.J. 2013. Introduction
Plant Physiology, Second Edition. New Jersey : Prentice Hall, Inc, Englewood
Clifts.

Armstrong, N.A. 2006. Gelatin, Magnesium stearat, Asam sitrat, Laktosa, in Rowe, R.C.,
Sheskey, P.J., Owe, S.C., (Eds.). 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients,
American Pharmaceutical Association, Washington DC. 185-187, 295-298, 430-
433, 385-388.

Cram A. Di dalam Rowe RC, Paul J, Sheskey PJ, Quinn ME. 2009. Handbook of
Pharmaceutical 9th Edition. London-Chicago: Pharmaceutical Press.

Depkes. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik


Indonesia. 

Hui, Y.H., 1992. Encyclopedia of Food Science and Technology. Jhon Wiley and Sons Inc.
New York

Kanig, J.L., and Rudnic, E. M., 1984, The Mechanism of Disintegran Action, Pharmaceutical
Technology, 50-60.

Khoerul Anwar . 2010 . FORMULASI SEDIAAN TABLET EFFERVESCENT DARI


EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DENGAN VARIASI JUMLAH
ASAM SITRAT ASAM TARTRAT SEBAGAI SUMBER ASAM . Program Studi
Farmasi FMIPA Unlam : Banjar , KalSel.

Kibbe A.H, 2006, Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 5th Edition, Phamaceutical Press
London, United Kingdom dan American \Pharmaceutical Association,
Washington, D. C.

Lachman, L., A. L. Herbert, & L. K. Joseph. 1994. Teori dan Praktek Farmasi


Industri. Diterjemahkan oleh: Siti Suyatmi. Jakarta : Universitas Indonesis Press.

Siregar, J. P Charles JP., Wikarsa, S., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-dasar
Praktikum, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Sudarsono, Pudjoarianto, A., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I.A., Drajat, Wibowo,
S., Ngatidjan, 1989, Tumbuhan Obat, PPOT UGM, Yogyakarta, 54-58

Sulaiman, T.N.S., 2007, Teknologi & Formulasi Sediaan Tablet, Pustaka Laboratorium
Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 56 –
59, 198 – 215.

Sulaiman, T. N. S.  2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet. Yogyakarta : Pustaka


Laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi UGM. 

Thomas, A.N.S., 1989, Tanaman Obat Tradisional, Jilid ke-1, Kanisius, Yogyakarta, 33-34

Voigt, R. 1984. Buku Ajar Teknologi Farmasi, Edisi V. diterjemahkan oleh Soewandhi, S.
N., Edisi 5. Yogyakarta : UGM Press.

Zhang Y, Wrzesinski A, Moses M, Bertrand H. 2010. Comparison of superdisintegrant in


orally disintegrating tablets. Pharm Tech. 54-61.

Anda mungkin juga menyukai